Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maringka, Gina
"ABSTRAK
Dalam masa perawatan ortodontik, kejadian lepasnya breket sering terjadi sehinggadiperlukan metode pembersihan yang cepat, efektif dan ekonomis. Hal terpenting adalahkarakter breket yang lepas setelah dibersihkan, kualitas tidak berubah sehingga dapatdipasang kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sistem pelarut yang dapatmelepas bahan adesif dari basis breket metal berbasis solvolis tanpa mengubahkarakteristik breket metal dan lebih efektif dibandingkan metode yang umum digunakanyaitu sandblasting dan pembakaran. Penelusuran sistem pelarut melibatkan berbagaijenis pelarut dan faktor pendukungnya: termal, katalis dan surfaktan. Kinerja pelepasanbahan adesif dipantau dengan uji Shear Bond Strength SBS pada gigi Reused dan gigibaru, pengamatan topografi permukaan dan komposisi dengan Scanning ElectronMicroscopy SEM dan Electron Dispersive X-ray Spectroscopy EDAX sertagambaran sisa bahan adesif dengan Modifikasi Adhesive Remnant Index ARI .Spesimen penelitian terdiri atas tujuh puluh breket metal Stainless Steel Mini DynaLock dan seratus gigi Premolar satu dengan adesif Transbond XT. Hasil penelusurandiperoleh sistem pelarut dengan susunan pelarut organik N-Methyl-2-Pyrrolidone,katalis Zn Asetat, surfaktan Triton X-100 dan gelombang mikro. Uji Two Way Anovadari nilai SBS sandblasting, pembakaran dan solvolisis menunjukkan perbedaanbermakna p

ABSTRACT
During orthodontic treatment, the bracket loose often occurs so that a fast, effective andeconomical cleaning method is needed. The most important thing is the character of thecleaned bracket, the quality does not change so it can be reinserted. The objective of thisresearch is to find a solvent that can remove adhesive material from base metal bracketwithout changing the metal bracket characteristics and more effective than commonlyused method i.e. sandblasting and burning. The search for a solvent system involvesvarious types of solvents and their supporting factors thermal, catalyst and surfaceagent. The adhesive release was monitored by Shear Bond Strength SBS test onreused tooth and new tooth, surface topography observation and composition withScanning Electron Microscopy SEM and Electron Dispersive X Ray Spectroscopy EDAX as well as an overview of residual adhesive with Modified Adhesive RemnantIndex ARI . The study specimens consisted of seventy metal brackets of Stainless SteelMini Dyna Lock and one hundred first Premolar teeth with Transbond XT adhesives.The result of this research is the solvent system with organic solvent N Methyl 2 Pyrrolidone, catalyst Zn Acetate, surfactant Triton X 100 and microwave. Two wayAnova Test of SBS sandblasting, burning and solvolysis values showed significantdifferences p "
2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Southard, Thomas E.
"
ABSTRACT
This case-Based clinical text is an exhaustive review of orthodontic problems in the vertical dimension, with evidence-Based guidelines for successful diagnosis and treatment. A total of 21 cases address dental deep bites, skeletal deep bites, dental open bites, skeletal open bites, and posterior open bites. Each case includes pretreatment, interim, and posttreatment orthodontic records, as well as references to provide a solid evidence base for decision making. Written with a clinical focus, Orthodontics in the Vertical Dimension is ideal for the practicing orthodontist and makes an excellent resource for residents in pursuit of board certification.
"
Hoboken, New Jersey: Wiley Blackwell, 2015
617.643 SOU o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kualitas da-ya ledak otot tungkai mahasiswa dan (2) menganalisis perbedaan daya ledak otot tungkai antara ma-hasiswa yang mendapat pelatihan plyometrik lompat bangku dan lompat melewati bangku di Jurusan Penjaskesrek FOK UNDIKSHA. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Data daya ledak diperoleh dengan mengkonversi skor tinggi raihan dari hasil tes vertical jump dengan berat ba-dan berdasarkan skala nomogram dari Lewis. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis va-rians dengan program SPSS 17,0. Hasil penelitian ini adalah (1) kualitas daya ledak otot tungkai ma-hasiswa berada dalam kategori kurang, (2) pelatihan plyometric lompat bangku dan lompat melewati bangku sama-sama dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai mahasiswa secara signifikan, dan (3) peningkatan daya ledak otot tungkai mahasiswa dengan pelatihan plyometrik lompat bangku (PLB) lebih besar dari pada plyometrik lompat melewati bangku (PLMB) (F = 7,872 dan p = 0,001 < a = 0,05)."
