Ditemukan 101972 dokumen yang sesuai dengan query
Kintan Az Zahra
"Penelitian ini membahas tentang kemunculan film independen, khususnya film Prenjak. Film Prenjak adalah salah satu dari sekian banyak film independen yang tidak berada dalam lingkaran industri perfilman arus utama . Penelitian ini melihat tentang apa yang melatarbelakangi kemunculan film Prenjak, bagaimana cara film Prenjak bertahan di luar arus utama, dan apa saja pencapaian yang sudah diperoleh film Prenjak sejauh ini. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa film Prenjak muncul sebagai respon dari agen dalam Teori Strukturasi Giddens terhadap kondisi Cultural Industries di perfilman Indonesia. Kemudian film Prenjak dapat bertahan karena adanya dukungan dari beberapa pihak dank arena film Prenjak memang sudah memiliki pasar, baik di dalam maupun di luar negeri. Penelitian ini juga menjabarkan bahwa film Prenjak berhasil mendapatkan banyak penghargaan di festival film internasional dan nasional.
This study discusses about the emersion of independent films, especially Prenjak movie. Prenjak is one of so many independent films which is not inside the circle of film industry mainstream. This study sees what is the background of the emersion of Prenjak, how Prenjak survive outside the industry, and what are the achievements of Prenjak so far. This study uses constructionism paradigm and qualitative approach with case study as its strategy. This study shows that Prenjak emerses as a response from agent on Giddens Structuration Theory to Cultural Industries in Indonesian film industry. Also, Prenjak can survive outside the industry because of the support from some parties and also, Prenjak already has markets, both at home and abroad. Lastly, Prenjak has received many awards until now from both international and national film festivals. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siti Rahayu Rachmawati
"Tulisan ini memaparkan tentang perkembangan film independen di Indonesia; mulai dari bagaimana awal mula sejarahnya hingga saat ini. Dengan adanya perkembangan teknologi serta bergantinya pemegang kekuasaan pasca Orde Baru, film independen telah bertransformasi sedemikian rupa yang dapat terlihat dari tiga aspek, yakni tema, teknis, dan sumber daya manusia. Semangat reformasi turut memberikan kontribusi ke dalam dunia perfilman independen Indonesia karena memberikan ruang yang lebih luas untuk berekspresi dan berkreasi bagi para penggiat film. Meskipun demikian, pada nyatanya gerakan film independen masih memiliki banyak pekerjaan rumah, khususnya di jalur distribusi dan ekshibisi. Minimnya ruang ekshibisi dan tidak ada lembaga yang melakukan distribusi, menjadikan selama ini distribusi dilakukan oleh aksi-aksi individual para pembuat film independen.
This paper describes about the development of Indonesian independent film, ranging from how the beginning of its history to the present. The development of technology as well as the change of power holders in Post New Order era enabled the transformation of independent film that can be seen from three aspects, including theme, technical, and human resources. The spirit of reform contributed to Indonesian independent film as it provides a broader space for expression and creativity. Nevertheless, the movement of the independent film still have a lot of homework, particularly in distribution and exhibitions channels. The lack of exhibition spaces and the absence of legal distribution institution caused the distribution of these independent films done by individual acts of the independent filmmakers themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Ryani Sisca Pertiwi Nur
"Film independen adalah label yang sangat kontekstual. Penelitian ini mengkaji Buttonijo yang melakukan produksi kolektif dan distribusi alternatif yang berfokus pada film independen. Lewat studi kasus kolaborasi pembuat film independen dengan Buttonijo, peneliti berupaya menemukenali film independen dan memahami proses produksi kolektif dan distribusi alternatif yang dilakukan.
Penelitian ini menemukan bahwa Buttonijo melakukan strategi komersialisasi yang tidak sesuai dengan logika pembuat film independen yaitu kemampuan untuk mempertemukan film dengan khalayaknya. Hal ini menuntut pembuat film independen untuk berstrategi secara mandiri dalam hal 1 pendanaan, 2 produksi, dan 3 pemutaran sebagai hal utama bagi pembuat film independen.
Penelitian ini berargumen bahwa film independen adalah sebuah kemandirian dalam membuat film berlandaskan keadaan yang dapat dilihat lewat pilihan-pilihan yang diambil berdasarkan keadaan yang dimiliki oleh pembuat film independen. Sebagai tambahan, peran teknologi juga akan dibahas sebagai dasar logika dan praktik baik bagi Buttonijo maupun pembuat film independen.
