Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfah Athaya
"ABSTRAK
Tren gaya hidup sendirian atau menyendiri, dalam bahasa Korea disebut nahollojok ???? . Kata ini muncul diakibatkan meningkatnya persentase rumah tangga tunggal ilin gagu /1 ? ?? , krisis ekonomi, pengangguran dan lingkungan sosial yang kompetitif. Hal tersebut, meningkatkan tren honbab makan sendirian dan honsul minum alkohol sendirian dalam masyarakat perkotaan Korea, terutama pada kalangan muda. Oleh karena itu, secara tidak langsung masyarakat Korea telah mulai meninggalkan gaya hidup masyarakat kolektivis. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis munculnya fenomena gaya hidup nahollojok di dalam masyarakat perkotaan akibat adanya transisisi perubahan nilai-nilai kolektivisme di dalam masyarakat Korea Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa gaya hidup masyarakat perkotaan Korea sedang berada dalam transisi perubahan, yaitu lebih menghargai privasi dan kebebasan individu ditengah budaya kolektivisme.

ABSTRACT
The living alone trend in Korean is well known as nahollojok . This term arises because of the high percentage of one person household ilin gagu 1 , economic crisis, unemployment rate and a competitive social environment. So it increases the trend of honbab eating alone and honsul drinking alcohol alone in Korean urban society. Therefore, indirectly Korean society has begun to abandon the lifestyle of collectivist society. The purpose of this journal is to analyze the emergence of the phenomenon of nahollojok lifestyle in urban society due to the transition of changes in values of collectivism in South Korean society. This journal applies descriptive qualitative method by collecting secondary datas. The result of this research shows that the lifestyle of Korean society is in transition of change, which appreciates more the privacy and individual freedom in the culture of collectivism. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfira Muthia Khansa
"Korea lekat akan nilai-nilai Kolektivisme dalam kehidupan masyarakatnya. Korea yang identik dengan jeong sebagai salah satu karakteristik dari Kolektivisme kini mulai meninggalkan nilai tersebut. Dengan kata lain, dewasa ini nilai-nilai kolektivisme sudah tidak penting bagi masyarakat Korea. Rasa kolektivis yang memudar di Korea dapat terlihat dari munculnya perilaku dan gaya hidup individualis yang mendorong perkembangan fenomena budaya Honjok. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku dan gaya hidup masyarakat modern Korea dalam membentuk budaya Honjok berkaitan dengan nilai-nilai individualis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku dan gaya hidup individualis dalam budaya Honjok dan kaitannya dengan memudarnya nilai-nilai kolektivis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku individualis seperti menjadi unit rumah tangga satu orang, memilih untuk tidak menikah, melakukan kegiatan makan dan minum sendiri, dan meluangkan waktu dengan diri sendiri adalah suatu gaya hidup individualis yang banyak dilakukan oleh masyarakat modern Korea yang membentuk perkembangan fenomena budaya Honjok. Gaya hidup ini memberikan perubahan dalam aspek sosial-budaya masyarakatnya. Perubahan aspek sosial yang muncul seperti, masyarakat Korea yang semakin individualis. Sedangkan perubahan dalam aspek budaya, yaitu perubahan gaya hidup dan perkembangan penyebaran budaya melalui teknologi digital.

