Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31163 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Triyanti Kurniasari Ananta Putri Sudibyo
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) orbita adalah kondisi yang jarang terjadi. Tuberkulosis kelenjar lakrimalis atau dakrioadenitis adalah kelainan pada TB orbita yang sangat jarang terjadi, bahkan di negara-negara endemik dimana kejadian TB paru dan luar paru memiliki prevalensi yang sangat tinggi. Seorang wanita usia 48 tahun dengan diplopia, secara perlahan-lahan mengalami pembengkakan tanpa rasa sakit dibagian atas dan bawah kelopak mata. Tidak ada riwayat demam atau penyakit paru. Histopatologi menunjukan adanya peradangan granulomatosa dengan sel raksasa datia langhans yang berasal dari kelenjar lakrimalis. Studi mikrobiologi untuk menunemukan BTA menunjukkan hasil yang negatif. Pasien merespon baik terhadap pengobatan antituberkulosis. TB kelenjar lakrimalis tidak mudah untuk didiagnosis karena pada umumnya tidak terdapat TB aktif secara sistemik muncul bersamaan. Walaupun TB kelenjar lakrimalis merupakan manifestasi TB yang sangat jarang, tetapi penting untuk dikenali keberadaannya, khususnya ketika pasien berasak dari daerah endemik seperti Indonesia. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1996
616.995 24 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arqam Athallah Al Hinduan
"Latar Belakang: Karsinoma tiroid papiler (KPT) adalah salah satu bentuk paling umum dari keganasan pada tiroid di dunia. Di Indonesia, ditemukan bahwa dari semua keganasan tiroid, KPT menyumbang 83% dari semua kasus, serta menyumbang 61% dari semua kasus nodul tiroid. Namun secara luas, etiologi sebagian besar kasus masih belum diketahui dan tidak memiliki etiologi spesifik. Varian ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu varian agresif dan non-agresif. Metastasis kelenjar getah bening juga dapat terjadi pada beberapa kasus KPT, dengan penelitian menunjukkan bahwa 50-60% kasus metastasis kelenjar getah bening terjadi. Pasien dengan KPT dan metastasis kelenjar getah bening (KGB) juga terbukti memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien tanpa metastasis KGB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil klinikopatologi KPT dan hubungannya dengan metastasis KGB. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis dan arsip pasien dari Departemen Patologi Anatomi FKUI-RSCM yang telah didiagnosa KPT dari periode Januari 2014 hingga Desember 2018. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan antara varian agresif dan non-agresif dalam kejadian metastasis KGB (p = 0,001). Selain itu, jenis kelamin pasien menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik untuk kejadian metastasis KGB di KPT (p = 0,001). Selain itu, ukuran tumor menunjukkan perbedaan kejadian metastasis KGB yang signifikan secara statistik di PTC (p=0,026). Selanjutnya, invasi jaringan lunak menunjukkan kejadian metastasis KGB yang signifikan secara statistik di KPT (p = 0,001). Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia, ukuran tumor, atau invasi limfovaskular pada kejadian metastasis KGB pada kasus KPT. Kesimpulan: Studi menunjukkan bahwa jenis kelamin, varian, ukuran tumor, dan invasi jaringan lunak pada pasien KPT menyebabkan peningkatan risiko terjadinya metastasis KGB. Penelitian di masa depan dapat menggunakan studi longitudinal prospektif untuk melacak data penting dari pasien dengan lebih baik.

