Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41467 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tateki Yoga Tursilarini
"ABSTRAK
Transisi demografi, dari tingkat kelahiran tinggi menjadi rendah merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari. Gejala tersebut juga terjadi di Indonesia, angka kemiskinan di Indonesia yang tinggi, menyebabkan lansia terlantar dan rawan terlantar cukup tinggi. Permasalahan ketelantaran menjadi prioritas dalam pembangunan kesejahteraan sosial melalui program ASLUT (asistensi lanjut usia terlantar). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kondisi penerima manfaat, implementasi program, dan pendampingan lanjut usia terlantar. Sumber data adalah lansia penerima manfaat, anggota keluarga, pendamping, aparat desa, aparat pos, dinas sosial. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan FGD, data analisis secara deskriptif kualitatif. Program ASLUT dirasakan kemanfaatan bagi lansia terlantar, meskipun bantuan sosial belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan hidup. Intervensi pendamping belum semua terlibat langsung atau beraktivitas dalam membantu lansia menjalani kehidupan sehari-hari. Intervensi sosial baru sebatas mendampingi dalam menerima bantuan dan memberi penyuluhan penggunaan bantuan. DIrekomendasikan, kementerian sosial memberi bantuan sosial sesuai dengan kondisi lansia, untuk meningkatkan kinerja pendamping agar mendapatkan bimbingan teknik lanjut, sehingga kinerja lebih optimal."
Yogyakarta : Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2016
360 MIPKS 40:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maylan Wulandari
"Tingginya presentase keluhan kesehatan pada lansia di Indonesia pada tahun 2014 yaitu52,67 . Hal tersebut menunjukkan bahwa keluhan kesehatan di Indonesia masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat. Adanya penurunan fungsi berbagai sistemorgan pada lansia dan akibat dari faktor lain memperburuk keluhan kesehatan pada lansia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengankeluhan kesehatan pada lansia di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis lanjut data sekunder Susenas Kor 2015. Desain studi yang digunakan adalahcross sectional dengan jumlah sampel 94.326 lansia. Sampel diambil secara totalsampling.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui lansia yang mengalami keluhankesehatan sebesar 46.202 lansia 49. Faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan kesehatan pada lansia yaitu usia ge; 80 tahun POR=1,17, usia 70-79 tahun POR=1, 18; jenis kelamin perempuan POR=0,82, status perkawinan hidup tanpa pasangan POR=1,08; pendidikan tidak pernah bersekolah/tidak tamat SD POR=1,68, pendidikan rendah POR=1,41, pendidikan sedang POR=1,12; sudah tidak bekerja POR=1,38; daerah tempat tinggal perdesaan POR=1,04 ; merokok POR=0,89 danmemiliki jaminan kesehatan POR=1,24. Status ekonomi tidak berhubungan denganterjadinya keluhan kesehatan pada lansia. Nilai EF tertinggi pada faktor pendidikan tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD 38,56 dan berpendidikan rendah 26,78 dan faktor pekerjaan sudah tidak bekerja 14,78. Sedangkan nilai PF tertinggi padafaktor pendidikan tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD 59,65 dan berpendidikanrendah 35,02 dan faktor pekerjaan sudah tidak bekerja 14,38.

