Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218223 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Syakir
"ABSTRAK
Kopi merupakan salah satu komuditas ekspor yang berperan startegis dalam perekonomian hampir dua juta rumah petani di Indonesia. Potensi ekspor kopi Indonesia cukup tinggi karena cita rasanya yang disukai, namun tren peningkatan produksi kopi nasional hanya 1-2% per tahun. Di sisi lain, dampak perubahan iklim juga mengancam tercapainya target peningkatan produks. Makalah ini merupakan tinjauan dampak perubahan iklim terhadap produksi kopi dan strategi adaptasinya di Indonesia. Daerah penghasil utama kopi seperti Aceh, Sumatra Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan rentan tehadap perubahan iklim ekstrim seperti kekeringan akibat El Nino mengakibatkan penurunan produksi kopi 10%. sebaliknya, musim hujan yang panjnag akibat La Nina menurunkan produksi kopi hingga 80%. Dampak tidak langsung perubahan iklim adalah meningkatnya serangan hama penggerak buah kopi dan penyakit karat daun yang menyebabkan penurunan produksi kopi hingga 80%. Dampak tidak langsung perubahan iklim adalah meningkatnya serangan hama penggerak buah kopi dan penyakit karat daun yang menyebabkan penurunan produksi sekitar 50%. Akibat kenaikan suhu, sentara produksi kopi diproyeksikan akan berpindah ke wilayah dengan elevasi yang lebih tinggi. Berbagai teknologi adaptasi telah dihasilkan, namun tingkat adaptasi petani kopiumumnya masih renda. Kondisi ini diperparah oleh tebatasnya akses sebagian besar petani terhadap informasi iklim. Untuk mengatasi masalah tersebut, pengambil kebijakan, stakeholder, dan petani harus mengakselerasi upaya adaptasi karena perubahan iklim terlah terjadi dan akan terus berlangsung."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017
630 JPPP 30:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"To determine crop water requirements of paddy, data of crop coefficient Kc should be made available, generally using the FAO reference value. Crop requirement can be obtained by multiplying the coefficient Kc with potential evapotranpiration Eto..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Government program of National Rice Food Barn in Merauke Regency should be counterbalanced by upland food crops development.The potential land for upland food crops development in Merauke is extent
."
JUPEPEP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Abdul Ghani
"Penelitian ini menguji pengaruh variabel iklim terhadap hasil dan risiko produksi padi di delapan sentra produksi padi Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun (1982-2011). Fungsi produksi stokastik model Just-Pope dengan analisis data panel digunakan untuk mengukur pengaruh variabel iklim terhadap hasil dan risiko produksi padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan curah hujan mempengaruhi hasil padi di daerah sentra. Curah hujan termasuk faktor yang meningkatkan risiko, sedangkan suhu tidak berpengaruh terhadap risiko. Pengaruh perubahan iklim terhadap hasil dan risiko produksi padi di daerah Jawa relatif lebih rendah dibanding luar Jawa.

This study examines the impacts of climate variables on rice yield and production risk from eight main provinces of rice producers in Indonesia, over a period of 30 years (1982-2011). Stochastic production function Just-Pope model with panel data analysis is used to estimate the effect of climate variables on rice yield and production risk. Data analysis shows that temperature and precipitation affect the mean crop yield. Precipitation is risk increasing factor, while temperature is not significant. Effect of climate change on rice yield and production risk is relatively low in Java region than other regions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Wahyono
"ABSTRAK
Kegiatan perladangan Kulit Manis di TNKS merupakan kegiatan bercocok tanam yang dikategorikan sebagai kegiatan yang mengubah ekosistem alami. Dampak perladangan terhadap erosi tanah akan semakin meningkat apabila terjadi perluasan areal tanaman kulit manic. Kegiatan perladangan tanaman kulit manis di TNKS tidak lepas dari permintaan lahan yang subur yang meningkat untuk kepentingan kelangsungan hidup penduduk sekitar. Peranan tanaman kulit manis memberikan sumbangan yang besar bagi rumahtangga petani.
