Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dodo Widarda
"ABSTRAK
Studi ini terkait dengan kredo Anarkisme Epistemologis dari PaulFeyerabend. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1 Apapengertian dari Anarkisme Epistemologis Paul Feyerabend sekaligus bagaimanaperbedaannnya dengan bentuk-bentuk anarkisme yang lain. Dalam kerangkadekonstruksi pengetahuan secara lebih luas, apa-apa saja konsep kunci darianarkisme epistemologis Paul Feyerabend? 2 Bagaimana implikasi filosofissekaligus praktis dari gerakan Anti Metode dengan kredo AnarkismeEpistemologis Paul Feyerabend? 3 Bagaimana bentuk-bentuk kritik terhadapAnarkisme Epistemologis Feyerabend dari kelompok yang masihmempertahankan nilai-nilai obyektivitas ilmu pengetahuan?Penulisan tesis ini, memilih bentuk penelitian komparatif; membandingkandua atau lebih filsuf atau aliran. Itu berarti: merupakan visi-visi mengenai hakikatmanusia, dunia dan Tuhan, yang pembahasan ketiganya, merupakan hal yanginheren, di dalam diskursus Filsafat Ilmu Pengetahuan. Tentu dengan beragampenyikapan para filosof menyangkut pembahasan ketiga isu itu. Untuk membahassecara lebih mendalam pemikiran Feyerebend berikut perbandingan lewat kritikdari para filosof lain, maka memerlukan penelitian kepustakaan yang berusahamengungkap makna teks lewat metode hermeneutika secara analitis, sintetis sertakritis sekaligus.Hasil dari penelitian ini menunjukkan 1 Pengertian dari AnarkismeEpistemologis Feyerabend ini adalah wujud dekonstruksi terhadap metodologiilmiah untuk memecahkan kemandegan dari teori klasik yang telah sampai padasituasi krisis yang dalam. Teori Feyerabend ini adalah kritik telak terhadappositivism yang sangat berbeda dengan anarkisme politik serta religius. 2 Konsep-konsep Kunci dari Anarkisme Epistemologis adalah: Kontra Induksi,Ketergantungan Observasi pada Teori, Ketergantungan Teori pada Bahasa,Prinsip Ketidaksepadanan, Apa Saja Boleh. Anarkisme Epistemologis PaulFeyerabend juga ternyata membawa Implikasi Filosofis dan Praktis: DemokrasiIlmiah, Demokrasi Sosial, bahkan sampai Reposisi Peran Ilmuwan terkait risetilmiah serta tanggung jawab sosial mereka. 3 Anarkisme EpistemologisFeyerabend juga, di samping memiliki para para penyokong, tidak luput daripihak-pihak yang memberi kritik dari pihak-pihak yang masih mempertahankanadanya nilai-nilai obyektivitas ilmu pengetahuan seperti yang disampaikan olehFrederick Suppe serta pihak-pihak yang masih mempertahankan adanyarasionalitas sains seperti Imre Lakatos, Stephen Toulmin, serta Dudley Saphere.

ABSTRACT
problems which taken in this research are 1 Definition ofEpistemology Anarchism by Paul Feyerabend and what is differentof the typeswith others anarchism. In the deconstruction framework of knowledge widely,what is the key of the concept from epistemology anarchism by PaulFeyerabend 2 How to implicate and practicethe philosophy from Anti Methodmovement with Epistemology Anarchism Credo 3 What are the types ofcriticism to Epistemology Anarchism by Feyerabend from the group who stillmaintains the values of the science object.In writing thesis, the writer has chosen the comparative research try tocompare two or more the philosopher or ideology. Those mean the vision aboutthe human being essence, world and God, the third working through is thesomething inherent, in discourses of science philosophy. Of course, in the varietyof the philosophers rsquo attitude about the third working through issues. To discuss amuch deeper about Feyerabend rsquo sthinking and the comparative through the criticfrom the philosopher to others, so it needs the literature research to try expressingthe contextual meaning in Hermeneutics method analytically, synthetically andcritically.The result of this research shows 1 the definition from EpistemologyAnarchism rsquo s Feyerabend is the configuration of deconstruction in scientificmethod and even can develop into his concepts about social democracy that rise tosolve the stagnation from the classic theory which had achieved to the criticsituation deeply. Feyerabend lsquo s theory is unequivocally critic to the positivism thatis very different between politic anarchism and religious. 2 The key of conceptfrom Epistemology Anarchism is Contra Induction, The Dependence Of TheObservation to The Theory, The Dependence Of The Theory To The Language,Incommensurability Principle, Anything Goes. Epistemology Anarchism rsquo s PaulFeyerabend brings philosophy implicating and practicing scientific democracy,social democracy or even to reposition of the scientists rsquo role play that concernsthe scientific research and their social responsible. 3 Epistemology Anarchism rsquo sfeyerabend also, besides he has the supporters, not rid of parties who gave criticthat still maintained the values of the science object who had conveyed byFrederick Suppe and the parties who still maintain of being rationality sciencesuchce as ImreLakatos, Stephen Toulmin, and Dudley Saphere."
