Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeddy Januardi Sardjono
"Dalam mengukur tingkat keparahan karies gigi, jumlah serotipe Streptococcus mutans serta ekspresi gen glukosiltransferase gtfs dan LuxS dapat digunakan sebagai prediktor aktivitas bakteri karies dalam kategori karies rendah dan karies tinggi pada anak-anak di Indonesia. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara jumlah serotipe Streptococcus mutans, ekspresi gen LuxS dan glucosyltransferase dengan aktivitas bakteri karies gigi yang diukur dengan menggunakan Cariostat. Metode: Penelitian observasional potong silang dilakukan pada 76 anak usia 3 - 5 tahun 37 anak perempuan dan 39 anak laki-laki di Jakarta. Sampel plak gigi diambil dari subyek untuk mengukur jumlah serotipe, dan ekspresi mRNA gen glukosiltransferase dan LuxS. Tingkat keparahan karies gigi juga diukur dengan menggunakan indeks dmft, sedangkan aktivitas bakteri karies gigi diukur dengan menggunakan metode Cariostat. Jumlah serotipe, ekspresi mRNA gen glukosiltransferase dan ekspresi LuxS diukur menggunakan metode Quantitative Polymerase Chain Reaction qPCR . Hasil: Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa jumlah tingkat ekspresi gen S. mutans serotipe f dan gtfD yang dapat secara signifikan digunakan untuk memprediksi aktivitas bakteri karies gigi atau dengan kata lain berkontribusi terhadap aktivitas bakteri karies gigi. Kesimpulan: Metode Cariostat valid untuk mengukur aktivitas bakteri karies berdasarkan mikrobiologi dan penelitian biomolekuler. Dengan menggunakan instrumen klinis yang relatif sederhana dan ekonomis, seperti Cariostat, praktisi klinis mendapatkan gambaran mikrobiologi laboratorium dan hubungan biomolekuler seperti yang telah dibuktikan melalui penelitian ini.
Measuring the severity of dental caries, the quantities of Streptococcus mutans serotypes as well as its genes expression of glucosyltransferases gtfs and LuxS could be used as predictor of the activity of caries in both low and high caries experience in Indonesian children. Aim This study rsquo s aim was to analyze the relationship between Streptococcus mutans serotype quantity, glucosyltransferase LuxS gene expression with dental caries bacteria activity as measured by using cariostat. Methods Cross sectional observational study was conducted in 76 children aged 3 5 years 37 girls and 39 boys in Jakarta. The dental plaques samples were taken from the subjects for measuring serotype quantity, and the mRNA expression of glucosyltransferases and LuxS genes. The dental caries severity was also measured using the dmft index, while dental caries bacterial activity was measured using Cariostat method. The quantity of serotype, expression of the glucosyltransferases and the expression of the LuxS were measured using the quantitative Polymerase Chain Reaction qPCR method. Results Result of the multiple regression analysis shows that the quantity of S. mutans serotype f and gtfD gene expression level that could significantly be used to predict the activity of dental caries bacteria or in other words contribute to dental caries bacterial activity. Conclusions Cariostat method is valid to measure activity of bacteri caries base on microbiology and biomolecular research. Using a relatively simple and economical clinical instrument, such as Cariostat, clinical practitioners get a picture of the laboratory microbiology and biomolecular relationship as has been proven through this study."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Oktavia
"Latar belakang: ECC menjadi masalah serius di Indonesia dan Dunia. Terdapat 3
komponen ECC, yaitu gigi, mikroba, serta lingkungan rongga mulut yang dalam hal ini
yaitu protein saliva. Penyebab dari ECC sendiri yaitu bakteri Streptococcus mutans.
Tidak hanya itu, Candida albicans sering dihubungkan dengan Streptococcus mutans
pada plak ECC. Namun, adanya riset di mana Candida albicans cenderung mengurangi
sifat kariogenik Streptococcus mutans menarik untuk diteliti. Tujuan: menganalisis
peran protein saliva ECC terhadap pertumbuhan biofilm Streptococcus mutans dan
Streptococcus mutans dan Candida albicans (atau dual-spesies) di rongga mulut.
