Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13620 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Watson, C.W.
"Kho ping Hoo (1926-1994) is the most well-know of all Indonesian writers of popular silat stories, largely set inChina, which describe the adventures and romance of legenday hereos famed for their skill in martial arts. It is less well-know that he began his career writing critical stories about socio-economics condition in the llate 50s and early 60s. This paper discusses one of these stories. It place the story in the context of political development of the time, in particular as they affected the Chinese Indonesia community. The paper argues that this story and or two other like it come a the end of a radition of sino-Indonesian literature which had flourished from the end of the nineteenth century until the mid 1950s. After 1960, Chinese-Indonesian writer cease writing realist fiction of any kind and write either silat stories or romantic stories set in middle class urban envirnments."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
909 UI-WACANA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arnita Setiawati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas seluk-beluk kehidupan Kho Ping Hoo dari mulai riwayat
kepengarangannya, penerbitan karyanya, sampai karakteristik yang terdapat dalam
karya Kho Ping Hoo, baik dalam cerita silat Cina maupun dalam cerita silat
Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra?dengan
melihat hubungan antara penerbit, pengarang, karya sastra, serta pembaca karya
tersebut?dan pendekatan struktural karya sastra?dengan melihat unsur-unsur
intrinsik sebuah karya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif-analitis. Hasil penelitian membuktikan bahwa Kho Ping
Hoo merupakan penulis produktif yang menghasilkan sejumlah karya melalui
penerbit yang dirintisnya dan karya tersebut masih memikat banyak penggemar
meskipun Kho Ping Hoo telah meninggal dunia.

ABSTRACT
This thesis discussed details of Kho Ping Hoo?s life from his authorship stories,
his publishing works, until characteristics of his works, either in silat story of
China and silat story of Indonesia. This research uses the sociological approach?
by looking at the relationship between publisher, author, literary works, and
readers?and the structural approach to literary works?by looking at intrinsic
elements of a literary work. The method used in this research is descriptiveanalytic.
Results of the research prove that Kho Ping Hoo is productive to
produced works through his publishing and his works still had a lot of fans
although he passed away."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42583
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surakarta: Balai Soedjatmiko, 2013
809.917 KHO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini mengenai kisah pernikahan Ajar Windusana di Marbabu dengan Retna Kasmala, putri dari Majapahit. Sampai kisah pernikahan Raden Wisnudana dengan Retna Pandhan Kurung putri dari Pengging."
Surakarta: Albert Rusche, 1901
BKL.0180-CS 3
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Welagen, Robbert
"Een jonge schrijver wil na zijn debuut verdwijnen in een inhoudsloos, betekenisloos bestaan."
Amsterdam: Nijgh Van Ditmaar, 2013
BLD 839.313 WEL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan tembusan karbon dari FSUI/CI.103 yang pengerjaannya dilaksanakan di Surakarta pada tanggal 18 Januari 1930 (h.i). Keterangan bibliografis lebih lanjut dapat dilihat pada FSUI/CI.103. Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CI.102-HA 26