Di satu sisi, kegiatan bercocok tanaman di TNKS merupakan mata pencaharian hidup penduduk sekitar, tetapi di sisi lain merupakan pembatasan atau pelarangan pemanfaatan sumberdaya. Oleh sebab itu, masalah perladangan tanaman kulit manis di TNKS merupakan masalah ekologi dan sosial-ekonomi penduduk yang perlu dicari pemecahannya tanpa harus menimbulkan masalah baru terhadap penduduk yang menggantungkan hidupnya dari hasil kulit manis.
Studi ini diharapkan memberikan pemahaman tentang perilaku perambahan hutan kasus tanaman perdagangan di kawasan TNKS sehingga dapat digunakan sebegai referensi di dalam pengelolaan lingkungan kawasan konservasi yang memperhatikan masyarakat sekitar.
Tujuan studi adalah mengetahui motivasi dan latar belakang petani mengembangkan tanaman kulit manis dan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan perladangan kulit manis di kawasan konservasi.
Unit analisis dari penelitian ini adalah rumahtangga petani yang mengusahakan perladangan tanaman kulit manis. Sifat penelitian ini adalah kualititatif. Sungguhpun demikian dalam berbagai kasus uraian, data dianalisis dengan teknik statistik sederhana (chi-kuadrat) dan teknik korelasi. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang responden. Lokasi penelitian adalah Desa Siulak Kecil, Gunung Kerinci, Jambi.
Ringkasan hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pala ladang campuran tanaman kulit manis dan tanaman sayuran merupakan bentuk adaptasi pertanian yang dikembangkan sebagian besar responden petani sebagai strategi untuk mengatasi kebutuhan hidup. Ada sekitar 63% responden yang mengembangkan ladang tumpangsari di lakasi penelitian, sedangkan sisanya 27% terdiri dari responden yang tidak memiliki ladang sayuran, dan sebagian kecil responden (10%) yang mengembangkan ladang sayuran menetap.
Sifat fleksibelitas tanaman kulit manis mendorong petani untuk mengembangkan tanaman kulil manis. Tanaman kulit manis dapat dipanen setiap saat sesuai dengan kebutuhan dan keperluan petani. Tanaman kulit manis dapat berfungsi sebagai tabungan, tetapi juga dapat dipetik hasilnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ladang kulit manis yang masih muda (di bawah empat tahun) dapat ditumpangsarikan dengan tanaman berumur pendek yang menguntungkan. Tanaman sayuran merupakan penghasilan harian bagi rumahtangga petani di Kerinci.
Pengembangan ladang campuran menyebabkan petani harus mengatasi kesuburan ladang, yaitu membuka ladang sayuran di lokasi lain. Ada dua strategi petani untuk mengatasi kesuburan ladang, yaitu membuka ladang di kawasan hutan dan di kawasan perladangan kulit manis. Akan tetapi, dilihat dari aspek penguasaan ladang dan keragaman komposisi umur tanaman kulit manis mencerminkan bahwa petani Kerinci di Desa Siulak tidak memiliki pola perladangan berpindah yang tetap. Oleh sebab itu, dapat dimengerti jika perkembangan areal perladangan kulit manis cenderung ekspansif.
Pala penguasaan ladang tanaman kulit manis tidak identik dengan pola penguasaan sawah yang masih diatur secara adat (gilir ganti melalui jalur matrilineal), tetapi dimiliki secara individual. Ladang kulit manis bukan lagi lahan pertanian yang dikuasai secara adat, melainkan kekayaan yang diperoleh dari pencaharian (tembilang emas). Oleh sebab itu dalam pewarisannya tidak diatur secara adat tetapi disesuaikan dengan kepentingan petani. Akibatnya fungsi ekonomi ladang kulit manis lebih menanjol dibandingkan dengan sawah. Kalau hak pakai pada sawah yang cenderung terbatas (gilir ganti), maka pola penguasaan ladang kulit manis dipandang sebagni hak pakai tak terbatas dan tidak ada kelembagaan yang mengontrol sebagaimana terdapat pada sawah.
