Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149885 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gede Bayu Segara Putra
"ABSTRACT
Dalam era postmodern, ilustrator cenderung mengedepankan kebebasan dalam mengekspresikan diri dalam berkarya, mereka cenderung tidak ingin terpaku pada suatu kaidah atau tatanan standar yang berlaku. Monez merupakan seorang ilustrator dengan pemikiran postmodern yang khas. Ilustrasi karya Monez kerap tampil dengan objek-objek fantasi yang dideformasi dari imajinasi atas bentuk atau peristiwa yang pernah dilihat maupun dialami sebelumnya. Gaya ilustrasi khas Monez cenderung menampilkan objek dengan wujud imajinatif dalam bentuk yang distorsi. Monez adalah cerminan seorang postmodernis dengan metode berpikir institutional. Ilustrasi bertema rangda merupakan karya Monez yang sangat kental dengan nuansa postmodern. Ilustrasi yang diciptakan dengan 3 seri, pertama kali di publikasikan kepada publik pada Ajang Popcon Asia 2015 dalam media poster
dan postcard. Pengaruh postmodern pada ilustrasi rangda, terlihat pada penggayaan-penggayaan yang diberikan pada unsur visualnya. Oleh karena itu, penelitian ini membantu menjelaskan permasalahan konsep, estetika dan makna ilustrasi rangda karya Monez sebagai sebuah karya seni berlatarbelakang postmodern. Fokus penelitian ini adalah memahami konsep, idiom estetik serta makna yang terdapat pada ilustrasi rangda karya Monez. Untuk itu, peneliti merumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut: 1). Bagaimana konsep yang diterapkan pada ilustrasi rangda karya Monez ?, 2). Bagaimana estetika postmodern dari ikustrasi rangda karya Monez?; dan 3). Apakah makna yang terkandung pada ilustrasi rangda karya Monez ?. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data primer yang digunakan untuk menunjang penelitian ini diperoleh dari studi lapangan, wawancara dengan Monez sebagai informan utama. Untuk melengkapi data primer, peneliti memperoleh informasi berbagai sumber berupa buku, jurnal, laporan penelitian, dan sumber kepustakaan lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan teori estetika postmodern dan teori semiotika. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa ilustrasi rangda karya Monez menerapkan konsep imajinatif dalam penciptaannya. Konsep imajinatif diwujudkan melalui penggayaan berlebih pada visualisasi bentuk ilustrasinya. Di dalam postmodern merupakan ciri dari idiom camp. Makna yang muncul dari ilustrasi rangda karya Monez sebagai sebuah karya dengan penggambaran realita secara berlebihan (hiperealitas), antara Iain:makna ekonomi, makna budaya dan makna ekspresi."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 JSRD 21:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tedjoworo
Jakarta: Kanisius, 2001
153.3 TED i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tjut Arasya Nadhifa
"Arsitektur Postmodern mengkritik Arsitektur Modern dengan memasukkan unsur-unsur tradisional dan gaya sejarah dengan pendekatan kontemporer, mendorong apresiasi terhadap tradisi arsitektur dengan menciptakan interaksi dinamis antara masa lalu dan sekarang. Arsitektur Postmodern menolak narasi besar yang mengklaim memberikan pendekatan tunggal, universal untuk arsitektur, alih-alih pendekatan yang menghargai inklusi dan variabilitas. Campuran gaya elektik dan referensi historis mendorong pendekatan desain multi-faceted yang mencakup kompleksitas dan kontradiksi untuk mendapatkan makna yang lebih dalam dan keterlibatan dengan audiens. Abstrak ini mengeksplorasi bagaimana Arsitektur Postmodern mengilustrasikan hubungan yang kompleks antara arsitektur postmodern dan tradisi dengan memeriksa dua arsitek postmodern: pendekatan desain Robert Venturi dan James Stirling. Skripsi ini mengeksplorasi bagaimana hubungan Arsitektur Postmodern dengan tradisi terlihat dalam karya dua arsitek terkenal, Vanna Venturi House karya Robert Venturi dan Neue Staatsgalerie karya James Stirling. Skripsi ini didasarkan pada ulasan penilaian kritis terhadap karya-karya arsitek tersebut, dan pernyataan dari berbagai teoretik untuk memahami hubungan Arsitektur Postmodern dengan tradisi, dilihat sebagai reaksi atau tanggapan.

