Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galuh Anindita
"ABSTRAK
Lagu merupakan cerminan suatu kehidupan sosial atau media untuk mengekspresikan pandangan pengarang mengenai suatu hal. Oleh karena itu, dalam sebuah karya terdapat subjektivitas pengarang, tak terkecuali dengan lagu karya Serge Gainsbourg yang menjadikan perempuan sebagai subjeknya, yaitu Poup e de Cire Poup e de Son dan Les Sucettes. Keterlibatan perempuan dalam sebuah karya sastra dapat mengukuhkan dominasi laki-laki di lingkungan masyarakat atau bahkan sebaliknya. Menggunakan pendekatan struktural dan semiotik, penulis berusaha menelusuri bagaimana perempuan direpresentasikan melalui larik lagu. Artikel ini memperlihatkan bahwa perempuan dalam dua lagu tersebut direpresentasikan secara berbeda. Dalam lagu Poup e de Cire Poup e de Son, perempuan direpresentasikan sebagai kaum yang pasif karena masih didominasi oleh laki-laki, sedangkan dalam lagu Les Sucettes perempuan direpresentasikan sebagai kaum yang bebas karena sudah lepas dari dominasi laki-laki.

ABSTRACT
Song is a reflection of a social life or a media to express song writer rsquo s point of view. Therefore, in a song there is the subjectivity of the song writer, including songs by Serge Gainsbourg. In which he oftenly bring up women as the subject, such as Poup e de Cire Poup e de Son and Les Sucettes. The involvement of women in various arts may reinforce male dominance in the community or vice versa. Using a structural and semiotic theory, the author tries to analyze how women are represented through the lyrics. This article shows that women in these two songs are represented differently. In Poup e de Cire Poup e de Son, women are represented as a passive subject because they are still dominated by men. On the other hand, Les Sucettes represented women as an active subject because they are separated from male domination."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Riani Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan representasi kebertubuhan sekaligus kebebasan seksual perempuan yang terdapat pada lirik lagu Harley Davidson karya Serge Gainsbourg. Teori mitos milik Roland Barthes akan digunakan untuk menganalisis makna denotatif dan konotatif pada lirik lagu. Selain itu, konteks sejarah pada lagu juga akan dikaitkan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebertubuhan perempuan direpresentasikan sebagai subjek yang dominan terhadap laki-laki terutama dalam hal seksual. Hal tersebut juga menandakan bahwa lagu Harley Davidson adalah lagu yang berusaha untuk memaparkan pergeseran peran perempuan dalam kehidupan di masyarakat.

This research aims to present woman 39 s body representation as well as woman 39 s sexual freedom on Serge Gainsbourg 39 s song, Harley Davidson. In order to analyse denotative and connotative meaning on the song, Roland Barthes 39 theory of myth will be applied. History context of the song will also be used as well. At the end of this research, it is found that woman 39 s body is being represented as a dominant subject to man especially in sexual matters. It is also found that the song aims to present woman 39 s role changing in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ainurrahma Dwi Saraswati
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai representasi perempuan maghribi dalam cerita pendek Femmes d rsquo;Alger dans Leur Appartement karya Assia Djebar yang diterbitkan pada tahun 1975. Hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai perempuan Aljazair yang terkurung dalam budaya patriarki pada masa sebelum hingga kolonialisasi Prancis terjadi. Status menikah dan belum menikah menjadi penentu eksistensi para wanita maghribi. Ruang domestik dan ruang publik perempuan pada masa tersebut juga memiliki peran penting dalam representasi perempuan maghribi yang didominasi budaya patriarki.

