Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Gibran Fauzi Harmani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Terapi sel punca sumsum tulang merupakan salah satu pilihan sebagai terapi regeneratif. Terdapat luaran klinis bervariasi yang berhubungan dengan mekanisme implantasi dan kualitas sel punca. Penting untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan proliferasi, diferensiasi, dan kesintasan sel punca untuk meningkatkan luaran klinis pasca terapi sel punca. Mikro-RNA merupakan RNA non kodon rantai pendek yang menghasilkan regulasi pasca transkripsi yang negatif. Telah diketahui adanya pengaruh mikro RNA 34a miR-34a terhadap kesintasan sel punca sumsum tulang. Ekspresi berlebih miR-34a meningkatkan apoptosis sel punca sumsum tulang. Diabetes mellitus DM meningkatkan ekspresi miR-34a di sel endotel aorta dan serum. Masih belum terdapat studi yang menilai hubungan antara DM dengan ekspresi miR-34a dalam sel punca sumsum tulang.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara DM dengan ekspresi miR-34a dalam sel punca sumsum tulang pada dan mengetahui korelasi antara HbA1C dengan ekspresi miR-34a dalam sel punca sumsum tulang pada pasien PJK yang menjalani terapi sel punca.Metode: Suatu studi potong lintang dengan subjek penelitan berupa pasien PJK yang menjalani terapi sel punca di RSJPDHK. Sampel penelitian yang digunakan adalah sel punca sumsum tulang dari aspirasi sumsum tulang subjek penelitian, sedangkan data sekunder adalah rekam medis. Dilakukan analisis miR-34a dengan metode assay Taqman fast mastermix 7500 dengan menggunakan real time PCRHasil: Terdapat 24 subjek PJK yang telah menjalani terapi sel punca dan diikutsertakan dalam penelitian ini. Subjek dibagi dalam 2 kelompok, yakni DM 13 orang dan non-DM 11 orang . Data primer berupa ekspresi miR-34a dalam sel punca sumsung tulang, sedangkan data sekunder diambil dari rekam medis. Pemeriksaan kadar HbA1C hanya dilakukan pada kelompok pasien diabetes dengan rerata kadar HbA1C adalah 7,3 1,5 . Terdapat kecenderungan peningkatan ekspresi miR-34a pada pasien dengan DM 0,3 0,24 vs 0,05 0,08, p = 0.9 . Terdapat korelasi positif antara HbA1C pada populasi DM dengan ekspresi miR-34a r=0,601 dan nilai p = 0,039 .Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara diabetes mellitus dengan ekspresi miR-34a dalam sel punca sumsum tulang pada pasien PJK. Terdapat korelasi antara kadar HbA1c pada pasien PJK dengan diabetes mellitus terhadap ekspresi miR-34a dalam sel punca sumsum tulang ABSTRACT
Background Bone marrow stem cell therapy is one of the developing options in regenerative therapy for patients with CHD. There are great variations in clinical outcomes after stem cell therapy which may be caused by stem cell quality. Therefore, it is important to recognize factors that will affect the stem cell quality, especially survivability, to improve clinical outcomes after stem cell therapy. Micro RNA are small non coding RNA that will exert negative post trancriptional regulation. Relationship between micro RNA34a miR 34a and bone marrow stem cell survival has been studied. Increased expression of miR 34a will induce more apoptosis in bone marrow stem cell. Diabetes mellitus DM has been known to increase miR 34a expression in aortic endothelial lining and serum. But to this day, no study has evaluated the association between diabetes mellitus and miR 34a expression in bone marrow stem cell.Objective This study aims to evaluate the relationship between DM and miR 34a expression in bone marrow stem cell and to evaluate correlation between HbA1C and miR 34a expression in bone marrow stem cell in CHD patients who underwent bone marrow stem cell therapy.Methods This is a cross sectional study which included all CHD patients undergoing stem cell therapy in National Cardiovascular Center Harapan Kita NCCHK . Primary data are miR 34 expression in bone marrow stem cell taken from subject rsquo s bone marrow aspiration, while secondary data were taken from medical records. MiR 34a analysis was carried out using the Taqman fast mastermix 7500 assay with real time PCR.Results There were 24 CHD patients undergoing stem cell therapy. Two group were compared, DM with 13 patients and non DM with 11 patients. The DM group consisted of