Sebagian besar (80%) penguasaan ladang kulit manis adalah pemilikan ladang, lebih dari separuhnya (60,8%) diperoleh melalui jual-beli. Jual beli ladang merupakan transaksi antar penduduk yang biasa terjadi di Desa Siulak Kecil. Adat dan desa tampaknya tidak mengatur secara jelas masalah jual-beli ladang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas kulit manis yang dikuasai mencerminkan jumlah petak ladang yang dimiliki. Semakin luas ladang kulit manis yang dikuasai semakin banyak jumlah petak yang dikuasai.
Luas sawah yang digarap rumahtangga berkorelasi langsung terhadap luas penguasaan ladang kulit manis. Semakin besar luas sawah yang dikuasai semakin banyak jumlah petak ladang kulit manis yang dikuasai. Sawah masih merupakan kebutuhan subsistensi rumahtangga petani yang dilindungi secara adat.
Jumlah anggota keluarga dalam rumahtangga petani tidak berkorelasi dengan penguasaan ladang kulit manis. Ekstensifikasi ladang kulit manis tidak ada hubungannya dengan jumlah jiwa dalam rumah tangga petani. Namun demikian, jumlah jiwa dalam dalam rumah tangga petani berkorelasi secara negatip dengan luas sawah yang digarap petani. Jadi, semakin banyak anggota keluarga dalam rumah tangga petani semakin sempit luas sawah yang digarap rumah tangga petani.
Pekerjaan sampingan petani berkorelasi dengan penguasaan ladang kulit manis, sebaliknya, pekerjaan sampingan petani tidak berkorelasi dengan luas sawah yang digarap petani. Hal ini berarti bahwa luas-sempitnya sawah yang digarap petani tidak berkaitan dengan pekerjaan sampingan yang dimiliki petani. Sawah merupakan hak kaum perempuan yang sudah menikah, yang lebih ditekan pada fungsi sosial. Sawah merupakan penopang solidaritas sosial masyarakat Kerinci. Di lain pihak, pekerjaan sampingan bukan alternatif mengatasi kesulitan keterbatasan lahan sawah. Pekerjaan sampingan merupakan modal bagi petani untuk mengembangkan ladang kulit manis. Jadi dengan demikian pengembangan ladang kulit manis merupakan alternatif yang dianggap dapat mengatasi kebutuhan hidup masyarakat.

ABSTRACT
Expansion of cinnamon crop cultivation in Kerinci Seblat National Park (KSNP) area is categorized as activities which can change the natural ecosystem. Impact of swidden agricultural system on land erosion would increase when they expanded. The development of swidden agricultural system activities gives rise to the increasing demand of fertile area, which is very important for the livelihood of local people. The cinnamon bark plant contributed deal towards the father?s household.
Cinnamon cultivation activities in KSNP is a source of livelihood to the local people. However, it can result in the destructive use of forest resources. The problem of establishing cinnamon tree cultivation in KSNP are ecological and socio-economic in character. This need proper solution which do not incur new problems for local people whose livelihood depends on cinnamon garden yield.
This study is expected to give an understanding on the behavior of forest intruders cultivating commercial plants in KSNP, and function as reference for environmental management of forest conservation area without neglecting the local people.
The objective this study is to find out the motivation and background of farmers in developing cinnamon tree crops and to find out factors which relate to the expansion of cinnamon planting activities in a conservation area.
The unit of analysis of this study is the farmer's household ultimating cinnamon tree. This study is qualitative in character, although some of its data were analyzed by simple statistical technique (chi square) and correlation technique. The number of respondents (sample) interviewed was 100 people. The study location was in Siulak Kecil, Gunung Kerinci, Jambi Province.
The research results can be summarized as follows:
1. The cinnamon mixed garden (ladang tumpangsari system) is a form of agricultural adaptation developed by most (farmer) respondents to meet life necessities. About 63% of respondents developed intercropping, 27% of them did not cultivate vegetables cultivation, and a few of them (10%) developed cinnamon monoculture plantation.