ABSTRACT
This article discusses the representation of maghribi women in Femmes d rsquo Alger Dans Leur Appartement, a short story by Assia Djebar published in 1975. The result provides an overview of the Algerian women who trapped in patriarchal culture in the French pre colonization and post colonization. The status of married and unmarried women determines the existence of maghribi women. The domestic and public spaces of Algerian women on that time, also had an important role in the representation of maghribi women dominated by patriarchal culture."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Seotbyeol
"Ocean s 8 (2018) adalah film sempalan dengan karakter yang dapat diperbandingkan dengan karakter di film Ocean s 11 (2001). Film ini bercerita tentang perjalanan, Debbie dan Lou dua sahabat, yang bekerja sama dengan sekelompok perempuan lainnya yang memiliki keahlian di bidangnya masing- masing untuk mengerjakan perampokan besar. Fokus Artikel adalah representasi pemberdayaan wanita dengan menganalisis fashion, persahabatan wanita antara dua karakter utama, dan male gaze dalam film ini dengan mempertimbangkan bahwa film ini adalah film yang dibuat ulang dari film yang didominasi karakter laki-laki. Menggunakan kerangka konsep yang ditawarkan Marcangeli tentang gender dan mode, negosiasi epistemik dari Code, dan male gaze oleh Laura Mulvey, artikel ini melihat bagaimana film merepresentasikan pemberdayaan perempuan. Analisis tekstual digunakan untuk menganalisis naratif dalam film. Artikel ini menyimpulkan bahwa media mainstream seperti Hollywood dapat merepresentasikan perempuan.

Ocean s 8 (2018) is a spin-off film with similar characters from the previously made film, Ocean s 11 (2001), and the characters are male-dominated. It tells a story about a journey of two best friends, Debbie and Lou, who come together to team up with other women who are experts in their field to work together in robbing jewelry. This article is focusing on female representation by analyzing the fashion, female friendship between the two main characters, and male gaze. Using Marcangeli's concepts on gender and fashion, Code s epistemic negotiation, and Mulvey's male gaze, this article analyzes things that actually contribute to female empowerment from the film. Textual analysis is used to analyze the narratives in the film. This article explains that through right representation of female in media, female empowerment is attainable."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maznah Mohamad
"ABSTRAK
Malaysias representation of women as parliamentarians remains one of the lowest in comparison to other Southeast Asian and global parliamentary democracies. However, when contextualized against Malaysias politics of divides and dissent starting from 1999 onward, there are some newer characteristics of womens involvement in formal politics. This paper explores the specificities of womens experience in formal politics under the one-party dominant rule of the National Front before it was defeated in the May 2018 general election. The paper questions various incidents of political transitioning from an old to a newer political regime. Processes such as the collaboration between womens civil society and formal state political actors, the cultivation of clientelist and patronage relations, and the maintenance of a cohesive multiparty coalition as a strategy for electoral advantage have all had fruitful bearings on the way the formalization of women in politics has developed. However, given the insufficiency of these developments for increasing womens representation, this paper proposes the more reliable gender quota or reserved seats mechanism as one of the considerations for gender electoral reform."
2018
050 SEAS 7:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anindya Artanti
"Film (色,戒) Sè, Jiè karya Ang Lee dirilis pada tahun 2007 , mengisahkan tentang perjalanan seorang wanita bernama Wang Jiazhi yang bekerja sebagai mata-mata. Film ini diangkat dari novela dengan judul yang sama karya penulis wanita ternama di Cina, Eileen Chang. Berlatarkan Hongkong di tahun 1938 dan Shanghai di tahun 1942 pada saat perang Sino-Jepang kedua. Film ini mengisahkan bagaimana sosok Wang Jiazhi, seorang mahasiswi tahun pertama Universitas Lingnan, menjadi seorang mata-mata yang menargetkan kolabolator Jepang bernama Yi Mocheng. Melalui analisis tokoh Wang Jiazhi, pada makalah ini penulis ingin membahas apa saja strategi yang dilakukan selama ia menjadi mata-mata, dan apakah tokoh Wang Jiazhi mampu merepresentasikan narasi mata-mata penggoda atau seductress spy yang berkembang pada masa Republik Tiongkok (1911-1949).