older subjects compared to the non DM group. Examination of HbA1c was done only in the DM group with mean value was 7.3 1.5. There seems to be an increase in miR 34a expression in patients with DM 0,3 0,24 vs 0,05 0,08, p 0.9 . There is a positive correlation between HbA1c in DM population and miR 34a expression r 0.601 and p 0.039 .Conclusion There is no significant association between diabetes mellitus and miR 34a expression in bone marrow stem cell in CHD patients. There is a correlation between HbA1c and miR 34a expression in bone marrow stem cell in CHD patients with diabetes mellitus"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Martua
"ABSTRAK
Latar Belakang: Perkembangan ilmu pengetahuan berhasil meningkatkan harapan hiduppasien yang mengalami infark miokardium. Namun pengobatan yang ada saat ini hanyamemperbaiki kondisi klinis pasien, tanpa adanya perbaikan otot jantung yang telah rusak.Hal inilah yang mendasari berkembangnya penelitian yang mempelajari tentang upayaregenerasi sel otot jantung dengan pemanfaatan sel punca yang salah satunya adalahMesenchymal Stem Cell MSC . Namun hasil yang didapatkan dari beberapa penelitianmenunjukkan hasil yang belum optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktordiantaranya adalah kadar dan fungsi dari sel punca yang tidak adekuat. Hingga saat inibelum ada penelitian yang mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kadar MSCdalam Bone Marrow Mononuclear Cell BMMC pada pasien penyakit jantung iskemikkhususnya pengaruh fungsi sistolik ventrikel kiri.Tujuan: Menilai hubungan fungsi sistolik ventrikel kiri dengan kadar MSC dalam BMMCpada pasien penyakit jantung iskemik yang menjalani terapi sel punca Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan datasekunder. Subjek penelitian adalah pasien penyakit jantung koroner dengan fungsi sistolikventrikel kiri

ABSTRACT
Background The development of science succeeded in increasing the life expectancy of patients with myocardial infarction. However, existing treatments only improve the clinical condition of the patient, without any improvement of the damaged heart muscle. Thus supposrt the development of research that studies to regenerate heart muscle cells with stem cells, for example Mesenchymal Stem Cell MSC . However, the results from several studies have shown modest results. It is caused by several factors including the levels and function of stem cells is inadequate. Until now, no study has evaluated the factors affecting the levels of MSC in Bone Marrow mononuclear cell BMMC in patients with ischemic heart disease in particular the influence of left ventricular systolic function.Objective To assess the association of left ventricular systolic function with MSC levels in BMMC in patients with ischemic heart disease who underwent stem cell therapyMethods This was a cross sectional study using secondary data. Subjects were patients with coronary heart disease with left ventricular systolic function "
2016
T55656
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Primasari
"ABSTRAK
Latar Belakang : Infark miokard masih menyisakan banyak masalah morbiditaspasca infark. Upaya regenerasi miokard pasca infark mendorong berbagaipenelitian tentang terapi sel punca sumsum tulang. Endothelial Progenitor Cellsebagai bagian dari Bone Marrow Mononuclear Cell merupakan komponen selpunca yang berperan dalam proses neovaskularisasi. Fungsi sistolik merupakansebagai salah satu pertimbangan dalam pemilihan kandidat terapi sel puncasumsum tulang. Hingga saat ini belum diketahui pengaruh penurunan fungsisistolik ventrikel kiri terhadap jumlah absolut Endothelial Progenitor Cell dalamBone Marrow Mononuclear Cell.Tujuan : Mengetahui apakah terdapat hubungan antara fungsi sistolik ventrikelkiri serta faktor klinis dan demografis lain, dengan jumlah absolut EPC dalamBMMC sumsum tulang terhadap jumlah absolut EPC dalam BMMCMetode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di PusatJantung Nasiona Harapan Kita dengan subyek pasien yang menjalani terapi selpunca pasca infark. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016. Dilakukanpencatatan karakteristik pasien, faktor resiko penyakit jantung koroner,pengukuran fungsi sistolik ventrikel kiri dan pengambilan serta analisa aspirasisumsum tulang.Hasil : Total sampel penelitian ini adalah 21 sampel, yang menjalani terapi selpunca pasca infark miokard selama periode Oktober 2015-September 2016.Faktor-faktor yang dianalisa hubungannya dengan kadar EPC dalam BMMCadalah fungsi sistolik ventrikel kiri, usia, indeks massa tubuh serta faktor resikopenyakit jantung koroner yaitu hipertensi, diabetes dan merokok. Hasil analisastatistik menunjukkan tidak terdapat korelasi antara fungsi sistolik ventrikel kiridengan jumlah absolut EPC. Fungsi sistolik ventrikel kiri, indeks massa tubuh danhipertensi berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah absolut BMMC Kesimpulan : Fungsi sistolik ventrikel kiri tidak menunjukkan korelasi yangsignifikan dengan jumlah absolut Endothelial Progenitor Cell dalam sumsumtulang pasien dengan penyakit jantung iskemik

ABSTRACT
Background Myocardial infarct still carries significant morbidity in postinfarction patients. This condition trigger many study in stem cell therapy formyocardial regeneration after infarctio. Endothelial Progenitor Cell as thecomponent of Bone Marrow Mononuclear Cell was one of determinant factor inmigration capacity of Bone Marrow Mononuclear Stemcell. Left Ventriclesystolic function has becoming one of determinant factor in selection of stem cellpatient. No previous study has evaluate the influence of decreased LV systolicfunction to the numbers of Endothelial Progenitor Cell in Bone MarrowMononuclear CellObjective Evaluating correlation of LV systolic function and other risk factorsof coronary heart disease to the numbers of Endothelial Progenitor Cell in BoneMarrow Mononuclear Cell from Ischemic Heart Disease patients with stem celltherapyMethods This is a cross sectional study that was conducted in NationalCardiovascular Centre Harapan Kita on october 2016. Patients from 2 previousstem cell study in NCCHK enrolled to this studyResults There were 21 patients in this study that undergo stem cell therapy fromOctober 2015 until September 2016. Factors that being analyzed in this studywere LV systolic function and risk factors of coronary heart disease includinghypertension, diabetes melitus and history of cigarrete smoke. Statistical analysisshowed no significant correlation between LV systolic function and absolutnumbers of Endothelial Progenitor Cell in Bone Marrow Mononuclear Cell frompatients with ischemic heart disease. Significant result showed by correlation ofBone Marrow Mononuclear Cell with LV systolic function, body mass index andhypertensionConclusion LV systolic function has no significant correlation with absolutnumbers of Endothelial Progenitor Cell in Bone Marrow Mononuclear Cells frompatients with Ischemic Heart Disease."
2016
T55636
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Madhyra Tri lndraswari
"Latar Belakang: Di era ini, terapi dengan sel punea untuk mengobati berbagai
penyakit semakin dirninati. Sejauh ini, banyak pendapat mengenai keamanan sel
punea, yang dikatakan aman untuk manusia. NaIllun" belum ada penelitian lebih
jauh mengenai keamanan sel punea yang disuntikan lewat vena, untuk kesehatan
pembuluh darah. Tujuan dari peneiitian ini adalah untuk menganalisis efek sel
punea yang disuntikkan secara IV, pada pembuluh darah arteri yang nannal.
Metode: Data didapatkan dari eksperimen klinik tikus Wistar yang dilaksanakan
di Instilut Pertanian Bogor, merupakan studt awal pada tikus dengan tekanan darah
normal. Tikus dengan tekanan darah nonnal (140/100 mmHg, diukur dengan
CODA) tersebut dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama ada kelompok
kontrol, kelompok kedua disumikan secara IV sel punca 1 x 106 , dan kelompok
keliga 3xl 06 sel, dalam sekali penyuntikan. Kelompok kedua dan ketiga diamati
selama 1 bulan setelah penyuntikan sel punca. Setelah 1 bulan, tikus dinekropsi
dalam keadaan anastesi. Selanjutnya, dengan bantuan J Image Software, dilakukan
pcngamatan terhadap diameter dan ketebalan dinding dari meri karotis, karotis
interna, karotis eksterna, aorta abdominal, iliaka kiri, dan iliaka kanan. Analisis
statistik dilakukan dengan metode ANOV A terhadap 3 kelompok tikus untuk.
mengukur perbedaan diameter pembuluh darah dan ketebalan dinding pembulu
darah. Jika persebaran data tidak rata, maka digunakan metode T Independent Test.
Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam
diameter dan ketebalan dinding untuk kelompok I, kelompok 2, dan kelompok 3
untuk semua pembuluh darah kecuali arteri iliaka kiri. Arteri iliaka kiri
menunjukkan perbedaan yang bennakna dalam diameter dan ketebalan pembuluh
darah.
Diskusi: Hasil riset ini, memmjukkan keamanan sel punca pada arteri bila
disuntikan ke dalam vena. Ini ditunjukkan dengan hasil yang tidak. terdapat
perbedaan bermakna dalam 5 pembuluh darah yang dipenksa. kecuali arteri iliaka
kiri menunjukkan hasil yang bermaknadan perlu diteliti lebih lanjutdenganjumlah
sam pel yang memadai (30 tikus). Setiap kelompok mempunyai sampel minimum
9 ekor, namun dan hasil penelitian masing-masing kelompok mempunya 5 ekor
tikus yang dapat dianalisis. Sehingga hasil analisis yang didapatkan tidak bisa
mencerminkan hubungan yang kuat secara statistik, namun merupakan suatu
kecenderungan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Chandra
"Pendahuluan. Sel punca mesenkimal merupakan jawaban untuk berbagai penyakit, termasuk orthopedi. Meskipun jumlah terbatas, prosedur invasif, nyeri, dan sel yang relatif sedikit, sumsum tulang masih menjadi sumber utama. Adiposa menjadi alternatif menjanjikan dengan kemampuan sebanding. Dengan meningkatnya harapan hidup, jumlah pasien tua meningkat dan menjadi sangat potensial untuk aplikasi sel punca. Namun, timbul kontroversi mengenai kualitas sel punca pada penuaan.
Metode Penelitian. Penelitian dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta sejak Oktober 2015 - Maret 2016. 12 subjek dibagi menjadi tiga kelompok usia; 15-30 tahun, 31-40 tahun, dan 41-55 tahun dan dilakukan pengambilan sumsum tulang krista iliaka posterior dan adiposa, kemudian dilakukan isolasi dan kultur sel punca mesenkimal. Peneliti melakukan analisis karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, diferensiasi osteogenik, dan pewarnaan Alizarin. Seluruh data dianalisis dengan SPSS 20.
Temuan Penelitian. Karakteristik biologis dan pewarnaan Alizarin Red menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok usia sama(p>0,05). Waktu penggandaan populasi menunjukkan adanya perbedaan signifikan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok 31-40 tahun(p=0,028) dan 41-55 tahun(p=0,035).
Kesimpulan. Sel punca mesenkimal adiposa menunjukkan karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, dan diferensiasi osteogenik yang konstan. Sel punca mesenkimal sumsum tulang menunjukkan waktu penggandaan populasi yang menurun seiring usia, berbeda dengan karakteristik biologis dan diferensiasi osteogenik. Adiposa dapat menjadi pilihan sumber sel punca mesenkimal pada setiap golongan usia.

Introduction. Mesenchymal stem cell is the answer of many medicine problems, including orthopaedic. Bone marrow is still the main source. Because of limited source, invasive procedure, pain, and relative less cell, adipose will be promising source with equal regenerating and differentiating ability. Along with increasing life expectancy, geriatric population is increasing as well as the potential need for stem cell application. Yet there is still controversy about stem cell quality in aging.
Methods. This study was conducted in Stem Cell Medical Technology Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo General Hospital-Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta, October 2015 - March 2016. 12 patients were divided into 3 age group; 15-30 year, 31-40 year, and 41-55 year. Bone marrow from posterior iliac crest and adipose tissue were collected, mesenchymal stem cell isolation and culture were done subsequently. Biological characterization, Population Doubling Time, osteogenic differentiation, and alizarin red assay were carried out. All data was analyzed using SPSS 20.
