Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172955 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suma Riella Rusdiarti
"Salah satu cerita yang paling klasik dalam film horor adalah rumah angker atau haunted house. Disertasi ini berusaha mengungkap kaidah genre dan makna das Unheimliche dalam empat film horor rumah angker Indonesia, yaitu Rumah Pondok Indah, Pocong 2, Hantu Rumah Ampera, dan Rumah Kentang, menggunakan metode kajian sinema dengan pendekatan genre. Analisis tekstual keempat film menemukan model alur perpindahan sebagai struktur naratif dan dominasi tokoh- tokoh dunia supranatural. Pemaknaan mendalam dan kontekstual dengan konsep psikonalisis das Unheimliche Sigmund Freud, mengungkapkan berbagai ketakutan mendalam keluarga dan masyarakat perkotaan, serta kondisi ketidakpastian dalam berbagai lapisan. Kesimpulan dari keseluruhan analisis memperlihatkan kekhasan kaidah genre dan makna das Unheimliche film horor rumah angker Indonesia.

One of the classical stories in horror films is the haunted house. This dissertation tries to expose rules of genre and meaning of das unheimlich in four Indonesian haunted house horror films Rumah Pondok Indah, Pocong 2, Hantu Rumah Ampera, and Rumah Kentang, using a genre approach in cinema studies. Textual analysis of four films finds a displacement plot model as a narrative structure and the domination ofsupernatural figures. Depth and contextual meanings to the concept of Sigmund Freud rsquo s das Unheimliche, revealsed various deep fears of family and urban communities as well as uncertainties in the various layers. The conclusion of the whole analysis shows the peculiarities of the rules of the genre and meaning of das Unheimliche in Indonesian haunted house horror films.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chantika Nurmadhany
"Rumah merupakan suatu entitas dengan karakter yang dapat membuat manusia nyaman dan merasa aman. Ketika narasi dalam film horor menggunakan rumah sebagai latar utama, keberadaannya memberikan efek yang lebih menegangkan karena rumah merupakan media yang sangat dekat dengan manusia dan memiliki ingatan tersendiri. Film horor memiliki elemen unik yang berbeda dengan genre film lainnya karena pendekatan emosional yang membuat penontonnya merasakan ketegangan, ketakutan, dan suasana tegang yang diatur oleh visual dan audio capture. Film yang merupakan media penyampaian informasi dan penyalur pesan dan emosi memiliki kemampuan untuk memanipulasi ruang sehingga narasi yang disampaikan lebih terkontrol dan pesan yang terkandung lebih mudah diterima. Dari kemampuan ini, film dan arsitektur terkait dalam beberapa konsep. Penulisan ini dilakukan dengan membandingkan 3 film horor Indonesia dengan rumah sebagai setting utamanya. Perbandingan dilakukan dengan membahas pola pada setiap elemen film horor sehingga dapat dianalisis hubungan antara elemen spasial rumah dengan interioritas apa yang terdapat dalam film tersebut.

The house is an entity with character that can make humans comfortable and feel safe. When the narration in a horror film uses a house as the main setting, its existence gives a more tense effect because the house is a medium that is very close to humans and has its own memories. Horror films have unique elements that are different from other film genres because of the emotional approach that makes the audience feel tension, fear, and a tense atmosphere that is governed by visual and audio capture. Film, which is a medium for conveying information and channeling messages and emotions, has the ability to manipulate space so that the narrative conveyed is more controlled and the message contained is easier to accept. Of these capabilities, film and architecture are related in several concepts. This writing is done by comparing 3 Indonesian horror films with the house as the main setting. The comparison is done by discussing the pattern in each element of the horror film so that it can be analyzed the relationship between the spatial elements of the house and what interiority is contained in the film.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Annissa
"Serial televisi Hannibal NBC 2013 yang bergenre detektif-kriminal dan horor adalah franchise Hannibal terbaru. Serial televisi ini dianggap membongkar citra lama pendahulunya, salah satunya dengan menambahkan beberapa tokoh perempuan. Skripsi ini berfokus pada representasi tokoh perempuan dalam Hannibal 2013 yaitu membandingkan representasi mereka dengan stereotipe perempuan dalam genre detektif-kriminal dan horor. Penulis juga menggunakan konsep the final girl dan monstrous-feminine untuk menganalisis data. Penulis menemukan bahwa, di satu sisi, representasi tokoh perempuan dalam serial televisi ini memberdayakan dan medobrak beberapa stereotipe dalam kedua genre tersebut. Di sisi lain, representasi mereka memiliki ambivalensi. Maskulinitas dan monstrosity mereka membuat mereka tidak sepenuhnya mendobrak stereotipe perempuan dalam genre detektif-kriminal dan horor.

