Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127506 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisa Nurul Zahra
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan wujud penanda referensial yang terdapat pada wacana tulis yang dibuat oleh anak usia 9 mdash;11 tahun dalam buku kumpulan cerita pendek Ramuan Rahasia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah lima sampel data yang bertema misteri. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam buku cerita karya anak Ramuan Rahasia terdapat pemakaian referensi endoforis anaforis dan kataforis, baik berupa referensi persona, referensi demonstrativa, dan referensi perbandingan. Melalui penelitian ini, tergambar penggunaan penanda referensial pada lima karya anak usia 9 mdash;11 tahun.

ABSTRACT
This research is aimed to describe type and form of referential signs that can be found in the discourse which written by 9 ndash 11 years old in short stories collection book, called Ramuan Rahasia. The source of data in this research are 5 samples of data which themed mystery. The result concludes that in short stories collection book called Ramuan Rahasia, the use of anaphoric and cataphoric reference of endophore whether in a form of persona reference, demonstrative reference, and comparative reference are being used. From this research, it is visualized the referential sign are being used on 5 opuses of 9 ndash 11 years old kids."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Budiwiyanto
"Para peneliti mendapati bahwa gugus kata banyak digunakan di berbagai jenis teks pada wacana akademis—cara berpikir dan menggunakan bahasa yang ada di lingkungan akademis. Penelitian ini bertujuan menemukan karakteristik gugus kata dalam bahasa Indonesia wacana akademis tulis dengan mengidentifikasi frekuensi kemunculan, variasi, dan persebaran gugus kata serta menemukan struktur gramatikal dan fungsi wacana gugus kata. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dengan mengombinasikan pendekatan tergerakkan korpus (corpus-driven-approach) dan pendekatan berbasis korpus (corpus-based approach). Untuk mengidentifikasi gugus kata di dalam korpus digunakan peranti WordSmith 7.0. Korpus penelitian ini terdiri atas 12.505.330 kata (token) yang diambil dari empat jenis teks: skripsi, tesis, disertasi, dan artikel jurnal dengan jumlah keseluruhan 1.800 naskah yang terdiri atas enam displin ilmu dari tiga ranah keilmuan, yaitu filsafat dan hukum (ranah ilmu sosial dan humaniora), kimia dan komputer (ranah ilmu sains dan komputer), serta kedokteran dan keperawatan (ranah ilmu kesehatan). Penelitian ini menemukan 150 gugus kata yang terdiri atas tiga hingga lima kata dengan total frekuensi kemunculan 156.453 kali, misalnya pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. Selain gugus kata yang khas, penelitian ini juga menemukan 20 gugus kata bersama, yaitu gugus yang muncul secara bersama-sama pada keenam disiplin ilmu. Gugus kata pada umumnya berstruktur taklengkap dan dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori utama: gugus frasal dan gugus klausal. Gugus berpola preposisi + frasa nominal merupakan pola yang paling banyak variasinya dan paling tinggi frequensi pemakaiannya, sementara klausa relatif dengan pola yang + frasa verbal pasif + fragmen frasa preposisional adalah yang paling banyak digunakan. Dari segi fungsi wacana, yang paling sering muncul adalah gugus berorientasi penelitian, sedangkan gugus berorientasi partisipan terendah. Subfungsi deskripsi merupakan fungsi yang paling tinggi frekuensi penggunaannya, sedangkan fungsi komparasi adalah yang terendah.