The high percentage of health complaints in Indonesian elderly in 2014 is 52.67 .This shown that health complaints in Indonesia still be a public health problem.Decreased of multiple organ systems in the elderly and the consequences of other factorsmaked health complaints increased in the Indonesian elderly. The purpose of this studywas to determine the factors associated with health complaints in the Indonesian elderlyviiiUniversitas Indonesiain 2015. This study was analyze the secondary data of Susenas Kor 2015. This study useda cross sectional design with 94,326 sample. Samples were taken in total sampling.
The result showed that 46,202 elderly 49 the elderly had health complaints. Factorsassociated with the incidence of health complaints in the elderly are age ge 80 years POR 1.17, age 70 79 years POR 1.18 sex female POR 0.82, life without spouse POR 1.08 education never attended school did not complete primary school POR 1.68, low education POR 1.41, medium education POR 1.12 is not working POR 1.38 rural area POR 1.04 smoking POR 0.89 and have health insurance POR 1.24. Economic status is not related to the occurrence of health complaints inthe elderly. The highest EF were education factor never attended school or did notcomplete elementary school 38.56 and low educated 26.78 and work factor notworking 14.78. While the highest PF were education factor never attended schoolor did not complete primary school 59.65 and low education 35.02 and work factors already not working 14.38.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Rachmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penduduk lansia bermigrasi, dan bagaiman peran status migrasi dalam menentukan perubahan kebahagiaan lansia. Penelitian menggunakan data IFLS 2007 dan 2014, dengan sampel lansia yang berusia 60 tahun ke atas pada IFLS 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial demografi status bekerja, status tinggal bersama pasangan atau anak, dan kepemilikan rumah menentukan keputusan lansia untuk bermigrasi. Faktor lain seperti status sehat memberikan hasil yang tidak signifikan. Status migrasi sebagai variabel utama tidak menunjukkan hasil yang tidak signifikan dalam menentukan perubahan kebahagiaan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya proses transisi melalui migrasi tidak semata-mata dapat menentukan perubahan kebahagiaan lansia.

ABSTRACT
This research aimed to know what factors determining elderly movements, and its consequence on elderly happiness. As a longitudinal analysis, this research explores two Indonesian Family Life Surveys IFLS 2007 and 2014 data. The unit of analysis is a household member aged 60 years from IFLS 2007. The result show that the elders tend to be stayers than movers at their residents. Socio demographic factors such as working status, presence of living spouse or children, and tenure house are significantly determine the decision to move or to stay. Other factors such as health status have less significant impact. migration status as a main variable does not show a significant impact on happiness of the elder. It means that a new environment is not solely determine the change of elderly happiness."
2017
T48812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toton Witono
"Kualitas pelayanan sosial untuk kesehatan mental lansia dipengaruhi interaksi antara praktisi kesejahteraan sosial dan klien. Interaksi melibatkan banyak aspek, termasuk spiritualitas, maka penelitian ini menggali pemahaman spiritualitas praktisi dan praktiknya dalam pelayanan, bagaimana spiritualitas dihayati lansia, dan bagaimana lansia menghadapi penderitaan. Kajian kualitatif ini melibatkan 20 informan praktisi dan klien dengan metode wawancara, observasi, dan kajian dokumen. Proses coding menggunakan NVivo untuk mempermudah analisis. Hasil penelitian menunjukkan spiritualitas praktisi dihayati dan diekspresikan dalam berbagai komponen dan dipraktikkan ketika berinteraksi dengan klien. Spiritualitas lansia juga tercermin dalam sejumlah kategori yang punya peran penting menjaga kesehatan mental ketika menghadapi penderitaan hidup.

Service quality for elderly mental health is influenced by interaction between practitioners and clients. The interaction involves spirituality, so this study explores practitioners? understanding of spirituality and its implementation in service, how the elders live spirituality, and how they cope with sufferings. This qualitative study recruited 20 informants explored through interview, observation, and document review. NVivo software was used to organize coding results for analysis process. This study finds that practitioners? spirituality is lived and expressed in various components that is used in interaction. The elders have also spiritual sides echoed through some categories having contributions to their mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2083
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Husna
"Indonesia akan mengalami penuaan penduduk dengan proyeksi peningkatan populasi lanjut usia (lansia) sebesar 15.8% pada tahun 2035. Peningkatan populasi lansia dapat mempengaruhi peningkatan kejadian penyakit degeneratif, termasuk sarkopenia yang ditandai dengan hilangnya massa dan kekuatan otot secara progresif. Lansia obesitas dapat mengalami sarkopenia di mana kondisi ini disebut obesitas sarkopenia dengan morbiditas dan mortalitas lebih tinggi dibandingkan hanya obesitas atau sarkopenia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kadar kolesterol total dengan kondisi obesitas sarkopenia pada pasien lansia.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang dilakukan pada populasi pasien lansia dengan sarkopenia. Penilaian obesitas sarkopenia pada subjek dilakukan berdasarkan kuesioner SARC-F dan BIA untuk komponen sarkopenia, IMT untuk komponen obesitas, dan kadar kolesterol total dari uji laboratorium melalui data rekam medis RSCM dari bulan Januari – Agustus 2022.
Hasil: Terdapat 157 subjek penelitian dengan prevalensi yang mengalami obesitas sarkopenia sebanyak 94 orang (59.87%). Pada analisis bivariat, didapatkan hasil bahwa kadar kolesterol total memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan obesitas sarkopenia (p= 0.376). Rerata kadar kolesterol total pada kelompok sarkopenia tanpa obesitas adalah 177.65 ± 38.75 dan pada kelompok obesitas sarkopenia adalah 176.21 ± 46.73.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol total dengan kondisi obesitas sarkopenia pada pasien lansia.

