Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119559 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Achmad Sunjayadi
"ABSTRACT
As a form of cultural process, acculturation serves as an important factor in tourism. Usually, the hosts borrow the results of acculturation generated from tourism activities more than the tourists or guests do. Acculturation in tourism occurs not only in tourism practices today, but also in those in the past, including the tourism practices in Indonesia during the Dutch colonial era. This article discusses acculturation which became part of tourism activities in the Dutch East Indies by applying historical methods and Nunez's concept of acculturation in tourism. By using guidebooks, newspapers, magazines, postcards, photographs, and travelogues as data sources, this article traced the result of acculturation at that time. Results show that acculturation really took place in the tourism activities in the Dutch East Indies. There were material objects and customs which served as tourism facilities and could be seen, performed, and enjoyed by the tourists. lt can be concluded that at that time the tourists or guests borrowed the results of acculturation more than the hosts did."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
907 UI-PJKB 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Attariq Zamel
"ABSTRAK
Maritme Culture Acculturation adalah proyek akhir yang berlokasikan di daerah Pasar Ikan, Jakarta Utara. Direncanakan pada lahan seluas kurang lebih 3120m2, dengan rancangan akhir bermassa 2 lantai yang berada dekat dengan waduk pasar ikan. Dengan adanya latar belakang matinya nilai turisme pada kawasan sehingga disini mengupayakan untuk mengembangkan nilai turisme yang mati pada kawasan tersebut. Dibawa dengan konsep utama bagaimana sebuah narasi dari menghadirkan kembali budaya campmuran yang sudah ada di Indonesia tepatnya pada Jakarta utara dengan budaya belanda, yang mana nantinya akan berbentuk perpustakaan dan galeri. Perpustakaan dan galeri ini terprogram untuk menyediakan kegiatan turisme berupa edukasi tentang budaya akulturasi di Jakarta, yang diharapkan pengguna nantinya dapat memahami dan menyadari pentingnya keberadaan budaya akulturasi tersebut.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuha Afina Khalish
"Batik telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia oleh UNESCO. Batik besurek merupakan salah satu kain batik di Indonesia yang berasal dari Bengkulu. Kain batik besurek memiliki kekhasan pada motifnya, yaitu kaligrafi Arab yang menjadikan hal tersebut sebagai bentuk akulturasi budaya. Akulturasi budaya dalam kain batik besurek juga menghasilkan motif kain besurek baru hasil perkembangan dari perajin kain besurek di Bengkulu. Dalam penelitian ini dibahas tentang hasil akulturasi budaya Arab dengan budaya Indonesia pada batik besurek Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka dan wawancara. Data-data diperoleh dari artikel jurnal, laporan penelitian, dan buku serta wawancara dengan narasumber. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi budaya dari Koentjaraningrat. Hasil dari akulturasi budaya dalam kain batik besurek berupa perkembangan motif kain besurek yang terdapat bunga raflesia yang merupakan ikon dari Provinsi Bengkulu.

Batik has been designated as one of Indonesia's intangible cultural heritage by UNESCO. Besurek batik is a batik cloth in Indonesia originating from Bengkulu. Besurek batik cloth has a unique motif, namely Arabic calligraphy, which makes it a form of cultural acculturation. Cultural acculturation in besurek batik cloth also produces new besurek cloth motifs as a result of developments from besurek cloth craftsmen in Bengkulu. This study discusses the results of the acculturation of Arabic culture with Indonesian culture in Bengkulu besurek batik. This research is a qualitative research using literature and interview methods. The data were obtained from journal articles, research reports and books as well as interviews with source person. The theory used in this study is the theory of cultural acculturation from Koentjaraningrat. The result of cultural acculturation in the development of besurek batik cloth is in the form of besurek cloth motifs which contain rafflesia flowers which are icons of Bengkulu province."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Achmad Sunjayadi
Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
959.802 ACH v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Desrika Retno Widyastuti
"Kebudayaan suatu masyarakat bersifat dinamis, selalu berubah. Salah satu bentuk perubahan kebudayaan adalah melalui akulturasi/percampuran. Proses akulturasi dapat terjadi bila dua kebudayaan dalam masyarakat atau bangsa, masing-masing memiliki kebudayaan. tertentu lalu saling berhubungan. Selain itu proses akulturasi juga ditentukan pula oleh tingkat kebudayaan suatu bangsa, jika tingkat kebudaayan kedua bangsa sama atau hampir sama, maka kemungkinan menerima kebudayaan asing sangat besar, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini terbatas hanya pada Kompleks Asta Tinggi Sumenep sebagai salah satu hasil kebudayaan yang bernafaskan Islam (yang sudah tercampur dengan hasil proses pra Islam). Penelitian dilakukan untuk mengetahui adanya akulturasi dengan unsur kebudayaan asing (Eropa dan Cina, Islam) dan mengetahui besarnya pengaruh tersebut pada Kompleks Asta Tinggi Sumenep. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah melalui (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, (c) penafsiran data. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah adanya pengaruh unsur kebudayaan Cina, Islam dan Eropa. Pengaruh Cina tidak begitu besar, terbatas pada seni hias dan ukir yang terdapat pada rana kayu cungkup B, C dan D serta pada prasasti di dalam cung_kup F. Pengaruh Islam hanya terlihat pada kaligrafi yang berbentuk prasasti di Gapura D, kelir, prasasti dalam cungkup F, pada rana batu cungkup D serta pada nisan. Unsur kebudayaan Eropa besar pengaruhnya pada arsitektur di Kompleks Asta Tinggi Sumenep yang terli_hat pada pagar keliling, gapura dan bentuk cungkup F (cungkup Pnb. Sumolo). Ciri-ciri arsitektur Eropa yang menonjol di Asta Tinggi adalah arsitektur Inggris. Hal ini menguatkan pendapat Soekmono yang mengatakan gapura di halaman timur Kompleks Asta Tinggi mendapat pengaruh Inggris (Soekmono, 1985 : 114). Walaupun di Kompleks Asta Tinggi Sumenep banyak mendapat pengaruh asing namun pada bagian-bagian yang dianggap suci masih berakar pada unsur kebudayaan pra Islam, seperti bentuk makam, keletakan makam, penem_patan gapura berdasarkan jenisnya. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat sementara. Oleh karena itu penelitian serta pengujian lebih dalam masih dibutuhkan."