Researchers found that lexical bundles are pervasively used in various types of text in academic discourse—the ways of thinking and using language in the academic environment. This study aims to find the characteristics of Indonesian lexical bundles in written academic discourse by identifying the frequency of occurrence, variation and distribution as well as finding the grammatical structure and the discourse function. This research used a mixed-method design by combining corpus-driven and corpus-based approaches. To identify lexical bundles in the corpus, WordSmith 7.0 corpus tool was used. The corpus used in this research consists of 12,505,330 tokens taken from undergraduated thesis, postgraduated thesis, dissertation, and journal article with a total of 1,800 manuscripts. This study found 150 lexical bundles consisting of three to five words with a total occurrence frequency of 156,453, such as pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. This study also found 20 shared lexical bundles, namely bundles that appear together in all disciplines. Lexical bundles are generally incomplete structures and can be classified into two main categories: phrasal bundles and clausal bundles. Bundles patterning prepositional + nominal phrase are the most varied and the most frequent in usage, while relative clauses with patterns that + passive verbal phrase + prepositional phrase fragment are the most widely used. In terms of discourse function, research-oriented bundles are the most frequently used, while participant-oriented bundles are the lowest bundles. The description sub-function is the highest frequency in usage, while the comparitive function is the lowest."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Budiwiyanto
"Para peneliti mendapati bahwa gugus kata banyak digunakan di berbagai jenis teks pada wacana akademis—cara berpikir dan menggunakan bahasa yang ada di lingkungan akademis. Penelitian ini bertujuan menemukan karakteristik gugus kata dalam bahasa Indonesia wacana akademis tulis dengan mengidentifikasi frekuensi kemunculan, variasi, dan persebaran gugus kata serta menemukan struktur gramatikal dan fungsi wacana gugus kata. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dengan mengombinasikan pendekatan tergerakkan korpus (corpus-driven-approach) dan pendekatan berbasis korpus (corpus-based approach). Untuk mengidentifikasi gugus kata di dalam korpus digunakan peranti WordSmith 7.0. Korpus penelitian ini terdiri atas 12.505.330 kata (token) yang diambil dari empat jenis teks: skripsi, tesis, disertasi, dan artikel jurnal dengan jumlah keseluruhan 1.800 naskah yang terdiri atas enam displin ilmu dari tiga ranah keilmuan, yaitu filsafat dan hukum (ranah ilmu sosial dan humaniora), kimia dan komputer (ranah ilmu sains dan komputer), serta kedokteran dan keperawatan (ranah ilmu kesehatan). Penelitian ini menemukan 150 gugus kata yang terdiri atas tiga hingga lima kata dengan total frekuensi kemunculan 156.453 kali, misalnya pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. Selain gugus kata yang khas, penelitian ini juga menemukan 20 gugus kata bersama, yaitu gugus yang muncul secara bersama-sama pada keenam disiplin ilmu. Gugus kata pada umumnya berstruktur taklengkap dan dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori utama: gugus frasal dan gugus klausal. Gugus berpola preposisi + frasa nominal merupakan pola yang paling banyak variasinya dan paling tinggi frequensi pemakaiannya, sementara klausa relatif dengan pola yang + frasa verbal pasif + fragmen frasa preposisional adalah yang paling banyak digunakan. Dari segi fungsi wacana, yang paling sering muncul adalah gugus berorientasi penelitian, sedangkan gugus berorientasi partisipan terendah. Subfungsi deskripsi merupakan fungsi yang paling tinggi frekuensi penggunaannya, sedangkan fungsi komparasi adalah yang terendah.

Researchers found that lexical bundles are pervasively used in various types of text in academic discourse—the ways of thinking and using language in the academic environment. This study aims to find the characteristics of Indonesian lexical bundles in written academic discourse by identifying the frequency of occurrence, variation and distribution as well as finding the grammatical structure and the discourse function. This research used a mixed-method design by combining corpus-driven and corpus-based approaches. To identify lexical bundles in the corpus, WordSmith 7.0 corpus tool was used. The corpus used in this research consists of 12,505,330 tokens taken from undergraduated thesis, postgraduated thesis, dissertation, and journal article with a total of 1,800 manuscripts. This study found 150 lexical bundles consisting of three to five words with a total occurrence frequency of 156,453, such as pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. This study also found 20 shared lexical bundles, namely bundles that appear together in all disciplines. Lexical bundles are generally incomplete structures and can be classified into two main categories: phrasal bundles and clausal bundles. Bundles patterning prepositional + nominal phrase are the most varied and the most frequent in usage, while relative clauses with patterns that + passive verbal phrase + prepositional phrase fragment are the most widely used. In terms of discourse function, research-oriented bundles are the most frequently used, while participant-oriented bundles are the lowest bundles. The description sub-function is the highest frequency in usage, while the comparitive function is the lowest."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Salamatunnisa
"Humor adalah segala sesuatu yang membuat kelucuan. Salah satu aspek penyampaian kelucuan yang sering kali muncul pada teks-teks humor ialah ketaksaan. Penelitian ini membahas ketaksaan pada teks lelucon anak-anak berbahasa Belanda dalam buku Kidsweek-moppenboek (2011). Tujuan dalam penelitian ini antara lain untuk memaparkan proses ketaksaan hingga menghasilkan kelucuan, menemukan jenis ketaksaan yang paling dominan, dan menemukan pola kelucuan. Jenis ketaksaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah ketaksaan leksikal (homonimi, polisemi, dan idiom) dan struktural (morfologis dan sintaktis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa humor disampaikan dengan membentuk dua pola kelucuan, yaitu kesalahpahaman antar tokoh dan interpretasi oleh pembaca.