Korean society lives alongside their strongly attached collectivism values. Korea which is characterized by jeong as one of the collectivism characteristics now begin to abandon that value. In other words, now the values of collectivism are not as important to them anymore. The fading collectivist sense in Korea is observed through the emergence of individualist behavior and lifestyles that encourage the development of the Honjok culture phenomenon. The research question is how the behavior and lifestyle of modern Koreans in shaping the Honjok culture are related to individualist values. This study aims to analyze the behavior and lifestyle of individualists in Honjok culture and its relation to the fading of collectivist values using a qualitative method. The results indicate that individualist behaviors such as being a single-person household unit, choosing not to marry, doing eating and drinking activities alone, and spending time with oneself are an individualistic lifestyle that is carried out by modern Korean society that shapes the development of Honjok culture phenomenon, thus change the socio-cultural aspects of the community. Changes in social aspects include Korean society becoming increasingly individualistic. While in cultural aspects include lifestyle changes and the development of culture spread through digital technology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Cipta Dewi
"Fenomena meninggal dalam kesendirian (MDK) atau godoksa kini kian menjadi masalah sosial utama di Korea Selatan. Fenomena MDK merupakan keadaan ketika seseorang yang tinggal sendiri, terputus hubungannya dari keluarga atau kerabat, meninggal sendirian dan jasadnya ditemukan setelah jangka waktu tertentu berlalu. Fenomena ini menunjukkan lemahnya ikatan sosial atau solidaritas dalam masyarakat Korea Selatan. Isu ini diangkat ke dalam berbagai karya sastra, salah satunya drama Korea. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana fenomena MDK dan eksklusi sosial pada korban MDK digambarkan dalam drama Move to Heaven. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan konsep eksklusi sosial untuk menganalisis gambaran fenomena MDK melalui gambar dan dialog tokoh yang terdapat di dalam drama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena MDK di Korea Selatan dialami oleh penduduk dari berbagai kalangan usia, terutama orang yang tinggal sendiri, dan memiliki penyebab kematian yang beragam, seperti bunuh diri dan penyakit kronis. Selain itu, eksklusi sosial yang terjadi pada orang-orang yang tinggal sendiri mendorong terjadinya fenomena MDK di Korea Selatan.

The lonely death phenomenon or godoksa is now becoming a major social problem in South Korea. The lonely death phenomenon is a situation in which someone who lives alone, cut off from family or relatives, dies alone and their body is found after a certain period of time. This phenomenon shows weak social ties or solidarity in South Korean society. This issue is raised in various literary works, including Korean dramas. This research aims to explain how the lonely death phenomenon and social exclusion experienced by the lonely death’s victims are portrayed in the drama Move to Heaven. This research uses a descriptive qualitative method with a social exclusion concept to analyze the lonely death phenomenon through the images and dialogues of the characters in the drama. The results show that the lonely death phenomenon in South Korea is experienced by people of various ages, especially people who live alone, and has various causes of death, such as suicide and chronic illness. In addition, social exclusion that occurs among people who live alone is driving the lonely death phenomenon in South Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Izellah Amabel
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gerakan 4B (gerakan feminisme) sebagai penolakan terhadap kebijakan pemerintah dalam mengatasi tingkat kelahiran rendah di Korea Selatan. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana gerakan 4B berkembang dari reaksi negatif para wanita terhadap kebijakan pemerintah dalam mengatasi tingkat kelahiran rendah di Korea Selatan. Gerakan 4B atau “The 4 No’s” adalah gerakan feminisme yang berkembang di Korea Selatan. 4B merupakan singkatan kata dalam bahasa Korea yang berawalan huruf B, berdasarkan dari 4 prinsip Bihon (tidak menikah), Bichulsan (tidak melahirkan), Biyeonae (tidak berkencan), dan Bisekseu (tidak berhubungan seksual dengan lawan jenis). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Penulis menggunakan penelitian terdahulu, artikel, media massa, dan buku-buku sebagai sumber data dan panduan dalam penulisan penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada awalnya hanya istilah Bihon yang digunakan para feminis untuk memboikot hubungan pernikahan antara pria dan wanita. Namun, kebijakan pemerintah yaitu Birth Map dalam mengatasi tingkat kelahiran rendah di Korea Selatan mengundang kontroversi terutama di kalangan wanita di Korea selatan. Hal tersebut menyebabkan munculnya istilah lain yaitu Bichulsan, Biyeonae, dan Bisekseu (Gerakan 4B) sebagai kritik terhadap kebijakan pemerintah.