2006
T49633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheehan, Sean M.
Serpong: Marjin Kiri, 2007
335.83 SHE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rohmah Soekarba
"Dewasa ini kajian Islam mengalami perkembangan yang pesat. Di pelbagai universitas di Barat, banyak yang telah membuka semacam departemen yang secara khusus mengkaji Islam (Islamic Studies). Fenomena ini salah satunya adalah disebabkan maraknya intelektual muslim yang memiliki kemmpuan handal. Di antara mereka adalah Mohammed Arkoun. Mohammed Arkoun yang lahir di Aljazair, sebuah negeri jajahan Perancis, beberapa tahun yang lalu sempat meramaikan wacana intelektual Islam di negeri kita. Ia disebut-sebut sebagai seorang intelektual muslim yang memiliki tradisi yang cukup luas yaitu: Berber, mewakili sinkretisme Islam dan budaya setempat Timur Tengah, kemudian Arab, mewakili tradisi Islam secara umum, dan Barat, dalam hal ini yang sangat dominan mempengaruhinya adalah Perancis.
Keluasan inilah yang menyebabkan pandangan keislaman Arkoun kaya akan nuansa teori. Sebagai seorang intelektual Islam, Arkoun memiliki keperdulian yang tinggi untuk menghidupkan khazanah keilmuan Islam dengan cara membaca (memikirkan) kembali Islam. Ia mengemukakan alasan-alasan mengapa perlu memikirkan kembali Islam, di antaranya adalah Islam pada masa kini yang sudah diwarnai oleh ketertutupan ijtihad. Akibatnya, Islam tidak mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.
Salah satu metode yang digunakan Arkoun dalam memikirkan kembali Islam adalah melalui dekonstruksi wacana Islam. Dekonstruksi adalah sebuah teori yang diperkenalkan Jacques Derrida, seorang filsuf Perancis yang beraliran post strukturalis. Dalam teori ini dikemukakan perlunya pembongkaran atas bangunan wacana ilmu pengetahuan yang telah menjadi mapan untuk mancari hal-hal yang tidak dipikirkan (1'impense) dan tak mungkin dipikirkan (1'impensable). Dalam pandangan teori ini wacana ilmu pengetahuan sudah mengalami pelapisan-pelapisan yang menyebabkan ilmu pengetahuan tersebut menjadi bangunan ortodoksi yang tidak bisa diganggu gugat. Akibatnya, di sana terjadi kemandegan dan dogmatisme ilmu pengetahuan. Sifat ilmu pengetahuan yang dinamis menjadi statis. Untuk membongkar dogmatisme wacana ilmu pengetahuan tersebut perlu dirumuskan sebuah metodologi pembongkaran yang mampu membedah lapisan-lapisan ortodoksi di atas atau dalam perspektif Derrida disebut dengan istilah dekonstruksi.
Mohammed Arkoun memandang bahwa hal yang terjadi diatas juga terjadi dalam Islam. Menurutnya, semenjak proses pembentukan wacana pengetahuan Islam yang dimulai dari Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad hingga sekarang mengalami pelapisan-pelapisan. Pelapisan-pelapisan tersebut adalah dari Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad, dari Muhammad ditransmisikan kepada para sahabat, dan dari para sahabat kepada tabi'in, kemudian dari tabi'in kepada tabi'in hingga sampai kepada kita semua. Dalam proses transmisi wacana pengetahuan ini tidak mustahil terjadi distorsi, penambahan dan pembekuan ajaran. Akhirnya, kita sudah tidak dapat lagi membedakan apakah itu unsur Islam, budaya, atau politik. Baik budaya, politik, agama, dan bahkan ideologi bercampur baur menjadi satu semacam lapisan arkeologis Islam. Melihat kondisi demikian, maka Arkoun mengusulkan untuk memikirkan kembali Islam (rethinking Islam) dengan menggunakan metode dekonstruksi Derrida.
Tetapi di sini terdapat perbedaan antara dekonstruksi Derrida dengan dekonstruksi yang diterapkan Arkoun. Apabila Derrida menggunakan dekonstruksi untuk membongkar wacana pengetahuan dan metafisika sehingga semuanya terbuka dan terbongkar secara bebas sehingga tidak ada lagi pihak yang menentukan (penanda transendental), maka Arkoun menggunakan dekonstruksi untuk membongkar lapisan-lapisan arkeologis Islam dan masih mengakui adanya penanda transendental (Tuhan).