Introduction: Papillary thyroid carcinoma (PTC) is one of the most common forms of malignant thyroid in the world. In Indonesia, it is found that out of all thyroid malignancies, PTC accounts for 83% of all the cases as well as accounting 61% of all thyroid nodule cases. Broadly though, the etiology of most cases remains unknown and does not have a specific etiology. The clinicopathological characteristics of PTC consists of age, sex, tumor size, lymphovascular invasion, soft tissue invasion, and variant of the PTC. Lymph node metastasis (LNM) may also occur in some cases of PTC, with research showing that 50-60% of LNM cases occurring. Patients with PTC and LNM have also shown to have a worse prognosis compared to their counterparts without LNM. This study aims to find the clinicopathological profile of PTC and its association with the LNM. Methods: This research is a descriptive analytical research using a retrospective method using secondary data from medical records and patient archives from the Department of Anatomical Pathology FKUI-RSCM that had been diagnosed with PTC from a period of January 2014 to December 2018. Results: This study found that there are differences between aggressive and non-aggressive variants in the occurrence of LNM (p =0.001). In addition, the sex of the patient and tumor size showed statistically significant differences for LNM occurrences in PTC (p = 0.001 and p=0.026, respectively). Furthermore, soft tissue invasions showed statistically significant differences of LNM occurrences in PTC (p = 0.001). This study also found that there were no significant differences of age or lymphovascular invasion in the occurrence of LNM in cases of PTC. Conclusion: The study shows that the sex, variant, tumor size, and presence soft tissue invasion in patients with PTC are associated with the increased risk of LNM occurrence. Future research may use prospective longitudinal studies to better keep track of essential data from patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Soh
"ABSTRAK
Banyak studiBanyak studi epidemiologi, klinis dan in vitro terakhir menunjukkan hubungan antara vitamin
D dengan tuberkulosis (TB) paru. Kadar 25-hidroksivitamin D (25(OH)D) yang rendah
berhubungan dengan penyakit TB paru aktif dan laten. Namun, sampai saat ini belum ada data
mengenai hubungan kadar 25(OH)D dan status vitamin D dengan derajat lesi TB paru. Tujuan
penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara proporsi status vitamin D dan
kadar 25(OH)D dengan derajat lesi TB paru ringan, sedang dan berat. Desain penelitian
potong lintang, terdiri dari 137 pasien TB paru terbagi menjadi kelompok derajat lesi TB paru
ringan, sedang dan berat masing-masing 46, 47 dan 44 pasien. Diagnosis TB paru
berdasarkan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Derajat lesi TB paru dinilai secara radiologis berdasarkan klasifikasi dari National
Tuberculosis and Respiratory Disease Association, New York. Status vitamin D ditetapkan
menurut rekomendasi Holick. Pada ketiga kelompok dicatat data karakteristik subjek dan
dilakukan pemeriksaan 25(OH)D. Status vitamin D pada subjek penelitian ini didapatkan
sebanyak 122(89,1%) defisiensi dan 15(10,9%) insufiensi vitamin D. Proporsi defisiensi dan
insufisiensi vitamin D kelompok TB paru ringan, sedang dan berat tidak didapatkan
perbedaan bermakna, masing-masing dengan 84,8% dan 15,2%; 91,5% dan 8,5%; 90,9% dan
9,1%. Kadar 25(OH)D kelompok TB paru ringan, sedang dan berat tidak berbeda bermakna,
masing-masing dengan rerata 12,96 (SB±5,83)ng/mL, 12,42 (SB±5,13)ng/mL, dan 11,29
(SB±5,61)ng/mL. Kami menyimpulkan status vitamin D dan kadar 25(OH)D tidak
berhubungan dengan derajat lesi TB paru. Proporsi defisiensi dan insufisiensi vitamin D
kelompok TB paru ringan, sedang dan berat tidak didapatkan perbedaan bermakna, masingmasing
dengan 84,8% dan 15,2%; 91,5% dan 8,5%; 90,9% dan 9,1%.

ABSTRACT
Most recent epidemiological, clinical and in vitro studies indicate that there is a the
relationship between vitamin D and pulmonary tuberculosis (TB). Low concentration of 25-
hydroxyvitamin D (25(OH)D) is associated with active and latent pulmonary TB disease.
Nevertheless, there is no data about the relationship between vitamin D status and
concentrations of 25(OH)D with severity of pulmonary TB. The aim of this study was to
obtain the relationship between proportions of vitamin D and concentrations 25(OH)D with
mild, moderate and severe degrees of pulmonary TB lesions. This was a cross-sectional study,
137 patients with pulmonary TB and 46, 47 and 44 patients each of mild, moderate and severe
degree of pulmonary TB lesions, respectively. Diagnosis of pulmonary TB was based on
National Tuberculosis Control Guideline, Ministry of Health of the Republic of Indonesia.
The degree of pulmonary TB lesion was radiologically assessed based on classifications of the
National Tuberculosis and Respiratory Disease Association, New York. Vitamin D status was
defined according to Holick recommendations. Baseline characteristics of subjects were
recorded and 25(OH)D concentrations were measured in subjects of each groups. Vitamin D
status of the subjects were 122 (89.1%) deficiency and 15 (10.9%) insufficiency of vitamin D.
The proportions of vitamin D deficiency and insufficiency at mild, moderate and severe
degree of pulmonary TB lesions were also not significantly different, i.e. 84.8% and 15.2%,
91.5% and 8.5%, 90.9% and 9.1%, respectively. Concentrations of 25 (OH) D in each group
of mild, moderate and severe pulmonary TB lesions were not significantly different, with a
mean (SD) 12.96 (5.83)ng/mL, 12.42 (5.13)ng/mL, and 11.29 (5.61)ng/mL respectively. It is
concluded that vitamin D status and serum 25 (OH) D were not related to the degree of
pulmonary TB lesion. The proportion of vitamin D deficiency and insufficiency at mild,
moderate and severe degree of pulmonary TB lesions were also not significantly different, i.e.
