Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71565 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elsanty Noveria Syamsi
"Industri garment atau pakaian hampir dapat dikatakan tidak mempunyai entry barrier karena tidak diperlukan modal yang besar, teknologi yang cangg .ih maupun pekerja yang trampil. Disisi lain, sektor mi mampu menampung tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga sangat cocok diterapkan dinegara-negara berkembang.
Ada tanda-tanda bahwa Indonesia akan semakin berperandalam industri mi baik untuk pasaran dalam negeri rnaupur untuk pasaran ekspor. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dalam hal jumlah tenaga kerja yang melimpah dan relatif murah, tersedianya bahn baku dan iklim. Investasi yang kondusif.
Dengan kondisi seperti disebutkan diatas,. Dipastikan pendatang baru dalam bidang mi akan semakin meningkat dan persaingan akan semakin tajam. Persaingan ini tidak hanya dalam hal kualitas, tetapi konsumen juga menuntut mode yang mengikuti jaman serta citra atau image yang ditimbulkan oleh produk tersebut.
Store image sangat penting untuk diperhatikan karena dapat mewakili semua aspek yang ingmn ditampilkan oleh sebuah toko, dapat merupakan umpan balik yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang stratejis dan dapatmenjadi pedoman untuk melakukan perubahan-perubahan untuk mencapai tujuan.
Masalahnya tidak mudah bagi H & R untuk menciptakan image dan positioning yang dikehendaki karena ada faktor-faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi pembinaan citra ini.Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain adalah adanya globalisasi pasar dimana, kemajuan teknologi informasi perilaku konsumen di Indonesia serta persaingan yang semakin tajam dalam pasar dalam negeri.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi sukses tidaknya bisnis retail. pakaian jadi antara lain adalah bauran produk dan pelayanan, baurari komunikasi dan bauran harga yang diterapkan untuk mendukung citra tokonya tersebut. Bila ditinjau dari segi demografis yaitu dari jumlah dan distribusi umur serta potensipasar dalam negeri yaltu daya beli masyarakat, maka peluang dan prospek H & R sangat balk dimasa-masayang akan datang.
Pada usianya yang relatif masih sangat muda yaitu kurang lebih dua tahun, dapat dikatakan bahwa H & R cukup berhasil dalam menerapkan strateji retaiuingnya meskipun belum bisa mencapai store image yang diharapkan karena bila ditinjau dari realisasi penjualan, H & R belum mencapal target yang telah ditetapkan.
Keberhasilan dari penerapan .strateji retailing H & R ini banyak ditunjang oleh tersedianya dana untuk kepenluan tersebut, sehingga H & R dapat melakükan trial and error dalam produknya, melakukan promosi-promosi untuk meningkatkan citra atau. Image dari produknya serta mampu tetap menempati lokasi-lokasi yang dinilai stratejis di pusat-pusat perbelanjaan.
Namun demikian, agar citra atau store image yang diharapkan dan target penjualannya dapat tercapai maka beberapa saran yang dapat diterapkan oleh H & R antara lain adalah pertama H & R harus lebih selektif dan efektif dalam mengeluarkan biaya promosi agar kerugian dapat dihindari. Saran kedua adalah bahwa koordinasi dan komunikasi antar departemen perlu ditingkatkan dan dibina terus menerus. Ketiga, untuk menunjang penerapan system distribusi yang dipil.ihnya, sebaiknya H & R mempunyai ciri yang. khas untuk seluruh outletnya (prototype store) agar dapat menunjang upayanya dalarn dalam menciptakan store image dan posisi yang diharapkan.
Sedangkan untuk jangka panjang, H & R perlu mempersiapkan internal capabilities untuk mengembangkan franchise yang telah dimulai pembukaannya. Sistem ini selain dapat meningkatkan volume penjualan, dapat juga meningkatkan citra tokonya dimata konsumen."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry C. Samuel
"Indonesia merupakan satu-satunya penghasil rokok kretek di dunia. Industri rokok kretek di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik, sehingga pangsa pasarnya di Indonesia dapat mengalahkan pangsa pasar rokok putih. Rokok kretek sekarang sudah di ekspor ke mancanegara.