Metode: Setiap sampel dilakukan uji SDS-Page untuk melihat apakah terdapat
perbedaan profil protein antar setiap sampel. Lalu, sampel dilakukan pengenceran
menjadi 3 konsentrasi, kemudian diinkubasi bersama dengan Streptococcus mutans
serta dual-spesies di dalam 96-well plate selama 24 jam dan 48 jam secara anaerob.
Lalu, masing-masing biofilm dilakukan uji Crystal Violet Staining (untuk mendapatkan
nilai Optical density) serta Total Plate Count. Hasil: Tidak terdapat perbedaan profil
protein antara saliva ECC dengan laju alir saliva <30 detik, 30-60 detik, 30-60 detik
bebas ECC. Pada variabel konsentrasi protein, terdapat perbedaan dan kenaikan nilai
rerata pada nilai Optical density biofilm pada Streptococcus mutans dan dual-spesies.
Tidak terdapat perbedaan secara statistik antara konsentrasi protein saliva dengan
viabilitas mikroba pada biofilm Streptococcus mutans dan dual-spesies meski nilai
rerata menunjukkan penurunan viabilitas mikroba. Pada biofilm Streptococcus mutans
dan dual-spesies, tidak terdapat perbedaan bermakna pada hasil uji Optical density dan
viabilitas mikroba berdasarkan variabel waktu inkubasi biofilm. Meski nilai rerata
menunjukkan adanya penurunan pada Optical density Streptococcus mutans, kenaikan
pada viabilitas mikroba Streptococcus mutans, dan kenaikan pada Optical density
sekaligus viabilitas mikroba dual-spesies, namun tidak memengaruhi nilai
komparasinya. Kesimpulan: Protein saliva dapat memengaruhi pembentukan biofilm
baik Streptococcus mutans maupun kombinasi dual-spesies Streptococcus mutans
dengan Candida albicans. Waktu inkubasi biofilm tidak dapat memengaruhi
pembentukan biofilm Streptococcus mutans maupun kombinasi dual-spesies
Streptococcus mutans dengan Candida albicans

Background: ECC is a serious problem in Indonesia and the world. There are 3
components of ECC, namely teeth, microbes, and the oral environment, in this case
salivary protein. The cause of ECC itself is Streptococcus mutans. Not only that,
Candida albicans is often associated with Streptococcus mutans in ECC plaques.
However, the research in which Candida albicans tends to reduce the cariogenic
properties of Streptococcus mutans is interesting. Purpose: to analyze the role of the
ECC salivary protein on the growth of Streptococcus mutans and combination of
Streptococcus mutans and Candida albicans (or dual-species) biofilms in the oral cavity.
Methods: Each sample was subjected to an SDS-Page test to see if there were
differences in protein profiles between each sample. Then, the sample was diluted into 3
concentrations, then incubated together with Streptococcus mutans and dual-species in
96-well plates for 24 hours and 48 hours anaerobically. Then, each biofilm was
subjected to a Crystal Violet Staining test (to obtain Optical density value) and Total
Plate Count. Results: There was no difference in protein profile between salivary ECC
with salivary flow rates <30 seconds, 30-60 seconds, ECC-free 30-60 seconds. In the
protein concentration variable, there were differences and an increase in trend lines in
the Optical density value of biofilms in Streptococcus mutans and dual-species. There
was no statistical difference between salivary protein concentrations and microbial
viability in Streptococcus mutans and dual-species biofilms, although the trend line
showed a decrease in microbial viability. In Streptococcus mutans and dual-species
biofilms, there were no significant differences in the Optical density test results and
microbial viability based on the biofilm incubation time variables. Although the trend
line showed a decrease in Optical density Streptococcus mutans, an increase in
microbial viability of Streptococcus mutans, and an increase in Optical density as well
as dual-species microbial viability, it did not affect the comparative value. Conclusion:
Salivary protein can influence biofilm formation for both Streptococcus mutans and the
dual-species combination of Streptococcus mutans and Candida albicans. Biofilm
incubation time could not affect the biofilm formation of both Streptococcus mutans
and the dual-species combination of Streptococcus mutans and Candida albicans"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianti Sectiotania
"Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi tetap. Gigi sulung lebih rentan terhadap terjadinya karies karena struktur dan morfologinya yang berbeda dari gigi tetap. Bakteri Mutans Streptococci yang paling banyak berada dalam rongga mulut manusia adalah S. mutans dan S. sobrinus. S.mutans merupakan spesies bakteri utama yang mengawali karies gigi manusiadan patogen yang paling umum terdapat pada plak gigi. Ibu sebagai pengasuh utama sering dianggap menjadi sumber infeksi terbesar bagi anak yang memiliki S.mutans dan atau S.sobrinus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubunganS.mutans serotipe c dan S.sobrinus serotipe d antara ibu-anak serta mengetahui hubungan status karies diantaranya. Sampel penelitian diambil dari plak gigi 48 pasangan ibu dan anaknya yang menderita karies dan diperiksa menggunakan PCR (Polimerase Chain Reaction).Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah S.sobrinus serotipe d mendominasi keseluruhan subyek penelitian. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara status karies anak-ibu dengan distribusi S.mutans serotipe c danS.sobrinus serotipe d. Uji korelasi skor def-t dengan DMF-T menunjukkan adanya hubungan yang bermakna, yang berarti bahwa def-t anak akan meningkat seiring dengan kenaikan DMF-T ibu. Hubungan S.mutans serotipe c antara anak dan ibu ditemukan tidak bermakna dengan hubungan sangat lemah sedangkan hubungan S.sobrinus serotipe d antara anak dan ibu bermakna walau hubungannya lemah. Perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi ibu berhubungan dengan pengalaman karies gigi anak melalui transmisi S.mutans dan S.sobrinus secara vertikal.

Dental caries may occur in the primary and permanent teeth. Primary teeth are more susceptible to caries due to the different structure and morphology compared to permanent teeth . The most bacteria of Mutans Streptococci found in the human oral cavity are S. mutans and S. sobrinus .While S. mutans is also the main species of bacteria that initiate dental caries humans and the most common pathogens found in dental plaque. Mother as the primary caregiver is often considered to be the biggest source of infection for children with S. mutans and or S.sobrinus. This study aims to investigate the relationship of serotypes c S. mutans and serotype d S.sobrinusbetween mother - child relationship and to know the status of caries among others . Samples were taken from dental plaque of 48 pairs mothers and their children who suffer from caries and examined using PCR (Polimerase Chain Reaction) . Results indicate that the number of serotype d S. sobrinus dominates whole subject of research . There is no significant relationship between caries status of the child - mother with the distribution of serotype c S. mutans and serotype d S.sobrinus. Correlation test scores def-t with DMF-T showed a significant relationship, which means that def-t will increase along with the increase of DMF-T. S.mutans serotypec relationship between the child and the mother was found to be significantly associated with a very weak relationship whereas S.sobrinus serotypes d relationship between the child and mother meaningful relationship despite weak . Behavioral and dental health knowledge mother dealing with dental caries experience of children through vertical transmission of S. mutans and S.sobrinus ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eszy Celina Asmi
"Latar Belakang: Kebiasaan bernapas melalui mulut umum memengaruhi anak-anak dan
dapat mengakibatkan perubahan kondisi cairan dalam rongga mulut sehingga
memengaruhi kebersihan mulut dan memicu terjadinya bau mulut. Keadaan ini dapat pula
mengakibatkan kondisi mikroorganisme seperti Streptococcus mutans serotype e dan
Candida albicans pada mulut mengalami perubahan. Tujuan: Menganalisis kadar
Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans terhadap kondisi bau mulut dan
OHI-S pada sampel saliva dan usap lidah. Metode: Sampel saliva dan usap lidah dari
subjek di uji dengan menggunakan ELISA-indirect dan dibaca nilai absorbansinya
dengan ELISA reader pada panjang gelombang 450nm. Nilai absorbansi dijadikan
sebagai nilai kadar antigen mikroorganisme pada subjek dan dibandingkan terhadap hasil
pemeriksaan organoleptik dan OHI-S. Hasil: Jumlah anak bernapas melalui mulut
ditemukan lebih sedikit pada SD Tugu Ibu 1, Depok. Kondisi bau mulut tidak berkaitan
dengan kebersihan mulut subjek. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan
Candida albicans yang terisolasi pada sampel saliva maupun usap lidah lebih banyak
ditemukan pada anak bau mulut. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e yang
terisolasi pada sampel saliva dan usap lidah tidak memiliki tendensi pada salah satu
kategori OHI-S. Sedangkan kadar antigen Candida albicans memiliki tendensi lebih
banyak pada kategori OHI-S sedang pada kedua sampel dan subjek kecuali pada sampel
usap lidah anak bernapas melalui hidung, lebih banyak ditemukan pada kategori baik.