Sè, Jiè (色,戒) is a movie directed by Ang Lee and was released in 2007. The movie tells about a long journey of a young woman named Wang Jiazhi that works as a spy. This movie made based on a same-titled novella written by the most famous female writer in China, Eileen Chang. The story is set in Hong Kong in 1938 and Shanghai in 1942, during the Sino-Japanese war. It depicts how a Lingnan University freshman, Wang Jiazhi, became a spy and targeted a Japanese collaborator named Yi Mocheng. Through the character analysis of Wang Jiazhi, this paper will discuss what kind of strategy that Jiazhi use to get into Yi Mocheng and did the character of Wang Jiazhi represented the narration of seductress-spy that is familiar during the Republic of China period (1911-1949)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Satrio Wibowo
"ABSTRAK
Prancis adalah salah satu negara dengan populasi orang kulit hitam yang cukup besar di Eropa. Orang kulit hitam di Prancis kerap kali dilekatkan dengan prasangka dan stereotipe negatif oleh masyarakat. Melalui karya seni khususnya musik rap, stereoritpe dan prasangka negatif dapat dikukuhkan atau sebaliknya, karena di dalamnya mengandung subjektivitas dan sudut pandang pengarang mengenai suatu hal. Tak terkecuali dengan lagu, yaitu Sur Ma Route dan Force d rsquo; tre karya seorang rapper terkenal Prancis Black M. Menggunakan teori representasi dan identitas Stuart Hall, penulis berusaha menelusuri bagaimana identitas orang kulit hitam direpresentasikan dalam larik lagu rap karya Black M. Artikel ini memperlihatkan identitas orang kulit hitam yang berlawanan dengan stereotipe masyarakat. Orang kulit hitam dalam dua lagu tersebut direpresentasikan sebagai sosok yang tangguh dan membanggakan. Musik rap Black M hadir untuk mengekspresikan opini dan kritiknya dengan memaparkan kisah hidupnya sebagai role model orang kulit hitam yang berhasil melawan stereotipe negatif masyarakat.
ABSTRACT

France is one of the countries with large black people population in Europe. French black people are often attached to negative prejudgement and stereotypes by society. Through art, especially rap music, negative stereotypes and prejudices could be reinforced or vice versa, because they contain the creator rsquo s subjectivity and point of view about something. No exception to these rap songs titled Sur Ma Route and Force d rsquo tre by a famous French rapper Black M. Using the theory of representation and identity by Stuart Hall, the author tries to explore how the identity of black people are represented in the lyrics of rap songs by Black M. This article shows the identity of black people as opposed to community stereotypes. The black people in these two songs are represented as a formidable and proud figure. Black M 39 s rap music came to express his opinions and criticisms by describing his life story as a role model of black people who succeeded against the negative stereotypes of society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Umaimah Wahid
"Marjinalisasi terhadap kaum perempuan sudah lama berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. bahkan jika memahami konteks sejarah keberadaan manusia dari sudut pandang agama, maka hakekatnya marjinalisasi terhadap perempuan sudah terjadi ketika manusia pertama ada dimuka bumi. Perkembangan sejarah kemudian mencatat bahwa marjinalisasi itu tidak semakin berkurang melainkan justru meningkat dan mengakar dalam bentuk budaya dan nilai-nilai estetika yang diyakini kebenaran dan keabsahannya oleh sebagan besar manusia, bahkan terkadang termasuk perempuan itu sendiri. SItuasi ini lalu melahirkan sistem budaya patriarkhis yang sangat merugikan kaum perempuan. Sistem budaya patriarkhis ini semakin kuat berakar dan seakan memiliki legalitas kebenaran ketika Negara, sebagai struktur dominan dalam masyarakat, ikut memelihara dan melakukan pembiaran terhadap nilai-nilai yang terjadi dan merugikan kaum perempuan.
Pentingnya mempengaruhi keijakan negara agar kebih berpihak kepada kaum perempuan sudah banyak dipahami oleh kaum perempuan itu sendiri. Akan tetapi Negara sendiri seringkali membutuhkan pressure guna melahirkan kebijakan-kebijakan tertentu. Dan pressure terhadap Negara hanya dapat dilakukan oleh kaum perempuan jika mereka memiliki posisi tawar (Bargaining position) yang seimbang atau lebih kuat dengan negara.
Dalam konsep Gramscy, keseimbangan posisi tawar antara gerakan peempuan, yang lalu direpresentasikan sebagai masyarakat sipil, dengan negara, yang lalu disebut sebagai masyarakat politik, akan melahirkan pertarungan ide antara keduanya. Hegemoni negara bisa saja kalah dan pertarungan ide dapat dimenangkan oleh kaum perempuan sehingga akan muncul nilai-nilai baru yang lebih berpihak kepada kaum perempuan. Pada fase ini Gramscy menyebutnya sebagai gerakan 'counter hegemoni' dimana kaum perempuan mampu tampil dan melahirkan hegemoni baru setelah memenangkan pertarungan ide melawan hegemoni lama.
