Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78757 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shenia Andiani Putri
"ABSTRAK
Penggambaran seseorang dengan disabilitas di produksi film Holywood selalu bermasalah karena sering kali mereka digambarkan sebagai seseorang yang lemah dan tidak berdaya. Pada artikel ini, penulis membahas tentang masalah agensi untuk penyandang disabilitas di film, Me Before You 2016 khususnya pada hubungan antara tindakan bunuh diri dan agensi yang dicontohkan oleh tokoh utama yaitu Will Traynor. Jika bunuh diri selalu dilihat sebagai tindakan menyerah dan pertanda ketidakberdayaan, berdasarkan analisis pada unsur sinematik, penulis berpendapat bahwa bunuh diri di film dapat dipahami sebagai bentuk agensi yang dimiliki oleh tokoh utama sebagai hasil negosiasi dengan diri dan sekitarnya.

ABSTRACT
Representation of persons with disability in Hollywood movies have always been problematic, as most of the time they are portrayed to be vulnerable and powerless. In this article, the author examines issues of agency for persons with disability in the movie Me Before You 2016 in particular the relationship between the act of suicide and agency exemplified by the main character Will Traynor. If suicide has always been seen as an act of surrender and a sign of helplessness, based on analysis of cinematic elements the author argues that suicide in the movie can be understood as a form of agency possessed by the main character as a result of negotiation with the self and surroundings. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Fitriana Hutami Putri
"Meskipun individu transgender telah berjuang agar diterima dalam masyarakat, kini mereka lebih terlihat di dalam budaya populer terutama dalam film. Boys Don rsquo;t Cry 1999 merupakan film Hollywood yang menampilkan peran transgender sebagai pemeran utama. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisa peran transgender, Brandon Teena, dalam menunjukkan transgender yang secara perlahan terinternalisasi melalui interaksi dan hubungan dengan karakter lainnya. Sebagai tambahan, analisis ini dibuat untuk menemukan cara mereka membentuk dan menunjukkan diri mereka sendiri sebagai transgender dan hubungan kekuasaan antara pasangan transgender dan non-transgender. Analisis ini menggunakan perspektif Kara DeMilio pada transgender mengenai perilaku seksual. Artikel ini menjelaskan bahwa film ini menunjukkan performativitas transgender dan hubungan kekuasaan antara karakter satu sama lain, khususnya Brandon.

Although transgender individuals have been struggling to be accepted in society, they are now more visible in popular culture especially movies. Boys Don rsquo;t Cry 1999 movie is Hollywood movie which has transgender individual as their main character. The purpose of this study is to analyze the transgender character, Brandon Teena, in performing transgender which is slowly internalized through the interaction and relation with the other characters. In addition, this analysis is created to find the way how she construct and perform herself as transgender and the power relation between transgender and their non-transgender partner. The analysis operates within Kara DeMilio perspective on transgender about sexual behavior. The article find that the movie shows the transgender performativy and also power relation between the characters, especially for Brandon. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Sekarningrum
"Perempuan di film Amerika masih mengalami representasi yang kurang tepat. Isu ini terdapat pada film Catch Me If You Can 2002 yang terkandung konsep objektifikasi perepuan di dalamnya. Dengan menganalisis beberapa adegan yang terdapat karakter perempuan dan terdapat konsep objektifikasi di dalamnya, dan memakai teori ldquo;Male gaze rdquo; Laura Mulvey dan teori penggambaran perempuan di media massa oleh Gaye Tuchman, artikel ini bertujuan untuk membahas bentuk dari objektifikasi perempuan dan posisi mereka yang ditampilkan di film ini. Artikel ini mengungkapkan bahwa mise-en-scene dari beberapa adegan di film ini dan karakterisasi dari karakter perempuan tertentu di film ini mengindikasikan penggambaran perempuan sebagai objek yang tidak berdaya.