Kesimpulan: Kondisi bau mulut tidak berhubungan dengan status kebersihan mulut.
Banyaknya kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans tidak
berpengaruh dengan kondisi kebiasaan bernapas anak dan tidak dapat menentukan bau
mulut serta status kebersihan mulut pada subjek anak bernapas melalui hidung maupun
melalui mulut

Background: Mouth breathing is common affects children and can cause changes in fluid
conditions in the oral cavity that affect oral hygiene and trigger bad breath. This situation
can change the condition of microorganisms such as Streptococcus mutans serotype e and
Candida albicans in the mouth. Objective: To analyze the level of Streptococcus mutans
serotype e and Candida albicans on the condition of bad breath and oral hygiene status
in bad breath and oral hygiene condition in subjects. Methods: Saliva and tongue swabs
samples were tested using indirect ELISA, and the absorbance values read with an ELISA
reader at a wavelength of 450nm. Absorbance value is used as the value of microorganism
antigen levels in the subject and compared to the results of organoleptic examination and
OHI-S. Result: The number of mouth breather children is fewer than normal in SD Tugu
Ibu 1, Depok. Bad breath is not related to the subject's oral hygiene. Antigen levels
of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans used in saliva samples or
tongue swabs are more common in children with bad breath. Antigen level of
Streptococcus mutans serotype e isolated in saliva samples and tongue swabs didnt have
a tendency to any of the OHI-S categories. While antigen levels of Candida albicans had
more tendency in the OHI-S category while in both the sample and the subject except for
the nose breather childs tongue swabbing samples, more were found in the good category.
Conclusion: The condition of bad breath is not related to oral hygiene status. The large
number of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens does not
affect the childs breathing habits and cannot determine bad breath and oral hygiene status
in nose breathing and mouth breathing children
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrita Widyagarini
"ABSTRAK
Streptococcus mutans (S. mutans) diketahui merupakan bakteri patogen utama
dalam proses karies. Koloni S. mutans pada anak dapat terbentuk melalui
transmisi S. mutans yang terutama bersumber dari ibu. S. mutans serotipe c, e, dan
f diklasifikasikan berdasarkan pada komposisi kimia polisakarida spesifik serotipe
dan sering ditemukan pada sampel plak. Sampel plak didapatkan dari 66 pasang
anak usia 3-5 tahun dan ibunya. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang
dipakai dengan menggunakan primer gtfB dalam penelitian ini telah
mengkonfirmasi keberadaan S. mutans pada 46 sampel plak pasang anak dan
ibunya. Terdapat hubungan yang bermakna antara karies anak dan karies ibunya
(p<0,05). Skor karies anak akan meningkat seiring dengan peningkatan skor
karies ibu. Distribusi S. mutans serotipe c ditemukan dalam proporsi yang banyak,
sedangkan S. mutans serotipe e ditemukan paling sedikit pada sampel plak anak
usia 3 – 5 tahun dan ibunya.Terdapat hubungan tidak bermakna antara S. mutans
serotipe c dan e dengan status karies anak dan ibunya (p>0,05). Terdapat
hubungan sangat lemah, tidak bermakna antara S. mutans serotipe c dan e anak
dengan ibunya (0,000 < r < 0,199; p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus mutans (S. mutans) are considered to be an important bacterial
pathogen of dental caries. The major reservoir from which children acquire these
organisms is their mothers. S. mutans is classified into three serotypes, c, e and f,
based on the chemical composition of its cell surface serotype-specific
polysacharide. S. mutans serotypes c,e and f were reported to be frequently
isolated from human dental plaque. Plaque samples were collected from 66 3- to
5-years-old and mothers with caries. Polymerase chain reaction (PCR) method
using gtfB primer in this research has confirmed S. mutans from 46 dental plaque
samples child-mother pairs. There is significant relationship between children
caries score and mother caries score (p<0.05). Child caries score increases as
mother caries score rise. Distribution of serotype c S. mutans has more prevalent
detected than serotype e S. mutans. There is no significant relationship (p>0.05)
between serotype c/e S. mutans and child-mother caries score. There is also no
significant relationship (0,000 < r < 0,199 ;p>0,05) between serotype c/e S.