Independent film is highly contextualized label. This study examines Buttonijo that does production collective and alternative distribution focusing on independent film. Through case study of collaboration between Buttonijo and independent filmmaker, this study attempts to identify independent film and understanding the process of production collective and alternative distribution that occurred. This study shows Buttonijo done commercialized strategy which does not convenient for independent filmmaker in terms of meeting their film and the audiences. This condition encourages independent filmmaker to strategize in terms of 1 funding, 2 production, 3 screening as main focus for them. This study then argues that independent film is an autonomous attempt to make film based on each condition, which could be examined through their choices. Furthermore, role of technology will also be discussed as primary base for both Buttonijo and independent filmmaker."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Syama Sara Jini Devi Dasi
"Dunia perfilman Indonesia masih mengalami perkembangan Hal ini terlihat dari beberapa tahun terakhir total jumlah produksi film dalam negeri naik turun begitu pula dengan apresiasi menonton masyarakat. Saat ini para produser film sudah mulai memperhatikan aspek film marketing sebagai media untuk mempromosikan serta menarik minat penonton. Disini akan dilihat salah satu contoh melalui film Comic 8 bagaimana film marketing di Indonesia berjalan sehingga berhasil meraih penonton 1 624 067. Bagian Film marketing mix yakni aktor dan genre film merupakan elemen utama dari suksesnya film Comic 8 Sosial media juga memiliki peran dalam mempromosikan film dengan cara mengunggah berbagai macam materi film seperti foto trailer berita dan berinteraksi dengan penotnon. Promosi yang dijalankan akan menyebabkan buzz sehingga terjadi word of mouth di masyarakat.
Indonesia film industry is still experiencing growth It is seen from the last few years the total number of domestic film production up and down as well as the appreciation of the public watching. Nowadays film producers have started to pay attention to aspects film marketing as a medium to promote and attract viewers. Here will be seen through the film one example of how the film Comic 8 marketing in Indonesia runs so successfully achieved 1 624 067 viewers. Part of the marketing mix film actor and genre of the film is a key element of the success of the film Comic 8 Social media also have a role in promoting the film by uploading various kinds of film material such as photos trailers news and interact with the audience. Promotions that run causes buzz resulting word of mouth in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Dina Adriandini
"
ABSTRAKArtikel jurnal ini bertujuan untuk membahas ARKIPEL ? Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival dan kaitannya dengan counter-hegemony terhadap industri film arus utama. Studi literatur atau studi kepustakaan adalah metode yang digunakan dalam mengumpulkan data-data sekunder dalam jurnal ini.
Hasil menunjukkan bahwa ARKIPEL dapat dikategorikan sebagai bentuk counter-hegemony terhadap industri film arus utama dari kehadiran Forum Lenteng sebagai intelektual organik yang mengungkap keburukan sistem lama industri film dan memberikan kesadaran baru melalui rangkaian acara ARKIPEL. ARKIPEL menghadirkan ruang publik sebagai wadah untuk berwacana tentang sinema secara bebas dan menawarkan cara alternatif dalam mengonsumsi sinema. ARKIPEL juga membangkitkan kembali sinema avantgarde dengan memutarkan film-film yang mengandung ?semangat melanggar? atas bentuk-bentuk estetika yang sudah baku. Selain itu, isu lokalitas yang diangkat pada film-film yang diputar dalam ARKIPEL menunjukan ekspresi masing-masing budaya yang mampu membangkitkan semangat lokal.
ABSTRACTThe objective of this journal article is to explore how ARKIPEL - Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival relates to the form of counter-hegemony of mainstream film industry. The literature study is used in this journal to collect secondary data.The result shows that ARKIPEL can be categorized as a form of counter-hegemony from Forum Lenteng?s role as organic intellectuals to uncover the evil systems of film industry and providing new awareness through a series of events in ARKIPEL. ARKIPEL also presents public spaces as a forum to discuss on cinema and provides an alternative way to consume cinema. ARKIPEL resurrects avant-garde cinema by choosing films that contain "spirit to violate" over the standard aestethic forms of film. In addition, locality issues that found in the choosen films can evoke the local spirit by showing the expression of each culture."