Postmodern Architecture critiques Modern Architecture by blending traditional elements and historical styles with contemporary approaches, fostering an appreciation for architectural tradition while creating a dynamic interplay between past and present. It rejects grand narratives that claim to provide a single, universal approach to architecture, instead an approach that values inclusion and variability. The eclectic mix of styles and historical references encourages a multifaceted design approach that includes complexity and contradiction to gain deeper significance and engagement with the audience. This abstract explores into how Postmodern Architecture exemplifies the complex relationship between Postmodern Architecture and tradition by examining two Postmodern architects: Robert Venturi and James Stirling’s design approach. This undergraduate thesis examines how Postmodern Architecture's relationship with tradition is evident in the works of two renowned architects, Robert Venturi's Vanna Venturi House and James Stirling's Neue Staatsgalerie. This writing is based on a review of critical assessments, the architects' own works, and statements from various theorists to understand whether Postmodern Architecture's relationship with tradition, viewed as a reaction or a response."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Shinta Megawati
"[Skripsi ini mencoba menganalisa alasan konsumen yang mengonsumsi nilai tanda operasi plastik di era postmodern ditinjau dari pemikiran Jean Baudrillard mengenai konsumsi, nilai tanda, konstruksi identitas dan hiperrealitas. Penulisan ini ingin menunjukkan bahwa dalam mengonsumsi operasi plastik di era postmodern, konsumen tidak lagi mementingkan nilai guna operasi plastik melainkan nilai tanda operasi plastik. Alasan konsumen mengonsumsi operasi plastik di era postmodern bukan karena konsumen membutuhkan kegunaan operasi plastik untuk memperbaiki disfungsi tubuh, akan tetapi alasan konsumen mengonsumsi operasi plastik adalah untuk memenuhkan hasrat konsumen dalam memperoleh citra dan makna untuk membedakan identitas konsumen dalam relasi mereka dalam sosial. Citra dan makna yang ditawarkan televisi dan iklan-iklan dalam media telah membentuk ketidaksadaran massal, melalui konsumsi nilai tanda operasi plastik telah terjadi pembentukan identitas diri, identitas tersebut terlihat lebih nyata dari yang sebenarnya, hiperrealitas.

, This undergraduate thesis tries to analyze the motives of consumer who are consuming the sign-value of plastic surgery in postmodern era by means of Jean Baudrillard’s thingking about consumption, sign-value, identity construction, and hiperreality. This undergraduate thesis showed that in the consuming plastic surgery in postmodern era, consumer didn’t see the use-value of plastic surgery but they only saw the sign-value of plastic surgery. The motives of consumer consuming the plastic surgery in postmodern era isn’t because the consumer want for the function of plastic surgery to recover bodies disfunction, however the motives of consumer consuming plastic surgery is to fulfilling consumer desire within acquires the image and meaning to distinguish consumer identity in their relation on social. Image and meaning which is offered by television and advertisement on media has shaped mass unconsciousness, by means of consuming the sign-value of plastic surgery there has been happening the formation of self identity, the identity that talked about seems more real than beneath it all, hiperreality.]
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S59206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Best, Steven
New York: Guildford Press, 1991
149.97 BES p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 2004
149.97 POS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Advina Ratnaningsih
"Skripsi ini membahas mengenai pemikiran Baudrillard tentang hiperrealitas kemudian masuk kedalam fenomena fesyen yang semakin berkembang pada masa sekarang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S15982
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haura Nabila Malik
"ABSTRAK
Artikel ini akan membahas tentang sebuah film yang berjudul Marguerite 2015 karya Xavier Giannoli yang sangat kuat menampilkan simbolisasi warna putih. Simbol-simbol tersebut akan dianalisis menggunakan konsep pengkajian sinema yang dikemukakan oleh Denis Petrie dan Joe Boggs dalam bukunya yang berjudul The Art of Watching Films. Hasil analisis memperlihatkan bahwa alur pada film ini digerakkan adanya tema besar kebohongan pada umumnya dan white lies pada khususnya. Selain itu, ditemukan juga simbolisasi warna putih yang berkaitan erat dengan watak polos dan naif yang dimiliki oleh tokoh utamanya, Marguerite Dumont.

