Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20041 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anderson, Peter J.
"Legal and illegal drugs are responsible for 18 per cent of all years lost due to ill health and premature death in Europe, imposing economic burdens of 2.5 per cent of gross domestic product. No one country has yet got it right in terms of policies to reduce the harm done by drugs. This book, based on a five-year European reframing addictions project, proposes a nine-point plan to redesign addictions governance: (1) heavy use over time should be the replacement descriptor for concepts and terms such as dependence; (2) policies should address and reduce the social stigma linked to addictive drugs; (3) drug policies should be based on a sound understanding of evolutionary behaviour, with humans having evolved to be active and functional, rather than passive and vulnerable, with respect to drug-taking; (4) addiction policies should be assessed for their impact on a range of societal well-being outcomes beyond physical and mental health; (5) drug policies should be monitored by toxicology-based margins of exposure (MOE) analyses, with no policy resulting in a MOE of under 10 for individual daily drug consumption; (6) addiction policies should be judged for their impact in reducing heavy use; (7) smart addiction policies require whole-of-government and whole-of-society approaches; (8) government policy-making for addictive drugs and behaviours should be free of the influence of relevant producer and service provider companies; and (9) a health footprint should be used as the accountability tool to apportion the ill health and premature death due to drugs across both public and private sectors."
Oxford: Oxford University Press, 2017
e20470535
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Hellman, Matilda
"This book presents new European work in the area of addiction studies, focusing on the temporal and spatial variances of addiction behaviours and the solution repertoires for dealing with their problematic variants. It contains work in three main research areas. First, it provides insight into the historical and regionally bound language use tied to addiction problems, showing how concepts and ideas have been intertwined with certain trends globally and regionally. Second, it provides a framework for understanding the roles played by different social actors and stakeholders in different European societies when addressing and solving the problems associated with addiction. Third, it reports on perceptions of the problems as an integrated part of epistemic and political systems, as well as part of a popular understanding among lay people.
"
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470416
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Porman Arianny
"Penelitian ini membahas penerapan collaborative governance dalam koordinasi lintas sektor di tingkat nasional pada pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN PIJAR). Pada tahun 2023, kelompok penduduk Indonesia yang berusia antara 5 tahun sampai 19 tahun diperkirakan mencapai 24 persen dari total penduduk Indonesia. Untuk meningkatkan kesejahteraan anak usia sekolah dan remaja tersebut diperlukan kerjasama dari berbagai sektor. Keterlibatan berbagai sektor memerlukan mekanisme koordinasi dan kolaborasi yang kuat. Beberapa penelitian menunjukkan tantangan dalam melakukan koordinasi dan kolaborasi dalam pelaksanaan kebijakan nasional dengan pendekatan multisektor. Terbatasnya analisis tentang koordinasi dalam pelaksanaan kebijakan kesejahteraan remaja dapat mempengaruhi koordinasi tim pelaksana RAN PIJAR yang melibatkan 20 kementerian/ lembaga. Penelitian bertujuan memperoleh pemahaman collaborative governance dalam koordinasi pada pelaksanaan RAN PIJAR di tingkat nasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan informan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan tinjauan pustaka untuk melengkapi data primer. Untuk menganalisis koordinasi RAN PIJAR, peneliti menggunakan “integrated framework for collaborative governance” dan hanya menekankan pada dinamika kolaborasi yang terdiri dari tiga elemen penting yaitu pelibatan berprinsip, motivasi bersama, dan kemampuan bertindak secara bersama. RAN PIJAR mendukung 1) Pencapaian Indeks Perlindungan Anak, 2) menurunkan prevalensi kekerasan terhadap anak, 3) menurunkan prevalensi perkawinan anak, serta 4) mendukung pencapaian Indeks Pembangunan Pemuda, di mana keempatnya merupakan bagian target RPJMN 2020–2024. Peneliti menyimpulkan bahwa telah menjalankan tugas dan fungsi untuk pelaksanaan koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan RAN PIJAR, namun koordinasi tersebut belum berjalan secara optimal membentuk kolaborasi lintas kementerian untuk menyelesaikan tantangan di lapangan dalam pelaksanaan program-program terkait kesejahteraan anak usia sekolah dan remaja. Ketidakoptimalan dalam berkoordinasi ini disebabkan karena fokus RAN PIJAR yang luas, indikator dan target yang banyak dan tidak spesifik, keterbatasan SDM dan anggaran untuk berfungsinya tim sekretariat yang membantu tim nasional untuk pelaksanaan RAN PIJAR. Penentuan prioritas indikator outcome dan output serta evaluasi pelaksanaan RAN PIJAR dan kajian terkait harmonisasi kebijakan indikator di tingkat pusat dan daerah akan membantu terjadinya koordinasi yang lebih efektif.