Humor is a funny or amusing quality. One particular aspect to deliver humor frequently used in humor texts would be ambiguity. This study analyzes the ambiguity on kids? joke in Kidsweek-moppenboek book (2011). The study aims to explain the process of ambiguity in order to produce humor, to find the most dominant type of ambiguity, and to find its pattern of humor. Ambiguities used in this study are lexical ambiguity (homonymy, polysemy, and idioms) and structural ambiguity (morphological and syntactic structure). The results shows that humor is delivered in two patterns, namely misunderstanding among characters and readers? interpretation."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S57867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidyanne Rahajeng Kaeni
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai moral yang terungkap
dalam cerita rakyat Betawi pada buku teks “Pendidikan Lingkungan Budaya
Jakarta (PLBJ)” untuk siswa SD. Ancangan penelitian ini didasarkan pada teori
Analisis Wacana Kritis Van Dijk (2008; 2009) yang menggunakan pendekatan
sosiokognitif untuk menunjukkan kesesuaian atau pertentangan pemahaman
wacana dengan konteks sosial. Beberapa teori lain seperti teori Alwi, et. al. (2003)
tentang pemerian kalimat dalam tata bahasa baku Bahasa Indonesia serta teori
proposisi makro dan skema naratif Van Dijk (1980) juga diterapkan untuk
mengalisis struktur teks. Sementara itu, kesesuaian atau pertentangan pemahaman
wacana dengan kesepakatan sosial atas nilai-nilai moral diuji dengan
menggunakan prinsip moral dasar Magnis-Suseno (1987). Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa pembaca diarahkan untuk memahami tindakan-tindakan
dalam teks sebagai tindakan yang bernilai positif. Namun, temuan menunjukkan
bahwa tindakan tokoh-tokoh dalam teks cenderung digambarkan dengan kata-kata
berkonotasi negatif dan beberapa teks cenderung menggunakan kekerasan atau
perkelahian sebagai konsekuensi atas tindakan tertentu. Dari temuan yang
diperoleh, terlihat bahwa tindakan tokoh-tokoh yang terungkap dari teks cerita
rakyat Betawi dalam buku PLBJ untuk siswa SD melanggar nilai-nilai moral yang
menjadi kesepakatan sosial.