Results. No significant difference was observed in biological characteristic and Alizrin red assay of bone marrow and adipose mesenchymal stem cell among age group (p>0.05). There is significant difference in Population Doubling time in 31- 40 year group(p=0.000) and 41-55 year group(p=0.000).
Conclusions. Adipose mesenchymal stem cell had steady biological characteristic, Population Doubling Time, and osteosteogenic differentiation. Bone marrow mesenchymal stem cell had increasing population doubling time in increasing age, apart from biological characteristic and osteogenic differentiation. Adipose could be the source of choice in harvesting mesenchymal stem cell at any age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Chandra
"Pendahuluan. Sel punca mesenkimal merupakan jawaban untuk berbagai penyakit, termasuk orthopedi. Meskipun jumlah terbatas, prosedur invasif, nyeri, dan sel yang relatif sedikit, sumsum tulang masih menjadi sumber utama. Adiposa menjadi alternatif menjanjikan dengan kemampuan sebanding. Dengan meningkatnya harapan hidup, jumlah pasien tua meningkat dan menjadi sangat potensial untuk aplikasi sel punca. Namun, timbul kontroversi mengenai kualitas sel punca pada penuaan.
Metode Penelitian. Penelitian dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta sejak Oktober 2015 - Maret 2016. 12 subjek dibagi menjadi tiga kelompok usia; 15-30 tahun, 31-40 tahun, dan 41-55 tahun dan dilakukan pengambilan sumsum tulang krista iliaka posterior dan adiposa, kemudian dilakukan isolasi dan kultur sel punca mesenkimal. Peneliti melakukan analisis karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, diferensiasi osteogenik, dan pewarnaan Alizarin. Seluruh data dianalisis dengan SPSS 20.
Temuan Penelitian. Karakteristik biologis dan pewarnaan Alizarin Red menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok usia sama(p>0,05). Waktu penggandaan populasi menunjukkan adanya perbedaan signifikan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok 31-40 tahun(p=0,028) dan 41-55 tahun(p=0,035).
Kesimpulan. Sel punca mesenkimal adiposa menunjukkan karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, dan diferensiasi osteogenik yang konstan. Sel punca mesenkimal sumsum tulang menunjukkan waktu penggandaan populasi yang menurun seiring usia, berbeda dengan karakteristik biologis dan diferensiasi osteogenik. Adiposa dapat menjadi pilihan sumber sel punca mesenkimal pada setiap golongan usia.

Introduction. Mesenchymal stem cell is the answer of many medicine problems, including orthopaedic. Bone marrow is still the main source. Because of limited source, invasive procedure, pain, and relative less cell, adipose will be promising source with equal regenerating and differentiating ability. Along with increasing life expectancy, geriatric population is increasing as well as the potential need for stem cell application. Yet there is still controversy about stem cell quality in aging.
Methods. This study was conducted in Stem Cell Medical Technology Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo General Hospital-Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta, October 2015 - March 2016. 12 patients were divided into 3 age group; 15-30 year, 31-40 year, and 41-55 year. Bone marrow from posterior iliac crest and adipose tissue were collected, mesenchymal stem cell isolation and culture were done subsequently. Biological characterization, Population Doubling Time, osteogenic differentiation, and alizarin red assay were carried out. All data was analyzed using SPSS 20.
Results. No significant difference was observed in biological characteristic and Alizrin red assay of bone marrow and adipose mesenchymal stem cell among age group (p>0.05). There is significant difference in Population Doubling time in 31-40 year group(p=0.000) and 41-55 year group(p=0.000).
