Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isabella Aida Munira
"ABSTRAK
Lawang Sewu merupakan bangunan yang didirikan ketika masa Hindia Belanda pada 29 Februari 1904 hingga 1 Juli 1907. Gedung ini digunakan sebagai markas perusahaan perkeretaapian Hindia Timur atau NISM Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij yang berada di kota Semarang dan dirancang oleh Cosman Citroen 1881-1935 . Penelitian ini bertujuan memaparkan bagaimana penerapan gaya neo-roman pada Lawang Sewu. Gaya neo-roman yang dipilih Citroen ternyata cocok untuk diterapkan pada bangunan ini agar dapat menyesuaikan dengan kondisi alam yang tropis dengan cara merancang banyak ventilasi, serta memasang pintu dan jendela yang besar untuk mengatasi panas. Ornamen-ornamen bulat dan pilaster juga ditambahkan sebagai elemen dekoratif untuk membuat bangunan ini nampak seperti kastil khas gaya neo-roman. Ciri bangunan yang dirancang Citroen juga diterapkan pada bangunan ini seperti adanya traphal dan lorong-lorong dengan jendela yang besar. Tidak hanya mengandung nilai sejarah, nilai seni pada bangunan ini juga menambah alasan untuk menjadikan Lawang Sewu sebagai salah satu tempat wisata sejarah.

ABSTRACT
Lawang Sewu is a building which built at Dutch East Indies period on 29 February 1904 until 1 July 1907. This building is used as the headquarters of the Dutch East Indies Railway Company or NISM Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij in Semarang City and it is designed by Cosman Citroen 1881 1935 . This research explains how neo romanesque as an architectural style is applied in Lawang Sewu. The style is suitable to be applied in this building because of tropical nature condition by designing many ventilation, big doors, and windows to overcome the heat in Semarang. rounded ornaments and pilasters are added as a decorative element for making this building look like a castle, as the characteristic of the neo romanesque style. Citroen rsquo s characteristic is applied to it too by adding traphal and big corridor with big windows. Not only historical value but also art value give reasons for making Lawang Sewu as a historical tour place. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Andhono Murti
"Lawang Sewu merupakan bangunan peninggalan Belanda yang berada di kawasan Tugu Muda Kota Semarang. Gedung ini dibangun oleh perusahaan kereta api swasta dari Belanda yaitu NIS sebagai kantor pusat administrasi kereta api di Semarang dan mulai beroperasi pada tahun 1907. Pada masa pendudukan Jepang di Semarang, Pemerintah Jepang menjadikan gedung ini sebagai kantor djawatan kereta api dengan nama Rikuyu Sokyoku. Selain memanfaatkan Lawang Sewu sebagai kantor djawatan kereta api, Jepang juga mengubah fungsi ruang bawah tanah Lawang Sewu yang semula berfungsi sebagai ruang untuk menyimpan air menjadi penjara. Pada penulisan jurnal ini, penulis menggunakan metode studi pustaka untuk menjelaskan alih fungsi Lawang Sewu pada masa pendudukan Jepang.