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Marcia Audita
"Festival Film Indonesia FFI merupakan sebuah kompetisi antar insan perfilman sebagai wujud apresiasi bangsa kepada para pekerja film dalam rangka membangkitkan sinema Indonesia. Pelaksanaan FFI sempat mengalami masa kekosongan selama lebih dari satu dasawarsa di tahun 1993 mdash;2003. Berakhirnya masa tugas Panitia Tetap FFI serta tingkat penurunan kuantitas dan kualitas film Indonesia telah memengaruhi arus peredaran film dalam hal produksi, distribusi dan eksibisi hingga menjelang era awal masa reformasi. Masa kekosongan tersebut rupanya diisi oleh aktivitas para sineas muda yang mulai berusaha untuk kembali membangitkan produksi perfilman nasional. Keberhasilan para sineas muda dalam mengembalikan penonton Indonesia mendorong FFI untuk hadir kembali di tahun 2004 dengan puncak jumlah produksi film serta prestasi internasional diraih di tahun 2005. Pada akhirnya skripsi ini membuktikan bahwa masa kekosongan berkepanjangan FFI rupanya tidak menyurutkan dan memengaruhi para sineas untuk terus berkarya membangkitkan kembali industri perfilman nasional yang sempat merosot. Skripsi ini menggunakan pendekatan desktiptif naratif melalui 4 tahapan metode sejarah: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.
This thesis discusses about the revival of the national film industry in the middle of the emptiness Indonesian Film Festival 1993 mdash 2005. Indonesian Film Festival FFI is a competition between film makers as an appreciation of the nation to film workers in order to raise Indonesian cinema. Implementation of the FFI had experienced a period of vacancy during a decade in the years 1993 mdash 2003. The Expiration of the Standing Committee of FFI and the rate of decline in the quantity and quality of Indonesian films have affected the flow of circulation of the film in terms of production, distribution and exhibition of up ahead of the beginning of the reform era. The vacancy period apparently filled by the activities of the young filmmakers who began trying to re generating national film production. The succeded of the young filmmakers in the audience restore Indonesia encouraged FFI to be present again in 2004 and the peak in the number of international film production and performance achieved in 2005. At the end of this thesis proves that the prolonged vacancy of FFI apparently did not discourage and affect filmmakers to revive the national film industry which had declined before. This thesis uses descriptive narrative approach through 4 stages of the historical method heuristic, verification, interpretation and historiography."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S63558
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yosua Hara Rizky
"Tulisan ini merupakan studi terhadap industri perfilman nasional dalam menghadapi masuknya impor film Hollywood di Indonesia. Kondisi ini kemudian dianalisis melalu sudut pandang regulasi dengan mengidentifikasi sejumlah regulasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mengetahui apakah kebijakan perfilman yang diterapkan saat ini apakah sudah melindungi kepentingan perfilman nasional; yaitu menciptakan industri perfilman nasional yang memiliki daya saing dalam menghadapi masuknya film impor Hollywood di Indonesia. Sehingga pembahasan dari penelitian ini mencakup; kebijakan tarif bea masuk film impor, kuota film impor, pajak film impor, subsidi terhadap produksi film domestik, persyaratan ijin untuk mengimpor film asing, dan ketentuan minimum jam tayang film lokal sebanyak 60%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur. Adapun hasil dari penelitian ini adalah ditemukan sejumlah regulasi perfilman yang ditetapkan oleh Pemerintah, salah satunya adalah UU No.33 Tahun 2009 tentang Perfilman. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ditemukannya regulasi yang melindungi perfilman nasional namun terdapat juga kebijakan yang justru melemahkan industri perfilman nasional.