Pada saat ini industri rokok Indonesia dikuasai oleh beberapa pabrik rokok besar seperti PT Djarum, PT Gudang Garam, PT HM Sampoerna, PT Bentoel. Keempat perusahaan inilah yang memiliki pasar rokok kretek terbesar di Indonesia.
Pertumbuhan industri rokok kretek tidak terlepas dari perubahan baik lingkungan makro ataupun operasional. Faktor lingkungan makro yang paling banyak mempengaruhi industri ini adalah peraturan pemerintah yang dikeluarkan setiap tahun dan agak sulit diantisipasi. Selain itu faktor sosial budaya dan perkembangan teknologi juga turuc. mempengaruhi industri rokok kretek di Indonesia.
Tanggal 1 April 1991, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan stratifikasi industri rokok kretek. PT Djarum digolongkan sebagai perusahaan besar, bersama PT Gudang Garam. Selain itu juga diatur mengenai isi kemasan rokok dan harga jual perbatang rokok berdasarkan stratifikasi di atas.
Distribusi penduduk di Indonesia tidak rnerata. Keadaan demografis ini akan mempengaruhi pola distribusi produk. Masyarakat semakin sadar akan kehidupan yang lebih sehat, clan kegiatan merokok dianggap salah satu penyebab polusi lingkungan clan merusak kesehatan. Masalah kesehatan ini juga mempengaruhi penjualan rokok kretek.
Faktor lingkungan makro yang juga banyak mempengaruhi industri rokok kretek adalah perkembangan teknologi. Perkembangan teknik pendingin ruangan dapat mengurangi ruang perokok, tetapi sebalik.nya teknik pembuatan filter rokok mendorong perusahaan rokok untuk membuat rokok dengan kadar nikotin clan tar yang semakin rendah.
Faktor persaingan antar perusahaan, konsumen dan pemasok merupakan lingkungan industri yang amat mempengaruhi industri rokok kretek. Konsumen rokok kretek memiliki kekuatan yang besar dalam melakukan tawar menawar. Penasaran produk di atas harga psikologis konsumen mengakibatkan turunnya permintaan akan produk tersebut.
Pemasok juga merupakan faktor yang mempengaruhi perusahaan. Pasokan cengkeh merupakan ancaman bagi industri rokok kretek. BPPC, sebagai satu-satunya badan yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan penyanggahan dan pemasaran cengkeh, menetapkan harga jual cengkeh yang terlalu tinggi. Sedangkan cengkeh merupakan salah satu bahan baku utama pembuat rokok kretek.
Persaingan dalam industri rokok kretek di tahun 1991 pada kelas perusahaan besar terjadi antara PT Djarum dan PT Gudang Garam. PT Djarum memiliki kekuatan pada produk SKM, sedangkan PT Gudang Garam mengandalkan produk SKT. PT - Djarum lebih unggul dalam rasanya produk, yang bukan merupakan pertimbangan pertama konsumen dalam memilih produk rokok kretek, sedangkan PT Gudang Garam lebih unggul dalam bidang yang menonjolkan pada faktor faktor yang merupakan pertimbangan utama dalam pembelian rokok kretek.
Pada tahun 1991 PT Djarum mengalami penurunan penjualan yang cukup besar, sehingga pada tahun 1992 perusahaan Djarum digolongkan sebagai perusahaan menengah besar. Pada kelas ini akan ada tiga perusahaan yang bersaing, yaitu PT Djarum, PT Bentoel, serta PT H~ Sampoerna. Ketiga perusahaan tersebut memiliki karakteristik produk yang berbeda, produk PT HM Sampoerna menggunakan light top flavour, produk PT Djarum menggunakan medium top flavour, sedangkan PT Bentoel menggunakan heavy top flavour.