Lawang Sewu is a building from the time of Netherlands which located in area of Tugu Muda, Semarang city. Lawang Sewu was built by a private public company from Netherlands which name was NIS as a central administration office at Semarang and started to operate in 1907. When The Japanese ruled in Semarang, Japanese government made this building as a train office which named as Rikuyu Sokyoku. Aside from using Lawang Sewu as an office, the Japanese also alter the function of Lawang Sewu’s basement from water storage into underground prison. In this paper, writer using literature method to explain this change of function during the occupation of Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Supranoto
Semarang: Mimbar Media Utama, 2019
808.81 BAM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Shinta Mia Ayunia Pribadi
"Bangunan Hotel Niagara pada masanya merupakan bangunan rumah tinggal yang paling tinggi dan paling megah di lingkungan tempat bangunan ini didirikan. Dirancang oleh arsitek F.J. Pinedo dan memulai pembangunan pada akhir abad 19 hingga awal abad 20 bersamaan dengan masa berkembangnya gaya arsitektur di Indonesia. Arsitek-arsitek pada masa itu dilanda wabah pembaharuan menentang arsitektur sebelumnya yang dianggap cenderung baku, kaku, angkuh, dan tidak sesuai dengan zaman baru. Bedasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan gaya bangunan Hotel Niagara yang dibangun pada masa peralihan pandangan arsitektur dari gaya Indische Empire ke arah yang lebih modern. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi dengan membagi bangunan secara vertikal, dilanjutkan proses analisis dengan mengklasifikasikan tiap komponen bangunan (struktural, fungsional, dan ornamental) bedasarkan bentuk dan ruangnya. Tahap terakhir yaitu penafsiran data termasuk didalamnya membandingkan objek penelitian dengan bangunan lain yang didirikan oleh arsitek F.J Pinedo yaitu rumah Tan Hie Sioe dan bangunan BII Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bangunan Hotel Niagara memiliki gabungan dari gaya Indische Empire Style, Empire Style, Art Deco, Art Nouveau, dan Art Bouwen.

The Hotel Niagara Lawang designed by architect F.J. Pinedo, was a towering and grand residential building of its time. Constructed during the transition from the 19th to the 20th century, along with the development of architectural style in Indonesia. The architects of that era challenged the rigidity of previous architectural styles that were deemed incompatible with the new era. This study aims to find out how the Hotel Niagara building style was applied, which was built during a period of changing architectural views from the Indische Empire Style to a modern direction. To achieve this goal, the study employed a descriptive approach, dividing the building vertically and analyzing each building component (structural, functional, and ornamental) according to its shape and space. The final stage is the interpretation of the data, including comparing the research objects with other buildings built by architect F.J. Pinedo, such as Rumah Tan Hie Sioe and the BII Surabaya building. The findings of the study reveal that the Hotel Niagara building has a combination of Indische Empire Style, Empire Style, Art Deco, Art Nouveau, and Art Bouwen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suryaning Dewanti
"BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Semarang merupakan Ibukota Jawa Tengah yang terletak di pesisir pantai pulau Jawa, dengan posisi 110° 23? 5779? BT dan 1100 55? 6? LS dan 6°58? 18" LS. Jatuhnya kota Semarang pada pemerintah konial Belanda adalah dikarenakan Perkumpulan Dagang Hindia Timur atau yang sering disebut dengan VOC, mengalami kebangkrutan pada tahun 1799. Pada awalnya Kota Semarang diduduki oleh VOC tanggal 15 Januari 1678, namun sejak kebangkrutan itu Semarang langsung diambil alih oleh pemerintah kolonial Belanda dan sejak saat itu diterapkan pemerintahan kolonial Belanda. Di bawah kekuasaan Belanda pada awal abad 18, Semarang telah memenuhi persyaratan sebagai kota. Hal tersebut dapat terlihat dari fasilitas sosial, sistem administrasi dan kondisi fisiologisnya.l Selama pemerintahan Belanda di Semarang, Belanda banyak melakukan pembangunan fisik baik berupa gedung-gedung maupun infrastruktur, contohnya adalah jalan dan transportasi. Namun dengan berjalannya waktu maka untuk kondisi suatu gedung maupun infrastruktur akan mengalami banyak hal, baik rusak dimakan oleh usia, bencana alam ataupun karena vandalisme2. Terutama pada bangunan-bangunan kuno, tentu lebih banyak mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh pelapukan karena dimakan usia dan tidak terawat.
Tidak sedikit bangunan kuno yang pada akhirnya dihancurkan untuk diganti dengan bangunan yang baru, atau dirombak secara keseluruhan. Contoh di Semarang adalah Gedung GRIS, yaitu kepanjangan dari Gedung Rakyat Indonesia Semarang, yang sebelumnya bernama Sociteit Harmonie yang terletak di Jalan Mpu Tantular Semarang, pada tahun 2001 gedung ini sudah karena tanahnya dibeli oleh investor dan Gedung tersebut dihancurkan, namun sampai sekarang masih berupa tanah kosong belum ditindak lanjuti dengan pembangunan.