This research discusses the application of Collaborative Governance in cross-sector coordination at the national level in the implementation of the National Action Plan to Enhance the Wellbeing of School-Aged Children and Adolescents (RAN PIJAR). In 2023, the Indonesian population aged between 5 years and 19 years is estimated to reach 24 per cent of Indonesia's total population. To improve the welfare of school-age children and teenagers, cooperation from various sectors is needed. The involvement of various sectors requires strong coordination and collaboration mechanisms. Several studies show challenges in coordinating and collaborating in implementing national policies with a multisector approach. Limited analysis of coordination in implementing youth welfare policies can affect the coordination time for implementing RAN PIJAR which involves 20 ministries/institutions. The research aims to gain an understanding of Collaborative Governance in coordination with the implementation of RAN PIJAR at the national level. This research uses a qualitative approach and research informants were selected using purposive sampling techniques. Apart from that, this research also uses a literature review to complete primary data. To analyse RAN PIJAR coordination, researchers use an "integrated framework for collaborative governance" and only emphasise the dynamics of collaboration which consists of three important elements, namely principled engagement, shared motivation, and the ability to act together. RAN PIJAR supports 1) achieving the Child Protection Index, 2) reducing the prevalence of violence against children, 3) reducing the prevalence of child marriage, and 4) supporting the achievement of the Youth Development Index, all four of which are part of the 2020–2024 RPJMN target. The researcher concluded that they had carried out the duties and functions for implementing cross-sector coordination in implementing the RAN PIJAR, but this coordination had not yet run optimally to form cross-ministerial collaboration to resolve challenges in the field in implementing programs related to the welfare of school-age children and adolescents. This non-optimality in coordination is due to the broad focus of the PIJAR RAN, many non-specific indicators and targets, limited human resources and budget for the functioning of the secretariat team which assists the national team in implementing the PIJAR RAN. Determining the priority of outcome and output indicators and evaluating the implementation of RAN PIJAR and studies related to harmonising policy indicators at the central and regional levels will help in more effective coordination"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Xavier Junian
"Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (RAN P4GN) merupakan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengatasi masalah narkotika yang ada di Indonesia. Pada tahun 2019, tersangka narkotika di Indonesia mencapai 52.709 orang, yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia sehingga pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden No.6 Tahun 2018 tentang RAN P4GN untuk menanggulangi masalah narkotika tersebut dengan melibatkan seluruh aktor, baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Namun, partisipasi aktor secara penuh belum terlihat dalam RAN P4GN tersebut, hal ini dapat dilihat dari hasil laporan terkahir RAN P4GN yang menyebutkan bahwa instansi pemerintah yang terlibat belum mencapai 50% dan belum terlihat adanya keterlibatan swasta dan masyarakat dalam laporan tersebut. Penelitian ini mencoba membahas permasalahan pelaksanaan RAN P4GN yang terjadi dari sudut pandang network governance dengan menggunakan teori karakteristik network governance dari Erik-Hans Klijn dan Joop Koppenjan serta teori efektifitas network governance dari Provan dan Milward. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik network governance yaitu actor, interaction, institutional features dan network management telah terdapat dalam RAN P4GN tersebut. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukan adanya beberapa masalah yang menghambat pelaksanaan RAN P4GN yaitu integrasi seluruh aktor yang belum terjalin dengan baik, alat pengawasan berupa aplikasi yang kurang optimal, stabilitas sistem yang belum menjamin partisipasi aktif dari seluruh aktor dan sumber daya yang belum mencukupi, secara umum masalah ini merupakan tanggung jawab BNN sebagai leading sector dalam RAN P4GN ini.