mutans in children and their mothers."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Farhan Suhada
"Latar Belakang: Asupan makanan merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi dengan prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia terutama pada anak usia sekolah. Tingkat konsumsi sayur dan buah pada anak di Indonesia masih cukup rendah, padahal jenis makanan ini dikenal dapat merangsang aliran dan meningkatkan kemampuan makan anak. self-cleansing saliva yang penting dalam pencegahan karies. Tujuan: Menganalisis hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan kejadian karies pada gigi geraham pertama permanen pada anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner frekuensi makanan dan pemeriksaan klinis anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. 109 anak di Jakarta Pusat diperiksa karies dengan klasifikasi ICDAS. Hasil: Penelitian ini menemukan nilai median frekuensi konsumsi sayur per hari pada anak adalah 1,6 (0-8,14) dan 1,4 (0-5). Sebanyak 98,2% anak mengalami karies gigi dan 63,3% anak mengalami karies terbatas pada email. Hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies ditemukan sangat lemah dan tidak signifikan. Kesimpulan: Tingkat frekuensi konsumsi sayur dan buah pada anak di Jakarta Pusat masih rendah, dan prevalensi karies cukup tinggi. Hubungan yang lemah dan tidak signifikan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies menunjukkan bahwa ada faktor lain penyebab karies yang harus dikendalikan.

Background: Food intake is one of the factors causing dental caries with a very high prevalence in Indonesia, especially in school-age children. The level of consumption of vegetables and fruit in children in Indonesia is still quite low, even though this type of food is known to stimulate flow and improve children's eating abilities. self-cleansing saliva which is important in caries prevention. Objective: To analyze the relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruit with the incidence of caries in the permanent first molars in children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. Methods: This study was a cross-sectional study using a food frequency questionnaire and clinical examination of children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. 109 children in Central Jakarta were examined for caries with the ICDAS classification. Results: This study found the median frequency of vegetable consumption per day in children was 1.6 (0-8.14) and 1.4 (0-5). A total of 98.2% of children had dental caries and 63.3% of children had caries limited to enamel. The relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries was found to be very weak and insignificant. Conclusion: The frequency of consumption of vegetables and fruit in children in Central Jakarta is still low, and the prevalence of caries is quite high. The weak and insignificant relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries indicates that there are other factors that cause caries that must be controlled."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Aurellian Kusuma
"ABSTRAK
Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan adanya satu atau lebih gigi berlubang, hilang, atau ditambal pada anak anak dengan usia sampai dengan 71 bulan. Mikroorganisme utama dari karies adalah Streptococcus mutans yang terklasifikasi menjadi empat, yaitu serotipe c, e, f, dan k. Menurut penelitian sebelumnya, ditemukan banyak Candida albicans pada plak anak dengan ECC, namun interaksinya dengan Streptococcus mutans belum diketahui secara pasti. Tujuan: Menganalisis kuantitas dan hubungan dari antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak anak dengan karies dini serta bebas karies dikaitkan dengan laju alir saliva. Metode: Kuantitas antigen dari 36 sampel plak karies dan 14 sampel bebas karies diketahui melalui uji ELISA kemudian dikaitkan dengan laju alir saliva. Hasil: Perbandingan antara kuantitas kedua antigen pada laju alir saliva <30 detik didapatkan nilai 0,000 dan pada laju alir 30-60 detik sebesar 0,001. Hubungan antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe e dan Candida albicans pada plak karies didapatkan nilai r = 0,639 dan r = 0,247 untuk plak bebas karies. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas kedua antigen pada masing-masing tingkat laju alir saliva dan terdapat korelasi positif antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak karies dan plak bebas karies. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurulia Januarti