370 JPP 48 (1-3) 2015
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Altan, Taylan
Metals Park: American Society for Metals, c1995
671.3 Alt m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Altan, Taylan
Metals Park: American Society for Metals, c1995
671.3 Alt m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Limbong, Athalia
"Bromelain merupakan campuran enzim proteolitik dan substansi non enzimatik lainnya yang dapat ditemukan di batang, buah, dan jaringan daun tanaman dari famili Bromeliaceae, yang termasuk spesies nanas, yang banyak digunakan sebagai obat yang diberikan secara oral untuk pengobatan sistemik dari inflamasi, hal terkait pembekuan darah, serta pengobatan terapeutik. Enkapsulasi akan menjaga stabilitas dan pelepasan bromelain sehingga dapat meningkatkan bioavabilitas dari bromelain sehingga dapat diserap pada usus halus. Objektif pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula mikroenkapsulasi untuk senyawa bromelain sehingga enzim tetap terjaga dan aktivitas enzimatiknya tidak menurun. Pada penelitian ini, polimer yang digunakan untuk mikroenkapsulasi adalah kitosan dan juga alginat. Kompleks polielektrolit yang terbentuk antara kitosan dengan alginat telah banyak digunakan untuk mengenkapsulasi senyawa bioaktif sehingga dapat rilis secara perlahan di saluran pencernaan. Pembentukan matriks kitosan-alginat untuk mengenkapsulasi bromelain dilakukan dengan metode gelasi ionotropik. Dengan metode enkapsulasi ini, hasilnya menunjukkan bahwa bromelain dapat dienkapsulasi dengan baik dalam matriks kitosan dan alginat dengan loading capacity tertinggi sebesar 12,23% dan efisiensi enkapsulasi tertinggi sebesar 59,05%. Matriks dikarakterisasi menggunakan Fourier-transform Infrared Spectroscopy (FTIR), yang menunjukkan adanya interaksi antara bromelain dengan kitosan dan alginat, dan Differential Scanning Calorimetry (DSC) yang menunjukkan adanya keberadaan bromelain dalam matriks kitosan-alginat dan ikatan ionik antara bromelain dengan kitosan dan alginat. Bromelain dilepaskan perlahan dalam saluran pencernaan, terutama pada usus halus dengan pelepasan kumulatif maksimal sebesar 92,70%.

Bromelain is a mixture of proteolytic enzymes and other non-enzymatic substances found in the stem, fruit, and leaf tissues of plants from the family Bromeliaceae, which belongs to the pineapple species, and is widely used as an orally administered drug for systemic treatment of inflammation, blood clotting, as well as a therapeutic treatment. Encapsulation will maintain the stability and release of bromelain to increase the bioavailability of bromelain so that it can be absorbed in the small intestine. This research aims to obtain a microencapsulated formula for bromelain compounds so that the enzyme is maintained and its enzymatic activity does not decrease. In this study, the polymers used for microencapsulation were chitosan and alginate. The polyelectrolyte complex formed between chitosan and alginate has been widely used to encapsulate bioactive compounds so that they can be released slowly in the digestive tract. Chitosan-alginate matrix formation to encapsulate bromelain was carried out by the ionotropic gelation method. With this encapsulation method, the results showed that bromelain could be well encapsulated in chitosan and alginate matrices with the highest loading capacity of 12.23% and the highest encapsulation efficiency of 59.05%. The matrix was characterized using Fourier-transform Infrared Spectroscopy (FTIR), which showed the interaction between bromelain and chitosan and alginate, and Differential Scanning Calorimetry (DSC), which showed the presence of bromelain in the chitosan-alginate matrix and ionic bonds between bromelain and chitosan and alginate. Bromelain is released slowly in the gastrointestinal tract, especially in the small intestine, with a maximum cumulative release of 92.70%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulhaeriah
"Fatigue adalah salah satu masalah yang paling sering terjadi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Berbagai terapi nonfarnakologi disarankan untuk mengurangi fatigue salah satunya adalah Relaxation Breathing Exercise (RBE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas RBE pada fatigue penderita kanker ginekologi yang menjalani kemoterapi. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment with pre-post test control group. Sebanyak 42 pasien yang diperoleh secara consecutive berpartisipasi dalam penelitian ini, 21 dimasukkan dalam kelompok RBE 4 kali dan 21 dalam kelompok 2 kali. Skor fatigue pasien akan diukur dengan menggunakan kuesioner Piper Fatigue Scale. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Repeated-ANOVA dan Independent t-test dengan tingkat kemaknaan  < 0,01. Penelitian ini menemukan penurunan yang signifikan (p < 0,01) pada skor fatigue rata-rata di kedua kelompok (kelompok RBE 4 kali 3,29 ± 0,59 dan kelompok RBE 2 kali 4,19 ± 0,61) pada hari terakhir intervensi. Namun kelompok 4 kali RBE menunjukkan penurunan yang lebih besar dibandingkan kelompok 2 kali RBE (Selisih mean = 0,91; 99%CI = 0,41 - 1,41; p = 0,001). RBE yang dilakukan 4 kali sehari lebih efektif mengurangi fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Peran perawat diperlukan untuk membantu pasien meminimalkan fatigue yang dialami salah satunya dengan mengajarkan terapi nonfarmakologi yang efektif seperti RBE.

