Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amira Budi Mutiara
"ABSTRACT
Kecelakaan lalu lintas terus meningkat setiap tahunnya. Helm berstandar nasional dapat mengurangi risiko cedera kepala secara signifikan, namun kesadaran pengendara motor untuk membeli helm SNI masih rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya promosi yang kreatif melalui iklan dengan daya tarik tertentu. Penelitian ini menguji pengaruh daya tarik iklan rasa takut dan humor terhadap intensi membeli, serta peran need for cognition NFC sebagai moderator. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental daring dengan 2 daya tarik rasa takut: ada vs tidak x 2 humor: ada vs tidak between subjects factorial design. Partisipan berjumlah 335 orang pengendara motor berusia 18-29 tahun di kawasan Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya tarik rasa takut dapat meningkatkan intensi membeli, sementara NFC memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya tarik humor dan intensi membeli. Dari studi ini, dapat disimpulkan bahwa daya tarik rasa takut masih menjadi daya tarik yang paling efektif dalam meningkatkan intensi membeli untuk konteks iklan keselamatan pengendara. Sementara itu, daya tarik humor cocok untuk digunakan pada iklan yang memiliki segmentasi individu dengan NFC yang tinggi. Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah maupun pekerja di bidang periklanan dalam menentukan daya tarik yang akan digunakan pada iklan untuk meningkatkan intensi membeli konsumen potensial.

ABSTRACT
Road traffic accidents increase dramatically each year, especially motorcycle with head injuries. National standard helmets are expected to significantly reduce the risk of head injury, but motorcycle riders 39 awareness to buy SNI helmets is still very low. Therefore, it takes creative promotional efforts through advertising with a certain appeal. This study examined the effect of fear and humor appeal in advertising on purchase intention, as well as tried to see the role of need for cognition NFC as moderator. This research is an online experimental research with 2 appeal of fear present vs none x 2 humor present vs none between subjects factorial design. The participants are 335 bikers aged 18 29 years old in the Greater Jakarta area. The results of this study indicate that fear appeal could increase purchase intention, while NFC has a significant influence on humor appeal and purchase intention. From the results obtained, it can be concluded that fear is the most effective appeal in improving purchase intention for the context of rider safety ads. Meanwhile, humor is suitable as appeal in ads that have segmentation of individuals with high NFC. Thus, the results of this study can be a reference for government and advertising workers in determining particular appeal that will be used in advertising to increase potential consumers purchase intention."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Putriaji
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh daya tarik rasa takut dan humor pada iklan terhadap intensi membeli helm pada pengendara sepeda motor. Penelitian ini merupakan eksperimen daring dengan 2 daya tarik rasa takut vs netral x 2 daya tarik humor vs netral between subjects factorial design, yang dilakukan kepada 306 orang partisipan pengendara sepeda motor berusia 18-29 tahun. Pada penelitian ini, partisipan dibagi secara acak menjadi empat kelompok dan ditunjukkan sebuah gambar iklan yang berkonten netral, daya tarik rasa takut, humor, dan/atau kombinasi antara daya tarik rasa takut dan humor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tarik rasa takut tidak mempengaruhi intensi membeli helm. Sementara itu, daya tarik humor serta interaksi antara daya tarik rasa takut dan humor terbukti dapat mempengaruhi intensi membeli helm. Dengan demikian, para pelaku industri helm yang hendak mempromosikan produknya melalui iklan dengan daya tarik rasa takut dapat mempertimbangkan penambahan elemen humor pada iklan untuk membantu meningkatkan efektivitas iklan.

ABSTRACT
This study aims to investigate whether the influence of fear and humor appeal on advertising to the intention of buying a helmet on a motorcycle rider. An online experiment with 2 fear appeal vs neutral x 2 humor appeal vs neutral between subjects factorial design was conducted to 306 participants, aged between 18 and 29 years old. A single ad image that contained neutral, fear, humor, or a combination of both fear and humor were given randomly for each participant. The results showed that the appeal of fear does not affect the intention of buying a helmet. However, humor appeal as well as the interaction between the fear and humor appeal influenced to affect the intention of buying a helmet. Thus, the helmet industry players who will promote their products through advertising with fear appeal can consider adding humor elements to increase the effectiveness of the ads."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sean Albert Kendro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tarik iklan yang paling efektif pada iklan e-commerce berbasis video, khususnya pada media Youtube. Daya tarik iklan yang dibandingkan pada penelitian ini adalah daya tarik rasional, emosi takut, dan humor. Daya Tarik rasional menekankan pada fitur atau keunggulan produk, emosi takut mengekspresikan ancaman yang dapat muncul, dan humor memberikan penonton mood positif. Efektifitas iklan umumnya diukur melalui memori dan sikap pada iklan. Memori diukur secara implisit dan eksplisit agar pengaruh daya tarik iklan terhadap memori bisa dilihat secara utuh. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain single-factor multiple-group design. Partisipan adalah 106 mahasiswa Universitas Indonesia dari berbagai fakultas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tarik iklan emosi takut menghasilkan skor memori implisit (M = 0,4061; SD = 0,154) dan sikap pada iklan (M = 3,882; SD = 0,185) yang signifikan lebih tinggi dibandingkan daya tarik iklan humor dan rasional. Sedangkan daya tarik iklan humor merupaka satu-satunya daya tarik yang secara signifikan mampu mempengaruhi memori eksplisit β = 0,125, p<0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa daya tarik iklan emosi takut mampu mempersuasi konsumen dan mempengaruhi memori tidak sadar mereka. Sedangkan daya tarik humor baik digunakan untuk mempertahankan konsumen yang sudah setia pada produk tersebut.