NBC's Hannibal 2013 is the latest adaptation of the Hannibal franchise. This television series is considered to have dismantled the image of its predecessor, one of which is by adding several female characters. This undergraduate thesis focuses on the representation of female characters in Hannibal 2013 by comparing their representation with female stereotypes in detective criminal and horror genre. This research utilizes the concepts of the final girl and monstrous feminine to analyse the data. It is found that the female character representation in this television series is empowering and dismantles some stereotypes in both genres. However, there is ambivalence in their representation. Their masculinity and monstrosity caused them to not completely dismantle the female stereotypes in the detective criminal and horror genre.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theya Wulan Primasari
"Sesuai dengan Permendikbud Nomor 27 tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) BIPA, pengajaran BIPA untuk keterampilan membaca tingkat mahir
diimplementasikan dalam bentuk genre teks yang terdapat dalam buku BIPA. Hal ini
sejalan dengan indikator lulusan yang menyatakan bahwa pemelajar diharapkan mampu mengidentifikasi tujuan dari berbagai teks baik fiksi maupun nonfiksi. Namun penelitian tentang analisis genre teks dalam buku BIPA tingkat mahir masih sangat minim. Dengan demikian, makalah ini memilih fokus penelitian pada aspek teks yang menginvestigasi genre dan kesesuaiannya dengan SKL BIPA serta tingkat keterbacaan teks pada buku
BIPA untuk pemelajar BIPA tingkat mahir. Analisis genre teks menggunakan kerangka
teori yang dikembangkan oleh Rose & Martin (2012) dan Rose (2019). Rumus penghitungan tingkat keterbacaan teks menggunakan grafik Raygor (1977). Hasil analisis
pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemetaan genre telah sesuai dengan SKL BIPA.
Hasil penghitungan juga menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan teks telah sesuai untuk pemelajar BIPA tingkat mahir. Namun ditemukan bahwa tidak semua teks di dalam buku ini dapat digolongkan sebagai teks yang baik. Beberapa teks memilliki struktur generik tumpang tindih dan mengindikasikan beberapa tujuan sosial dalam satu bacaan. Implikasi
dari ditemukannya beberapa teks tersebut adalah meskipun keterbacaan teks dan SKL
telah sesuai, pemelajar dapat berpotensi mengalami kesulitan jika genre teks cenderung tidak teratur. Hal ini dapat berdampak pada sulit tercapainya indikator kelulusan yang ditetapkan.

In line with the Regulation of Minister of Education and Culture of Indonesia Number 27 in 2017 concerning BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing or Indonesian Language for Foreign Speakers) Graduate Competency Standard (Standar Kompetensi Lulusan/SKL), BIPA teaching materials for advanced level reading skills are implemented in a form of text types in textbooks. This is in accordance with the SKL which states that students are expected to be able to identify the purpose of various types
of texts, including fiction and non-fiction. Studies focusing on analysis of text genres in advanced level BIPA books however are scarce. This study aims to examine BIPA SKL suitability and the genre of the reading texts. The analysis of genre is conducted based on a theoretical framework developed by Rose & Martin (2012) and Rose (2019). In addition
to this, the readability of the text is measured by using the Raygor chart (1977). Results indicate that the genres found in the book follow the expected BIPA SKL and the readability of all texts is appropriate for advanced level BIPA learners. However, not all
the reading texts can be categorized to meet the appropriate generic structures. Several complex texts with unclear generic structures, or indicated with more than one genre, are found in several reading texts. The implication of the finding is that despite meeting the appropriate SKL and the readability level, students can still potentially face difficulties in
accessing the unstructured texts. This can lead to difficulties in achieving the SKL
indicators.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Murywantobroto
"ABSTRAK
Sebagai cerpenis, Aryanti mulai mempublikasikan karyanya pada tahun 1976 melalui majalah Femina. Karyanya mempunyai ciri tersendiri. Dari sejumlah karyanya beberapa di antaranya merupakan cerita yang di dalamnya terdapat kebimbangan yang dialami oleh tokoh protagonisnya, dan pencerita tidak lebih tahu dari protagonisnya, sesuatu benar-benar terjadi atau sekadar ilusi. Peristiwa yang dialami tokohnya kadang-kadang terasa aneh atau tidak wajar, bahkan ia juga banyak mengungkapkan cerita hantu.