Ada dua jenis strateji untuk keunggulan bersaing yang dapat diterapkan oleh PT Djarum. Pertama dalam jangka pendek, PT Djarum sebagai pemimpin pasar perusahaan kelas menengah besar dapat menerapkan strateji melindungi pangsa pasar, atau jika mungkin rnelakukan perluasan pasar. Kedua dalam jangka panjang, jika PT Djarum dapat meningkatkan penjualan dan bersaing kembali dengan PT Gudang Garam pada kelas perusahaan besar, maka posisi PT Djarum adalah sebagai penantang pasar. Streteji yang dapat digunakan adalah persaingan langsung.
Pada tahun 1992, diasumsikan PT Djarum berada sebagai pemimpin pasar pada kelas menengah-besar, strateji pemasaran yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut: - Produk SKM dibuat semakin pendek dan ringan sesuai dengan perkembangan teknologi filter rokok, karena rokok ini ditujukan pada orang muda yang cenderung mengikuti perkembangan.
- Harga jual SKT sesuai dengan harga psikologis konsumen, karena produk ini ditujukan pada masyarakat berpenghasilan menengah.
- Promosi kedua produk hendaknya dilakukan dengan lebih selektif.
- Saluran distribusi yang digunakan adalah saluran distribusi yang telah digunakan selama ini, karena saluran distribusi tersebut telah cukup efektif.
Diharapkan dengan implementasi strateji ini maka PT Djarum dapat memperbaiki posisinya pada tahun 1992. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buskirk, Richard Hobart, 1927-
New York: McGraw-Hill, 1979
658.91 BUS r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA2361
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA2361
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA2361
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA2320
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Handoyo Widodo
"Laporan Rugi-laba yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya menggunakan metode full costing seperti dianjurkan oleh Persatuan Akuntansi Indonesia. Metode full costing menghitung harga pokok dengan membebankan seluruh komponen biaya baik yang bersifat variabel dan biaya tetap. Kondisi demikian mengakibatkan manajemen terkadang lalai memperhatikan contribution margin yang diberikan oleh setiap jenis/item dan produknya. Untuk itu, menajemen sebaiknya berupaya untuk memperoleh informasi biaya yang relevan sebagai dasar pengambilan keputusan produksi.
Metode variable costing dan activity based costing system dapat dipilih sebagai alternatif untuk pengambilan keputusan produksi karena metode ini memberikan informasi mengenai besarnya biaya variabel yang sungguh-sungguh diserap oleh produk serta informasi contribution margin dari tiap jenis produk. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa berdasarkan metode full costing dan variable costing untuk jenis produk kemeja formal pria, kemeja kasual pria dan pakaian anak wanita sama-sama menunjukkan laba.
Sedangkan untuk jenis produk blouse wanita bila ditinjau dengan metode full costing ternyata menunjukkan adanya kerugian sebesar Rp.15.113.468,00 tetapi bila dicermati dengan menggunakan metode variable costing produk blouse wanita ternyata masih memberikan contribution margin sebesar Rp.41.999.284,00 yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap total. Informasi yang diperoleh dari metode variable costing menunjukkan prestasi yang dapat dicapai oleh setiap jenis produk yang diproduksi.
Dari hasil penelitian ini, direkomendasikan agar manajemen sebaiknya memilih metode variable costing untuk informasi tambahan sebagai pengambilan keputusan produksi khususnya keputusan untuk menghentikan atau meneruskan produksi jenis produk blouse wanita. Walaupun jumlah contribution margin tersebut memang tidak terlalu material dibandingkan omzet penjualan, namun penting untuk diperhatikan karena informasi yang disajikan oleh metode full costing kemungkinan dapat menyesatkan manajemen dalam pengambilan keputusan.