"Karies merupakan penyakit rongga mulut yang banyak diderita oleh anak. Di Indonesia, sekitar 90% anak usia pra sekolah mengalami karies gigi. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penilaian risiko kareis gigi. Penilaian risiko karies dapat menilai faktor-faktor risiko karies yang ada pada setiap individu. Penilaian risiko karies yang telah ada berupa formulir yang diisi oleh dokter gigi melalui wawancara dan pemeriksaan klinis. Selama masa pandemi, terjadi penurunan kunjungan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter gigi. Sehingga pembuatan aplikasi penilaiain risiko karies CAMBRA Indonesia berbasis android dilakukan agar orang tua dapat menilai risiko karies gigi anak usia 0-5 tahun. Pemahaman seseorang terhadap suatu informasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Oleh karena itu, penelitian tentang penilaian risiko karies CAMBRA Indonesia berbasis android “SKOR GIGI” untuk anak usia 0-5 tahun pada orang tua berpendidikan dasar dilakukan. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil penilaian risiko karies gigi CAMBRA Indonesia berbasis android “SKOR GIGI” dengan formulir CAMBRA Indonesia untuk anak usia 0-5 tahun pada orang tua berpendidikan dasar. Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan di TK, PAUD dan RSGMP FKG UI. Pengambilan sampel dilakukan terhadap 37 orang tua dan anak yang sesuai dengan kriteria inklusi dan menandatangani surat persetujuan. Orang tua diminta untuk mengisi aplikasi “SKOR GIGI” kemudian setelah 6 hari, dokter gigi mengisi formulir CAMBRA Indonesia melalui wawancara dengan orang tua dan pemeriksaan klinis terhadap anak. Hasil pemeriksaan risiko karies aplikasi “SKOR GIGI” dengan formulir CAMBRA Indonesia diuji secara statistik. Hasil : Uji validitas menunjukkan angka sensitivitas sebesar 92,9%, spesifisitas sebesar 100%, NDP 100% dan NDN 81%. Dari uji komparasi didapatkan hasil tidak terdapat berbeda bermakna antara hasil aplikasi “SKOR GIGI” dengan formulir CAMBRA Indonesia. Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan hasil antara pemeriksaan risiko karies aplikasi “SKOR GIGI” dengan formulir CAMBRA Indonesia untuk anak usia 0-5 tahun dengan orang tua berpendidikan dasar.

Caries is an oral disease that mostly affects children. In Indonesia, about 90% of pre-school age children experience dental caries. One of the prevention that can be done is by conducting a risk assessment of dental caries. Caries risk assessment can assess the caries risk factors that exist in each individual. The existing caries risk assessment is in the formulir of a formulir filled out by the dentist through interviews and clinical examinations. During the pandemic, there was a decrease in parental visits to take their children to the dentist. So that the creation of an Android-based CAMBRA Indonesia caries risk assessment application is carried out so that parents can assess the risk of dental caries in children aged 0-5 years. A person's understanding of an informuliration is influenced by the level of education. Therefore, a research on the caries risk assessment of CAMBRA Indonesia based on the android “SKOR GIGI” for children aged 0-5 years in parents with basic education was carried out. Objective: This study aims to see the results of the CAMBRA Indonesia dental caries risk assessment based on the android "SKOR GIGI" with CAMBRA Indonesia form for children aged 0-5 years in parents with basic education. Research Methods: This research was conducted in TK, PAUD and RSGMP FKG UI. Sampling was carried out on 37 parents and children who met the inclusion criteria and signed a letter of consent. Parents were asked to fill out the “SKOR GIGI” application then after 6 days, the dentist filled out CAMBRA Indonesia form through interviews with parents and clinical examination of the child. The results of the caries risk assessment using the “SKOR GIGI” application with CAMBRA Indonesia form were statistically tested. Results: The validity test showed a sensitivity of 92.9%, specificity of 100%, NDP 100% and NDN 81%. From the comparative test, the results showed that there was no significant difference between the results of the "SKOR GIGI" application and CAMBRA Indonesia form. Conclusion: There is no difference in the results between the caries risk assessment using the "SKOR GIGI" application and CAMBRA Indonesia form for children aged 0-5 years in parents with basic education."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasti Raissa
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang terbanyak di Indonesia dan dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan mulut salah satunya menyikat gigi yang dapat menurunkan bakteri Streptococcus mutan. Bakteri ini akan membentuk plak dan menghasilkan asam yang dapat menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi.