Salah satu bangunan kolonial yang masih berdiri di Semarang adalah Lawang Sewu. Mengutip peryantaan Kusumaningrat, Sartono, dengan topik Arsitektur ETnik Gedung Lawang Sewu Semarang, pada http: / /www.tembi.org/situs/11000.htrn, mengatakan bahwa, "Bangunan Gedung Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan kuno dari 102 bangunan kuno yang terdapat di Kota Semarang. Demikian seperti yang tercantum dalam SR Walikota Semarang no. 650/50/1992. Bangunan ini telah menjadi salah satu identitas kota Semarang."
Lawang Sewu yang merupakan identitas kota berarti merupakan Landmark3 Kota Semarang yang menjadi kebanggaan warga yang juga sebagai warisan arsitektur. Lokasi Lawang Sewu terletak di pertemuan Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran, daerah ini meupakan daerah pusat pemerintahan, perdagangan, dan perkantoran. Selain itu di depan gedung Lawang Sewu terdapat sebuah Tugu Muda yang didirikan pada tahun 1951 atas prakarsa Walikota Semarang, Hadisoebeno Sasrowedojo, yang merupakan simbol Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Kondisi Lawang Sewu saat ini merupakan bangunan yang tidak berfungsi setelah pada tahun 1994 Kodam VII Diponegoro (sekarang Kodam IV), mengembalikan kepada Departemen Perhubungan dibawah unit PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api), Jawa Tengah. Alasan Kodam VII mengembalikan Lawang Sewu pada Jawatan Kereta Api dikarenakan Kodam VII Diponegoro, yang sebelumnya menempati Lawang Sewu sudah memiliki tempat dan bangunan sendiri di daerah Watu Gong Semarang. Apabila dilihat secara sekilas, bangunan tersebut masih terlihat sangat bagus, kuat dan megah. Namun apabila kita perhatikan dari jarak dekat, kondisi bangunan tersebut terlihat berlumut pada dinding-dinding bangunannya, dinding-dinding bangunan sudah mengalami keretakan dimana-mana, pegangan pintu pada bangunan Lawang Sewu sebagian besar sudah hilang sehingga pintu pada bangunan tersebut tidak bisa dikunci, termasuk pada pintu utama bangunan, langit-langit dan dinding bangunan terlihat banyak ditumbuhi jamur dan lumut yang dikarenakan kelembaban ruangan yang tidak terkondisi dengan baik, belum lagi ruang bawah tanah yang dipenuhi dengan lumpur.
Melihat kondisi bangunan yang seperti ini, perlu tindakan khusus untuk dapat memfungsikan kembali bangunan Lawang Sewu tersebut. Apabila didiamkan saja, maka cepat atau lambat bangunan ini akan hancur dengan sendirinya, ditutup oleh debu, ditumbuhi oleh tanaman-tanaman lumut. Apabila sudah terjadi hal seperti itu maka akan jauh lebih sulit merevitalisasi Lawang Sewu karena selain biayanya juga jauh lebih besar, diperlukan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idmand Perdina
"Bangunan sudut sebagai salah satu peninggalan masa kolonial dapat memperlihatkan perpaduan pengaruh arsitektur Eropa dengan kearifan lokal dalam bentuk yang lebih menarik dibandingkan bangunan di sekitarnya. Peninggalan tersebut banyak dijumpai di Kawasan Kota Lama Semarang sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan untuk wilayah Jawa bagian tengah yang memiliki karakteristik unik karena terdapat ratusan bangunan di lahan dengan luas sekitar 30 hektar sehingga tata bangunannya memunculkan banyak bangunan sudut. Keletakan dan bentuknya yang berbeda mengandung unsur-unsur yang dapat menjadi tanda perkembangan gaya arsitektur sehingga menarik untuk diteliti. Unsur-unsur tersebut kemudian didata dan dianalisis untuk mengetahui posisi Kota Lama Semarang dalam perkembangan gaya arsitektural. Hasilnya menunjukkan bahwa bangunan sudut di Kota Lama Semarang mengalami dua fase perkembangan gaya, yaitu gaya transisi dan gaya kolonial modern. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Lama Semarang adalah kota yang dinamis meskipun sudah berdiri sejak abad 17.

