Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110713 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Buang Abdullah
"ABSTRAK
Biortifikasi adalah paradigma baru di duni pertanian dan merupakan salah satu pendekatan dalam meningkatkan gizi masyarakat. Beras yang merupakan makanan pokok di Indonesia dapat ditingkatkan kangdungan gizinya melalui program pemuliaan tanaman guna menghasilkan varietas padi yang berasnya mengandung vitamin, mineral, dan/ atau senyawa lain seperti antosianin yang bermanfaat bagi kesehatan. Antosianin dapat dihasilkan oleh tanaman secara alami. Biofortifikasi beras yang mengandung antosianin tinggi telah dilakukan melaluiprogram perakitan varietas padi beras merah dan beras hitam denfab ptosedur pemulihan konvensiona. Dua varietas unggul padi fungsional yang mengandung antosianin tinggi telah dilepas yaitu Inpari-24 Gabusan sebagai varietas unggul padi beras merah dengan kandungan antosianin 8 ug/100g dan Inpari-25 Opak Jaya sebagai varietas ketan merah dengan kandungan antosianin 11 ug/100g. varietas unggul padi beras merah hasil biofortifikasi telah berkembang luas di beberapa daerah karena disukai konsumen dan menguntungkan petani. Beberapa galur harapan padi beras merah dan beras hitam yang mengandung antosianin lebih tinggi masih dalam tahap pengujian daya hasil dan multilokasi. Beberapa di antara galur tersebut diharapkan dapat dilepas sebgai varietas unggul padi beras merah dan beras hitam yang lebih baik dari varietas yang sudah ada. untuk mengatasi penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes, dan hipertensi, dengan mengonsumsi pangan fungsional hasil biofortifikasi lebih efektif dibandingkan dengan pangan hasil fortifikasi karena senyawa pentig yang ditambahkan melalui biofortifikasi bersifat diwariskan dan langgeng."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017
630 JPPP 30:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yunus
"Beras berwarna memiliki nutrisi lebih baik karena mengandung pigmen antosianin. Kandungan antosianin beras dipengaruhi oleh pemaparan iradiasi sinar gama dan masa penyimpanan. Pemaparan iradiasi sinar gama dapat menginduksi radikal bebas sehingga memicu sintesis antosianin atau memutus ikatan glikosidik antosianin. Kandungan antosianin juga dapat teroksidasi selama masa penyimpanan. Pemaparan sinar gama pada enam beras hitam dan merah dengan variasi dosis 0, 2, 5, 10, 20, dan 30 kGy serta disimpan selama 6 bulan. Antosianin dianalisis menggunakan metode perbedaan pH. Hasil pemaparan iradiasi sinar gama menyebabkan peningkatan kandungan antosianin tertinggi pada beras hitam yaitu Botanik (50,264 menjadi 82,743 mg/100g) dan Jatiluwih (15,697 menjadi 32,228 mg/100g). Beras hitam lainnya mengalami penurunan antosianin terendah yaitu Hariku (27,553 menjadi 14,110 mg/100g), Seblang Banyuwangi (33,481 menjadi 13,943 mg/100g), dan Jawa Melik (53,353 menjadi 31,060 mg/100g). Pada beras merah, kandungan antosianin tertinggi yaitu Cempo Sleman (1,252 menjadi 20,539 mg/100g), Seblang Banyuwangi (2,672 menjadi 17,867 mg/100g), Jatiluwih (2,254 menjadi 43,000 mg/100g), Bronrice (6,680 menjadi 19,287 mg/100g), PK Sundakala (1,085 menjadi 20,289 m/100g), dan Healthy Choice (2,004 menjadi 23,044 mg/100g). Selain itu, penyimpanan selama 6 bulan cenderung meningkatkan kandungan antosianin pada beras hitam dan merah.