Dengan menggunakan metode variable costing perusahaan sebaiknya tetap memproduksi blouse wanita karena produk tersebut masih memberikan contribution margin bagi perusahaan serta telah mempunyai pasar yang baik di luar negeri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T10088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Earnest Viceroy
"ABSTRAK
Industri garmen merupakan industri padat karya sehingga memiliki bentuk pengelolaan sumber daya manusia yang berbeda karena sebagian besar operasional kerja menggunakan tenaga tradisional atau manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kerja dan upaya yang perlu dilakukan dalam mengelola dan meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan di industri garmen Indonesia. Variabel kualitas kehidupan kerja yang diteliti adalah kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang, dasar sumber daya manusia, keikutsertaan dalam perserikatan, dan komunikasi dengan pengaduan keluhan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif single cross section. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah perusahaan di bidang garmen masih kurang memperhatikan pada aspek kesempatan karyawan untuk bertumbuh, dan berkembang. Selain itu, perlu ditingkatkan kegiatan komunikasi antara atasan dan karyawan dalam menyelesaikan masalah kerja. Hal ini didukung dengan tingginya minat karyawan untuk mengetahui informasi tentang masalah ketenagakerjaan.

Abstract
The garment industry is classified as a traditional industry. This fact explains why its human resources management has to differ from other kinds of industry, since most of its operation is solely powered by human. This study aims to observe the work conditions as well as to evaluate how to improve the quality of worker?s life (QWL) in Indonesian garment industry. The QWL mentioned above comprises of the chances of growth and development, participation in unions and ability to communicate and resolution of conflicts. This study was conducted using the descriptive single cross section method. Based on this research, it was found that companies that run in the garment industry have not paid enough attention on the growth and development of their workers. Another issue that needs to be highlighted is the fact that the companies still have to improve the quality of communication between supervisors and workers in order to solve problems that occur in the workplace. This research has shown that workers commonly have a high intention to be well-informed about human resources management issues"
2012
T32214
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zuriah Sunarmi
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Untuk Mengetahui hubungan kuat penerangan dengan kelelahan mata dan produktivitas kerja, telah dilakukan penelitian kross seksional terhadap 264 tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai penjahit di Industri Konveksi PT. Busana Rama Tekstil & Garment. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Anamnesa, pemeriksaan fisik, khususnya kelelahan mata dengan menggunakan near point ruler serta pemeriksaan lingkungan terutama yang menyangkut penerangan tempat kerja dengan menggunakan lux meter.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian mencatat kuat penerangan rata-rata di seluruh tempat kerja adalah 238.50 lux, dengan simpang baku 77.36. Prevalensi rate kelelahan mata setelah 4 jam adalah 84.5%. Tidak ditemukan hubungan antara timbulnya kelelahan mata dengan kuat penerangan, warna bahan pakaian, lama kerja, pendidikan, serta golongan umur. Produktivitas rata-rata seluruh pekerja setelah bekerja selama 4 jam adalah 72,65 potong pakaian per jam dengan simpang baku 38.47. Hasil uji statistik memperlihatkan hubungan yang bermakna antara produktivitas kerja dengan warna bahan pakaian serta dengan kuat penerangan, tetapi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kelelahan mata, lama kerja, pendidikan, dan golongan umur.

The Relationship between Light Intensity and Asthenopia as well as Working Productivity of the Labor Working at Garment Industry of PT. Busana Rama Textile & Garment TangerangThe Scope and Method of Study. In order to find out the relationship between the light intensity with asthenopia and working productivity, a cross sectional study is conducted toward 264 female worker who are working as tailor in the garment industry of PT. Busana Rama Textile and Garment. The collection of data is carried out by anamneses, physical examination, especially related to asthenopia by using near point ruler, and environment examination regarding the light intensity at the working place by using the lux meter.
Results and Conclusion: The study find out that the average light intensity for all working places is 238,50 lux, with standard deviation of 77.36. The prevalence rate of asthenopia after working for 4 hours is 84,5%. There are no relationship between asthenopia and light intensity, color of clothes raw-material, length of work, educational level, and age group of the female workers. The average productivity for all workers after working for 4 hours is 72,65 pieces of cloth per hour with the standard deviation of 38,47. The result of statistic shown that there are relationship between working productivity and color of cloths raw-material and light intensity. However with regards of asthenopia, length of work, educational level, and age group of the female workers there are no relationship with working productivity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>