1995
S11584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nungky Puspita
"ABSTRACT
Community Based Tourism is a tourism development concept that is adopted at Tanjung Kelayang Beach, Belitung Island. Through this concept it is expected that people living around the beach vicinity can participate in tourism from the planning process up to its implementation. The purpose of this research is to describe local peoples participation in developing the destination, their motivation to participate, and the form of participation. Using qualitative research method, this research employs a participant observation approach in collecting the data. The research finds that local people participate in tourism development by forming a community organization named Gerude Care Belitong. The organization develops a work program which guides them in conducting activities such as organizing event and participating in tourism service provision at Tanjung Kelayang beach."
Jakarta: Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila, 2017
910 JTDA 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Mordahai
"ABSTRACT
Godong Ijo is a visitors attraction offering educational tourism programs with quite strong interaction with nature. The program are designed as a means of learning, hence they are often participated by students. The purpose of this study is to describe the application of experiential marketing in Godong Ijo's program from visitors perspective and to develop development strategy for Godong Ijo based on experiential marketing. The method used is qualitative research method using survey, interview, and observation as the data collection techniques. Further, data collected were analyzed using swot analysis. The result of the research reveals that Godong Ijo has tourism potential in terms of attraction, accessibility, amenity, and ancillary. In terms of experiential marketing, most respondents agree that all experiential marketing have been delivered to the visitors. Recommendations for development strategy include more extensive promotion, service improvement, product innovation and more product development."
Jakarta: Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila, 2017
910 JTDA 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Chitra Liestyati KNP
"Kompetensi Komunikasi Antarpribadi terhadap Akulturasi Kebudayaan merupakan konstelasi konsep yang berimplikasi terhadap subjek sebagai individu dan bagian dari masyarakat di dalam menjalankan peran sosial. Ada kecenderungan bahwa di dalam masyarakat informatif berkembang ciri-ciri umum, yaitu derajat rasionalitas yang tinggi yang mempengaruhi tindakan sosial dan hubungan sosial seseorang dalam mengembangkan pilihan dan langkah tindak atas dasar pilihannya sendiri. Merujuk fenomena tersebut, diasumsikan bahwa konstelasi konsep ini menjadi sangat penting diterapkan pada era informasi.
Gejala perpindahan sementara manusia dari tempat asal menuju tempat-tempat yang menjadi daya tariknya saat ini semakin menonjol. Suatu gejala yang memberikan dan menciptakan peluang berusaha, melibatkan hubungan antarmanusia dan adanya (human touch), mendasari sikap mental (attitude), tingkah laku (behavior) dalam menggeluti bidang kerjanya. Oleh karena menyangkut hubungan antarmanusia yang berbeda latar budaya dan memungkinkan benturan nilai-nilai budaya yang mengarah pada akulturasi kebudayaan, maka setiap pelaku interaksi dituntut kemampuan berkomunikasi dalam membina hubungan yang harmonis.
Upaya menilai kualitas subjek sebagai pelaku interaksi di dalam berperan, bertindak secara interaksional, konsep kompetensi komunikasi antarpribadi diasumsikan sebagai konsep kontekstual yang efektif dan relevan untuk diterapkan. Aktualisasi konsep pada diri subjek, memposisikan ketergantungan subjek di dalam interaksi dengan objek dan lingkungan fisik serta proses itu sendiri. Konsep ini pun bermanfaat bagi subjek untuk menumbuhkan kesadaran diri, kewaspadaan diri, kendali diri dan keterlibatan diri di dalam interaksi sosial.
Interaksi pramuwisata Indonesia dengan wisatawan Jepang memperlihatkan latar pribadi subjek sebagai individu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja. Pernyataan ini menggarisbawahi anggapan bahwa, pelaku interaksi yang beragam status sosial di dalam suatu komunitas cenderung berperilaku sejalan dengan perilaku normatif.