84.8% and 15.2%, 91.5% and 8.5%, 90.9% and 9.1%, respectively."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Dwi Putri
"ABSTRAK
Latar Belakang. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) jarang ditemukan pada anak. Kesintasan kehidupan anak SNRS pada umumnya baik. Akan tetapi, anak SNRS sering mengalami penurunan fungsi ginjal dan pada perjalanan penyakitnya dapat mengalami end stage renal disease (ESRD). Tujuan. Mengetahui kesintasan kehidupan dan fungsi ginjal anak SNRS pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5. Mengetahui pengaruh usia, fungsi ginjal, dan hipertensi saat awitan serta tipe resistensi terhadap kesintasan kehidupan dan fungsi ginjal anak SNRS.
Metode. Penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medis anak SNRS yang datang berobat ke Poliklinik Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak dan praktik swasta konsultan Divisi Nefrologi dalam periode Januari 2000-Januari 2011. Kesintasan fungsi ginjal yang dinilai pada penelitian ini adalah kenaikan kreatinin ≥2 kali dan ESRD.
Hasil. Sebanyak 45 anak SNRS diikutsertakan dalam penelitian. Lama sakit adalah 24 (rentang 3-95) bulan. Sebanyak 20% anak meninggal dunia, 31,1% anak mengalami kenaikan kreatinin ≥2 kali, dan 13,4% anak menjadi ESRD pada akhir penelitian. Kesintasan kehidupan anak SNRS pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 93, 84, 80, 72, dan 61%. Kesintasan anak SNRS terhadap terjadinya kenaikan kreatinin ≥2 kali pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 92, 72, 56, 42, dan 34%. Kesintasan anak SNRS terhadap terjadinya ESRD pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 97, 88, 81, 70, dan 58%. Usia, fungsi ginjal, hipertensi saat awitan dan tipe resistensi tidak berpengaruh terhadap kesintasan kehidupan, kenaikan kreatinin ≥2 kali, maupun terjadinya ESRD (semua nilai p>0,05).
Simpulan. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa anak SNRS rentan untuk mengalami kenaikan kreatinin ≥2 kali dan ESRD. Faktor-faktor prognostik yang dipikirkan mempengaruhi kesintasan kehidupan dan fungsi ginjal seperti usia, fungsi ginjal dan hipertensi saat awitan serta tipe resistensi tidak terbukti berperan dalam kesintasan.

ABSTRACT
Background: Steroid resistant nephrotic syndrome (SRNS) is seldom found in children. Children with SRNS generally have good survival although during the course of the disease may develop decreased kidney function, leading to end stage renal disease (ESRD). Data on survival of children with SRNS is still scarce. Objective: To determine survival in children with SRNS on the first, second, third, fourth and fifth year; to study the effect of age at onset, initial kidney function, hypertension and type of resistance towards the survival of children with SRNS.
Method: A retrospective cohort is performed using secondary data obtained from medical record of outpatient and inpatient clinic from Division of Nephrology, Department of Child Health, Cipto Mangunkusumo Hospital as well as private clinic of the Pediatric Nephrology consultant from January 2000-January 2011. Kidney survival was determined as doubling of base creatinine levels and ESRD.
Results: This study includes 45 children with SRNS. Median time of illness was 24 (range 3-95) months. Twenty percent died due to various reasons; 31.1% had a doubling of base creatinine levels and 13.4% develop ESRD. Survival on the first, second, third, fourth and fifth year are 93, 84, 80, 72 and 61% respectively. Kidney survival on the first, second, third, fourth and fifth year towards doubling of base creatinine levels are 92, 72, 56, 42 and 34%, whereas towards ESRD are 97, 88, 81, 70 and 58% respectively. Age at onset, initial kidney function, hypertension and type of resistance does not affect the survival of children with SRNS (all P>0.05).
Conclusion: Children with SRNS is prone to develop a doubling of base creatinine levels and ESRD. Factors such as age at onset, initial kidney function, hypertension and type of resistance does not affect the survival of children with SRNS."
2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Yulianti
"Tujuan: Mendeteksi perubahan kerusakan saraf optik pada penderita TB paru yang diterapi dengan Etambutol setelah diberikan suplementasi ion Zinc peroral.
Desain: Uji klinik eksperimental secara acak dan tersamar ganda.
Metode: duapuluh dua penderita tuberkulosis paru dengan anti tuberkulosis mendapatkan suplementasi 20 mg ion Zinc (kelompok perlakuan) begitupula duapuluh dua penderita tuberkulosis pare mendapatkan anti tuberkulosis dan plasebo (kelompok kontrol) satu kali sehari selama 4 minggu. Pemeriksaan P 100 [atensi VEP dilakukan pra dan paska suplementasi.