Conclusions. Adipose mesenchymal stem cell had steady biological characteristic, Population Doubling Time, and osteosteogenic differentiation. Bone marrow mesenchymal stem cell had increasing population doubling time in increasing age, apart from biological characteristic and osteogenic differentiation. Adipose could be the source of choice in harvesting mesenchymal stem cell at any age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Prima Enky Merthana
"Pendahuluan: Saat ini tatalaksana nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh penyakit degeneratif diskus intervertebralis berupa pemberian antinyeri, fisioterapi, akupuntur hingga dengan tindakan pembedahan berupa arthroplasti diskus atau fusi spinal yang secara definitif belum mampu memperbaiki kualitas hidup pasien dan mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh pasien. Hal ini disebabkan terapi yang ada tidak mengatasi masalah degenerasi yang terjadi di diskus intervertebralis. Saat ini muncul terapi alternatif dengan menggunakan sel punca mesenkimal tali pusat, terapi tersebut di harapkan dapat mengatasi sumber masalah dari nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh degenerasi diskus vertrebralis.
Material dan Metode: Penelitian ini adalah pre-pasca study pada 6 pasien usia 60th, 57th, 55th, 50th, 54th and 61th dengan penyakit degenerasi diskus intervertebralis dilakukan implantasi sel punca mesenkimal tali pusat sebanyak 107 sel/2ml NaCl 0.9% pada diskus intervertebralis. Kemudian di pantau efek samping dan efek pemberian sel punca mesenkimal berupa nyeri punggung dengan VAS, kualitas hidup dengan ODI, pemeriksaan antopometri dengan Schober Test, kekuatan sensorik dan motorik dengan menggunakan Frankel, pemeriksaan SSEP, EMG dan MRI yang di pantau pada 1, 3 dan 6 bulan. Data di uji normalitasnya dengan saphiro wilk dan di lanjutkan Analisa data dengan T berpasangan bila sebaran normal dan Wilcoxon bila sebaran tidak normal. Analisa statistik menggunakan SPSS.
Hasil: Tidak terdapat efek samping. Didapatkan hasil perbaikan secara klinik, dimana skor VAS pre dan pasca implantasi 6 bulan (p=0.026), perbaikan nilai ODI pre dan pasca implantasi 6 bulan (p=0.002). Tidak terdapat perubahan nilai schober, tidak didapatkan penurunan nilai frankel. Tidak terdapat perubahan derajat pfirrmann yang dilihat dari MRI. Dari 5 pasien terdapat perbaikan nilai EMG pada 2 pasien, namun tidak terdapat perubahan nilai SSEP.
Kesimpulan: Terapi dengan implantasi sel punca mesenkimal tali pusat dapat menjadi pilihan pengobatan nyeri pinggang bawah yang disebabkan oleh penyakit degenerasi diskus intervertebralis. Terapi ini merupakan terapi minimal invasif, dapat menghilangkan rasa sakit akibat nyeri punggung bawah dan memperbaiki kualitas hidup, serta terapi yang aman dan tetap mempertahankan biomekanik normal

Introduction: Currently the management of low back pain caused by degeneratif intervertebral disc disease is in the form of the administration of painkillers, physiotherapy, acupuncture to surgery in the form of disc arthroplasty or spinal fusion, which definitifly have not been able to improve the patient's quality of life and reduce the pain experienced by the patient. This is because the existing therapy does not solve the degeneration problem that occurs in the intervertrebral disc. Currently, alternative therapies are emerging using mesenchymal stem cells (MSC), this therapy is expected to address the source of the problem of low back pain caused by vertrebral disc degeneration.
Methods: This study is a pre-pasca study in 6 patients age 60, 57, 55, 50, 54 and 61 yo with low back pain caused by degeneration of the intervertebral discs with implantation of human umbilical cord mesenchymal stem cells 107 cell/2ml NaCl 0.9% in the intervertebral discs. Then we monitored the safety and effects of mesenchymal stem cells in the form of back pain with VAS, quality of life with ODI, anthopometric examination with scober test, sensory and motor strength using Frankel, SSEP, EMG and MRI examinations that were follow-up on 1, 3 and 6 months.
Results: There were no reports of side effects of therapy. Clinical improvement was obtained, where the pre and pasca implantation VAS scores in 6 months (p=0.026), the pre and pasca implantation ODI scores in 6 months improved (p=0.002). There was no change in the Scober value, there is no change in the Frankel value. There was no change seen from MRI with pfirrmann scale. Of the 5 patients, there was an improvement in the EMG value in 2 patients, but there was no change in the SSEP value.