Fatigue is one of the most common problem experienced by patients undergoing chemotherapy. Some non-pharmacological therapies have been suggested to alleviate the problem such as Relaxation Breathing Exercise (RBE). This research aimed to determine the effectiveness of the RBE on the fatigue suffered by gynecological cancer patients undergoing chemotherapy. This study used a quasy randomized-controlled trial with pre- and post-test design. Forty two patients were consecutively sampled, 21 were assigned to RBE four times a day group and 21 to RBE two times a day group. Fatigue score were measured every day for seven days from both groups using Piper Fatigue Scale. The data obtained were analyzed using repeated-ANOVA and independent t-test with significant level α<0.01. This study found significant decreases (p < 0.01) of mean fatigue scores on both groups (RBE four times in a day group = 3.29 ± 0.59 and RBE two times in a day group = 4.19 ± 0.61) after the completion of the intervention. However, the RBE four times a day group shown a larger decrease on fatigue score compared to the RBE two times a day group (Mean Difference = 0.91; 99%CI = 0.41 - 1.41; p=0.001). Four times RBE in a day is more effective in relieving fatigue on cancer patients undergoing chemotherapy. Nurses' role is necessary to help patients in minimizing their fatigue by guiding the patient to perform an effective non-pharmacological therapy such as the RBE."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srimukti Suhartini
"ABSTRAK
Pertambahan usia dengan pola hidup sedenter akan meningkatkan radikal bebas yang menyebabkan disfungsi mitokondria dan pemendekan telomer secara progresif. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa latihan aerobik intensitas sedang sangat direkomendasikan pada lansia karena mampu memperbaiki kerusakan oksidatif sel yang akan meningkatkan kebugaran serta memperpanjang masa hidup lansia. Penelitian bertujuan mengkaji peningkatan kadar telomerase, aktivitas GPx, kadar TBARS dan VO2maks sebagai penanda perbaikan fungsi sel dan sistem kardiorespirasi akibat latihan aerobik intensitas sedang selama 12 minggu pada perempuan lansia.Penelitian community trial control group pre test post test design dengan subjek lansia perempuan sedenter. Total subjek adalah 73 37 orang kelompok perlakuan dan 36 orang kelompok kontrol dipilih secara consecutive. Kemudian diambil subsampel berpasangan untuk pemeriksaan aktivitas GPx dan kadar TBARS. Subjek melakukan latihan aerobik intensitas sedang selama 12 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu, intensitas latihan 50 ndash;85 denyut nadi maksimal, 30 menit per sesi latihan dan jenis latihan berjalan. Pemeriksaan kadar telomerase, kadar NOx plasma dan aktivitas GPx menggunakan metode ELISA. Kadar TBARS menggunakan metode Wills, sedangkan prediksi VO2maks menggunakan uji latih 6 menit. Data diolah menggunakan uji t tidak berpasangan/uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan rerata, uji Repeated ANOVA/Uji Friedmann untuk melihat perbedaan kemaknaan antar kelompok dan Uji Pearson/Spearman untuk melihat korelasi antar data.Kadar telomerase, prediksi VO2maks dan aktivitas GPx meningkat bermakna p < 0,05 , sedangkan kadar TBARS cenderung terjadi penurunan p < 0,05 pada minggu ke-12 latihan. Penurunan kadar NOx plasma ditemukan lebih kecil pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Kadar telomerase berkorelasi positif dengan prediksi VO2maks dan aktivitas GPx serta berkorelasi negatif dengan TBARS. Pada penelitian ini perbaikan fungsi sel terjadi lebih dahulu melalui peningkatan kadar telomerase yang disertai peningkatan prediksi VO2maks terlihat pada minggu ke-6 latihan, selanjutnya terjadi perbaikan sistem sirkulasi TDS dan DN diikuti peningkatan prediksi VO2maks pada minggu ke-12 latihan menandakan bahwa latihan aerobik intensitas sedang jenis berjalan selama 12 minggu telah cukup mampu memperbaiki fungsi sel maupun sistem kardiorespirasi pada lansia. Kata Kunci: Latihan Aerobik Intensitas Sedang, NOx Plasma, Penuaan, Stres oksidatif, TBARS, Telomer, Telomerase, VO2maks.