ABSTRACT
In this study, authors want to find out the effect of advertising appeal on e-commerce video advertising, especially at Youtube. There are three appeals that will be compared, such as rational appeal, fear appeal, and humor appeal. Rational appeal emphasized on features or benefits of the product, fear appeal expressed threat that can happen, and humor appeal give positive mood to people. Usually, ad effectivity measured by memory and attitude to the ad. Memory measured with implicit and explicit measurement so the effect of advertising appeal to memory could be seen as a whole. This research is an experiment with single-factor multiple-group design. Participants were 106 students from various faculty in University of Indonesia. Results show that fear appeal generate score significantly higher for implicit memory (M = 0,4061; SD = 0,154) and ad attitude (M = 3,882; SD = 0,185) compared to rational appeal and humor appeal. Meanwhile, humor appeal was the only appeal signifanctly effect explicit memory β = 0,125, p<0,05. Therefore, it can be concluded that fear appeal have the ability to persuade consumer and influence their unconscious memory. Whilst, humor appeal can be used for retain consumer that already loyal to the product or brand."
2016
S65429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adela Putri Angraini
"Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor rentan terhadap cedera fatal jika terlibat dalam kecelakaan dibandingkan pengguna jalan lainnya. Oleh karena itu, salah satu bentuk pencegahan risiko pada pengendara sepeda motor adalah dengan menggunakan helm. Penelitian ini bertujuan untuk menguji komponen dari Theory of Planned Behavior (TPB), yaitu sikap dan norma deskriptif, dalam memprediksi perilaku penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Penelitian dilakukan kepada 632 pengendara sepeda motor berusia 18-24 tahun di Jabodetabek. Pengukuran dilakukan menggunakan alat ukur dari elisitasi wawancara, Brijs et al, (2014), dan Forward (2009). Berdasarkan analisis multiple regression ditemukan bahwa sikap dan norma deskriptif signifikan dalam memprediksi perilaku penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Norma deskriptif merupakan variabel yang paling berperan dalam memprediksi perilaku penggunaan helm. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah pengendara sepeda motor menyadari akan pentingnya penggunaan helm untuk kepentingan mereka dalam berkendara.

Various studies have shown that motorcyclists are more prone to fatal injuries if involved in an accident than other road users. Therefore, one form of risk prevention for motorcyclists is to use a helmet. This study aims to examine the components of the Theory of Planned Behavior (TPB), namely descriptive attitudes and norms in predicting helmet use behavior on motorcycle riders. The study was conducted on 632 motorcycle riders aged 18-24 years in Greater Jakarta. Measurements were carried out using measuring instruments from elicitation interviews, Brijs et al, (2014), and Forward (2009). Based on multiple regression analysis, it was found that attitudes and descriptive norms were significant in predicting the behavior of motorcycle riders using helmets. Descriptive norm is the most important variable in predicting helmet use behavior. The implication of the results of this study is that motorcyclists are aware of the importance of using helmets for their interests in driving."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revina Putri
"Penggunaan helm sepeda motor menjadi hal yang penting karena dapat melindungi pengendara dari fatalitas jika terlibat kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran dua komponen threat perception, yaitu perceived susceptibility dan perceived severity, serta descriptive norm dalam memprediksi penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur skenario mengemudi yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan alat ukur Brijs et al. (2014), Forward (2009), dan Aghamolaei, Tavafian, dan Madani (2011). Penelitian dilakukan terhadap 632 pengendara sepeda motor berusia 18-24 tahun di Jabodetabek. Berdasarkan analisis multiple regression ditemukan bahwa perceived susceptibility, perceived severity, dan descriptive norm signifikan dalam memprediksi perilaku penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Perceived susceptibility memiliki peran yang paling kuat dalam memprediksi perilaku penggunaan helm. Implikasi hasil penelitian ini adalah penggunaan helm pada pengendara sepeda motor tidak hanya ditentukan oleh penggunaan helm yang ditunjukkan oleh teman dan keluarga pengendara, tetapi juga kesadaran pengendara untuk melindungi diri dari risiko kecelakaan.