ABSTRACT
This article will discuss about a film titled Marguerite 2015 by Xavier Giannoli that strongly shows white symbolization. The symbols will be analyzed using the concept of cinema review proposed by Denis Petrie and Joe Boggs from their book, The Art of Watching Films. The results of the analysis show that the flow in this film is driven by a major theme of lies in general and white lies in particular. In addition, also found a symbol of white color that is closely related to the plain and na ve character possessed by the main character, Marguerite Dumont."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hadiansyah
"Adaptasi film ke dalam novel atau sebaliknya seialu menimbulkan perubahan, sebagai akibat dari perbedaan media dan hasil interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sejumlah persamaan dan perbedaan mendasar yang dihasilkan oleh adaptasi dari film ke dalam novel Biala Tak Berdawai, dilihat dari unsurunsur penceritaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam film dan novel Biola Tak Berdawai. Unsur-unsur film dan novel yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian, alur sebab akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan Tatar waktu.
Hasil analisis film dan novel Biola Tak Berdawai terhadap unsurunsur di atas, menunjukkan persamaan sekaligus perbedaan. Cerita dalam film dan novel pada dasarnya sama tetapi menjadi terkesan berbeda ketika Dewa dijadikan penutur di dalam novel. Tokoh Dewa menjadi serba tahu dan mampu menuturkan dengan fasih mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, padahal di dalam film, tokoh Dewa digambarkan sebagai anak yang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan prang fain dikarenakan penyakit autis dan cacat ganda. Dengan demikian, tokoh utama di dalam novel tidak hanya Renjani, tetapi juga Dewa. Perbedaan Iainnya terletak pada berupa kemunculan cerita pewayangan di dalam novel, juga terdapat penghilangan, dan penambahan beberapa cerita. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi penulis novel atas cerita film Biola Tak Berdawai.
Berbeda dengan unsur alur penyajian, alur sebab akibat antara film dan novel tidak menunjukkan perbedaan. Dad awal hingga akhir cerita, novel adaptasi tetap bersetia terhadap film sebagai cerita pertama. Begitu juga dengan latar ruang dan waktu.

The adaptation of film into novel or vice verse always produces changes as the consequence of the different media and the result of the actor and the director's interpretation. This study aims to present some basic similarities and differences which are produced by the adaptation from film into novel Biola Talc Berdawai, and viewed from the story elements.
The method used is structuralism, focusing on the intrinsic elements in film and novel Biota Tak Berdawai. The film and novel elements which are analyzed and compared in this study are plot, the characters and characterization, and setting.
The result of the analysis of film and novel Biola Tak Berdawai to the mentioned elements presents similarities and differences at the same time. The story in film and novel is basically the same but it imprisons different when Dewa is made as a narrator in the novel. The character of Dewa knows everything and he can utter fluently what happens in his surrounding, whereas in film the character of Dewa is showed as the boy who has difficulty to communicating with other people because he is autistic and has double deformity. So the main character in the novel is not only Renjani but also Dewa. The other difference is on the presence of things pertaining to the wayang story in the novel. All those differences present the difference of the writer's interpretation on the story of Biota Tak Berdawai film.
It is different to plot presence, the cause and effect plot between film and novel does not present the difference. From the beginning until the end of story, adapted novel keep loyal to film as the original story. It also happens to the setting of place and time.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Yulia
"Tesis ini membahas pemaknaan khalayak perempuan terhadap film Ketika Tidak Bicara Cinta. Film Ketika Tidak Bicara Cinta merupakan film yang mengangkat tema mengenai percintaan penyandang disabilitas yang dibumbui oleh beberapa adegan seksual. Penelitian ini melihat bagaimana khalayak memaknai kisah cinta dan adegan seksual para penyandang disabilitas dalam film Ketika Tidak Bicara Cinta. Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktivis dengan memakai teori resepsi encoding-decoding Stuart Hall untuk melihat pemaknaan dari khalayak aktif. Penelitian ini bersifat deskriptif, hal ini dikarenakan data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa hasil wawancara dengan para informan. Teknik pengumpulan menggunakan wawancara mendalam dengan informan.
Hasil penelitian ini terlebih dahulu melihat pemaknaan cinta, adegan seksual, dan disabilitas yang telah terkonstruksi pada khalayak perempuan "normal". Setelah itu, dilanjutkan dengan pemaknaan terhadap cinta dan adegan seksual para penyandang disabilitas dalam film Ketika Tidak Bicara Cinta. Konsep encodingdecoding film tersebut menghasilkan bahwa posisi ketiga informan dalam memaknai film Ketika Tidak Bicara Cinta cenderung dipengaruh oleh budaya yang dianut, latar belakang keluarga dan pendidikan, serta pola pergaulan

This thesis discusses about women audiences reception toward What They Don’t Talk about When Talk about Love Movie. The story of this film is about disabilities love and sexual stories. This thesis sees how the audience's reception about disabilities love and sex stories in the film. This research uses constructivist approach along with the encoding-decoding reception theory by Stuart Hall. This research is descriptive because the data that has been gathered is the description from all informants. The data gathered technique is through in-depth interview.
The result of this research is to see audience reception for love, sexual film scene, and disability that has been construct in a "normal" society especially women. Then, it will proceed with women audience reception toward disabilities love and sexual scene from What They Don't Talk about When They Talk about Love film. Encoding-Decoding concept brings a result that the audience receptions depend on their culture, family and education background, also their peer group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T36111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>