ABSTRACT
Increasing age in elderly with a sedentary lifestyle leads to increasing free radicals. Thus it causes mitochondrial dysfunction and progressive telomere shortening. The previous study suggested that moderate-intensity aerobic exercise is highly recommended in the elderly people as it can repair cell oxidative damage. It improves the elderly people rsquo;s fitness and prolongs their life. This study aimed to assess increased telomerase levels, GPx activity, TBARS level and VO2max as a marker of the function of cell and cardiorespiratory system repair due to moderate intensity aerobic exercise for 12 weeks.This study was a community trial control group pre test post test design involved 73 volunter elderly women who are divided in two group: 37 subject experimental group and 36 subject control group. Each subject was selected based on consecutively inclusion and exclusion criteria . Then the paired subsample was taken before conducting a test on GPx activity and TBARS levels. Subjects performed the moderate-intensity aerobic exercise for 12 weeks with frequency three times a week, exercise intensity 50 ndash;85 of maximum pulse rate, 30 minutes per session, and type of walking exercise. Assessment of telomerase levels, plasma NOx levels, and GPx activity used ELISA method. The TBARS levels assessment applied the Wills method and the predicted VO2max using the 6-minute walked test. The data were analyzed using an unpaired t-test or Mann Whitney test to observe the mean difference, repeated ANOVA/Friedmann test to view the significant difference among the groups, and Pearson/Spearman test to find out the data correlation.Telomerase levels, predicted VO2max, GPx activity increased significantly p < 0,05 and TBARS levels tended to decrease at week 12 of exercise. Reduced plasma NOx levels were found to be smaller in the treatment group than in the control group. Telomerase levels positively correlated with predicted VO2max and GPx activity. On the other hand, telomerase levels negatively correlated with TBARS levels. The improvement of the function of cell occurs first through increased telomerase level accompanied by an increase predicted VO2max at week 6 of exercise, subsequent improvement of circulation system SBP and HR followed by an increase predicted VO2maks at weeks 12 of exercise. Moderate intensity aerobic exercise walking has been sufficient to improve the function of cell and cardiorespiratory system in elderly.Keywords: Aging, Moderate-intensity aerobic exercise, NOx Plasma, Oxidative stress, TBARS levels, Telomere, Telomerase, VO2max."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noortiningsih
"Ruang lingkup dan cara penelitian salah satu perubahan fisiologis sistem hormonal yang menyertai kegiatan fisik ialah terjadi peningkatan kadar endorfin dan penurunan kadar gonadotropin di dalam tubuh. Endorfin, diketahui mempunyai sifat inhibitor kuat terhadap sekresi gonadotropin, sehingga menurunnya kadar Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle-stimulating Hormone (FSH) selama kerja fisik, diduga berhubungan erat dengan meningkatnya kadar endorfin tersebut. Hal ini diduga merupakan kunci penting penyebab timbulnya gangguan fungsi sistem reproduksi, khususnya pada atlit-atlit wanita.
Dari berbagai penelitian diketahui, bahwa endorfin dan agonisnya, menurunkan sekresi LH dan FSH, sedangkan antagonisnya, meningkatkan sekresi hormon-hormon tersebut. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh latihan fisik menimbulkan gangguan terhadap fungsi sistem reproduksi melalui adanya peningkatan kadar endorfin, dilakukan pengamatan terhadap lama siklus estrus, berat ovarium, dan jumlah folikel ovarium tikus, yang diberi latihan fisik aerobik tanpa dan dengan pemberian nalokson sebagai antagonis endorfin. Penelitian dilakukan terhadap 60 ekor tikus putih betina. Latihan fisik diberikan dengan menggunakan treadmill, dengan kecepatan 800 m/jam, inklinasi nol derajad, lama kerja 30 menit/hari/satu kali kerja fisik, dengan variasi lama latihan, 20, 40, dan 60 hari. Nalokson diberikan subkutan dengan dosis 1 mg/kg berat badan.