Tujuan: Mengetahui perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan terhadap subjek yang berumur 19-22 tahun.
Metode: Desain pada penelitian ini dengan menggunakan metode crossover. Pengambilan data dilakukan terhadap 20 orang subjek, yang mana dibagi secara random alokasi menjadi dua kelompok yang masing-masing akan dilakukan perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan dengan waktu washout selama seminggu.
Hasil: Analisis statistik mengunakan metode uji mann-whitney diperoleh p-value 0,598 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi yang signifikan antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan. Akan tetapi kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan menyikat gigi sebelum makan yaitu 193.333 CFU/ml lebih besar di bandingkan bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan menyikat gigi setelah makan sebanyak 180.000 CFU/ml.
Kesimpulan: Kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan perlakuan menyikat gigi setelah makan lebih sedikit dibandingkan dengan menyikat gigi sebelum makan. Akan tetapi dari analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak yang signifikan antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan.

Background: Dental caries is the most dental and oral disease in Indonesia and can be prevented by maintaining oral hygiene, one way is by toothbrushing which can reduce the bacteria Streptococcus mutan. These bacteria will become dental plaque and produce acid which can causes demineralization of hard tissue.
Objective: To determine the different in the numbers of bacteria Streptococcus mutan in dental plaques between toothbrushing before and after eating in 19-22 years.
Method: The design of this study using the crossover. Data retrieval was carried out on 20 subjects, which were randomized allocation in two groups with washout time for a week.
Results: Analysis statistic using the mann-whitney test obtained p-value 0.598 that there was no significant difference between brushing teeth before and after eating. However, the number of bacteria Streptococcus mutan on dental by toothbushing before eating is 193,333 CFU/ml bigger than the number of bacteria Streptococcus mutan on dental plaque by toothbushing after eating is 180,000 CFU/ml.
Conclusion: The number of bacteria Streptococcus mutan on dental plaque by toothbrushing after eating was less than the group brushing before eating. However, the results from analysis statistic showed that there is no statistically significant difference between the numbers of bacteria Streptococcus mutan brushing teeth before and after eating.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herialdi Hardan Permana
"Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut memegang peran penting dalam kesehatan tubuh secara umum. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa terjadinya karies gigi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang terkait pengalaman karies gigi pada anak usia 12 tahun. Metode: Penenelitian ini menggunakan data sekunder dengan disain potong lintang, responden penelitian berjumlah 146 anak usia 12 tahun di SDN 01 Cilangkap. Pengalaman karies gigi diukur dengan menggunakan indeks DMFT, dan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel terkait pengalaman karies gigi. Hasil: Prevalensi karies gigi responden dari penelitian ini adalah 71%. Nilai rata-rata DMFT keseluruhan responden 2,27 ± 2,53, rerata frekuensi makan/minum manis adalah 2,34 ± 1,02, tidak menyikat gigi di pagi hari sejumlah 96%, tidak menyikat gigi pada malam hari sebelum tidur 69%, pernah mengunjungi dokter gigi dalam kurun waktu 1 tahun terakhir sejumlah 71%. Kesimpulan: Prevalensi pengalaman karies pada anak usia 12 tahun di SDN 01 Cilangkap masih tinggi. Faktor-faktor yang berasosiasi dengan pengalaman karies adalah kunjungan ke dokter gigi dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.

Background: Oral health plays an important role in general health. Many studies have reported that the occurrence of dental caries is influenced by various factors. Some researches reported that caries associated with some factors. Objective : To analyze the factors associated with dental caries experience among 12-years-old schoolchildren in Cilangkap, Jakarta Timur. Methods: This study used secondary data from a cross-sectional survey of 146 children aged 12 years at SDN 01 Cilangkap. Caries experience was measured using the DMFT index, and a questionnaire was used to measure the related variables. Results: Dental caries prevalence was 71%. Mean DMFT index was 2.27 ± 2.53, mean snacking frequency was 2.34 ± 1.02. Those who did not brush their teeth at night before going to sleep was 69%. Seventy one percent of respondents had a dental visit within a year. Conclusion: Prevalence of caries experience among schoolchildren in Cilangkap was high. Dental visit was the only factor that has association with dental caries."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>