ABSTRACT
The objective of this paper is to analyze the moral values of Betawi folktales in
“Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ)” textbook for elementary
students. This study employs Van Dijk’s Critical Discourse Analysis (2008; 2009)
as the core theory which applied sosiocognitive approach to explain how
comprehension of the discourse and social context corresponds or contradicts each
other. In addition, other theories such as sentence division in Bahasa Indonesia
grammar by Alwi, et. al. (2003) and macroproposition as well as narrative schema
by Van Dijk (1980) are applied to analyze the text structures while basic moral
principles by Magnis-Suseno (1987) is used to examine the moral values of the
stories. The results demonstrate that character behaviours in the stories can be
viewed as examples with positive values by readers. Meanwhile, those behaviours
are likely described using words with negative connotation and some texts tend to
utilize violence as consequences to certain behaviours. These findings suggest that
the behaviours in Betawi folktales in “Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta”
textbook for elementary students fail to comply with basic moral principles thus
cannot be consented by society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T39069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiani Ika Limananti
"Jamu berupa ramuan tradisional sebagai salah satu upaya pengobatan telah dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tujuan: mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan dan kesehatan tubuh serta untuk tujuan kecantikan. Salah satu jenis jamu yang terdapat di Yogjakarta adalah jamu cekok khusus untuk anak-anak. Tujuan tulisan ini adalah mengetahui ramuan yang terkandung dalam jamu cekok serta mengetahui manfaat jamu cekok terhadap peningkatan nafsu makan dan kesehatan anak. Konsumen jamu cekok sebagai informan penelitian ini adalah lima keluaraga yang memiliki anak usia balita. Keterangan tambahan diperoleh dari pemilik warung jamu cekok dan seorang ahli tanaman obat tradisional. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari hingga Juni tahun 2003. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam serta sumber pustaka yang relevan. Bahan utama jamu cekok adalah empon-empon yang terdiri dari Curcuma xanthorriza Robx (temulawak), Zingiber americans L. (Lempuyang emprit), Tinospora tuberculata Beume (Brotowali), Curcuma aeruginaosa Robx (temu ireng) serta Carica papaya L. (papaya). Alasan utama orang tua mencekok anaknya karena hilangnya nafsu makan yang dikhawatirkan akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Manfaat utama pengobatan ini adalah mengembalikan nafsu makan anak disamping sebagai cara penyembuhan mencret, perut kembung, cacingan serta batuk dan pilek. Pengaruh faktor kepercayaan atau sugesti akan khasiat jamu cekok mengakibatkan konsumen menyatakan kepuasaannya setelah mencekokkan anaknya. Kepercayaan ini tidak lepas dari pengaruh tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi. Selain itu pengobatan tradisional dengan memanfaatkan bahan bahan alam dianggap relatif lebih aman dan harganya terjangkau abgi masyarakat luas. Kebiasaan minum jamu cekok juga menunjukkan adanya kecendrungan masyarakat kembali ke alam (back to nature) sebagaimana tradisi yang telah dimiliki oleh nenek moyang mereka.
Jamu Cekok Components for Treating Children Have No Appetite: An Ethnomedicine Approach. Jamu is used
in an efford to treat patiens with a traditional herbal medicine, which is well known among the community. The jamu is
widely used for trating light health problems, preventing illness, increasing the endurance and the health of the body,
besides for cosmetic reasons. Jamu cekok is a kind of jamu used in Yogyakarta, especially for children , given by
forcing the mixture into the throat if children have no appetite. The aims of the article are to know the components of
jamu cekok and also to know the jamu cekok use toward improving child health. The research took 5 Javanese families
as informants. Additional informants is jamu cekok traditional shop and traditional herbalist. Data were obtained by
interviews and observation during February to June 2003. Analysis data was descriptive using medical anthropology
approach. The essential components of jamu cekok, called empon-empon are curcuma xanthorriza Robx (temulawak),
Zingiber Americans l. (lempuyang emprit), Tinospora tuberculata Beume (brotowali), Curcuma aeruginaosa Robx
(temu ireng) and Carica papaya L. (papaya). The main aims to drink jamu cekok is to increase the appetive of the
children because parents worried about the children growth and development. The children were threatened that they
will be forced to drink jamu, if they did not want to consume food. The belief and suggestion factors of jamu cekok
having special characteristics cause consumers become satisfied after giving jamu cekok to their children. Beside that,
traditional medicine using natural ingredients regarded more secure and the price can be reached by common society.
Drinking jamu cekok indicated that there is trend back to nature, which had possessed by their anchestor."
Universitas Gadjah Mada. Jurusan Antropologi, 2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bona V.T., Oscar
"ABSTRAK
PT Tusaro adalah perusahaan didirikan setelah melihat peluang pasar dan trend masyarakat yang sedang beralih ke arah pengobatan yang bersifat natural. Salah satu yang juga mendorong pendirian bisnis ini adalah kayanya ramuan tradisional Indonesia yang sangat bermanfaat bagi masyarakat tetapi pasar Indonesia malah dibanjiri oleh makanan suplemen dari luar negeri, yang bahan bakunya sebenarnya berasal dari Indonesia juga.