Colored rice has better nutrition because it contains anthocyanin pigments. The anthocyanin content of rice is influenced by exposure gamma radiation and storage time. Gamma radiation exposure can induce free radicals, triggering anthocyanin synthesis or breaking anthocyanin glycosidic bonds. Anthocyanin content can also be oxidized during storage. Six varieties of black and red rice were exposed to gamma radiation at doses of 0, 2, 5, 10, 20, and 30 kGy, followed by a 6-month storage period. Anthocyanins were analyzed using the pH difference method. The results of gamma radiation exposure caused the highest increase anthocyanin content in black rice, namely Botanik (50.264 to 82.743 mg/100g) and Jatiluwih (15.697 to 32.228 mg/100g). Other black rice varieties experienced the lowest decrease in anthocyanin, namely Hariku (27.553 to 14.110 mg/100g), Seblang Banyuwangi (33.481 to 13.943 mg/100g), and Jawa Melik (53.353 to 31.060 mg/100g). The highest red rice anthocyanin content was in Cempo Sleman (1.252 to 20.539 mg/100g), Seblang Banyuwangi (2.672 to 17.867 mg/100g), Jatiluwih (2.254 to 43.000 mg/100g), Bronrice (6.680 to 19.287 mg/100g), PK Sundakala (1.085 to 20.289 mg/100g), and Healthy Choice (2.004 to 23.044 mg/100g). Anthocyanin Storage for 6 months tended to increase anthocyanin content in both black and red rice."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boca Raton : CRC Press , 2011
664.8 FRU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Mawaddah
"Beras merah dan beras ketan hitam kaya akan kandungan nutrisi dan serat yang dibutuhkan oleh tubuh. Perbedaan beras merah dan beras ketan hitam terletak pada kandungan pati yaitu amilosa dan amilopektin yang dapat mempengaruhi daya cerna. Beras dengan daya cerna yang rendah dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah sehingga sangat dibutuhkan untuk penderita diabetes dan obesitas. Penelitian ini memodifikasi beras merah dan beras ketan hitam dengan modifikasi tunggal HMT dan Tautan silang serta modifikasi ganda HMT-Tautan silang dengan asam sitrat dan Tautan silang-HMT dengan berbagai variasi kelembapan dan kosentrasi asam sitrat untuk mengetahui sifat fisikokimia dan daya cerna terendah dari beras merah dan beras ketan hitam. Modifikasi tunggal dan ganda dapat menurunkan daya cerna tetapi modifikasi HMT 25%-Tautan silang 20% menunjukkan daya cerna terendah pada beras ketan hitam. Perbedaan kadar amilosa dan amilopektin pada sampel dapat menyebabkan perbedaan penurunan kelarutan dan swelling power. Kelarutan terendah terdapat pada beras merah variasi HMT25%-Tautan silang 20% dan swelling power terendah pada sampel beras merah variasi HMT25%-Tautan silang 20%. Terbentuknya ikatan kovalen baru setelah proses modifikasi ikatan silang dapat diidentifikasi dengan FTIR pada daerah 1735 cm-1

Brown rice and black glutinous rice are rich in nutrients and fiber the body needs. The difference between brown and black glutinous rice lies in the starch content, namely amylose, and amylopectin, which can affect digestibility. Low digestibility rice can lower blood glucose levels, so it is needed for people with diabetes and obesity. This study modified brown rice and black glutinous rice with single modification HMT and Croslingking and double modification HMT-crosslinking with citric acid and Crosslinking- HMT with various variations to determine the physicochemical properties and the lowest digestibility of brown rice and black glutinous rice. Single Modification and Multiple modifications can reduce digestibility, but a modification of HMT 25%-Crosslinking 20% showed the lowest digestibility in black glutinous rice. Differences in amylose and amylopectin levels in the sample can cause differences in the decrease in solubility and swelling power. The lowest solubility was found in brown rice with the HMT 25%- Crosslinking 20% variation, and the lowest swelling power in the brown rice sample with the HMT 25%-Crosslinking 20% variation. The formation of new covalent bonds after the crosslinking modification process can be identified by FTIR in the 1735 cm region. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahma Luthfia
"Penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisa kandungan metabolomik dan kandungan mineral besi (Fe) dan seng (Zn) pada beras pecah kulit dan biofortifikasi. Metode yang digunakan dalam uji kandungan Fe dan Zn adalah menggunakan Spektofometri Serapan Atom (SSA) dan LC-MS (Liquid Chromatography-Mass Spectrometry digunakan untuk mengetahui senyawa metabolomik. Hasil uji Fe dan Zn ekstrak beras pecah kulit lokal (Mentik Susu & Pandan Wangi) dan beras sosoh biofortifikasi (Ciherang & Ir Nutri Zink) adalah kandungan Fe dan Zn pada beras lokal pecah kulit lebih tinggi dibandingkan beras sosoh biofortifikasi. Kandungan  Fe dan Zn tertinggi dimiliki oleh beras lokal pecah kulit Pandan Wangi, Fe (88,20 ppm) dan Zn (35,70 ppm) dan yang terendah adalah beras sosoh biofortifikasi Ir Nutri Zink, Fe (57,47 ppm) dan Zn (19,90 ppm). Kandungan senyawa metabolomik pada analisis model klasifikasi model PCA didapatkan keempat sampel tidak dapat berkelompok dengan baik dengan jumlah R2X= 0,89; Q2=0,2. Pada analisis PLS-DA didapatkan model prediksi SIMCA yang sesuai dengan nilai nilai R2Y=1 dan Q2= 0,89. Pada analisis metabolomik beras lokal pecah kulit (Mentik Susu & Pandan Wangi) dan beras sosoh biofortifikasi (Ciherang & Ir Nutri Zink) terdapat empat senyawa fingerprint yaitu, Oryzamutaic acid B, Oryzamutaic acid J, 4,5,6-Trihydroxy-3-methoxy-5-methyl-2-cyclohexen-1- one dan 3,4,5-Trihydroxy-5-methyl-2-cyclohexen-1-one. Ekstrak metanol beras lokal pecah kulit Mentik Susu dan Pandan Wangi memiliki mutu yang lebih bagus dengan luasan peak yang lebih tinggi pada beberapa senyawa yang sama namun jumlah senyawa yang dimiliki lebih sedikit