Corner building as one of the relics of the colonial period can show the combination of European architectural influences with local wisdom in a more interesting form compared to the surrounding buildings. These relics are often found in Semarang Old City as an economic and government center for the central part of Java, which has unique characteristics because there are hundreds of buildings on a land area of about 30 hectares so that the building layout raises many corner buildings. The layout and the different forms contain elements that can be a sign of the development of architectural style so that it is interesting to study. The elements are then recorded and analyzed to determine the position of Semarang Old City in the development of architectural styles. The results show that the corner building in Semarang Old City underwent two phases of style development, namely the transition style and the modern colonial style. It also shows that Semarang Old City is a dynamic city even though it was founded in the 17th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Q. Abdan Syakuro
"Artikel ini membahas mengenai menara-menara masjid kuno di Semarang yang dibangun pada  abad ke 19-20 Masehi. Menara-menara tersebut berada di kawasan-kawasan etnis yang  menunjukkan keragaman kebudayaan hasil dari perkembangan interaksi antar etnis sehingga terciptanya pencampuran budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi bentuk dan gaya bangunan pada setiap komponen menara-menara masjid kuno di Semarang. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian arkeologi Sharer dan Ashmore yang terdiri dari tahapan ; formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Berdasarkan tinjauan arkeologis dan hibriditas, gaya bangunan menara-menara masjid kuno di Semarang dipengaruhi oleh kebudayaan lokal, Eropa, dan Arab.

This article discusses the ancient mosque towers in Semarang which were built in 19-20 century AD. The towers are located in ethnic areas shows cultural diversity resulting from the development of inter-ethnic interactions so that creating a mix of cultures. This research aims to determine variations in shape and form the building style of each component of the ancient mosque towers in Semarang. Method This research uses Sharer and Ashmore's archaeological research methods which consist of stages; formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, interpretation and publications. Based on archaeological research and hybridity, the building style of the towers Ancient mosques in Semarang are influenced by local, European and Arab cultures.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stepani Puji Nauli
"Semarang merupakan salah satu kota yang menjadi salah satu wilayah penjajahan Belanda. Peninggalan belanda terlihat dari bentuk bangunan yang mencirikan gaya bangunan di Eropa, yaitu gereja. Bangunan gereja Santo Yusuf merupakan hasil adaptasi kebudayaan asli Belanda dengan Indonesia. Penelitian ini membahas tentang penerapan seni bangunan gaya Neo Gotik pada bangunan gereja Santo Yusuf di Semarang. Tujuannya adalah untuk menjelaskan mengenai ciri gaya Neo Gotik yang terapkan pada bangunan gereja Santo Yusuf serta pemaparan fungsi bangunan gereja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar.