Indonesia will experience an aging population, with a projected increase in the elderly population by 15.8% in 2035. An increase in the elderly population can affect the incidence of degenerative diseases, including sarcopenia, characterized by progressive muscle mass and strength loss. The elderly with obesity can experience sarcopenia. This condition is called obesity sarcopenia, with higher morbidity and mortality than only obesity or sarcopenia. This study aims to determine the relationship between total cholesterol levels and obesity sarcopenia in elderly patients.
Method: This research is a cross-sectional study of elderly patients with sarcopenia. Sarcopenic obesity assessment was performed on subjects based on the SARC-F and BIA questionnaires for sarcopenic components, BMI for obesity components, and total cholesterol levels from laboratory tests through RSCM medical record data from January - August 2022.
Result: There was 157 subjects in total, with a sarcopenic obesity prevalence of 94 people (59.87%). The bivariate analysis showed that total cholesterol levels had no significant relationship with sarcopenic obesity (p = 0.376). The mean total cholesterol level in the sarcopenia group without obesity was 177.65 ± 38.75 and in the sarcopenia obesity group was 176.21 ± 46.73.
Conclusion: There is no significant relationship between total cholesterol levels and sarcopenic obesity in elderly patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang peran pekerja sosial dalam memberikan pelayanan terhadap lanjut usia. Keterlantaran yang disandang lanjut usia membutuhkan perhatian karena berbagai kemunduran dan ketidakberdayaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Tempat tinggal yang layak merupakan salah satu kebutuhan dasar lanjut usia yang harus dipenuhi guna menjamin kesejahteraan hidupnya agar lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dalam suasana yang diliputi rasa aman, terpenuhi kebutuhan hidupnya sehingga lanjut usia dapat menikmati sisa hidupnya dengan tenang. Lanjut usia terlantar yang tidak mempunyai rumah dan tidak ada yang mau memberikan tempat tinggal apabila tidak mendapatkan pelayanan sosial bisa bertambah parah kondisi keterlantarannya, pekerja sosial dibutuhkan untuk meminimalisir keterlantaran. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu Panti Wredha Budhi Dharma dengan pertimbangan di panti ini dalam memberikan pelayanan telah melibatkan pekerja sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Informan terdiri dari lanjut usia, petugas dan pekerja sosial yang memberikan pelayanan sosial terhadap lanjut usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja sosial berperan dalam memberikan pelayanan sosial terhadap lanjut usia, dengan berbagai peran yang dilakukan menjadikan lanjut usia dapat menerima kondisi dirinya sebagai bagian keluarga besar panti sehingga dapat menikmati hari tuanya dengan tenang dalam suasana sejahtera yang diliputi rasa aman terpenuhi kebutuhan hidupnya serta mendapatkan kepuasan secara psikologis dengan adanya pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial dan juga seluruh aparat panti. Berdasarkan hasil penelitian tersebut direkomendasikan kepada Kementerian Sosial untuk memberikan perhatian dan dukungan terhadap pekerja sosial di panti karena meskipun tidak berlatar belakang pendidikan pekerjaan sosial namun kenyataannya melaksanakan pekerjaan sosial dalam tugasnya. Dukungan dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kepada pekerja sosial guna meningkatkan kapasitasnya yang akan berdampak dalam menjalankan tugasnya sebagai pekerja sosial yang erat kaitannya dengan nilai kemanusiaan."
JPKSY 14:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kusdianto
"Penurunan tingkat kelahiran dan kematian di Indonesia telah menyebabkan jumlah rumah tangga dengan anggota berusia lanjut (berusia 60 tahun keatas) terus bertambah. Akan tetapi, secara umum tingkat kesejahteraan penduduk usia lanjut relatif lebih rendah. Rendahnya kesejahteraan rumah tangga usia lanjut menimbulkan permasalahan sosial dan ekonomi, seperti penelantaran penduduk usia lanjut, penurunan kualitas SDM, serta peningkatan belanja pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan generasi usia lanjut. Kebijakan untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi tersebut perlu ditetapkan berdasarkan analisis kependudukan dari tingkat rumah tangga. Studi ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara jumlah anggota rumah tangga usia lanjut dan kesejahteraan rumah tangganya. Menggunakan data 86.927 rumah tangga usia lanjut dari hasil Susenas pada Maret 2019, dengan regresi linier berganda, ditemukan bahwa jumlah penduduk usia lanjut dalam rumah tangga berhubungan signifikan dengan tingkat kesejahteraan rumah tangganya yang lebih rendah. Penduduk usia lanjut memiliki pengaruh paling signifikan terhadap lebih rendahnya rasio kesejahteraan rumah tangga dibandingkan anggota rumah tangga usia dewasa dan anak; dan penduduk usia lanjut juga berhubungan signifikan dengan rasio pengeluaran makanan rumah tangga yang lebih tinggi. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan, wilayah, lokasi, dan kesadaran anggota rumah tangga memanfaatkan akses kesehatan secara optimal serta lama pendidikan dan usia kepala rumah tangga berhubungan dengan kesejahteraan rumah tangga usia lanjut yang lebih tinggi.