This research aims to analyze the metabolomic content and mineral content of iron (Fe) and zinc (Zn) in brown rice and biofortified ice. The methods used to test Fe and Zn content are Atomic Absorption Spectrometry (SSA) and LC-MS (Liquid Chromatography-Mass Spectrometry) to determine metabolomic compounds. Fe and Zn test results of local broken rice extracts (Mentik Susu & Pandan Wangi) and biofortified steamed rice (Ciherang & Ir Nutri Zink) where the Fe and Zn content in local broken-hull rice is higher than in biofortified steamed rice. The highest Fe and Zn content is found in local broken-hulled rice Pandan Wangi, Fe (88.20 ppm) and Zn (35.70 ppm) and the lowest was Ir Nutri Zink biofortified rice, Fe (57.47 ppm) and Zn (19.90 ppm). The content of metabolomic compounds in the PCA classification model analysis showed that the four samples could not be grouped. good with the amount of R2 Pandan Wangi) and biofortified rice (Ciherang & Ir Nutri Zink) contain four fingerprint compounds, namely, Oryzamutaic acid B, Oryzamutaic acid J, 4,5,6-Trihydroxy-3-methoxy-5-methyl-2-cyclohexen-1- one and 3,4,5-Trihydroxy-5-methyl-2-cyclohexen-1-one. The methanol extract of brown rice rice, Mentik Susu and Pandan Wangi, has better quality with a higher peak area for some of the same compounds but the number of compounds contained is smaller."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Kupang is nutritious fishery product, but on the other hand it has been contaminated by Pb and Cd which has been endanering human being. Therefore, it is necessary to decrease the content of Pb and Cd in Kupang in order to be consumed. The objective of this research is to study the use of acetic acid to decrease the content of Pb and Cd as much as possible of Kupang beras (Corbula faba)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Banyak permasalahan yang di hadapi dalam proses pengolahan gabah ke beras, namun demikian berbagai teknologi terus di kembangkan untuk meminimalkan kehilangan dan meningkatkan kualitas produk beras....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses pengolahan gabah ke beras,namun demikian berbagai teknologi terus dndikembangkan untuk meminimalkan kehilangan dan meningkatkan kualitas produk beras....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tumalun, Victor Larry Eduard
"ABSTRAK
Tujuan penelitian pendahuluan ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi
beras merah pecah kulit terhadap kadar malondialdehida plasma postprandial
setelah makan makanan tinggi lemak pada individu dewasa sehat. Desain
penelitian ini adalah desain uji klinis, cross over, tersamar tunggal. Penelitian ini
melibatkan 13 subyek: 8 laki-laki dan 5 perempuan, dengan rerata usia 38,3 ± 6,7
tahun. Subyek penelitian diberikan makanan tinggi lemak dalam tiga waktu
makan, yaitu makan pagi, makan siang, dan snack di antara dua waktu makan
tersebut, dan diberikan juga nasi dari beras merah pecah kulit atau nasi dari beras
putih sebagai kontrol. Total lemak yang diberikan sebesar 140 g. Kadar MDA
plasma diukur pada basal, 2 jam, dan 3 jam setelah makan siang. Hasil penelitian
ini menunjukkan kecenderungan terjadinya stres oksidatif postprandial yang lebih
rendah pada kelompok yang diberikan nasi dari beras merah pecah kulit
dibandingkan dengan kelompok yang diberikan nasi dari beras putih pada jam
kedua dan ketiga postprandial walaupun tidak bermakna secara statistika (p >
0,05). Penelitian ini menunjukkan adanya tendensi konsumsi beras merah pecah
kulit dapat menurunkan stres oksidatif postprandial yang terjadi setelah
mengonsumsi makanan tinggi lemak, pada orang dewasa sehat.

ABSTRACT
The objective of this study was to evaluate the effect of whole red rice on
postprandial plasma MDA concentrations after a high-fat meal intake in healthy
adults. This is a clinical trial, cross over, single blind design which involved 13
subject, 8 men, and 5 women, with aged was 38,3 ± 6,7 years old. The subjects
were given high fat meal for breakfast, lunch, and snacking between them. For
each breakfast and lunch, the subjects were given rice from whole red rice or
white rice as a control. Totally, the fat contents was 140 g. Blood samples for
plasma MDA were assesed at baseline, 2 hours, and 3 hours after lunch. This
study indicate a tendency in which whole red rice did lower degree of postprandial
oxidative stress than white rice on two or three hours postprandial although no
statistically significant (p > 0,05). The results of this pilot study shows a trend that
intake of whole red rice may decreased postprandial oxidative stress that occur
after intake of high fat meal in healthy adults."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>