Tesis ini meneliti cerpen-cerpen Aryanti dalam Kaca Rias Antik (selanjutnya disingkat KRA). Dari lima belas cerpen dalam KRA, tujuh cerpen yang mengandung unsur das Unheimliche. Selanjutnya dari tujuh buah cerpen yang menimbulkan kecemasan itu dipilih lima buah cerpen yang dapat mewakili tema-tema Unheimliche yang dibuat Aryanti untuk diteliti.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Dalam tema-tema apakah Unheimliche pada KRA karya Aryanti diungkapkan? (2) Apa makna Unheimliche dalam KRA karya Aryanti?
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Memerikan tema-tema yang mengungkapkan Unheimliche dalam KRA karya Aryanti; dan (2) Mengungkapkan makna Unheimliche dalam KRA karya Aryanti.
Objek penelitian ini adalah Das Unheimliche dengan sumber data (1) "Kaca Rias Antik" (KRA), (2) "Jemputan Khusus" (JK), (3) "Si Selop Wanita" (SSW), (4) "Di Tepi Sungai, Di Pinggir Hutan'' (DTS), dan (5) "Irama" (Ir).
Teori psikoanalisis Sigmund Freud, terutama yang berhubungan dengan kecemasan digunakan dalam penelitian ini. Untuk menganalisisnya, digunakan pendekatan yang bersifat intrinsik, yang berfokus pada teks cerpen sebagai adanya ( objektif).
Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut. Lima cerpen Aryanti yang menjadi objek penelitian ini mengungkapkan perasaan Das Unheiml'lche. Tema orang mati hidup kembali mendorninasi penyebab kecemasan. Dalam "KRA" medium yang digunakan cermin. Kecemasan muncul karena munculnya tangan dari cermin dan adanya riasan yang tidak seperti biasa; "JK" orang mati hidup kembali menjadi hantu penolong dan kecemasan muncul dengan cara surprise ending; "SSG" orang mati yang hidup kembali muncul melalui bunga anggrek. Kecemasan terjadi karena bentuk bunga anggrek yang aneh; "DTS" menampilkan hantu yang menakutkan dan menganggu. Kecemasan muncul dari peristiwa yang dialami tokoh sejak awal perkawinan yang tidak disetujui kerabatnya.
Tema Das Unheimliche lain adalah kemahakuasan fikiran yang terdapat dalam "Ir" kecemasan disebabkan oleh adanya perilaku aneh tokoh yang suka menyendiri berdiri di pinggir jembatan seperti hendak bunuh diri.
Dari kelima cerpen dalam KRA, Das Unheimliche bermakna sebagai pengungkap mekanisme pertahanan diri. Kecemasan merupakan tanda peringatan adanya sesuatu yang tidak heres. Mekanisme pertahanan yang ditemukan adalah represi penokohan, pengalihan, proyeksi, fantasi, rasionalisasi, regresi, dan formasi reaksi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T39163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titus Bernard Mardongan S
"ABSTRAK
IIndustri video game di Indonesia merupakan industri yang belum mencapai tahap kedewasaan dibandingkan dengan Industri kreatif lain. Padahal pertumbuhan gamer di Indonesia cukup tinggi, telah mencapai jumlah 40 juta pada tahun 2013.
Baru mulai pada tahun 2013, pemerintah mulai melirik industri kreatif video game. Cikal bakal pertumbuhan ini harusnya didukung dengan research & development (R&D). Sayangnya riset mengenai video game di Indonesia masih kurang memadai. Bateman & Boon (2005) menyatakan bahwa bahwa desain dari suatu game harus mencerminkan keinginan dari khalayak-nya, dan model konsumen (consumer models) harus digunakan untuk mengidentifikasi selera dan keinginan gamer. Untuk melengkapi R&D mengenai video game di Indonesia, peneliti terpanggil untuk memberikan penelitian mengenai gambaran mengenai
preferensi genre game yang dijabarkan oleh Zammitto (2010) dari gamer-gamer yang ada di dalam sebuah komunitas bernama Komunitas Gamer Indonesia dengan metodologi kuantitatif.