This research aims to analyze the 4B movement (feminist movement) as a rejection of government policies in overcoming the low birth rate in South Korea. The problem examined in this research is how feminist movements like 4B developed from women's negative reactions to the government's policy in overcoming the low birth rate in South Korea. The 4B Movement also known as “The 4 No’s” is an abbreviation of the Korean word which starts with letter B based on 4 principles namely Bihon (no to heterosexual marriage), Bichulsan (no to childbirth), Biyeonae (no to dating), and Bisekseu (no to heterosexual sexual relationship). The method used in this research is a qualitative analysis method. The author used previous research, article, mass media, and books as a data and guidelines to support research. The results of this research show that initially only the term Bihon was used by feminists to boycott marriage between men and women. However, the government policies in overcoming the low birth rate in South Korea called ‘Birth Map’ have invited controversy, especially among women. This led to the emergence of other terms such as Bichulsan, Biyeonae, and Bisekseu (The 4B Movement) as a criticism of government policy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad imam
"ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan mengenai fenomena regionalisme dalam Pemilu Presiden di Korea Selatan. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pembelahan sosial dalam masyarakat Korea Selatan berperan dalam terbentuknya fenomena regionalisme di masa transisi demokrasi dalam Pemilihan Presiden tahun 1987. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teori pembelahan sosial dan konsep regionalisme. Hasil penelitian ini adalah fenomena regionalisme yang terbentuk pada masa transisi demokrasi merupakan pembelahansosial yang terjadi akibat kebijakan rezim otoriter bagi wilayah di Korea Selatan. Selain itu fenomena regionalisme dalam Pemilu Presiden tahun 1987 juga didorong mobilisasi dukungan oleh kandidat dari wilayah asal masing-masing. Mobilisasi dukungan wilayah asal dan pencalonan Kim Young-sam (Reunification Democratic Party) dan Kim Dae-jung (Party for Peace and Democracy) membuat dukungan kepada oposisi terbagi sehingga kandidat partai pemerintah Roh Tae-woo (Democratic Justice Party) berhasil memenangkan Pemilu Presiden.

ABSTRACT
This research explains about regionalism phenomenon in South Korea, especially in the presidential election. The problem discussed in this research is how the impact of social cleavage in South Korean society toward the formation of regionalism’s phenomenon in the transition to democracy in the 1987 Presidential Election. This research used qualitative methods and it applies social cleavage theory and regionalism concept. The result of this research finds that regionalism phenomenon formed in the Presidential Election on democratic transition period was the social cleavage which occured due to the policy of authoritarian regime toward regions in South Korea. In addition, regionalism phenomenon in the 1987 presidential election was also caused by the competition among the candidates in mobilizing the voters from their respective regions. The mobilization of regional support and the candidacy between Kim Young-sam (Reunification Democratic Party) and Kim Dae-jung (Party for Peace and Democracy) cause the support for the opposition was divided and the ruling party candidate Roh Tae-woo (Democratic Justice Party) won the presidential election.
;"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Shofia Khairina
"Penelitian ini membahas bagaimana munculnya fenomena pig mum serta bentuk keterlibatan orang tua untuk mewujudkan aspirasi pendidikan terhadap anak. Penerapan kembali sistem pendidikan berbasis tes di tahun 1990-an memicu maraknya fasilitas pendidikan tambahan (sagyoyuk) di Korea Selatan. Fasilitas tersebut bertujuan untuk membantu para siswa sekolah menengah atas mempersiapkan diri untuk ujian masuk universitas (suneung). Hal ini membuat para ibu di Korea Selatan melibatkan diri untuk mencari informasi mengenai fasilitas pendidikan tambahan untuk anak mereka dan memicu munculnya fenomena pig mum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fenomena pig mum muncul di Korea Selatan dan bagaimana fenomena ini mempengaruhi perilaku para orang tua untuk mewujudkan aspirasi pendidikan. Pada penelitian ini, metode yang digunakan berupa metode kualitatif melalui studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena pig mum muncul sebagai reaksi dari sistem pendidikan berbasis tes yang diwujudkan dalam suneung di Korea Selatan. Bentuk keterlibatan orang tua dalam mewujudkan aspirasi pendidikan ditunjukkan dengan pindah dan mencari fasilitas pendidikan tambahan di daerah Gangnam, serta adanya pembentukkan perkumpulan antara ibu, tutor, dan pemilik hakgwon demi dianggap sebagai ‘ibu yang ideal’.