Helmet use on motorcycle riders are crucial as it can protect them from accident fatalities. The present study is focused on testing two components of threat perception, perceived susceptibility and perceived severity, along with descriptive norm to predict motorcycle helmet use. Driving scenario that was developed by the author based on measurement by Brijs et al. (2014), Forward (2009), and Aghamolaei, Tavafian, and Madani (2011) is used to measure all variables in this study on 632 motorcycle riders aged 18-24 years old in Jabodetabek. Based on multiple regression analysis, it is found that perceived susceptibility, perceived severity, and descriptive norm significantly predict motorcycle helmet use. Perceived susceptibility has the biggest role in predicting motorcycle helmet use. The implication of the study is that motorcycle helmet use is not only determined by the helmet use of riders’ friends and family, but also riders’ awareness to protect themselves from the risk of traffic accident."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadly Zirman
"Helm merupakan salah satu alat pelindung yang paling penting dalam mengendarai sepeda motor apabila terjadinya kecelakaan. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan helm, self-efficacy sebagai faktor internal dan norma deskriptif sebagai faktor eksternal ditemukan dapat mempengaruhi perilaku penggunaan helm, walaupun masih ditemukan inkonsistensi dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran self-efficacy dan norma deskriptif dalam memprediksi perilaku penggunaan helm pada pengendara sepeda motor berusia muda. Penelitian dilakukan pada 632 partisipan pengendara sepeda motor berusia 18-24 tahun di wilayah Jabodetabek. Berdasarkan hasil analisis multiple regression ditemukan bahwa hanya norma deskriptif yang memprediksi secara signifikan perilaku penggunaan helm sedangkan self-efficacy tidak memprediksi secara signifikan perilaku penggunaan helm. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah pengendara sepeda motor menyadari akan pentingnya penggunaan helm untuk kepentingan mereka dalam berkendara

Motorcycle helmet is one of the most important equipment to protect riders during an accident. Self-Efficacy as well as Descriptive norm have been discovered to be an internal and external factor towards Helmet Usage Behavior respectively. This research aims to test the role of Self-Efficacy and Descriptive Norms as a predictor of Helmet Usage Behavior among young motorcyclist. Research participant is young adults between the age 18-24 living in Jabodetabek area (n=632). Based on multiple regression analysis it is found that Descriptive Norms significantly predict Helmet Usage while Self-Efficacy does not predict Helmet Usage. The implication of the results of this study is that motorcyclists are aware of the importance of using helmets for their benefit in riding."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Alisha Shabrina Zagloel
"ABSTRAK
Meningkatnya pembangunan secara vertikal membuat banyak ruang aktivitas manusia terletak pada ketinggian. Namun, kenyataannya tidak semua manusia merasa nyaman berada jauh diatas permukaan bumi. Rasa takut akan ketinggian disebut dengan acrophobia, yang menurut para ahli merupakan hasil dari persepsi manusia. Terdapat dua faktor dalam pembentukkan persepsi, faktor intangible yang mengacu pada pengalaman dan memori, dan faktor tangible yang merujuk pada lingkungan fisik. Melalui studi kasus, keterkaitan antara dua faktor ini dikaji untuk melihat dan mencari peluang bagi arsitektur dalam perannya pada proses persepsi manusia. Skripsi ini menggunakan teori Müller-Lyer sebagai pendekatan arsitektur dalam mengkaji fenomena ketinggian yang memengaruhi pengelihatan manusia, serta terapannya pada perspektif sebagai cara manusia melihat ruang. Pada akhir skripsi ini, disimpulkan bahwa konfigurasi garis dan bidang dapat menciptakan ilusi volume dan kedalaman ruang sehingga dapat membelokkan fokus pada manusia sebagai pengamat.