Sebagai bisnis yang bam akan didirikan maka dibuat perencanaan bisnis yang terlebih dahulu membuat bisnis model perusahaan. Bisnis model ini sebagai kerangka pikir dan kerangka ketja selanjutnya dalam kegiatan keseharian perusahaan. Sedangkan bahan acuan untuk target konsumen dan analisa pemasaran adalah riset penelitian persepsi konsumen terhadap jamu yang merupakan karya akhir salah satu mahasiswa MMID 2001.
Perusahaan ini didirikan secara bersama oleh Oscar Bona V.T, Gatot Subagyo, Liston Manurung dan Edward Gultom. Kepemilikan modal dimiliki bersama dengan pembagian yang sama. Pernilihan badan hukum perusahaan adalah Perusahaan Terbatas (PT). Perusahaan termasuk dalam industri skala menengah. Lokasi pabrik di daerah Bogor dengan tujuan agar biaya pengiriman baik untuk bahan baku maupun bahan jadi lebih efisien. Ini dikarenakan letak pasar penjualan produk yang dituju ialah daerah Jakarta dan sekitamya. Tata letak pabrik juga dirancang sedernikian rupa agar penanganan aliran material dapat selancar mungkin.
Berdasarkan bisnis model yang dibentuk target pasar yang hendak dicapai ialah kalangan menengah ke atas. Bentukan produk dibuat yang dapat memenuhi kehidupan modem yang serba praktis yaitu bentuk sachet serbuk dan bentuk sachet yang berupa seduhan seperti teh sebagai tahap bentukan awal. Pemilihan tanaman sebagai sumber ramuan untuk tahap awal ialah tanaman yang sudah banyak dikenal kegunaanya yaitu tempuyung dan meniran. Perusahaan akan melanjutkan pengembangan dan penelitian baik difersikasi bentuk produk maupun jenisnya. Kegiatan pemasaran lainnya juga dibentuk berdasarkan bisnis model.
Kinerja harian perusahaan berlangsung selama enam hari. Hari Senin- Jumat berlangsung penuh selama 9 jam yang dimulai dati. pukul 08.00-17.00 dengan 1 jam istirahat. Sedangkan pada hari Sabtu berlangsung setengah hari dari jam 08.00-13.00 tanpa istirahat. Jumlah operator yang dipeketjakan sebanyak lima orang. Sedangkan untuk tenaga penjualan (sales person) sebanyak dua orang. Tujuan utama saluran distribusi adalah supermarket/hypermarket dan toko obat dan jamu yang ada di Jakarta.
Perencanaan perusahaan untuk tahap T berlangsung dalam 5 tahun. Perusahaan direncanakan berdiri pada bulan July 2004. Modal awal pendirian sebesar Rp.100.000.000,-. Jumlah ini termasuk di dalamnya biaya operasional perusahaan selama enam bulan di muka. Peningkatan penjualan diperkirakan sekitar 10 % per tahun. Perusahaan diperkirakan mulai mencapai keuntungan pada tallUn kedua. Dari analisis keuangan atas kelayakan perusahaan menunjukkan hasil yang cuk:up memuaskan dengan kesimpulan akhir bahwa investasi di PT. Tusaro layak dilakukan.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F Jenny Renita P.