The National Action Plan for the Prevention and Eradication of Narcotics Abuse and Illicit Trafficking (RAN P4GN) is a policy undertaken by the Government to address the narcotics problem in Indonesia. In 2019, there were 52,709 narcotics suspects in Indonesia, scattered in various regions in Indonesia so that the government issued Presidential Instruction of the Republic of Indonesia Number 6 of 2018 concerning RAN P4GN to tackle the narcotics problem by involving all actors including government, private and community. However, the full participation of actors has not been seen in the RAN P4GN, this can be seen from the results of the latest RAN P4GN report which states that the government agencies involved have not reached 50% and there is no private and community involvement in the report. This study tries to discuss the problems of implementing the RAN P4GN that occur from a network governance perspective by using the characteristics of network governance theory from Erik-Hans Klijn and Joop Koppenjan and the effectiveness of network governance from Provan and Milward. The method used in this research is a qualitative approach with qualitative data collection techniques through in-depth interviews and literature study. The results of this research indicate that the characteristics of network governance, namely actor, interaction, institutional features and network management, are contained in the RAN P4GN. In addition, the results of this research also show that there are several problems that hinder the implementation of the RAN P4GN, the integration of all actors that have not been well established, external control tools in the form of less optimal applications, system stability that has not guaranteed active participation of all actors and insufficient resources. In general, this problem is the responsibility of BNN as the leading sector in this RAN P4GN."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Oktariani
"Obat merupakan unsur penting dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan. Perencanaan obat yang tidak tepat juga dapat menyebabkan pembengkakan biaya pengadaan dan penyimpanan. Perencanaan obat harus dianalisis agar dapat mengoptimalkan penggunaan anggaran, salah satu metode analisis yang sering digunakan adalah metode ABC/pareto. Analisis ABC dapat dilakukan berdasarkan jumlah kumulatif pemakaian dan nilai investasi dari sediaan yang ada. karakteristik obat di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit tahun 2021 setelah di evaluasi menggunakan metode ABC pada kelompok A terdiri dari 40 item obat, kelompok B terdiri dari 36 item obat, dan kelompok C terdiri dari 99 item obat.

Drugs are an important element in various health care efforts. Inappropriate drug planning can also lead to increased procurement and storage costs. Drug planning must be analyzed in order to optimize the use of the budget, one method of analysis that is often used is the ABC/pareto method. ABC analysis can be carried out based on the cumulative amount of use and investment value of existing stocks. drug characteristics at the Duren Sawit District Health Center in 2021 after being evaluated using the ABC method in group A consisting of 40 drug items, group B consisting of 36 drug items, and group C consisting of 99 drug items."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saras Aulia Rahmiati
"Zat-zat serupa narkotika dan psikotropika baru yang dikenal sebagai New Psychoactive Substances (NPS) telah berkembang di pasaran dalam beberapa tahun terakhir di dunia Internasional maupun di Indonesia. Telah teridentifikasi sebanyak 27 NPS diantara 74 jenis yang beredar di Indonesia pada tahun 2019 yang merupakan turunan kanabinoid dan sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 50 Tahun 2018. Prediksi terhadap NPS perlu dilakukan dan dapat dilakukan menggunakan metode in silico. Penelitian ini bertujuan memperoleh model interaksi dan afinitas penambatan molekuler dari New Psychoactive Substances (NPS) terhadap reseptor Cannabinoid-1 (CB1) dilakukan secara in silico. Penambatan molekuler dilakukan menggunakan AutoDock melalui program PyRx serta dilakukan visualisasi interaksi hasil penambatan molekuler menggunakan Ligplot dan PyMOL. Parameter optimasi yang didapatkan untuk penambatan molekuler CB1 adalah menggunakan grid box 50x50x50 unit dengan energi evaluasi medium (2.500.000). Golongan NPS yang termasuk pada rentang energi ikatan -9,00 hingga -11,00 kkal/mol adalah kanabinoid (62%), fentanil (70%) dan plant-based substances (50%). Pada rentang -7,00 hingga -9,00 kkal/mol yaitu arilsikloheksilamin (70%). Sedangkan pada rentang -4,00 hingga -7,00 kkal/mol yakni katinon (58%), fenetilamin (84%), piperazin (81%) dan triptamin (64%).