This qualitative study examines the rise of pig mum phenomenon and South Korean parents’ involvement in achieving educational aspirations towards their children. The reimplementation of the exam-based education system around the 1990s led to the explosion of private education facilities (sagyoyuk) in South Korea. Those private education facilities aim to help high school students prepare for the university entrance exam (suneung). It leads to the involvement of South Korean mothers in seeking information about private education facilities for their children. Also, it leads to the emergence of the pig mum phenomenon that happens among South Korean mothers. This study aims to acknowledge the occurrence of pig mum phenomenon in South Korea and how it affects parents’ behaviour in achieving educational aspirations. This research shows that the pig mum phenomenon is a reaction to the exam-based education system that is shown in university entrance examination (suneung) in South Korea. Parents also show certain behaviours based on their educational aspiration, such as moving to Gangnam district to achieve better private education facilities for their children and gather a lot of education-related information by forming a community among mothers, tutors, and hakgwon owners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jenica Katya Az Zahra
"Fenomena molka merupakan kasus kekerasan berupa foto atau rekaman video tanpa izin dengan menggunakan kamera berukuran kecil dan tersembunyi. Sementara itu norma Konfusianisme sebagai norma yang mengatur hubungan antarmanusia termasuk hubungan antara laki-laki dan perempuan di Korea Selatan dianggap turut andil dalam berkembangnya fenomena molka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak norma Konfusianisme pada penyebaran luas fenomena molka di Korea Selatan, dengan fokus pada perempuan sebagai objek utama. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan teknik studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma Konfusianisme berkontribusi pada pembentukan budaya patriarki yang kuat di struktur sosial Korea Selatan. Budaya patriarki ini, secara erat terkait dengan fenomena molka karena memicu ketidaksetaraan gender. Perempuan menjadi objek dalam fenomena molka karena didukung oleh pandangan masyarakat yang menempatkan perempuan dalam hierarki yang lebih rendah dan posisi subordinate.

Molka phenomenon involves cases of violence where photos or videos are taken without consent using small and hidden cameras. Meanwhile, Confucianism norms which regulate interpersonal relationships, including those between men and women in South Korea are considered to play a role in the development of the molka phenomenon. This study aims to analyze the impact of Confucianism norms on the widespread occurrence of the molka phenomenon in South Korea, with a focus on women as the primary subjects. The method employed in this study is qualitative descriptive using literature review techniques. The research findings indicate that Confucianism norms contribute to the formation of a strong patriarchal culture in the social structure of South Korea. This patriarchal culture is closely linked to the molka phenomenon as it triggers gender inequality. Women become the subjects of the molka phenomenon due to societal perspectives that place them in a lower hierarchy and subordinate position."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrina Safira Al Husni
"Fenomena gim dalam kelompok sosial anak merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Salah satu cerita pendek (cerpen) Korea Selatan yang mengangkat fenomena tersebut sebagai latar sosialnya adalah “Dangsin Eommaga Dangsinboda Jalhaneun Geim” karya Park Seo-ryeon. Penelitian ini membahas bagaimana cerpen tersebut menggambarkan fenomena gim dalam kelompok sosial anak. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan analisis fokalisasi, penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana suatu karya sastra dapat memanfaatkan perangkat sastra dalam mengangkat fenomena sosial yang unik sesuai perkembangan zaman. Cerpen ini memperlihatkan bagaimana gim menjadi lebih dekat dengan kehidupan tokoh protagonis sebagai ibu dari seorang anak di era maraknya perkembangan gim. Gim digambarkan memiliki dampak-dampak tertentu dalam kelompok sosial anak, seperti tekanan sosial untuk mahir bermain gim, kursus gim, dan baik atau buruknya hubungan anak dengan orang tua. Penggunaan kata ganti orang kedua yang merujuk pada tokoh ibu dan pemilihan tokoh ibu sebagai fokalisator sepanjang cerita merupakan strategi penulis cerpen dalam membentuk keterlibatan emosional yang kuat antara pembaca dan tokoh ibu. Dengan begitu, pembaca seperti mendapatkan pengalaman mengenal dunia 'nyata' di luar teks berupa isu-isu yang berkaitan dengan fenomena gim dalam kelompok sosial anak melalui kegiatan membaca cerpen ini.