Fertility and mortality decline in Indonesia has caused the number of households with elderly members (aged 60 years and over) to grow. However, in general, the level of their welfare is relatively lower. It leads to socio-economic problems such as elderly neglect, decreased quality of human resources, and increased government spending to improve welfare and develop the elderly generation. Policies to anticipate and deal with these problems need to be taken based on population analysis from the household level. This study aims to investigate the association between the number of older people in a household and their household's welfare. Using 86,927 elderly households data from the results of Susenas March 2019, with multiple regression analysis, this study found that the number of elderly is significantly associated with lower household welfare. The number of elderly has the most significant influence on the lower ratio of household welfare compared to adult and child; the number of elderly was also significantly associated with the higher household food expenditure ratio. The results of this study also found that income, region, location, awareness of household members to utilize health services optimally, and the length of education and age of the household head is positively related to better elderly household welfare."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Alawiyah
"Populasi lanjut usia terus meningkat dan hal ini dapat diiringi dengan peningkatan permasalahan kesehatan, salah satunya kesepian pada lansia. Kesepian adalah perasaan yang muncul karena adanya perbedaan antara kepuasaan terhadap jaringan sosial yang nyata dan yang diharapkan. Kesepian dapat terjadi jika dukungan sosial yang diterima rendah. Penelitian ini bertujuan meneliti hubungan antara dukungan sosial dan kesepian pada lansia yang berada di panti werdha Bina Bhakti Serpong. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan responden sebanyak 40 lansia yang dipilih menggunakan total sampling. Instrumen untuk mengukur kesepian adalah UCLA Loneliness Scale dan untuk dukungan sosial adalah Social Support Questionaire (SSQ). Pada analisis data dengan chi square, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial dan kesepian pada lansia. Pada lansia dengan dukungan sosial tinggi, tingkat kesepian yang dialami rendah. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah penelitian dilakukan dengan jumlah responden lebih, beragam, dan penelitian tidak dilakukan di satu tempat.