ABSTRACT
The increasing development with vertical orientation evokes immense amount of space for human activities in high altitude. However, not everyone is comfortable being far above the earth's surface. Acrophobia is an extreme or irrational fear of height, which experts say that it is the projection of human?s perception. There are two factors associated in perceptual process, those being intangible factors which refers to one?s past experiences and memories, and tangible factors which refers to the physical environment. Through case studies, the relation between these two factors assessed to see and explore the opportunities for architecture, to play its role in the process of human perception. By using Müller-Lyer theory as an architectural approach, this undergraduate-thesis will explore the phenomenon of high altitude and how it affects human?s vision, as well as its application in perspective as human?s way to see space. At the end of this thesis, it was concluded that the configurations of lines and planes can create illusion of volume and depth of space thus deflecting focus for human as the observer.
"
2016
S64751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andang Fazri
"Teori kontaminasi konsumen menunjukkan bahwa konsumen memiliki penilaian yang lebih rendah terhadap produk yang telah disentuh oleh orang lain, dimana hubungan antara sentuhan dan evaluasi dimediasi oleh jijik. Teori ini juga menyatakan bahwa semakin banyak orang yang menyentuh produk, rasa jijik akan semakin kuat dan evaluasi produk akan semakin rendah. Penelitian sebelumnya menggunakan penataan produk yang tidak rapi sebagai isyarat kontaminasi dan jumlah produk yang sedikit digunakan untuk menguatkan persepsi kontaminasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kombinasi penataan produk yang tidak rapi dan jumlah produk yang sedikit menghasilkan intensi membeli yang rendah. Di sisi lain, studi tentang kerapian menunjukkan bahwa orang tidak menyukai ketidakrapian itu sendiri, sehingga tampilan rak yang tidak rapi dapat menyebabkan evaluasi produk yang rendah. Studi tentang kelangkaan produk menyatakan bahwa jumlah produk yang terbatas adalah isyarat kelangkaan yang meningkatkan evaluasi positif produk. Penelitian ini bertujuan untuk menguji persepsi mana yang muncul secara signifikan sebagai respon konsumen terhadap penataan yang tidak rapi dan jumlah produk yang terbatas, serta untuk menguji apakah peran mereka sebagai variabel mediasi menyebabkan rendahnya intensi beli. Dengan menguji hal tersebut, dapat dijelaskan mengapa penataan produk tidak rapi dan jumlah produk yang terbatas dapat mempengaruhi intensi membeli. Penelitian ini melibatkan 345 partisipan dan terdiri dari 2 studi eksperimental 2 (Pengaturan produk: rapi, tidak rapi) x 2 (Jumlah produk: stok penuh, stok satu buah) between subjects. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk produk makanan dalam kemasan tampilan rak yang tidak rapi menyebabkan dua persepsi negatif yaitu persepsi terkontaminasi dan persepsi tidak menyukai penataan produk, kedua persepsi tersebut menurunkan intensi membeli. Kemudian jumlah produk yang terbatas menimbulkan persepsi laris sehingga meningkatkan intensi membeli. Sedangkan pada produk makanan tanpa kemasan, penataan produk yang tidak rapi menimbulkan persepsi konsumen yang tidak menyukai ketidakrapian tersebut sehingga mempengaruhi turunnya penilaian dan intensi konsumen untuk membeli. Kemudian konsumen tidak menyukai produk yang jumlahnya sedikit, dimana hubungan antara jumlah produk dan intensi membeli adalah hubungan langsung tanpa mediator Ini menjelaskan secara teoritis mengapa susunan dan kuantitas produk mempengaruhi niat beli.

Theory of Consumer contamination suggests that consumers have lower evaluation on products that have been touched by others, where the relationship between touch and the evaluation is mediated by disgust, because it is perceived that the product has been contaminated. This theory also states that the more people who touch the product, the disgust will be stronger and the product evaluation will be lower. Previous research used disorganized shelf display as contamination cue and used limited product quantity to reinforce disgust. The research has shown that a combination of disorganized arrangement and limited product quantity resulted a low buying intention. On the other hand, the study of neatness suggests that people like neatness and dislike messiness, so that disorganized shelf display can lead to a low product evaluation because consumer does not like the messiness. The study of the products scarcity states that the limited product quantity is a scarcity cue that increases the positive evaluation of the product. This study aims to examine which perceptions arise significantly in response to disorganized shelf display and limited product quantity, as well as to examine whether their role as mediation variables lead to low buying intention. By doing those, can be explained why disorganized shelf display and limited product quantity can affect buying intentions. This study involves 345 participants and uses experimental study 2 (Product arrangement: organized, disorganized) x 2 (Product quantity: fully-stocked, one piece_stocked) between subjects. The test results indicate that disorganized shelf display will cause two negative perceptions, they are the contaminated perception and the perception of disliking the product arrangement, the both perceptions lower the buying intention. Then the product quantity raises the perception of high demand that increases the buying intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Natasya Desideria
"Salah satu kerangka teori yang banyak digunakan dalam menjelaskan tentang perilaku berkendara adalah Health Belief Model (HBM), namun sayangnya penelitian di Indonesia yang menggunakan kerangka teori tersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran tiga komponen dari HBM, yaitu threat perception (perceived severity dan perceived susceptibility), behavior evaluation (perceived benefits dan perceived barriers), dan cues to action dalam memprediksi penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Penelitian dilakukan terhadap 294 pengendara sepeda motor berusia 18-24 tahun di Jabodetabek. Dalam pengukuran variabel, peneliti menggunakan alat ukur Health Belief Model dari Brijs et al. (2014) yang sudah terlebih dahulu diadaptasi oleh peneliti. Berdasarkan analisis regresi linear berganda, ditemukan bahwa perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers, dan cues to action signifikan dalam memprediksi perilaku penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Akan tetapi, perceived severity tidak signifikan dalam memprediksi perilaku penggunana helm. Perceived susceptibility memiliki peran yang paling kuat dalam memprediksi perilaku penggunaan helm. Hasil ini menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor dengan perceived susceptibility yang tinggi, perceived benefitsyang tinggi, perceived barriers yang rendah, dan cues to action cues to action yang rendah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menggunakan helm sepeda motor.