Dalam upaya melakukan counter hegemoni, kaum perempuan, sebagaimana disebutkan diatas, harus memiliki posisi tawa (bargaining position) yang tinggi. Posisi tawar yang tinggi sangat dipengaruhi oleh banyak instrumen pendukung yang salah satunya adalah Media. Kebutuhan akan dukungan media industri menjadi pilihan yang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan Media Industri memiliki gaung yang lebih luas dan cenderung lebih dapat diterima oleh publik dibanding media komunitas. Disamping itu media industri juga mampu menempatkan dirinya sebagai instrumen yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh hubungan saling ketergantungan yang kuat anatara media industri dengan masyarakat itu sendiri.
Marjinalisasi terhadap kaum perempuan sudah lama berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. bahkan jika memahami konteks sejarah keberadaan manusia dari sudut pandang agama, maka hakekatnya marjinalisasi terhadap perempuan sudah terjadi ketika manusia pertama ada dimuka bumi. Perkembangan sejarah kemudian mencatat bahwa marjinalisasi itu tidak semakin berkurang melainkan justru meningkat dan mengakar dalam bentuk budaya dan nilai-nilai estetika yang diyakini kebenaran dan keabsahannya oleh sebagan besar manusia, bahkan terkadang termasuk perempuan itu sendiri. SItuasi ini lalu melahirkan sistem budaya patriarkhis yang sangat merugikan kaum perempuan. Sistem budaya patriarkhis ini semakin kuat berakar dan seakan memiliki legalitas kebenaran ketika Negara, sebagai struktur dominan dalam masyarakat, ikut memelihara dan melakukan pembiaran terhadap nilai-nilai yang terjadi dan merugikan kaum perempuan.
Pentingnya mempengaruhi keijakan negara agar kebih berpihak kepada kaum perempuan sudah banyak dipahami oleh kaum perempuan itu sendiri. Akan tetapi Negara sendiri seringkali membutuhkan pressure guna melahirkan kebijakan-kebijakan tertentu. Dan pressure terhadap Negara hanya dapat dilakukan oleh kaum perempuan jika mereka memiliki posisi tawar (Bargaining position) yang seimbang atau lebih kuat dengan negara.
Dalam konsep Gramscy, keseimbangan posisi tawar antara gerakan peempuan, yang lalu direpresentasikan sebagai masyarakat sipil, dengan negara, yang lalu disebut sebagai masyarakat politik, akan melahirkan pertarungan ide antara keduanya. Hegemoni negara bisa saja kalah dan pertarungan ide dapat dimenangkan oleh kaum perempuan sehingga akan muncul nilai-nilai baru yang lebih berpihak kepada kaum perempuan. Pada fase ini Gramscy menyebutnya sebagai gerakan 'counter hegemoni' dimana kaum perempuan mampu tampil dan melahirkan hegemoni baru setelah memenangkan pertarungan ide melawan hegemoni lama.
Dalam upaya melakukan counter hegemoni, kaum perempuan, sebagaimana disebutkan diatas, harus memiliki posisi tawa (bargaining position) yang tinggi. Posisi tawar yang tinggi sangat dipengaruhi oleh banyak instrumen pendukung yang salah satunya adalah Media. Kebutuhan akan dukungan media industri menjadi pilihan yang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan Media Industri memiliki gaung yang lebih luas dan cenderung lebih dapat diterima oleh publik dibanding media komunitas. Disamping itu media industri juga mampu menempatkan dirinya sebagai instrumen yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh hubungan saling ketergantungan yang kuat anatara media industri dengan masyarakat itu sendiri.
Yang menjadi masalah adalah ketika Media Industri, sebagai elemen penting untuk mengenalkan posisi tawar kaum perempuan terhadap negara,justru berperan sebagai pendukung budaya patrlarkhis yang berlaku ditengah masyarakat. Situasi menjadi semakin tidak menguntungkan bagi gerakan kaum perempuan ketika negara, yang juga memiliki kepentingan dengan media industri, memanfaatkan kekuasaannya untuk melakukan perselingkugan social (social conspiration) dengan media industri. Social conspiration antara negara dengan media Industri sangat mungkin terjadi terutama jika para pemilik media Industri itu adalah bagian dari masyarakat politik atau memiliki kepentingan dengan masyarakat politik yang berkuasa.