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah salinan ini hanya memuat nukilan dua pupuh, yakni dhandhanggula dan asmaradana, masing-masing terdiri dari tiga pada. Menurut catatan Pigeaud, naskah ini merupakan ringkasan atau kutipan dari sebuah lontar Rengganis yang berasal dari Jawa Timur."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CI.106-L 10.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks serat Pranacitra (gubahan jaman PB V) dalam naskah PNRI/KBG 289. Teks terdiri atas cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh, catatan umum, serta ringkasan alur cerita per pupuh. Dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud bulan Maret 1931. Teks menceritakan percintaan Pranacitra dengan Rara Mendut. Percintaan ini sempat diketahui oleh Tumenggung Wiraguna, yang juga mencintai Rara Mendut, namun tidak dilayani. Maka atas usul Pranacitra, Rara Mendut berusaha melarikan diri dari Wiraguna. Setelah prajurit Wiraguna mengetahui hal itu, Tumenggung Wiraguna memerintahkan untuk segera menangkap Pranacitra. Ketika sampai di Desa Sitirebah, Pranacitra ditangkap, dihadapkan ke Wiraguna dan dibunuh. Rara Mendut mengikuti jejaknya, dan membunuh diri dengan keris."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CH.33-L 5.05
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks Asmarasupi ini mengisahkan kepahlawanan seorang putra Raja Bandaralim dari kerajaan Puserbumi bernama Raden Abdullah Asmarasupi (sering pula disebut Raden Arya Jayengtilam, Jayengsari, Jayengperang, Raden Sunu, Raden Mantri, Raden Asmarabrangti, Raden Arya Kusuma, Imam Suwangsa atau Iman Sujana) tatkala berkelana mencari obat untuk penawar sakit putri Purbaningsih dari kerajaan Ngesam. Pada akhir cerita Raden Asmarasupi berhasil mendapatkan obat lalu diserahkan kepada Raja Ngesam untuk diberikan kepada Purbaningsih. Penyakit sang putri dapat disembuhkan dan sebagai tanda sukacita dari Raja Ngesam, Raden Asmarasupi dinikahkan dengan Dewi Purbaningsih. Serat Asmarasupi merupakan salah satu karya yang cukup populer dalam tradisi penyalinan naskah-naskah pasisir Jawa. Kepopulerannya dapat dikatakan sejajar dengan teks roman Islam lainnya, terutama Menak, Ambiya, dan Yusup. Catatan resensi beberapa teks Asmarasupi telah disebutkan dalam Poerbatjaraka dkk. 1950: 82-84 (Br 30, Br 51, dan KBG 543); Vreede 1892: 189-194, 373-374 (LOr 1798, LOr 2017); Brandes I, 1901: 117-118 dan Juynboll II, 1911: 79-90 (LOr 4077). Keterangan bibliografis mengenai teks-teks yang lain termuat pula dalam berbagai sumber: Pigeaud (1967:223) mencatat teks Asmarasupi dengan nomor kode LOr 2194, 4077, 10.737, 10.836, dan BCB prtf 215. Masing-masing naskah yang termuat dalam Pigeaud tersebut, telah' diresensi dalam catatan Soegiarto (LOr 10.867). Perpustakaan Museum Sonobudoyo Yogyakarta mengoleksi enam naskah yaitu MSB/L.48-50 dan 52-54. Di Sasana Pustaka, tepas kapujanggan keraton Surakarta, tercatat empat naskah dengan nomor kode SMP/KS.467-470. Ricklefs (1977: 61) mencatat satu naskah Asmarasupi yang dikoleksi oleh India Office Library, London, dengan nomor kode IOL Jav. 26, isinya dikatakan sebagai salinan dari teks keraton Yogyakarta semasa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana II. Untuk koleksi Pigeaud yang terdapat di FSUI tercatat sembilan naskah, berkode CS.l sampai dengan CS.9. Dalam proses perkembangannya, teks ini tidak terlepas kaitannya dengan teks dari siklus Menak dan Panji oleh Pigeaud (1967: 223) dikatakan tampak pada penonjolan unsur kepahlawanan dan pengembaraannya. Adapun naskah CS.l ini berasal dari Keraton Kanoman Cirebon. Isi ceritanya tidak tamat Mengingat banyak bagian kertas yang rusak, maka teks yang mencantumkan identifikasi waktu penyalinan menjadi kurang lengkap. Dari teks yang dapat dibaca, tercantum penanggalan sebagai berikut: Seiasa, 17 Jumadiiakir, tahun Alip, 1... Hijriah. Namun, dilihat dari materi kertas dan gaya penyalinannya, usia naskah ini masih tergolong 'muda.' Diperkirakan penyalinan teks berlangsung akhir abad ke-19, mungkin sekitar tahun 1880an. Naskah ini dihiasi dengan rubrikasi dan gambar sederhana pada setiap pergantian pupuh. Naskah diterima Pigeaud dari Ir. Moens di Yogyakarta, pada tanggal 27 Mei 1932. Isi teks telah dibuatkan ikhtisar dan daftar kata oleh Mandrasastra pada bulan Februari 1933. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) mijil; (3) pangkur; (4) kinanthi; (5) sinom; (6) dhandhanggula; (7) sinom; (8) kinanthi; (9) pangkur; (10) durma; (11) sinom; (12) mijil; (13) kinanthi; (14) asmarandana; (15) dhandhanggula; (16) sinom; (17) pangkur; (18) mijil; (19) dhandhanggula; (20) durma; (21) pucung; (22) maskumambang; (23) asmarandana; (24) dhandhanggula; (25) pangkur; (26) durma; (27) dhandhanggula; (28) asmarandana; (29) pangkur; (30) durma; (31) sinom; (32) sinom; (33) dhandhanggula; (34) pangkur; (35) durma; (36) asmarandana; (37) sinom; (38) dhandhanggula; (39) pangkur; (40) asmarandana; (41) sinom; (42) kinanthi; (43) mijil; (44) dhandhanggula; (45) maskumambang; (46) durma; (47) kinanthi; (48) asmarandana; (49) mijil; (50) sinom; (51) asmarandana; (52) durma; (53) dhandhanggula; (54) mijil; (55) pucung; (56) maskumambang; (57) sinom; (58) mijil; (59) sinom; (60) asmarandana; (61) dhandhanggula; (62) mijil; (63) dhandhanggula; (64) asmarandana."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CS.1-NR 200
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini berkisah tentang petualangan tokoh Raden Abdullah Asmarasupi, putera raja kerajaan Bandaralim. Cerita diawali ketika Raja Bandaralim yang sudah tua, ingin menyerahkan tampuk kekuasan kepada putera sulungnya, Raden Asmarasupi. Namun keinginannya tidak terwujud karena puteranya belum bersedia, bahkan ia meninggalkan kerajaan tanpa sepengetahuan siapa pun. Kepergiannya diikuti oleh abdi setianya, Marbot Sangubrangta. Mulai di sini cerita berkembang. Raden Asmarasupi kemudian menikmati perjalanannya dengan ikut terlibat dalam berbagai kejadian, seperti peperangan, percintaan dengan banyak wanita, berguru pada banyak syeli mengenai Islam maupun kepercayaan kejawen, dan upaya pengislaman orang-orang kafir. Puncak dari petualangannya adalah mengikuti sayembara yang diadakan oleh Raja Ngesam, yakni mendapatkan obat yang dapat menyembuhkan penyakit Dewi Purbaningsih. Dengan perjuangan yang keras akhirnya Raden Asmarasupi berhasil memenangkan sayembara itu. Sebagai balas budi, Raja Ngesam mempersandingkannya dengan Dewi Purbaningsih yang jelita. Selanjutnya Raden Asmarasupi yang juga bernama Jayengtilam dinobatkan sebagai Raja Ngesam. Versi Serat Asmarasupi FSUI/CS.2 ini tersusun dalam 85 pupuh. Menurut kolofon depan maupun belakang, naskah disalin antara Februari sampai dengan September 1902, oleh Warsawijaya suami-isteri, di tempat yang tidak disebutkan. Maksud Warsawijaya menyalin naskah dinyatakan sebagai berikut: kinarya ngegah nendra, yaitu sebagai salah satu upaya tapabrata. Disebutkan Warsawijaya suami-isteri (sarimbit), mungkin karena yang satu membacakan babon, sedangkan yang satunya sibuk menuliskannya. Pigeaud membeli naskah ini di Yogyakarta pada tanggal 30 Mei 1933. Kemudian pada bulan Desember tahun yang sama, oleh Mandrasastra dibuatkan ikhtisar isi berikut catatan pupuh dan bait dalam sebuah uittreksel yang dapat ditemui pada koleksi FSUI. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) mijil; (4) dhandhanggula; (5) pangkur; (6) sinom; (7) durma; (8) mijil; (9) pangkur; (10) kinanthi; (11) mijil; (12) sinom; (13) dhandhanggula; (14) asmarandana; (15) kinanthi; (16) pangkur; (17) durma; (18) sinom; (19) mijil; (20) kinanthi; (21) asmarandana; (22) dhandhanggula; (23) sinom; (24) pangkur; (25) maskumambang; (26) durma; (27) pucung; (28) maskumambang; (29) asmarandana; (30) dhandhanggula; (31) kinanthi; (32) dhandhanggula; (33) pangkur; (34) dhandhanggula; (35) pangkur; (36) durma; (37) dhandhanggula; (38) girisa; (39) dhandhanggula; (40) asmarandana; (41) pangkur; (42) pucung; (43) durma; (44) pangkur; (45) asmarandana; (46) kinanthi; (47) dhandhanggula; (48) kinanthi; (49) sinom; (50) asmarandana; (51) sinom; (52) durma; (53) sinom; (54) dhandhanggula; (55) pangkur; (56) kinanthi; (57) mijil; (58) sinom; (59) dhandhanggula; (60) pangkur; (61) asmarandana; (62) sinom; (63) dhandhanggula; (64) gambuh; (65) durma; (66) dhandhanggula; (67) mijil; (68) megatruh; (69) sinom; (70) dhandhanggula; (71) asmarandana; (72) dhandhanggula; (73) durma; (74) pangkur; (75) durma; (76) dhandhanggula; (77) pangkur; (78) sinom; (79) durma; (80) pangkur; (81) durma; (82) dhandhanggula; (83) durma; (84) pangkur; (85) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CS.2-NR 249
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>