ABSTRACT
Until now, video game industry in Indonesia haven't reached it's highest
performance than the other creative industries, whereas gamer's growth in Indonesia are quite high, which is about 40 million in 2013. And since then, government starts to develop the creative industry. This growth should be in tandem with research & development (R&D). But unfortunately, research about video games in Indonesia is still inadequate. Bateman & Boon (2005) said that a game design should reflect the audience desire, and consumer models have to be used in order to identificate the taste of the gamer. In regard to bring up the R&D about video games in Indonesia, researcher is called to do a research about game genre preferences that was operationalized by Zammitto (2010) from gamers in community called "Komunitas Gamer Indonesia" using quantitative methodology."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julius Widiantoro
"pendahuluan
Robert Spiller kiranya hanya mewakili pendapat umum, ketika ia mengawali bukunya Literary History of the United States (1963) dengan mengatakan: "The literature of this nation began when the first settler from abroad of sensitive mind paused in his adventure long enough to feel he was under different sky, breathing a new air, and that a New World was all before him with only strength and Providence for guides." Mungkin sekarang orang akan mengatakan, pernyataan yang mengisyaratkan bahwa sebelum kedatangan orang asing seakan tidak ada kesusastraan di Amerika tersebut, sebagai suatu ungkapan yang pantas untuk dipertimbangkan kebenarannya. Pemberian penghargaan kesusastraan Pulitzer kepada Scott N. Momaday, seorang penulis Indian, pada tahun 1969 atas novelnya yang berjudul House Made of Dawn, yang menggunakan banyak tradisi sastra Indian yang sudah ada sebelum kedatangan kaum kulit putih, membuktikan bahwa sengaja atau tidak sengaja penganggapsepian keberadaan sastra etnis Indian sebenarya kurang tepat.
Kenyataan bahwa sampai pada tahun 1953 ada pandangan bahwa kesusastraan Amerika baru mulai dengan adanya kesusastraan kaum kulit putih itu membuktikan, bahwa Kesusastraan Penduduk Asli Amerika (Native American Literary) memang tidak pernah dianggap keberadaannya. Dalam antologi seperti The Norton Anthology of American Literature (1979), yang disebut sebagai kurun Awal Kesusastraan Amerika (1620-1820) dimulai dengan tulisan John Wintrop; dan sama sekali tidak menyebut kesusastraan asli Amerika yang dihasilkan suku bangsa Indian. Dalam Anthology of American Literature (1980) yang disusun oleh George McMichael juga tidak dimuat kesusastraan suku bangsa Indian. Secara tidak langsung dalam penyusunan antologiantologi kesusastraan tersebut telah terjadi penganggapsepian fakta, atau paling tidak ada fakta yang terlupakan, yaitu fakta bahwa sebelum kedatangan bangsa kulit putih sebenarnya sudah ada kesusastraan di benua yang kemudian disebut dengan Amerika. Barangkali satu-satunya antologi kesusastraan Amerika yang memuat kesusastraan suku bangsa Indian barulah The Heath Anthology of American Literature (1990). Dibutuhkan rentang waktu yang begitu panjang bagi kesusastraan suku Indian untuk mendapat pengakuan sebagai bagian dari kesusasastraan Amerika?
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Galih Wiryawan
"Dramaturgi merupakan sebuah teori yang dikemukakan oleh Erving Goffman dalam
memandang interaksi sosial. Teori tersebut telah digunakan dalam banyak penelitian baik interaksi tatap muka ataupun interaksi termediasi. Penelitian-penelitian dramaturgi pada komunikasi termediasi mengesampingkan latar dimana teori ini dibuat yaitu interaksi tatap muka. Konsep-konsep pada dunia tatap muka memiliki karakteristik yang berbeda sehingga peneliti perlu menganalisis ulang penggunaan teori ini dalam komunikasi termediasi khususnya MMOG. Di dalam Massively Multiplayer Online Games (MMOG), interaksi sosial terjadi melalui komunikasi termediasi. Pemain dapat melakukan hal-hal yang sama dengan komunikasi tatap muka namun dengan cara yang berbeda. Penelitian ini merupakan penelitan kualitatif dengan menggunakan strategi etnografi digital. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa avatar merupakan representasi diri pemain yang terdiri dari tiga bentuk yaitu penampilan karakter, perpanjangan suara, dan perpanjangan teks dari pemain. Definisi wilayah atau panggung pada Dramaturgi mengalami pembauran dan menghasilkan panggung baru yaitu panggung virtual. Perilaku dan tampilan pemain MMOG merupakan hasil dari narasi developer game dan interaksi antar pemain

Dramaturgy is a theory by Erving Goffman that looks at social interaction. This theory
has been used in many studies, both face-to-face and mediated interactions.