New narcotic and psychotropic substances known as New Psychoactive Substances (NPS) have evolved on the market in recent years both in Indonesia and internationally. As many as 27 NPS have been identified among 74 type in Indonesia in 2019 which are cannabinoid derivatives and have been regulated in Ministry of Health Republic of Indonesia Regulation No. 50 of 2018. Prediction of NPS needs to be done and can be done using the method in silico. This study aims to obtain a model of interaction and molecular binding affinity of the New Psychoactive Substances (NPS) on Cannabinoid-1 (CB1) receptor using in silico method. Molecular docking is done using AutoDock in PyRx program and visualize molecular docking interactions using Ligplot and PyMOL. Optimization parameter obtained for molecular docking of CB1 is using 50x50x50 unit grid box with medium energy evaluation (2.500.000). The NPS group included in the binding energy range of -9.00 to -11.00 kcal/mol are cannabinoids (62%), fentanyl (70%) and plant-based substances (50%). In the range of -7.00 to -9.00 kcal/mol, namely arylcyclohexylamine (70%). Whereas in the range of -4.00 to -7.00 kcal/mol are cathinone (58%), phenethylamine (84%), piperazine (81%) and tryptamine (64%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Rahmani
"New Psychoactive Substances (NPS) adalah senyawa baru serupa narkotika dan psikotropika yang belum diatur dalam perundang-undangan sehingga rentan untuk disalahgunakan. NPS dapat berinteraksi dengan berbagai reseptor yang ada di otak, salah satunya reseptor Cannabinoid-2. Penelitian ini dilakukan untuk melihat afinitas dan model interaksi antara NPS dengan reseptor Cannabinoid-2 secara in silico. Metode yang digunakan adalah penambatan molekuler menggunakan program Autodock dengan bantuan PyRx. Parameter optimal yang digunakan untuk penambatan molekuler NPS dengan reseptor Cannabinoid-2 adalah gridbox dengan ukuran 58x58x58 pts dengan spasi 0,375 Å dan lama komputasi short. Energi ikatan yang dihasilkan dari penambatan molekuler NPS terhadap reseptor Cannabinoid-2 berkisar antara -2,58 hingga -11,78 kkal/mol. Golongan yang memiliki frekuensi terbanyak senyawa dengan energi ikatan -5,00 hingga -7,49 kkal/mol adalah aminoindanes, fenetilamin, fensiklidin, katinon sintetik, piperazin, dan triptamin, sedangkan golongan yang memiliki frekuensi terbanyak senyawa dengan energi ikatan -7,50 hingga -10,00 adalah kanabinoid sintetik, fentanil, other substances, dan opioid. Berdasarkan hasil yang didapatkan, semua golongan NPS memiliki afinitas jika berinterakasi dengan reseptor Cannabinoid-2. Interaksi yang dihasilkan dari semua golongan NPS berpotensi menghasilkan aktivitas agonis kecuali pada golongan fenetilamin, fensiklidin, dan piperazin.

New Psychoactive Substances (NPS) is a new compound resemblant to narcotics and psychotropics which not yet regulated by the law, so NPS has vulnerability to be abused. NPS can interact with various receptors in the brain, such as cannabinoid-2 receptors. This in silico study was conducted to determine binding affinity and model of interaction of NPS on cannabinoid-2 receptor. The method used is molecular docking using AutoDock assisted by PyRx. The optimal parameter used for molecular docking of NPS with cannabinoid-2 receptor is a gridbox with a size of 58x58x58 pts spacing 0,375 Å and maximum number of evaluation short. The binding energy resulting from molecular docking of NPS with cannabinoid-2 receptor ranged from -2,58 to -11,78 kcal/mol. The groups with the highest frequency of compounds with bond energies of -5.00 to -7.49 kcal/mol were aminoindanes, phenethylamine, phenyclidine, synthetic cathinones, piperazine, and tryptamine, while the group with the highest frequency of compounds with bond energies of -7.50 to -10.00 are synthetic cannabinoids, fentanyl, other substances, and opioids. Based on the results obtained, all NPS groups have affinity when interacting with cannabinoid-2 receptors. The interaction resulting from all NPS groups has a potential to mediate agonist activity except for phenethylamine, phencyclidine, and piperazine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Post genomics drug discovery and research explores and discusses some of the most important topics in post-genomics life and biopharmaceutical sciences. It provides an introduction to the field, outlining examples of many techniques currently used, as well as those still under development, which are important for the research of biopharmaceutical discovery in the post-genomics era.
Integrates several developing and cutting-edge technologies and methods like bioinformatics, experimental therapeutics, and molecular recognition
Includes discussion on topics such as : computer-aided ligand design, peptide and protein chemistry and synthesis, synthesis of active natural products, and the use of emerging technologies like proteomics, nanotechnology, or bioengineering.
"
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2007
e20395863
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictine Widyasinta
"Sebagai calon tenaga muda yang potensial bagi pembangunan, berada dalam kondisi psikologis sejahtera (PWB) merupakan hal yang sangat penting bagi mahasiswa. Selain itu, masa transisi antara remaja-akhir dan dewasa-muda yang sedang mahasiswa alami, juga merupakan alasan yang penting untuk meninjau PWB mahasiswa. Pentingnya pembahasan mmgenai hal ini menjadi semakin nyata jika melihat bahwa tidak semua mahasiswa berada dalam kondisi PWB.