One of the most widely used theoretical frameworks in explaining driving behavior is the Health Belief Model (HBM), but unfortunately research in Indonesia that uses this theoretical framework is still limited. This current study is focused on testing three components of HBM, threat perception (perceived severity and perceived susceptibility), behavior evaluation (perceived benefits and perceived barriers), and cues to action to predict motorcycle helmet use. The participants of this study are 294 motorcycle riders aged 18-24 years old in Jabodetabek. Measurements of variables were performed using Health Belief Model measurement tools by Brijs et al. (2014) which has previously been adapted by the author. Based on multiple regression analysis, it is found that perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers, and cues to action significantly predict motorcycle helmet use. However, perceived severity was not significant in predicting motorcycle helmet use. Perceived susceptibility has the biggest role in predicting motorcycle helmet use. This study concluded that motorcycle drivers who perceived a high level of perceived susceptibility, high perceived benefits, few barriers, and a few cues to action were the most likely to use a motorcycle helmet."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josua
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak penggunaan iklan humor dengan emosi takut terhadap sikap terhadap iklan karena terdapat potensi akan penggunaan keduanya secara bersamaan, namun masih sedikitnya penelitian terkait. Sebanyak 120 partisipan, berusia 18 hingga 56 tahun berpartisipasi dalam eksperimen daring. Partisipan dibagi secara acak ke dalam 3 kelompok berdasarkan jenis iklan (humor, humor dengan emosi takut, dan netral) dan diminta untuk memberikan penilaian terhadap iklan tersebut. Alat ukur attitude toward the ad scale, perceived humor scale, dan fear tension scale digunakan untuk mengukur sikap terhadap iklan dan keberhasilan manipulasi humor serta rasa takut.
Hasil analisis statistik dengan oneway ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor sikap terhadap iklan yang signifikan pada ketiga kelompok [F(2, 118)=1,101, p=0,336, ω= 0,001]. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh penggunaan emosi takut dalam iklan humor terhadap sikap konsumen terhadap iklan. Hal ini disebabkan daya tarik emosi takut yang dinilai terlalu kuat dibandingkan dengan daya tarik humor. Tingkat kekuatan daya tarik, stimulus yang kurang realistis, dan karakteristik partisipan yang kurang dikontrol menjadi limitasi dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penggunaan daya tarik humor dan emosi takut yang setara serta ilustrasi iklan yang realistis merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.

This study aims to see how to use humor advertisements with a fear of attitudes towards advertising because they contain the potential to be used at the same time, but they are still discussing related research. As much 120 participants, 18 to 56 years old, approved in online trials. Participation is randomly divided into 3 groups based on the type of advertisement (humor, humor with fear, and neutral) towards the ad. Measuring attitudes toward advertising scales, perceived humor scales, and fear tension scales are used to measure attitudes toward advertising and the struggle for manipulation of humor and fear.
The results of statistical analysis with oneway ANOVA show no difference in score was shown Significant advertising in group three [F (2, 118) = 1,101, p = 0.336, ω = 0.001]. Thus, it can be concluded that it cannot be used. Using humor to consumer attitudes towards advertising. This is contrary to attractiveness humor appeal. The level of tensile strength, unrealistic stimulus, and the characteristics of the participants who were less controlled became limitation in this study. Therefore, the use of humor and fear of fear in accordance with the advertisements taken into account is an important thing to consider.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>