Women in American film are still very much underrepresented. This includes in Catch Me If You Can 2002 movie that features a concept of women objectification. Through analyzing particular scenes that involve the and affirms the objectification concept, and using Laura Mulvey rsquo;s framework of ldquo;male gaze rdquo; and Gaye Tuchman rsquo;s ldquo;women depiction by mass media, rdquo; this article aims to examine the form of women objectification and their position portrayed in this movie. This article reveals that the mise-en-scene of selected scenes and the characterization of particular female characters in the movie indicate the portrayal of women as powerless objects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Yulia
"Tesis ini membahas pemaknaan khalayak perempuan terhadap film Ketika Tidak Bicara Cinta. Film Ketika Tidak Bicara Cinta merupakan film yang mengangkat tema mengenai percintaan penyandang disabilitas yang dibumbui oleh beberapa adegan seksual. Penelitian ini melihat bagaimana khalayak memaknai kisah cinta dan adegan seksual para penyandang disabilitas dalam film Ketika Tidak Bicara Cinta. Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktivis dengan memakai teori resepsi encoding-decoding Stuart Hall untuk melihat pemaknaan dari khalayak aktif. Penelitian ini bersifat deskriptif, hal ini dikarenakan data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa hasil wawancara dengan para informan. Teknik pengumpulan menggunakan wawancara mendalam dengan informan.
Hasil penelitian ini terlebih dahulu melihat pemaknaan cinta, adegan seksual, dan disabilitas yang telah terkonstruksi pada khalayak perempuan "normal". Setelah itu, dilanjutkan dengan pemaknaan terhadap cinta dan adegan seksual para penyandang disabilitas dalam film Ketika Tidak Bicara Cinta. Konsep encodingdecoding film tersebut menghasilkan bahwa posisi ketiga informan dalam memaknai film Ketika Tidak Bicara Cinta cenderung dipengaruh oleh budaya yang dianut, latar belakang keluarga dan pendidikan, serta pola pergaulan

This thesis discusses about women audiences reception toward What They Don’t Talk about When Talk about Love Movie. The story of this film is about disabilities love and sexual stories. This thesis sees how the audience's reception about disabilities love and sex stories in the film. This research uses constructivist approach along with the encoding-decoding reception theory by Stuart Hall. This research is descriptive because the data that has been gathered is the description from all informants. The data gathered technique is through in-depth interview.
The result of this research is to see audience reception for love, sexual film scene, and disability that has been construct in a "normal" society especially women. Then, it will proceed with women audience reception toward disabilities love and sexual scene from What They Don't Talk about When They Talk about Love film. Encoding-Decoding concept brings a result that the audience receptions depend on their culture, family and education background, also their peer group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T36111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalita Ervianda Utami
"ABSTRAK
Tulisan ini mencoba untuk menganalisis film yang berjudulLion 2016 tentang pengertian lsquo;rumah rsquo; dari sudut pandang seseorang yang berlatar belakang diaspora. Tulisan ini meneliti arti kata lsquo;rumah rsquo; sebagai konsep yang rumit dan tidak jelas, dimana pengartiannya berbeda-beda dari satu orang kelainnya. Penyebab dari keinginan karakter utama yang ingin kembali pulang juga akan di jelaskan lebih dalam lagi di dalam tulisan ini. Munculnya kenangan-kenangan masa lalu, perubahan identitas, dan pencampuran dari banyak budaya memiliki peran yang penting didalam proses penentuan arti kata lsquo;rumah rsquo; untuk pemeran utama pada film, yaitu Saroo. Di dalam tulisan ini juga akan ada penjelasan tentang perbedaan jenis identitas dan hubungannya bagaimana hal tersebut dapat membantu seseorang menentukan apa yang mereka maksud sebagai rumah. Pada akhirnya, saya membuktikan bahwa banyak aspek dari budaya, bahasa, kenangan, dan asal-usul sejarah dan leluhur adalah aspek-aspek yang bertanggung jawab di dalam pembentukan identitas Saroo. Analisis ini sangat berharga dan penting untuk membantu mengklarifikasi pengertian rumah dan penemuan identitas bagi orang yang memiliki latar belakang diaspora.

ABSTRACT
The paper tries to analyze the notion of home from the perspective of a diaspora in the movie Lion 2016 . It opens up the word lsquo;home rsquo; as a complicated and unclear concept, which understanding differs from one people to another. The main character rsquo;s desire to return home is also going to be discussed further. The presence of past memories, identity change, and mixture cultures play an important role in the process of defining what is home for Saroo, the main character in the movie. In this paper, there will also be an explanation about a different kind of identity and the connection about how identity can help defining a person rsquo;s home. Finally, I argue that many aspects of cultures, languages, memories, historical backgrounds and their ancestry are ultimately responsible in shaping Saroo rsquo;s identity. This analysis is valuable and essential in the clarification of finding home and identity in people who has a diaspora background."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Gita Hardianto
"Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang homogen. Homogenitas masyarakat Jepang menimbulkan xenofobia yang menyebabkan diskriminasi terhadap ras asing. Hafu sebagai salah satu ras asing di Jepang tidak terlepas dari perlakuan diskriminasi. Diskriminasi terhadap hafu khususnya tokoh anak dapat dilihat dalam sebuah film pendek karya Emmanuel Osei-Kuffour, Jr yang berjudul Umaretsuki. Masalah penelitian yang diangkat adalah bagaimana konsep uchi-soto bekerja dalam tindakan diskriminasi terhadap tokoh hafu di dalam film pendek Umaretsuki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana konsep uchi-soto bekerja dalam tindakan diskriminasi terhadap tokoh hafu dalam film pendek Umaretsuki. Penelitian ini menggunakan teori diskriminasi Theodorson & Theodorson dengan konsep uchi-soto untuk melihat pembatas antara pihak uchi dan soto. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah pembatas antara pihak uchi dan soto dalam film pendek Umaretsuki diperlihatkan dari tiga aspek yaitu perbedaan penampilan fisik, perlakuan dari pihak uchi terhadap pihak soto, dan stigma masyarakat terhadap pihak soto.