Media Industri, sebagai sebuah lnstitusi yang memiliki Ideology kapital, memang bukan tidak mungkin dimanfaatkan oleh gerakan kaum perempuan untuk memperjuangkan ide ide nya, terutama jlka mengingat bahwa Ideology kapilalis sangat menekankan pada orientasi financial (profit oriented). Orientasi financial ltu sendiri sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak sebuah media Industri mampu meraih peminat dikalangan masyarakat. Masyarakat sendiri, meski dengan pola budaya patriarkhis yang mereka miliki, sangat memiliki kepentingan akan pengetahuan yang sebagian besar dapat mereka peroleh melalui media Industri.
Rasa keingintahuan masyarakat terhadap hal hal baru maupun situasi yang sedang berkembang ditengah mereka merupakan celah yang dapat dimanfaatkan oleh gerakan kaum perempuan untuk ?memaksa' media Industri berperan sebagai sarana sosialisasi perjuangan mereka. Diperlukan upaya yang cerdas dan konsisten dari kaum perempuan untuk terus mengangkat lsu lsu perjuangan agar mampu bermain dalam ?arena pasar? yang laku jual agar dapat terus memaksa media Industri berperan sebagai sarana sosialisasi mereka sehingga pada akhimya dapat tercipta opini publik yang lebih mendukung Ide Ide yang mereka perjuangkan. Opini publik inilah yang lalu akan menjadi salah satu instrumen penting untuk menalkan posisi tawar mereka terhadap negara.
Perjuangan counter hegemoni kaum perempuan sangat sulit dilakukan jika perjuangan dilakukan secara parsial / terpecah. Sejarah Indonesia mencatat bahwa spirit individual Kartini maupun "fighting movement" seorang Dewi sartika ternyata tidak memiliki posisi tawar signifikan untuk mengubah nilai budaya yang ada bahkan pada tataran "melintas tembok" sekalipun. Pada konsep ini jelas bahwa ?ideologi pembebasan' ternyata tidak cukup ampuh untuk menambah daya gerakan melainkan sebuah kebersamaan visi dan misi dari seluruh elemen perjuangan yang akan mampu melahirkan energi besar kaum perempuan untuk mencapai tujuan. Dan energi besar itu adalah ?collective will' dari kaum perempuan Itu sendiri. Dari sini jelas bahwa menjadlkan "collectlve will" sebagal sebuah ideologi perjuangan merupakan sebuah keharusan agar ide ide perjuangan kaum perempuan Itu memiliki energi yang konstant dan Signifikan.
Disertasi ini menggunakan metode Analisis isi Kualitatif untuk menemukan tema-tema utama yang dikandung dalam teks Kompas dan Media Indonesia yang berhubungan dengan proses perjuangan kaum perempuan meraih kuota 30 persen di Parlemen.. Untuk memahami dan mengangkat realitas dlbalik realitas yang muncul, termasuk dalam menganalisis isi kedua Media tersebut, dl pakai paradigma kritikal dengan menggunakan teori Marxist Humanist Antonio Gramsci sepertl konsep hegemonl-counter hegemonl antara masyarakat sipll dan masyarakat politlk dengan menyimak peran media massa diantara keduanya.
Beberapa temuan yang dapat disimpulkan diantaranya :
1. Sistem budaya patriarki masih berlangsung di masyarakat dan didukung oleh negara bahkan oleh sebagian perempuan itu sendiri sehingga menciptakan realitas yang merugikan kaum perempuan.
2. Kaum Perempuan butuh Ideologl yang komunal untuk menjamin kontinultas perjuangan yang memang belum selesal, dan Ideology yang dltawarkan adalah "collective wiIl", sementara kesetaraan dan keadilan gender serta ?pembebasan' Iebih merupakan tujuan.
3. Butuh upaya cerdas dan kompromis dengan nilal nilal kapitalis Industri media untuk dapat meraih dukungan media massa bagi gerakan perjuangan kaum perempuan guna menaikan posisi tawar mereka terhadap Ideology dominan negara.