Dalam penelitian ini konsep PWB akan didasarkan pada pendapat Ryff (1989). PWB dalam penelitian ini tidak diartikan sebagai sekedar kondisi bahagia-bebas dari distress yang lebih mencerminkan kondisi dimana semua kebutuhan terpenuhi, namun juga menekankan adanya wellness. Dengan demikian, tinjauan PWB daiam penelitian ini lebih dalam pengertian pemenuhan potensi manusia secara utuh. PWB diartikan sebagai pengalaman realisasi diri dalam enam dimensi, yaitu dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang Iain, otonomi, penguasaan lingkungan, keterarahan hidup, serta pertumbuhan pribadi.
Karena mahasiswa riskan mengalami gangguan PWB sementara PWB penting bagi manusia, maka perlu dikenali faktor-faktor yang berkaitan dengan PWB. Tujuannya supaya gangguan PWB dapat diantisipasi dan dicegah. Ada banyak faktor yang berkaitan dengan tercapainya PWB yang baik pada manusia, yaitu: faktor demografis (seperti usia, jenis kelamin, taraf sosial ekonomi), dukungan sosial, locus of control, serta pemberian arti terhadap pengalaman hidup.
Meninjau kembali bahwa mahasiswa berada dalam masa peralihan antara remaja akhir-dewasa muda, maka keyakinan mengenai kompetensi dalam mengendalikan keberhasilan/kegagalan merupakan hal yang penting. Fungsi dari locus of control (selanjutnya akan disingkat sebagai LC) adalah menentukan keyakinan seseorang mengenai kemampuan dalam mengendalikan keberhasilan atau kegagalannya. Menurut Levenson (1981) ada tiga dimensi LC, yailu (1) dimensi internal, (2) dimensi pengaruh orang lain, serta (3) dimensi nasib. Dimensi pertama merujuk pada LC internal, sedangkan dua dimensi terahir merujuk pada LC eksternal. LC internal merujuk pada keyakinan seseorang bahwa keberhasilan atau kegagalannya lebih lebih berkaitan dengan tingkah lakinya sendiri. Sementara LC pengaruh orang lain dan LC nasib merujuk pada keyakinan seseorang bahwa keberhasilan atau kegagalannya lebih berkaitan dengan tingkah-laku orang lain ataupun aktor-aktor kebetulan/nasib. Dibandingkan LC eksternal, LC internal lebih memungkinkan individu menyesuaikan diri secara lebih aktif dalam realisasi potensinya/ realisasi dirinya. Dalam kondisi ini, PWB dalam arti pengalaman realisasi diri akan lebih optimal.
Berkaitan dengan dukungan sosial, dalam penelitian ini akan digunakan konsep persepsi dukungan sosial (selanjutnya akan disingkat sebagai PDS) dari Sarason (1983), PDS diartikan sebagai pengalaman diperhatikan, dihargai, dan dicintai melalui kehadiran orang lain. Sebagai suatu bentuk penghargaan tanpa syarat PDS (unconditional positve regards) akan memungkinkan individu melakukan penyesuaian diri aktif mengembangkan potensi-potensinya. Dalam kondisi ini, PWB dalam pengertian pengalaman realisasi diri akan terwujud secara lebih optimal.
Berdasarkan dinamika di atas, penulis menduga adanya hubungan antara LC (dimensi internal, pengaruh orang lain, serta nasib) dan PDS dengan PWB pada mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantatif. Pengambilan sampel dilakukan secara non probabilita dengan tehnik insidental sampling. Dengan demikian hasil penelitian hanya berlaku terbatas untuk sampel yang diteliti. Mahasiswa yang dilibatkan sebagai sampel berasal dari Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Atma-Jaya (FIA-UAJ), dengan alasan FIA-UAJ memiliki iklim sosial yang sehat dan mendukung perkembangan potensi para mahasiswanya. Ada tiga inventory yang digunakan sebagai alat ukur, yaitu: (1) Scales of Psychological Well-Being (SPWB) dari Ryff (2) Social Support Questionnairre (SSQ) dari Sarason, serta Internal-Powers-Change Scales (IPCS) dari Levenson.