2. The flexibility of harvesting system enable the farmers to develop cinnamon mixed garden. These plants can be harvested any time that is suitable to the farmer's needs and wants. Cinnamon tree can function as savings. It can also be harvested to meet special needs (travel, marriage, university fee, buying modem commodities, pilgrimage). The Annual crop arc harvested throughout the year and sold. Vegetables with a peak production (annually) constitute a good revenue which fulfill the farmer's basic needs.
3. The development of cinnamon mixed gardens has caused the farmer to take into account the fertility of the land. Therefore, they cleared away another location to cultivate vegetable anew. The farmer had two strategies in order to contend wither land fertility; the first strategy is that they c)cared away the forest area and the second is to cleared away the cinnamon bark plant cultivation area. However, viewed from the ownership aspect and the age variations of cinnamon bark plant, it can be said that farmers in Siulak Kerinci do not posses permanent shifting cultivation pattern. It is understandable therefore if the development of unirrigated cultivation area tended to became expansive.
4. The ownership pattern of swidden cultivation is not identical with the ownership of wet paddy field that is still controlled by customary laws (by turns through matrilineal channels). Hence, the swidden agricultural system is no longer controlled by customer laws but became private property. Therefore, cinnamon bark plant area is not considered as inherited wealth, but adaptable according to the farmer's interest. As a result the economic function of cinnamon bark area is more prominent compared to wet paddy field. Compared to wet paddy field the ownership pattern of cinnamon tree utilization rights is unlimited and no institution is in control as in case of wet paddy field.
5. Most of swidden cultivation area ownership (80%) is private property. More than half of it (60.8%) obtained the ownership by people's interaction. Swidden cultivation trading is a common transaction among inhabitants in Siulak Kecil. Research showed that the higher number of cinnamon tree reflected more extensive land controlled by the farmer. Wet paddy field is still a subsistence need the for farmer's household and it is protected by traditional custom laws.
6. The numbers of family members in a farmer's household do not correlate with the ownership of cinnamon gardens. The greater the cinnamon trees do not correlate with the number of the household's family members. Nevertheless, the numbers of household's family members negatively correlate with wet paddy field the farmer tilled. The higher number of members the narrower the wet paddy field a farmer tilled.
7. The additional job a farmer possess correlate with cinnamon tree possessions. On the other hand, additional jobs do not correlate with the extend of wet paddy field tilled by the farmer. This means that the size of wet paddy field do not correlate with additional job a farmer has. Wet paddy field constitutes social solidarity support of the community in Kerinci.
8. The additional job farmer correlated with claims on unirrigated cultivation area. The additional job farmer do not correlate with the size of wet paddy filed cultivated by the farmer. This means that the size of wet paddy filed cultivated by the farmer do not correlate with the additional job farmer. Wet paddy field is the right of married woman due is social function. Indeed, wet paddy field is the social solidarity support of the Kerinci community.
9. The additional job is no an alternative to overcome the limited land for wet paddy field. The additional job formers constitute a capital of the farmer to develop the cinnamon plantation. Therefore, the expansion of cinnamon commercial tree is an alternative that can be considered of being capable of overcoming the needs of community livelihood.
E. Reference : 54 [1926-1995]
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang , 1993
635 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This study aimed to know performance of food crops sector in North Sumatera Province....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Gardian Sudarman
"Variabilitas curah hujan diuji dengan metode Mann-Kendall untuk mengetahui signifikansi tren curah hujan dan metode Sen's Slope Estimator untuk mengetahui besarnya nilai tren tersebut. Secara spasial wilayah pegunungan di Jawa Barat menunjukan peningkatan curah hujan seperti di Gunung Mas, Bogor sebesar 72,3 mm/tahun dan wilayah pesisir mengalami penurunan curah hujan seperti di Ciwangi, Cianjur bagian selatan sebesar 31,8 mm/tahun. Penurunan curah hujan sebesar 51,3 mm/tahun terjadi di wilayah pesisir pada saat musim hujan. Musim kemarau di propinsi Jawa Barat juga terindikasi bertambah panjang diikuti dengan jumlah hari hujan yang semakin berkurang utamanya di wilayah pesisir. Menurut uji korelasi dan regreasi variabilitas curah hujan tidak memberikan pengaruh secara langsung terhadap produksi padi, namun secara tidak langsung variabilitas curah hujan tetap memberikan pengaruhnya. Hal ini disebabkan oleh teknik pengairan yang semakin modern melalui irigasi teknis, varietas unggul dan teknologi budidaya yang semakin maju dan adaptif terhadap iklim.