Elderly population continues to increase, and this can be accompanied by increased health problems in the elderly, one example is loneliness. Loneliness is feeling that appear because there is difference between the real and the expected satisfaction of social network. Loneliness can be happen if social support is low. The purpose of this study is to know the relationship between social support and loneliness in elderly that live in Bina Bhakti Nursing Home. Design of the study is cross sectional with 40 respondents that selected with total sampling. Loneliness is measured by UCLA Loneliness Scale and social support is measured by Social Support Questionaire (SSQ). With chi-square analysis, the result is there is significant relationship between social support and loneliness in elderly. Elderly with high social support have low loneliness. Recommendations for the next study are the sample should be bigger, more vary, also the place should be more than one place."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmah Bekti Utami
"Lansia merupakan bagian dari masyarakat yang mampu berperan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai manfaat penerima program Bina Keluarga Lansia (BKL) Impaladalam mengatasi permasalahan lansia, khususnya di wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan yang telah berjalan sejak tahun 2018 hingga 2021. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa, wawancara mendalam bersama delapan informan menggunakan media digital secara daring (aplikasi Whatsapp) dan studi literatur. Hal ini dilakukan karena situasi pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan penelitian untuk dilakukan dengan observasi langsung. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa program Bina Keluarga Lansia (BKL) memberikan manfaat dalam mengatasi permasalahan lansia melalui pemenuhan kebutuhan lansia dengan melakukan kegiatan pengembangan yang dilakukan lansia, keluarga, dan masyarakat setempat. Program Bina Keluarga Lansia (BKL) Impala ini juga memberikan manfaat sebagai upaya menghadapi tantangan bonus demografi dalam beberapa tahun mendatang. Dengan adanya Bina Keluarga Lansia (BKL), masyarakat memahami bagaimana menghadapi masa usia lanjut sehingga dapat menciptakan kondisi lansia yang tangguh dan tidak menjadi beban pembangunan.

The elderly are part of the community who can play a role according to their abilities. This study aims to describe the benefits of recipients of the Impala Elderly Family Development (EFD) program in overcoming the problems of the elderly in the RW 04, Pancoran Village, South Jakarta in the period from 2018 to 2021. The study was conducted using descriptive qualitative methods with data collection techniques. In the form of in-depth interviews with eight informants using online digital media (Whatsapp application) and literature studies. This was done due to the Covid-19 pandemic situation which did not allow research to be carried out by the elderly, families, and local communities. The Impala Family Development Program also provides benefits as an effort to face the challenges of the demographic bonus in the next few years. With Elderly Family Development (EFD) the community understands how to deal with aging so, they can create conditions for the elderly who are taught and not a burden on development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Yuliastuti Putri
"

Peran pendamping dalam berjalannya program pendampingan dan perawatan lanjut usia di lingkungan keluarga (Home Care) sangatlah penting. Maka dari itu diharapkan pendamping memiliki perilaku prososial dalam menjalankan perannya. Skripsi ini membahas mengenai perilaku prososial pada pendamping lansia. Penelitian ini adalah penelitian kulitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa semua pendamping memiliki perilaku prososial, yang terbagi kedalam  beberapa pendamping yang memiliki perilaku altruis karena adanya motivasi altruism concern dan beberapa pendamping yang memiliki perilaku menolong karena adanya motivasi egoistic concern di dalam diri pendamping. Perbedaan perilaku prososial ini yang menyebabkan perbedaan pendampingan yang diberikan pendamping kepada lansianya.


The role of companion in passage of mentoring programs and elderly care in a Home Care is very important. Thus it is expected that all companion had prosocial behavior in their role as an elderly companion. This thesis discusses the existing prosocial behavior in elderly companion. This study using qualitative approach with descriptive research method. The results of this study describe that all companion had prosocial behavior, which being divided into two type of motivation, there are some companion who has altruistic behavior because of the altruism concern and there are some who have a companion helping behavior because of the egoistic concern. This Prosocial behavior difference causing the difference type of mentoring given to the other elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>