This paper is talking about Indonesia national film industry studies in facing to Hollywood film imported in Indonesia. This situation were analyzed through the implementation of film industry regulation which officialy decided by government of Indonesia according to protecting national film industry needs. This paper will tell us more about tax regulation for imported film, imported film quota, how government subsidized local film production, and screen-time quota for local film in cinema. Furthermore, this paper is literature review methods analysis. Finally, we could conclude that there are some of regulation which support to national film industry protection. In other hand, we found that there also any regulation which potential to make our film industry weakly."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Dian Laksana Fitrah
"Saat ini industri perfilman Indonesia masih fokus pada genre drama komedi, horor dan cinta. Setiap tahun film-film ini diproduksi lebih banyak daripada film-film Indonesia dengan genre lain. Di sisi lain, ada film-film Islami yang lebih memberikan keuntungan dan penjualan yang tinggi, bahkan memecahkan rekor box office film Indonesia seperti film Ayat-Ayat Cinta yang mencapai lebih dari 3 juta penonton. Apalagi film islami tidak hanya bertujuan untuk menghibur atau mendulang keuntungan, tetapi sebagai wadah dakwah kreatif yang tidak menggurui. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi film Islami dalam industri perfilman Indonesia berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk menonton film Islami. Faktor-faktor tersebut adalah People, Script, Price, Promotion, Distribution, Word of Mouth (WOM), Attendence, Religiosity, dan Purchase Intention. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada industri perfilman untuk memperluas diversifikasi genre film Indonesia khususnya film. Islam dan meningkatkan kualitas perfilman Indonesia
Currently the Indonesian film industry still focuses on the comedy, horror and love drama genres. Each year, more of these films are produced than Indonesian films of other genres. On the other hand, there are Islamic films that provide more profit and high sales, even breaking box office records for Indonesian films such as the film Ayat-Ayat Cinta which reached more than 3 million viewers. Moreover, Islamic films are not only intended to entertain or gain profit, but as a place for creative da'wah that is not patronizing. Therefore, this study aims to see the potential of Islamic films in the Indonesian film industry based on factors that can influence people to watch Islamic films. These factors are People, Script, Price, Promotion, Distribution, Word of Mouth (WOM), Attendence, Religiosity, and Purchase Intention. It is hoped that the results of this study can provide recommendations to the film industry to expand the diversification of Indonesian film genres, especially films. Islam and improve the quality of Indonesian cinema"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Indira Kumari
"Beberapa tahun belakangan ini, bangkitnya industri perfilman nasional dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah judul film yang diproduksi dari tahun ke tahun. Namun pada kenyataannya, meningkatnya jumlah judul film tersebut berbanding terbalik dengan jumlah penonton film nasional. Untuk menilai apakah sebuah film dapat dikatakan berkualitas atau tidak, dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek utama yaitu, penulisan skenario, pesan, dan sutradara. Dari hasil pengamatan penulis terhadap film berjudul “Soekarno: Indonesia Merdeka”, kelemahan yang terdapat dalam film terletak dalam ketiga aspek tersebut, sehingga menyebabkan film menjadi kurang berkualitas.
In the past few years, the rise of the national film industry can be seen from the increasing number of movie titles produced year by year. But in reality, the growing number of movie titles is inversely proportional to the number of national cinema goers. In order to assess whether a film can be said has a good quality or not, can be seen from three (3) main aspects; scriptwriting, messages, and the directors. From my observation on the film titled "Soekarno: Indonesia Merdeka", the weaknesses found in the film lie in those three aspects, so that makes the film becomes less in its quality."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nunut Amalia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan dari variabel need for uniqueness terhadap attitude toward product, variabel attitude toward product terhadap perceived quality dan emotional value serta hubungan kedua variabel tersebut terhadap intensi menonton (purchase intention) pada film Indonesia dan film asing di bioskop. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksploratif dan deskriptif yang dilakukan satu kali dalam satu periode. Responden penelitian ini berjumlah 290 orang penonton film Indonesia dan asing dengan kunjungan terakhir ke bioskop adalah 6 bulan Model penelitian dengan lima hipotesis diuji menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menyatakan bahwa need for uniqueness berpengaruh signifikan dan positif terhadap attitude toward product pada film Indonesia dan asing. Attitude toward product juga memiliki pengaruh terhadap perceived quality dan emotional value pada film Indonesia dan film asing. Tetapi ketika perceived quality dan emotional value keduanya memiliki pengaruh positif dan signifikan pada purchase intention film Indonesia, film asing berbeda dengan hasil perceived quality nya yang tidak signifikan.
The purpose of this study is to identify the impact and relation from some need for uniqueness to attitude toward product, then attitude toward product to perceived quality and emotional value, and both of them toward purchase intention Indonesian and foreign movie in cinema. This research uses exploratory and descriptive design research conducted in one time period (cross sectional design). Respondents of this study are 290 people who watch Indonesian or foreign movie for minimum six months. The five-hypotheses research model in this study are tested with Structural Equation Modeling (SEM). The results finds that almost all variables have a significant and positive relationship for both Indonesian and foreign movie. Only one variable in foreign movie that have unsignificant result that is perceived quality toward purchase intention of foreign movie in cinema."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47508
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library