Rainfall variability is tested by the Mann-Kendall method to determine the significance of rainfall trends and by Sen's Slope Estimator method to determine the value of the trend. Spatially, mountainous region in the West Java indicate an increasing of precipitation such as in Gunung Mas, Bogor for 72,3 mm / year and in coastal areas indicate decreasing of rainfall such as in Ciwangi and Southern Cianjur for 31.8 mm / year. Rainfall decreasing for 51,3 mm / year occur in coastal areas during the rainy season. Lenght of dry season in West Java province also indicated increased, followed by the number of rainy days which are decrease mainly in coastal areas. According regression and correlation methods, rainfall variability is not directly contribute on rice production, but indirectly it still give an effect. This is caused by the more modern irrigation techniques through technical irrigation, improved varieties and cultivation technology which more advance and adaptive to climate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ansari Sofjan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T39152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julius Ferdinand
"ABSTRAK
Pada penelitian ini disimulasikan reaktor batch berpengaduk transesterifikasi CPO untuk produksi biodiesel skala pilot. Reaktor yang digunakan adalah tangki berpengaduk. Pengaduk yang digunakan berjenis rushton turbine yang dipasang dari atas tangki. Dalam simulasi ini divariasikan kecepatan rotasi pengaduk yang mana mempengaruhi proses pengadukan. Simulasi dilakukan berdasarkan konsep dinamika fluida komputasional (CFD) dengan mempertimbangkan neraca momentum aliran turbulen k-ε. Adapun hasil simulasi reaktor ini, yaitu volume fraction fasa terdispersi, bilangan reynold, dan pola aliran, jika dibandingan dengan hasil simulasi reaktor skala laboratorium yang terdapat dalam jurnal acuan, yang juga disimulasikan dengan menggunakan CFD, menunjukkan hasil yang baik. Didapatkan bahwa reaktor yang valid untuk produksi biodiesel dalam skala pilot ini memiliki besar diameter dan tinggi yang sama, yaitu 1,257 m, dengan bagian bawah tangki reaktor berbentuk dished-end dan pengaduk yang digunakan berjenis rushton turbine. Selain itu permodelan dan simulasi juga dilakukan untuk reaksi transesterifikasi CPO dengan memperhitungkan pengaruh reaksi samping yang terjadi seperti saponifikasi. Berdasarkan permodelan ini kemudian dilakukan simulasi pengaruh variasi rasio molar metanol-CPO dan variasi suhu reaksi terhadap laju reaksi. Didapatkan bahwa reaksi transesterifikasi dalam kondisi well-mixed membutuhkan waktu antara 1-2 menit.

ABSTRACT
In this study, batch reaktor of CPO (crude palm oil) transesterification for biodiesel production in pilot scale was simulated. Reaktor used in this study is stirred reaktor and the stirrer used in this reaktor is rushton turbine impeller, which was set from the top of the reaktor. In this simulation, rotational velocity of impeller was varied and the effect of this variation on the stirring process was observed. The simulation was carried using the concept of CFD (computational fluid dynamics) considering momentum balance of turbulent flow k-ε. The result from this simulation, which was volume fraction of dispersed phase, reynold number, and flow pattern, if it compared to the simulation of reaktor in laboratory scale, already demonstrate a better result for biodiesel production. From the simulation, the best design of reactor to produce biodiesel in pilot scale, has a dimension of 1,257 m in diameter and height, with rushton turbine as its impeller and dished-end as the bottom of the vessel. Besides that, modelling and simulation of CPO was carried considering the effect of side reactions such as saponification. According to this model, variation of metanol-CPO molar ratio and reaction temperature was simulated to show the effect of this variation on the reaction rate. It was obtained that the transesterification reaction needs approximately 1-2 minutes."
2016
S64323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>