Dramaturgical research on mediated communication ignores the setting where this theory
was created: face-to-face interaction. Concepts in the face-to-face world have different
characteristics, so researchers need to re-analyze the use of this theory in mediated
communication, especially MMOG. In Massively Multiplayer Online Games (MMOG),
social interaction occurs through mediated communication. Players can do the same
things as face-to-face communication but differently. This research is qualitative research
using digital ethnography strategies. The results of this research show that the avatar
represents the player's self, consisting of three forms: the appearance of the character, an
extension of the voice, and an extension of the player's text. The definition of area or stage
in Dramaturgy has experienced a blending and produced a new stage, namely the virtual
stage. The behavior and appearance of MMOG players result from the game developer's
narrative and interactions between players
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hanna Latifani Daniarsa
"Media di setiap negara Asia Tenggara beroperasi dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tidak terhindarkan seperti ekonomi, politik, masyarakat, dan budaya yang kemudian menciptakan tingkat kebebasan pers yang berbeda di setiap negara Asia Tenggara. Tujuan utama pada penelitian ini adalah untuk menginvestigasi strategi persuasi dalam tajuk rencana pada media berbahasa Inggris pilihan di Asia Tenggara. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menelaah struktur organisasi genre tajuk rencana The Jakarta Post (Indonesia), Bangkok Post (Thailand), dan New Straits Times (Malaysia) serta menyelisik pola pemilihan jenis attitude di tiap tiga media pilihan. Strategi persuasi yang digunakan media Asia Tenggara ini digali dengan menggunakan analisis genre (Iedema, dkk., 1994) dan appraisal, spesifiknya sistem attitude (Martin dan White, 2005). Hasil analisis menunjukkan bahwa genre yang diadopsi oleh The Jakarta Post, Bangkok Post, dan New Straits Times adalah eksposisi media (media exposition) dengan struktur organisasi teks yang melibatkan Tesis^Argumen^Penguatan Tesis. Struktur tersebut menunjukkan bahwa ketiga media cenderung eksplisit dalam menunjukkan posisi pro atau kontra terhadap sebuah isu. Sementara itu, pola pemilihan jenis attitude yang ditemukan pada ketiga media cenderung berbeda. The Jakarta Post cenderung fokus secara eksplisit menilai negatif peristiwa, benda, serta fenomena ketika membahas isu yang berkaitan dengan pemerintahan di Indonesia. Hal ini terlihat dari pola penggunaan appreciation negatif inscribe pada tajuk rencana yang mengangkat permasalahan dalam negeri. Bangkok Post cenderung melibatkan penilaian negatif implisit mengenai perilaku tokoh yang bersangkutan khususnya dari kalangan pemerintahan ketika membahas isu dalam negeri. Strategi ini ditunjukkan melalui pola penggunaan judgment negatif invoke yang ditemukan pada tajuk rencana Bangkok Post yang membahas isu domestik. New Straits Times cenderung secara implisit menilai negatif perilaku seseorang ketika membahas masalah yang berkaitan dengan ras tertentu. Hal ini terlihat dari pola penggunaan judgment negatif invoke pada teks dengan topik yang berkaitan dengan komunitas sebuah ras di Malaysia.
Media in each Southeast Asian country operates differently due to a number of factors such as economics, politics, social, and culture, which eventually lead to different levels of press freedom in each Southeast Asian country. The aim of this research is to investigate persuasion strategies in editorials of selected English-language media in Southeast Asia. To achieve this goal, the researcher examined the organizational structure of the editorial text genres of The Jakarta Post (Indonesia), Bangkok Post (Thailand), and New Straits Times (Malaysia) and examined the pattern of selecting types of attitudes in each of the three selected media. The persuasion strategies used by Southeast Asian media were explored using genre analysis for media discourse (Iedema, et al., 1994) and appraisal framework specifically the sub-system attitude (Martin dan White, 2005). The results of the analysis show that the genre adopted by The Jakarta Post, Bangkok Post, and New Straits Times is media exposition with the organizational structure involving Thesis^Argument^Reiteration of Thesis. This structure shows that the three media tend to be explicit in showing a pro or con position on an issue since they persuade the readers by focusing on explaining one point of view without offering another. Meanwhile, the patterns of choosing the type of attitude found in the three media tend to be different. The Jakarta Post tends to focus explicitly on negatively assessing events, objects and phenomena when discussing issues related to government in Indonesia. This can be seen from the pattern of using negative inscribed appreciation in editorials that discuss domestic problems. The Bangkok Post tends to involve implicit negative judgments regarding the behavior of actors involved, especially from the government when discussing domestic issues. This strategy is demonstrated through the pattern of using invoked negative judgment found in Bangkok Post editorials discussing issues within the country. The New Straits Times tends to implicitly judge someone's behavior negatively when discussing issues related to certain race. This can be seen from the pattern of using invoked negative judgment in texts with topics related to a community of a race in Malaysia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>