"Sinetron-sinetron bercirikan kemewahan dan menonjolkan gaya kelas atas masyarakat urban sempat mewarnai wajah televisi-televisi swasta di Indonesia dan menduduki rating tinggi berdasarkan survei AC Nielsen. Namun kini, wajah pertelevisian itu berubah dengan maraknya sinetron bernuansa religius Islami, yang juga terbukti mampu menduduki rating tinggi. Salah satu pelopornya adalah sinetron lepas Rahasia Ilahi di TPI yang menjadi kajian penelitian ini. Penulis tertarik untuk mengangkat sinetron ini karena ide ceritanya berasal dari kisah-kisah nyata yang merupakan aib seseorang, serta adanya pergeseran minat penonton Indonesia ke tayangan religius Islami. Episode "Jenasah Penuh Belatung" merupakan unit observasi penelitian ini karena satu minggu setelah penayangannya langsung menduduki peringkat pertama survei AC Nielsen, yaitu pada minggu ke-0507 (6 Februari-12 Februari 2005). TPI yang menjadi stasiun penayang juga berhasil menggeser posisi puncak televisi-televisi swasta lain dan menduduki peringkat pertama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji representasi komodifikasi pengalaman-pengalaman pribadi individu yang dikemas dalam sinetron Rahasia Ilahi. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis untuk melihat representasi komodifikasi pengalaman-pengalaman pribadi individu yang dikemas dalam sinetron Rahasia Ilahi. Sinetron Rahasia Ilahi episode "Jenasah Penuh Belatung" mengangkat kisah sebuah keluarga muslim yang ditinggal mati oleh sang kepala keluarga. Namun, isak tangis dan suasana duka di keluarga ini semakin bertambah karena menyaksikan berbagai hambatan dalam proses penguburan dan kejadian-kejadian aneh selama proses pemandian jenasah. Tujuan ditayangkannya sinetron ini adalah untuk memberi pelajaran moral agar manusia tidak melanggar ajaran-ajaran Allah. Jika dilanggar, maka mereka akan menerima azabNya. Terlebih lagi dengan kejadiankejadian aneh, seperti keluarnya belatung dari mulut jenasah, bisa menimbulkan efek psikologis takut pada penonton, hingga akhirnya mereka tidak berani berbuat seperti yang dilakukan tokoh utama. Di sini terlihat betapa kuatnya kemampuan audio visual televisi untuk mempengaruhi sikap khalayak agar berbuat seperti yang mereka harapkan. Namun, menurut ajaran Islam, jelas dikatakan bahwa menyebarkan aib seseorang adalah perbuatan dosa. Jadi, meski bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada penonton, tetap terbukti bahwa televisi telah menjadikan aib tersebut sebagai komoditas demi mendapat keuntungan. Analisis wacana kritis yang digunakan adalah metode analisis Norman Fairclough yang mengaitkan analisis level teks dengan analisis discourse practice dan sosiocultural practice. Pada tingkat teks digunakan metode analisis semiotika dari Saussure untuk melihat tanda-tanda dan makna yang menggambarkan penyebab dan akibat perbuatan buruk tokoh utama. Analisis level discourse practice menjelaskan kaitan antara faktor produksi teks dan konsumsi teks. Pada tingkat produksi, penulis mewawancarai produser pelaksana PT KEP Media, sedangkan pada konsumsi teks wawancara mendalam dengan empat orang informan (dua muslim, satu Katolik, dan satu Kristen Protestan). Dalam level sosiocultural practice, analisis dilakukan dengan melihat perkembangan industri televisi di Indonesia dan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang tergolong mayoritas pemeluk agama Islam dalam menanggapi perkembangan sinetron religiusitas yang sedang marak saat ini. Dari seluruh analisis ini, penulis menyimpulkan bahwa sinetron Rahasia Ilahi merupakan salah satu contoh tayangan yang dimanfaatkan oleh televisi untuk melakukan komodifikasi kisah nyata yang merupakan aib seseorang melalui kekuatan audio visualnya. Kesimpulan ini Iebih dipertegas lagi dari hasil analisis order of discourse bahwa adeganadegan dalam sinetron ini dimulai dari adegan klimaks berupa aib tokoh utama, kemudian konflik-konflik, dan berakhir dengan antiklimaks. Ini membuktikan bahwa, selain sebagai media komunikasi, televisi juga sekaligus industri bisnis yang mencari keuntungan dengan memanfaatkan khalayak sebagai salah satu faktor penentu isi media.