Game phenomenon may appear in children's social groups. A South Korean short story that uses this phenomenon as a social setting is "Dangsin Eommaga Dangsinboda Jalhaneun Geim" by Park Seo-ryeon. This qualitative research discusses how the story describes the game phenomenon in children's social groups. This paper uses the sociology of literature approach and focalization analysis. It also aims to explore how a literary work utilizes literary devices in presenting unique social phenomena. This short story shows how gaming becomes closer to the protagonist's life as a mother in an era of rampant game development. It describes games' impacts on children's social groups, such as social pressure to be good at playing games, gaming course, and relationships with parents. Furthermore, it uses the second-person pronoun when referring to the mother character and appoints her as the focalizer throughout the story. The story writer utilizes those strategies to form emotional engagement between the reader and the mother character. In this way, it is as if the reader has the experience of getting to know the 'real' world outside of the text about the game phenomenon in children's social groups through reading activity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mufidah Li Silmi
"Menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia tidak sebanding dengan tingkat kesadaran masyarakat Korea Selatan yang masih rendah dalam budaya donasi. Munculnya ketidakpercayaan terhadap organisasi amal menjadi salah satu hambatannya. Sementara Korea Selatan merupakan negara yang sangat kental dengan ajaran Konfusianisme yang telah menjadikan masyarakatnya memiliki jiwa altruistik. Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menjelaskan fenomena budaya donasi di dalam masyarakat Korea. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif analisis. Teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan ini berdasarkan pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat Korea dalam berdonasi bukan karena budaya donasi belum mengakar di Korea, melainkan masyarakat Korea telah mempunyai cara tersendiri dalam melakukan donasi.

Being one of the fastest growing economies countries in the world is not comparable to the level of Korean society awareness that has been low on donation culture. Lack faith in charitable organization is one of the obstacles. Meanwhile, South Korea is a country that is very thick with Confucian thought that make Koreans have altruistic soul. The purpose of this journal is to explain the cultural phenomenon of donating in Korean society. This journal applies descriptive analysis method by collecting secondary data. The result of this research shows the low level of Korean society participation in donating not because donation culture is has not taken root in Korea, but Korean society has its own way of making donation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Fariza Hediani
"ABSTRAK
Perubahan sosial akibat kemajuan teknologi telah mengubah perilaku, nilai-nilai serta gaya hidup dalam masyarakat perkotaan Korea. Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya sikap kesendirian, tingginya persaingan hidup serta tekanan hidup. Penggunaan teknologi sebagaimana fungsinya dapat membantu seseorang untuk mengurangi masalah yang tengah ia alami tersebut. Tujuan penulisan jurnal ini adalah menjelaskan masalah sosial yang muncul di dalam masyarakat Korea, seperti tekanan hidup yang dirasakan akibat adanya perubahan sosial dan modernisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah desktiptif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian adalah stres dan depresi yang dialami masyarakat Korea akibat tekanan hidup, dapat diatasi dengan penggunaan ASMR.

ABSTRACT
Social change as the result of technology has changed people rsquo s behavior, values and lifestyle in Korean society. The impacts are solitude behavior, life rsquo s competition high rate and life pressure. Using technology as its function could help someone to reduce his or her problems. The purpose of this journal is to explain social problems that arise in Korea, for example life pressure because of sosial change and modernization. The journal applies descriptive analysis method by collecting secondary datas. The result of this research is stress and depression that is happening amongst Korean society, could be solved by using ASMR."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>