Japanese society is a homogeneous society. The homogeneity of Japanese society creates xenophobia which causes racial discrimination against foreigners. Hafu as one of the foreign races in Japan can not be separated from discrimination. Discrimination against hafu, especially children’s character can be seen in a short film works from Emmanuel Osei-Kuffour, Jr titled Umaretsuki. The problem that will be discussed in this research is how the uchi-soto concept works in acts of discrimination against hafu in the short film Umaretsuki. The purpose of this research is to explain how the uchi-soto concept creates a barrier between uchi and soto, causing discrimination against hafu in the short film Umaretsuki. This research applies Theodorson & Theodorson’s discrimination as a theory and uchi-soto concept to see the barrier between uchi and soto. The result of this research is the barrier between uchi and soto in Umaretsuki shown from three aspects, differences in physical appearance, treatment from uchi to soto, and stigma towards soto."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Natasia Stephanie
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hadiansyah
"Adaptasi film ke dalam novel atau sebaliknya seialu menimbulkan perubahan, sebagai akibat dari perbedaan media dan hasil interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sejumlah persamaan dan perbedaan mendasar yang dihasilkan oleh adaptasi dari film ke dalam novel Biala Tak Berdawai, dilihat dari unsurunsur penceritaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam film dan novel Biola Tak Berdawai. Unsur-unsur film dan novel yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian, alur sebab akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan Tatar waktu.
Hasil analisis film dan novel Biola Tak Berdawai terhadap unsurunsur di atas, menunjukkan persamaan sekaligus perbedaan. Cerita dalam film dan novel pada dasarnya sama tetapi menjadi terkesan berbeda ketika Dewa dijadikan penutur di dalam novel. Tokoh Dewa menjadi serba tahu dan mampu menuturkan dengan fasih mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, padahal di dalam film, tokoh Dewa digambarkan sebagai anak yang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan prang fain dikarenakan penyakit autis dan cacat ganda. Dengan demikian, tokoh utama di dalam novel tidak hanya Renjani, tetapi juga Dewa. Perbedaan Iainnya terletak pada berupa kemunculan cerita pewayangan di dalam novel, juga terdapat penghilangan, dan penambahan beberapa cerita. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi penulis novel atas cerita film Biola Tak Berdawai.
Berbeda dengan unsur alur penyajian, alur sebab akibat antara film dan novel tidak menunjukkan perbedaan. Dad awal hingga akhir cerita, novel adaptasi tetap bersetia terhadap film sebagai cerita pertama. Begitu juga dengan latar ruang dan waktu.

The adaptation of film into novel or vice verse always produces changes as the consequence of the different media and the result of the actor and the director's interpretation. This study aims to present some basic similarities and differences which are produced by the adaptation from film into novel Biola Talc Berdawai, and viewed from the story elements.
The method used is structuralism, focusing on the intrinsic elements in film and novel Biota Tak Berdawai. The film and novel elements which are analyzed and compared in this study are plot, the characters and characterization, and setting.
The result of the analysis of film and novel Biola Tak Berdawai to the mentioned elements presents similarities and differences at the same time. The story in film and novel is basically the same but it imprisons different when Dewa is made as a narrator in the novel. The character of Dewa knows everything and he can utter fluently what happens in his surrounding, whereas in film the character of Dewa is showed as the boy who has difficulty to communicating with other people because he is autistic and has double deformity. So the main character in the novel is not only Renjani but also Dewa. The other difference is on the presence of things pertaining to the wayang story in the novel. All those differences present the difference of the writer's interpretation on the story of Biota Tak Berdawai film.
It is different to plot presence, the cause and effect plot between film and novel does not present the difference. From the beginning until the end of story, adapted novel keep loyal to film as the original story. It also happens to the setting of place and time.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindgren, Ernest
New York: Collier Books, 1970
791.4 LIN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>