Semarang is one the city under Netherlands colonialism. One of the memory from colonialm shown in the building architecture which smiliaar to the European building which is Church. ST. Yusuf Church is adapted by Netherlands & Indonesia culture. This research is talking about Neo Gothicbuilding architecture application in ST. Yusuf church located in Semarang. The purpose is to explain about Neo Gothic building architecture which apply in ST. Yusuf church and an explanation of the functionally of church.The methodology which being used in this research is a qualitative methodology. The result from this research shows most of the church in Netherlands colonialism are applying European type of building architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilandika Hendra Pratama
"Gereja Blendhuk merupakan salah satu bangunan gereja kuno peninggalan Belanda di Kota Lama (oud Holland) di Semarang. Bangunan gereja yang sampai saat ini masih aktif digunakan warga Semarang untuk melakukan kebaktian ini bergaya bangunan khas Belanda dengan kubah yang menjadi ciri khasnya. Dalam bahasa Jawa atap dengan bentuk tersebut dikenal dengan istilah blendhuk, Dengan bentuk kubahnya yang lain dari pada yang lain serta gaya bangunan yang menarik inilah yang membuat gereja tersebut tidak hanya menjadi sebagai rumah peribadatan tetapi juga menjadi tujuan wisata. Manfaat dari penelitian ini adalah memaparkan tentang bagaimana pseudo baroque berpengaruh pada sebagian besar detail yang terdapat pada bangunan Gereja Blendhuk. Penelitian ini akan difokuskan pada peninjauan akan fungsi serta seni gaya bangunan yang dimiliki Gereja Blendhuk.

Blendhuk Church is one of the old church from Netherland in the Old City (Old Holland) in Semarang. The building of the church that still active for people around Semarang as a place of worship is using typical dutch building style with a big dome as the trademark. In Javanese language its called blendhuk, With the shape of the dome that different than the other and also the bulding style that can attract the other people like a tourist not only as a place of worship but also as a tourist destination. The benefits of this research is elaborated on how the pseudo baroque influence on most of the details contained in the building of Blendhuk Church.This research will take a focus on a problem about a function and the art of building style that owned by Blendhuk Church.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tuffana Farasabila
"Tesis ini mengargumentasikan bagaimana potensi kegiatan museum-date sebagai bentuk pergeseran persepsi masyarakat terhadap museum dan pariwisata dapat mempengaruhi hubungan masyarakat urban dengan museum. Selama ini, museum dipandang sebagai tempat yang membosankan karena kurangnya inovasi sehingga masyarakat seringkali berkunjung ke museum hanya untuk urusan edukasi. Era disrupsi yang terjadi saat ini menyebabkan terjadi perubahan persepsi masyarakat dalam memaknai museum sebagai ruang sosial masyarakat urban. Perubahan persepsi tersebut kemudian terwujud dalam kegiatan museum-date. Temuan di lapangan memperlihatkan bahwa era disrupsi memengaruhi berbagai aspek dalam dinamika dalam museum dan berpengaruh pada bentuk museum-date yang dilakukan pengunjung. Fenomena museum-date juga terbentuk tidak hanya disebabkan adanya pengaruh disrupsi, namun juga adanya benturan dengan museum konvensional. Untuk mengeksplorasi lebih dalam perubahan-perubahan yang terjadi, tesis ini menggunakan metode etnografi dengan pendekatan kualitatif. Argumentasi tesis ini adalah saat ini museum-date merupakan bentuk kemas ulang pariwisata terutama untuk masyarakat urban. Perubahan dinamika museum yang berimplikasi pada kemas ulang pariwisata dapat mencerminkan bagaimana persepsi masyarakat urban dalam memandang setiap perubahan dalam kehidupan sehari-hari.

This thesis argues how the potential of museum-date activities as a form of shifting people's perceptions of museums and tourism can affect the relationship between urban communities and museums. So far, museums have been seen as boring places due to a lack of innovation, so people often visit museums only for educational purposes. The current era of disruption has caused changes in people's perceptions of interpreting museums as a social space for urban society. The change in perception then manifested in museum-date activities. Findings in the field show that the era of disruption influences various aspects of dynamics in museums and influences the museum-date forms that visitors take. The museum-date phenomenon is also formed not only due to the influence of disruption but also a clash with the conventional museum form. To explore more, this thesis uses ethnographic methods with a qualitative approach. The argument of this thesis is that currently, museum-date is a form of tourism repackaging, especially for urban communities. Changes in museum dynamics that have implications for tourism repackaging can reflect how urban society perceives every change in daily life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>