Hasil: Pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan bermakna pada variabel usia, jenis kelamin dan VEP awal. Sehingga kedua kelompok setara untuk dibandingkan. Sebesar 18 penderita (81,8%) pads kelompok kontrol dan hanya sebesar 5 penderita (22,7%) pada kelompok perlakuan mengalami perubahan nilai P 100 latensi abnormal (p< 0.05). Rerata perubahan nilai P 100 latensi abnormal pada kelompok perlakuan sebesar 4A5 + 1.18 msec dan pada kelompok kontrol sebesar 5.21 + 1.49 msec (p< 0.05).
Kesimpulan: VEP dapat mendeteksi neuropati optik subklinis sehingga dapat dipakai sebagai alat ukur memonitor efek toksik dari anti tuberkulosis. Suplementasi Ion Zinc mampu berperan sebagai neuroproteksi terhadap efek toksik Etambutol.

Treated with Etambutol and ion Zinc supplementation orally.
Design: Randomized, double blind experimental clinical trial.
Methods: Twenty two tuberculosis pulmonary patients treated with anti tuberculosis and 20 mg ion Zinc (subject group) while other twenty two patients were treated with anti tuberculosis and placebo (control group) once daily for 4 weeks. P 100 latency examination was done before and after the treatment.
Result: There were no significant difference on both groups in age,gender, and early VEP examination. Both groups can be compare statistically. Eighteen patients (81.8%) of the control group and only 5 patients (22.7%) of the subject group resulted abnormal changes on P 100 latency ( p< 0.05). In the subject group, the abnormal mean of P 100 latency was 4.15 + 118 msec and in the control group was 5.21 + 1.49 msec ( p<0.05).
Conclusion: VEP could be use to detect subclinic optic neuropathy in monitoring anti tuberculosis toxic effect. Ion Zinc supplementation could be use as neuroprotector to the Ethambutol toxic effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oetari Cinthya Bramanty
"ABSTRAK
Tesis ini membahas evaluasi pelaksanaan program penanggulangan tuberculosis
berbasis komunitas yang dilakukan oleh Principal Recipient Aisyiyah. Penelitian ini
bertujuan untuk: melakukan evaluasi pelaksanaan program penanggulangan
tuberculosis berbasis masyarakat dilihat dari aspek manajemen program dan
pengelolaan keuangan program. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik Pengumpulan data menggunakan
metode wawancara. Hasil penelitian melalui analisa pendekatan Bromley (Kebijakan,
Organisasi, Operasional) menunjukkan pelaksanaan program yang dilakukanoleh PR
TB Aisyiyah sudah melaksanakan prinsip manajemen program dan manajemen
pengelolaan keuangan yang baik.

Abstract
This Research committed on evaluation of implementation of community-based
tuberculosis prevention program held by Principal Recipient Aisyiyah. This research
also conducted to evaluate the community-based tuberculosis prevention program
considered with the program management and financial management aspects.
Methode of this research is qualitative with descriptive explanation. Information for
this research was gathered from in-depth interview and observation. This research
showed that based on Bromley Perspectives (Policy, Organizational and Operational)
program implementation that held by Principal Recipient Aisyiyah had been using
good and efficient program management and financial management aspects wisely."
2012
T30434
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Syahida
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas biaya antara Puskesmas yang menerapkan PAL dengan yang tidak menerapkan PAL dalam penanganan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kota Administratif Jakarta Timur, dengan melakukan perhitungan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) untuk mendapatkan biaya per aktifitas. Penilaian efektifitas berdasarkan perbandingan antara penjumlahan komponen biaya pada masing-masing alternatif dengan output penelitian yang meliputi efektifitas pengobatan, Quality Adjusted Life Years (QALY's) serta Kegagalan/drop out yang dapat dihindari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas PAL lebih efektif dalam penanganan Tuberkulosis Paru berdasarkan output kegagalan/drop out yang dapat dihindari.

This research purposes to compare cost effectivity between Center of Health which implements PAL and Non PAL in treatment Pulmonary Tuberculosis on administrative district East Jakarta. It uses Activity Based Costing (ABC) method to obtain cost per activity. The effectivity evaluation is based on comparison between total cost component at each alternatives with output consists of medical treatment effectiveness, Quality Adjusted Life Years (QALY's) and prevented failure/drop out. The result shows that Puskesmas with PAL is more effective in Pulmonary Tuberculosis treatment based on prevented failure/drop out.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Kesehatan , 2003
617.7 IND d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Martani Widjajanti
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>