Hasil penelitian menunjukkan: ada hubungan antara locus of control dan persepsi dukungan sosial dengan psychological well-being pada mahasiswa. Secara lebih rinci hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara dimensi-dimensi locus of control dengan psychological well-being pada mahasiswa. Secara Iebih rinci, hasilnya adalah sebagai berikut:
- Ada hubungan positif yang signifikan antara dimensi internal locus of control dengan psychological well-being pada mahasiswa.
- Ada hubungan negatif yang signifikan antara dimensi pengaruh orang lain locus of control dengan psychological well-being pada mahasiswa.
- Ada hubungan negatif yang signifikan antara dimensi nasib locus of control dengan psychological well-being pada mahasiswa.
2. Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi dukungan sosial dengan psychological well-being pada mahasiswa.
3. Yang paling berperan sebagai peramal yang baik terhadap psychological well-being pada mahasiswa adalah dimensi internal locus of control, dimensi pengaruh orang lain locus of control, serta persepsi dukungan sosial.
Secara lebih rinci, hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua dimensi locus of control yang disebutkan ini memberi sumbangan yang lebih jauh terhadap psychological well-being pada mahasiswa, dibandingkan dengan persepsi dukungan sosial.
Dalam sumbangan teoritisnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah khasanah pengetahuan kita mengenai PWB khususnya jika ditinjau dalam kaitannya dmgan LC dan PDS dalam kehidupan mahasiswa. Sementara daiam sumbangan praktisnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi informasi bagi pihak-pihak terkait dalam upaya mewujudkan taraf PWB yang lebih baik. Khususnya sebagai upaya preventif diharapkan penelitian ini dapat membuka wawasan dalam memikirkan berbagai cara yang dapat mencegah gangguan PWB pada mahasiswa.
Saran yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian: pengambilan sampel secara random, penajaman inventory yang digunakan, melengkapi dengan wawancara untuk memperoleh hal-hal kualitatif yang tidak diperoleh melalui kuesioner. Saran yang menyangkut pembinaan PWB mahasiswa: (1) menciptakan lklim sosial yang kondusif bagi berkembangnya LC internal, misalnya: mengembangkan insight mengenai tanggung-jawab pribadi, pemberian tugas dengan taraf kesulitan sedang, menambah ketrampilan praktis bagi mahasiswa berkemampuan minimal; (2) menciptakan situasi yang dapat mendukung inter-relasi suportif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Putri Sulistyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek mediasi work passion yaitu harmonious work passion dan obsessive work passion pada hubungan antara self-control dan psychological well-being. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa self-control berkontribusi secara signifikan terhadap psychological well-being, namun terdapat inkonsistensi pada temuan mengenai pengaruh self-control terhadap psychological well-being. Penelitian ini mengajukan hipotesis bahwa harmonious work passion dan obsessive work passion memediasi hubungan antara self-control dan psychological well-being. Data diperoleh dari 202 karyawan non-pemerintah yang berasal dari berbagai industri dan berbagai kota di Indonesia, sedangkan efek mediasi dianalisis menggunakan Process Macro dari Hayes.
Dengan menggunakan Self Determination Theory untuk menjelaskan efek mediasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa harmonious work passion memediasi hubungan antara self-control dan psychological well-being secara parsial, sedangkan efek mediasi tidak ditemukan pada obsessive work passion. Implikasi dari penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan membekali karyawan agar mampu menampilkan self-control sehingga karyawan dapat fokus pada pekerjaan dan tujuan utamanya dalam bekerja. Dengan demikian karyawan dapat merasakan work passion yang bersifat harmonious yang mengarah pada terciptanya psychological well-being.

This study aims to investigate the mediating effects of work passion i.e. harmonious work passion and obsessive work passion on the relationship between self control and psychological well being. Previous studies showed that self control significantly contributed to psychological well being, however the findings about the impact of self control on psychological well being were inconsistent. This study hypothesized that harmonious work passion and obsessive work passion mediated the relationship between self control and psychological well being. Data were obtained from the sample of 202 non government sector employees, from various industries and various cities in Indonesia. The mediation effect was analyzed using Hayes' Process Macro.
Using the Self Determination Theory to explain the mediation effect, result showed that harmonious work passion partially mediated the relationship between self control and psychological well being. Whereas obsessive work passion did not mediate the relationship between self control and psychological well being. Implications of this study could be followed up by facilitating employees to be able to perform self control at work, so that employees could focus on their works and main goals in work. Therefore, employees could experience harmonious work passion which leads to psychological well being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>