Hasil dan Kesimpulan : Latihan fisik yang diberikan, menyebabkan siklus estrus menjadi lebih panjang (P<0,01), berat ovarium mengalami penurunan (P<0,01), tidak terdapat perbedaan jumlah folikel primer maupun sekunder (P>0,05), tetapi jumlah folikel Graaf menurun dengan nyata (P<0,05), dan terdapat peningkatan jumlah folikel atresia selama fase luteal (P<0,01). Pemberian nalokson selama latihan fisik dapat menghambat pemanjangan siklus estrus, menghambat penurunan berat ovarium, meningkatkan jumlah folikel Graaf, dan menurunkan jumlah folikel atresia, mendekati kelompok tikus kontrol.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latihan fisik yang diberikan telah mengganggu fungsi sistem reproduksi tikus percobaan, dan pemberian nalokson dapat menghambat pengaruh latihan fisik terhadap fungsi sistem reproduksi tersebut. Namun demikian penelitian ini belum menunjukkan, sejak kapan latihan fisik yang diberikan mulai mengganggu fungsi sistem reproduksi tikus percoban, karena hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan dengan lamanya latihan (P>0,05). "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Januar Arifin, auhtor
"Sepakbola adalah olahraga yang paling popular di Indonesia, hampir semua pria Indonesia mengenal olahraga ini dan pernah memainkannya pada waktu kecil. Di seluruh Indonesia terdapat ratusan bond perserikatan yang masingmasing mempunyai puluhan klub, dapat dibayangkan berapa banyak jumlah pemain sepakbola PSSI.
Untuk menjadi pemain sepakbola yang baik diperlukan pengetahuan yang cukup serta mental dan kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik disini meliputi unsur-unsur kesegaran jasmani.
Salah satu unsur kesegaran jasmani yang penting bagi pemain sepakbola adalah kapasitas aerobik, yang dapat dikatakan identik dengan "panjang nafas". Bila unsur ini tidak cukup baik, seseorang tidak akan dapat menjadi pemain sepakbola yang baik walaupun unsur-unsur kesegaran jasmani yang lain baik nilainya. Bouchard dkk (4) menyatakan bahwa kapasitas aerobik adalah unsur yang dominan bagi pemain sepakbola.
Ada dua macam pemeriksaan kapasitas aerobik (V02max) yaitu cara langsung dan cara tak langsung (prediksi). Selama ini pemeriksaan kapasitas aerobik pemain sepakbola di Indonesia kebanyakan dilakukan secara prediksi saja (tak langsung) dan kebanyakan dilakukan dengan cara Astrand memakai ergometer sepeda, atau cara lain yang lebih sederhana seperti cara Cooper. Hal ini mungkin akibat keterbatasan alat dan dana yang ada, atau mungkin karena ada anggapan bahwa cara ini cukup baik/tepat. Cara Astrand memakai ergometer sepeda atau cara Cooper ini dibuat bukan spesifik untuk pemain sepakbola.
Pada pengukuran dengan cara Astrand memakai ergometer sepeda, pemain diminta untuk mengayuh ergometer sepeda dengan beban tertentu, kemudian dilihat berapa frekuensi nadinya; dengan melihat pada nomogram yang telah dibuat Astrand dapat ditentukan kira-kira berapa V02max pemain tersebut. Cara ini tidak mahal, mudah dilaksanakan, alatnya mudah dipindah-pindahkan dan tidak memerlukan arus listrik (2,13,24), serta tidak mengesalkan atlit karena bebannya tidak maksimal.
Venerando dan Dal Monte (17) telah melakukan suatu penelitian dan berkesimpulan bahwa pengukuran V02max paling baik (tinggi) hasilnya bila pemain tersebut bergerak sesuai dengan gerakan olahraga yang bersangkutan. Ternyata memang pengukuran V02max dengan berbagai gerakan yang berbeda akan menghasilkan nilai Vo2max yang berbeda pula (3,11)?"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>