Kenyataannya perwujudan eksistensi individu ke arah kehidupan intelektual dan kultural memerlukan pemahaman intens terhadap konsep yang relevan. Dengan demikian disimpulkan, bahwa kompetensi komunikasi antarpribadi terhadap akulturasi kebudayaan sebagai konstelasi konsep yang mempunyai hubungan yang signifikan, dapat diterapkan pada peradaban masyarakat informasi global."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyid Abdul Majid
"Penelitian ini mengungkap akulturasi keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban di Magelang dari tahun 1813-1939. Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban adalah keturunan keluarga Basyaiban yang pertama kali bermigrasi ke wilayah Ngayogyakarta. Keturunan dari Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban berkembang di wilayah Magelang. Keluarga mereka banyak berakulturasi dengan Jawa. Penelitian ini membahas bagaimana genealogi lalu akulturasi keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban di Magelang dan bagaimana identitas keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban di Magelang? Tujuannya adalah untuk mengungkap silsilah Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban ke atas dan ke bawah serta menjelaskan identitas Basyaiban. Metode yang digunakan adalah metode historis yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristic, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Adapun konsep yang digunakan adalah konsep akulturasi disamping itu teori genealogi Foucault dan Representasi dan Cultural Identity dari Hall digunakan untuk membantu menjawab pertanyaan penelitian. Temuan dari penelitian ini adalah pertama: genealogi keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban di Magelang ke atas tersambung dengan kaum Alawiyyin Hadramaut. Genealogi keturunan Sayid Ahmad ibn Muhmmad Basyaiban ke bawah terakulturasi dan tersambung dengan keluarga keraton Ngayogyakarta. Kedua: identitas keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban sebagai seorang Arab Alawiyyin Hadramaut. Di sisi lain keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban juga mempunyai identitas sebagai keluarga Jawa dari keraton Ngayogyakarta. Identitas mereka dapat terlihat dalam aspek budaya dan sosial. Semua identitas itu merupakan akulturasi dari budaya Arab dan Jawa.

Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban was the first member of the Basyaiban family to migrate to the Ngayogyakarta palace. The descendants of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban grew up in the Magelang area and underwent significant acculturation with Javanese culture. This research aims to explore the process of acculturation experienced by the descendants of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban in Magelang from 1813 to 1939. The primary focus of this study is to examine the genealogy of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants in Magelang, tracing their lineage from top to bottom. Additionally, this research aims to investigate the identity of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants in Magelang, specifically addressing the question of Basyaiban's identity. The historical method is employed in this research, consisting of four stages: heuristic, verification, interpretation, and historiography. The study utilizes Foucault's concept of genealogy and Hall's theory of representation and cultural identity. The findings of this research indicate the following: Firstly, the genealogy of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants in Magelang is linked to the Alawiyyin Hadramaut people in their ancestral lineages. The genealogy of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants downward shows acculturation and connection with the Ngayogyakarta royal family. Both the upward and downward genealogies have been verified by their lineage institution. Secondly, Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants identify themselves as Arab Alawiyyin Hadramaut. Moreover, they also possess an identity as a Javanese family originating from the Ngayogyakarta palace. Their identity is manifested in cultural and social aspects, enabling them to represent their Javanese Arab heritage and gain recognition from both the Javanese community and the Arabians in Magelang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Labibah `Ufarah. author
"Dalam upaya mengembalikan identitas Jakarta, Sunda Kelapa Cultural Centre menciptakan program yang menggabungkan budaya Betawi yang merepresentasikan kehidupan lama kota Jakarta dengan kondisi Sunda Kelapa dan sekitarnya pada saat ini. Program tersebut diangkat dari berbagai kegiatan lokal yang memiliki potensi untuk dikembangkan, serta tren pada masa kini di area Sunda Kelapa sendiri, dengan harapan masyarakat di sekitar Sunda Kelapa dan para turis dapat melestarikan budaya yang berkembang di Jakarta secara berdampingan. Maka dari itu, untuk merealisasikan visi ini, Sunda Kelapa Cultural Centre didesain tidak hanya untuk mengakomodasi ruang untuk acara dan kegiatan kultural maupun kontemporer, tetapi juga menyediakan ruang publik seperti galeri mode, zona kuniler, serta taman rooftop yang menggabungkan budaya etnis dan tren sekarang untuk menarik para pengunjung.

In an effort to maintain Jakartas identity, Sunda Kelapa Cultural Centre merges the Betawi cultural programmes which represent the old lives of Jakarta with the present surroundings situation within Sunda Kelapa context, both in the aspect of the locals potential activities and also the current trends in the area, in the hope that the locals and the tourists then will be able to work side by side in preserving the culture evolving in this city. Therefore, to realize this vision, Sunda Kelapa Cultural Centre is designed not only to acommodate spaces for cultural and contemporary events, but also to provide public spaces such as fashion gallery, culinary zone, and also rooftop garden which mixes ethnical and popular culture to engage more visitors.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>