Sinetrons—Indonesian TV dramas—that depict luxuriousness and demonstrate the upper class life style of urban people once dominate the screens of private television stations all over Indonesia and occupy high ratings according to a survey conducted by AC Nielsen. But currently we are watching a new phenomenon: the mushrooming of Islamic religious sinetrons, that are proven to have the capability to reach high ratings as well. One of the pioneers is a sinetron entitled Rahasia Ilahi aired on TPI, which becomes the object of analysis on this research. Writer is interested to analyze this sinetron based on the reasons that the story ideas are derived from true stories, which disgrace the people concerned and this sinetron shows a shift in the interest of Indonesian TV viewers into Islamic religious programs. An episode entitled "Jenasah Penuh Belatung" is the observation unit of this research because one week after its airing, it went immediately to the first rank of AC Nielsen's survey, on the 0507th week (February 6th-February 12th 2005). TPI as the broadcaster TV station also managed to move other TV stations' top position and became number one. The objection of this research is to discuss comodification of individual personal experience that is wrapped in Rahasia Ilahi. This research uses critical discourse analysis to see the representation of comodification of individual personal experience that is wrapped in Rahasia Ilahi. An episode of Rahasia Ilahi called "Jenasah Penuh Belatung" tells the tale of a muslim family whose chief—the father and husband—dies. The grievance and tears of this family get worse when they witness many obstacles that occur during the burial ceremony and bizzare happenings during the process of showering the corpse. The aim of airing this sinetron is to give moral lessons for human not to contravene Allah's doctrines. When they are violated, people will receive His punishment. Added with odd incidents, such as maggots coming out of the corpse's mouth, that evoke fearful psychological effects to the audience, it tries to convince the viewers to not do things that the main character in the sinetron does. In this case, we can see how strong televion's audio visual ability in affecting people's attitude the way they expect. But however, according to Islam's dogma, it is a sin to spread other people's shame. So, eventhough it carries noble purpose, that is to deliver moral values to the audience, it's proven that television have made the disgrace as a commodity to earn profits. The critical discourse analysis used is Norman Fairclough's analysis that correlates text level analysis with discourse practice analysis and sociocultural practice. On the text level, writer use semiotic analytical method from Saussure to see signs and meanings that describe the causes and the aftermaths of the main character's misconduct. Discourse practice level analysis explains the relation between the factor of text production and text consumption. On the production level, writer interviewed the managing producer of PT KEP Media, while on text consumption, writer provides in depth interviews with four informants (two muslims, satu Catholic, and one Christian). On sosiocultural practice level, the analysis is conducted by observing the development of television industry in Indonesia and the social and cultural condition of Indonesian people— majority of Muslims—in responding the recent development of the now popular and ubiquitous religious sinetrons. From all of these analyses, writer concludes that Rahasia Ilahi is one of the many examples of programs that are utilized by television to make comodification of real stories that disgrace the people concerned through their audio visual strength. This conclusion gets more emphasis from the result of order of discourse analysis that shows that the scenes in this sinetron are always opened with a climax scene that shows the main character's disgrace and then proceeded with conflicts and ended with anticlimax. It proves that, besides holding a role as a communication media, television also shows its character as a part of business industry that seeks for profits by making use of people—their audience—as one of the determinating factors of media contents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addina Ayuningtyas
"Skripsi ini membahas metafora dalam buku cerita anak Der tätowierte Hund karya Paul Maar dan keterkaitannya dengan pemerolehan bahasa anak. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan jenis-jenis metafora berdasarkan proses pembentukannya menurut Kurz dan keterkaitan jenis-jenis metafora dengan kemampuan anak memahami metafora.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis metafora yang paling banyak muncul dalam buku cerita anak Der tätowierte Hund adalah metafora konvensional. Terdapat enam metafora yang cenderung mudah dipahami dari tujuh metafora yang ditemukan. Dalam buku Der tätowierte Hund, Paul Maar cukup memperhatikan penggunaan metafora yang sesuai dengan kemampuan bahasa anak usia 8-12 tahun.

This thesis discusses of metaphors in the children’s story book Der tätowierte Hund by Paul Maar, and its relation with language acquisition. This research aims to describe the varieties of metaphor based on productivity process according to Kurz theory and see the relation between these metaphor varieties with metaphor and language competence.
This research concludes that conventional metaphor is the most used metaphor in this book. There are six out of seven metaphors found that tend to understand easily. In the children’s story book Der tätowierte Hund, Paul Maar concerns about the use of metaphor that is suitable for language competence from age 8-12 years old.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011
615.321 FOR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>