Conclussion: Umbilical cord mesenchymal stem cell implantation therapy can be a treatment option for low back pain caused by intervertebral disc degeneration disease. This therapy is a minimal invasive therapy, can relieve pain due to low back pain and improve quality of life, as well as a safe therapy while maintaining normal biomechanics
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Sukry Asdar Putra
"Pendahuluan. Sel punca mesenkimal (SPM) sangat menjanjikan dalam bidang rekayasa jaringan karena sifatnya yang multipoten, cepat berproliferasi, dan berkemampuan tinggi untuk beregenerasi. SPM sumsum tulang dapat menjadi terapi pilihan nekrosis avaskular (AVN) kaput femur yang banyak diderita oleh pasien lupus eritematosus sistemik (LES) pada masa sekarang ini. SPM sumsum tulang penderita LES mengalami gangguan fenotip, proliferasi, diferensiasi. Terapi SPM pada AVN kaput femur dapat menggunakan donor otologus yang dilaporkan memberikan hasil luaran yang baik dan keamanan yang signifikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui potensi, karakteristik, dan diferensiasi SPM sumsum tulang pasien LES yang dihubungkan dengan usia.
Metode. Penelitian ini adalah penelitian in vitro yang meneliti 4 subjek penderita LES di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Aspirat SPM sumsum tulang dilakukan isolasi, ekspansi dan diferensiasi. Analisis statistik menggunakan uji korelasi spearman untuk melihat hubungan usia pasien LES dengan waktu konfluensi, jumlah sel konfluens dan waktu diferensiasi osteogenik, kondrogenik, dan adipogenik.
Hasil dan Diskusi. Rerata jumlah sel konfluens adalah 7.44 x 105 ± 3.06 x 105 sel/ml, rerata waktu konfluens adalah 20.75 ± 4.99 hari, median waktu diferensiasi adipogenik yaitu 17.5 hari (rentang 14-21), waktu diferensiasi osteogenik dan kondrogenik yaitu 21 hari. Terdapat korelasi positif bermakna antara usia penderita LES dengan waktu konfluens SPM (p<0.001) dan korelasi negatif bermakna antara usia penderita LES dengan jumlah sel konfluens SPM (p<0.001).
Simpulan. SPM sumsum tulang krista iliaka penderita LES mampu diisolasi, berproliferasi dan berdiferensiasi. SPM sumsum tulang penderita LES memiliki waktu konfluens dan waktu diferensiasi yang lebih lama dan jumlah sel konfluens yang lebih sedikit.

Introduction. Mesenchymal stem cells (MSC) is very promising in the field of tissue engineering because it is multipotent, rapidly proliferate, and high ability to regenerate bone marrow. BM-MSC may be treatment of choice of avascular necrosis (AVN) of femoral head that affects many systemic lupus erythematosus (SLE) patients at the present time. BM-MSC of SLE patients has impairment in phenotype, proliferation, and differentiation. Mesenchymal stem cell therapy on femoral head AVN which use autologous donors are reported deliver good outcomes and safety. Therefore, research is needed to determine the potency, characteristics, and differentiation of BM-MSC in patients with SLE and related with age.
Methods. This study is in vitro study that examined four subjects as SLE patients in Cipto Mangunkusumo Hospital. BM-MSC of SLE patients is performed isolation, expansion and differentiation. Statistical analysis using pearson and spearman correlation test to see the correlation of age of SLE patients with confluence time, the number of confluence cells and differentiation time.
Result and Discussion. Mean of confluent cell numbers is 7.44 x 105 ± 3.06 x 105cells/ml, mean of confluent time is 20.75 ± 4.99 days, median of adipogenic differentiation time is 17.5 days (range 14-21), osteogenic and chondrogenic differentiation time is 21 days. There is a positive correlation between patient?s age with confluence time (p <0.001) and negative correlation with MSC confluence cell count (p <0.001).
Conclusion. BM-MSC form iliac crest in patients with SLE can be isolated, proliferated and differentiated. BM-MSC of SLE patients has longer confluence time and differentiation time and lower confluence cell count.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>