4. Perjuangan kaum perempuan belum selesai. Quota 30 % hanya merupakan affirmative action menuju situasi yang Ieblh ideal bagi kaum perempuan. Gerakan counter hegemoni kaum perempuan Indonesia baru berada pada fase awal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
D812
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdan Nafiatur Rosyida
"[Tesis ini membahas tentang seputar fenomena sosial yang muncul di sekitar siswi SMU di Jepang yang direpresentasikan oleh tokoh utama dalam novel Install dan Keritai Senaka karya Wataya Risa. Tokoh utama dalam kedua novel merupakan siswi SMA, yang mana termasuk generation z, generasi yang lahir setelah tahun 1980-an di Jepang. Penulis menggunakan objek data berupa dua buah novel karangan Wataya Risa, yaitu: Install, yang menceritakan tentang siswi SMA berusia 17 tahun yang membolos sekolah dan memutuskan bekerja sama melakukan fūzoku chatto (sex chatting) bersama bocah SD berusia 12 tahun; dan novel Keritai Senaka, yang menceritakan persahabatan dua siswi SMA, salah satu merasa dikhianati dan akhirnya mencurahkan rasa kesendirian tersebut ke sorang siswa otaku di kelasnya. Pada kedua novel ini, penulis menemukan representasi fenomena sosial seputar kehidupan siswi SMA di Jepang, serta adanya pesan dari pengarang novel yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Tesis ini dianalisis dengan menggunakan analisis unsur-unsur instrinsik, selanjutnya menggunakan teori sosiologi sastra, serta konsep generation Z yang diperkenalkan oleh Atsushi Miura. Hasil penelitian dari kedua novel ini menghasilkan 9 representasi dari fenomena sosial di Jepang antara tahun 1980-2000, yaitu: generasi pengguna teknologi; generasi yang mengalami krisis identitas; generasi yang kesepian; generasi yang tidak tertarik pergi ke sekolah; bunuh diri di kalangan pelajar; ketidakterikatnya hubungan ibu-anak; populernya prostitusi online di kalangan siswi SMA; individu yang tak bisa lepas dari seksualitas; perilaku otaku; serta munculnya fenomena herbivore men dan carnovore girl.;This thesis explain about social phenomenons around Japanese high school girls which representated by main character based on novel Install and Keritai Senaka, written by Wataya Risa. Both of main character in the novels is a high school girls called Generation Z, mention to Japanese generation was born after 1980s. This literature object are two novels written by Wataya Risa: First, Install, story about 17 years old high school girl decided to skip class for a month, then playing along with 12 years old elementary school boy for doing sex chat, a kind of small prostitution business; Second, Keritai Senaka, telling about friendship of two high school girls, but one of them feel jealous to other, and finally put her alone feelings to otaku boy. Both of this novel representating of social phenomenons around Japanese high school, and an implicit messages from author to readers.
Analyzing this thesis using instrinsic structure which construct a novel, then based on that analyze with literature sociology theory, and „Generation Z‟ theory which introduced by Atsushi Miura. Result from this research of two novels, I found 9 representation of Japanese high school during 1980-2000s, there are: generation of technology; generation have a identity crisis; loner individual; generation are used to skip the class, suicide among student; unrelated connection between mother-child; popularity of online prostitute among high school girls; individual addicted with sexual activity; otaku phenomena; and phenomena of herbivore men dan carnovore girl, This thesis explain about social phenomenons around Japanese high school girls which representated by main character based on novel Install and Keritai Senaka, written by Wataya Risa. Both of main character in the novels is a high school girls called Generation Z, mention to Japanese generation was born after 1980s. This literature object are two novels written by Wataya Risa: First, Install, story about 17 years old high school girl decided to skip class for a month, then playing along with 12 years old elementary school boy for doing sex chat, a kind of small prostitution business; Second, Keritai Senaka, telling about friendship of two high school girls, but one of them feel jealous to other, and finally put her alone feelings to otaku boy. Both of this novel representating of social phenomenons around Japanese high school, and an implicit messages from author to readers.
Analyzing this thesis using instrinsic structure which construct a novel, then based on that analyze with literature sociology theory, and „Generation Z‟ theory which introduced by Atsushi Miura. Result from this research of two novels, I found 9 representation of Japanese high school during 1980-2000s, there are: generation of technology; generation have a identity crisis; loner individual; generation are used to skip the class, suicide among student; unrelated connection between mother-child; popularity of online prostitute among high school girls; individual addicted with sexual activity; otaku phenomena; and phenomena of herbivore men dan carnovore girl]"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T42751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>