Dengan menggunakan teori dekonstruksi teks ini diharapkan akan terkuak dan terbongkar kerangka Islam. Setelah terlihat kerangka Islam, kita dapat melihat dan membedakan mana yang Islam dan mana yang bukan unsur Islam. Selain itu, dengan dekonstruksi teks kita juga dapat memasukkan hal-hal yang belum dipikirkan dan hal-hal yang tidak mungkin atau dilarang dipikirkan ke dalam Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
M. Amin Abdullah
Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2003
121 MEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Plekhanov. G.V.
Bandung: Ultimas, 2006
335.83 PLE at
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Keinginan untuk hidup secara damai dan harmoni telah menjadi perhatian banyak pihak. Di sisi lain, upaya untuk menyelesaikan kekerasan dan anarkisme pun menemui tantangan yang semakin kompleks. Dengan melihat tantangan tersebut, penulis berpendapat bahwa metode dan kerangka berfikir tasawuf dapat dijadikan jalan keluar masalah ini. Selain itu, tulisan ini menjadikan pendidikan sebagai subjek dalam kajian karena inilah masalah fundamental bangsa kita dan membutuhkan rumusan yang visioner di tengah kondisi, serta situasi manusia Indonesia yang belum unggul. "
330 ASCSM 27 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Kurniawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai konflik kekerasan kolektif
dan anarkisme sosial dengan menganalisis kasus penyerangan Polres Ogan
Komering Ulu (OKU) Baturaja Sumatera Selatan oleh sekelompok oknum
anggota TNI-AD dari Batalyon Arteleri Medan (Yon Armed) 15/76 Tarik
Martapura, yang terjadi pada awal tahun 2013 tepatnya 7 Maret 2013 lalu. Secara
kualitatif penelitian ini akan menggambarkan konflik kekerasan kolektif yang
terjadi dan anarkisme sosial, yang ada dalam masyarakat dengan mengambil
kasus penyerangan Polres OKU Baturaja Sumatera Selatan, oleh sekelompok
oknum anggota TNI-AD dari Bataliyon Armed 15/76 Tarik Martapura. Konflik
yang saling berhadapan satu dengan lainnya yang berdampak dengan kehancuran
itu, disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: (1) komunikasi yang tidak efektif
diantara kedua lembaga negara tersebut, (2) faktor psikologis, adanya jiwa massa,
emosi dan kekerasan kolektif yang dilakukan massa; (3) adanya arogansi oknum
anggota Polri, sikap arogan oknum anggota Yon Armed 15/76 Tarik Martapura
yang tidak menerima penjelasan dari Danyon Armed mengenai penyelesaian
kasus penembakan terhadap Pratu Heru Oktavianus oleh oknum anggota Polres
OKU Baturaja, dan stereotip yang menganggap kelompok satu lain lebih baik
dari kelompok yang lain, yakni anggapan bahwa lepas dari ABRI, Polisi lebih
enak dari TNI, (4) dan faktor pengaruh media massa dalam memberitakan konflik
yang terjadi terhadap masyarakat.
ABSTRACT
This research is aimed collective violence conflicts and social anarchism by to
analyse exploring cases on attacks at Ogan Komering Ulu (OKU) Baturaja,
Sumatera Selatan by a group of Indonesian Army Ground Forces (TNI AD) from
Battalion Arteleri Medan (Yon Armed) 15/76 Tarik Martapura which happened
earlier this year, on March 7th 2013. Qualitatively, this research will examine
the conflicts of collective violences that happened and social anarchism that is
embodied within the Indonesian society. This will be done by using a case on
Polres OKU Baturaja Sumatera Selatan attack by a group of the Indonesian Army
Ground Forces (TNI AD) from Battalion Armed 15/76 Tarik Martapura. Conflicts
that come towards each other, resulting in disintegration, are caused by several
factors. First of all, the ineffective communication strategies between the two state
agencies. Second of all, the psychological factor of the mass, such as emotion and
collective violence. Next, polices arrogance, especially which comes from the
member of Yon Armed 15/76 Tarik Martapura who rejected an explanation from
Danyon Armed. The explanation focuses on the solution of Pratu Heru
Oktavianus's shooting by the member of OKU Baturaja from Danyon Armed; and
in considering one was better than the other. The thought of the polices being
more comfortable than TNI, when seperated from ABRI. Lastly, the influence of
mass media in reporting social violence.
"
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jalaluddin
Jakarta: Rajawali Pres, 2013
121 JAL f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arkhan Doohan
"Perbatasan negara merupakan salah satu objek menarik bagi para peneliti sosial di Indonesia. Sebab perbatasan menjadi daerah khusus yang selalu menjadi fokus perhatian baik secara eksternal (internasional) maupun internal (negara indonesia itu sendiri) karena di dalamnya terdapat banyak dinamika yang terjadi entah itu konflik, identitas, migrasi, ilegal loging, dan sebagainya. Dinamika itu tidak hanya terjadi kepada subjek dari penelitian saja, melainkan juga terjadi oleh para peneliti sosial itu sendiri. Permasalahannya adalah seringkali para peneliti Indonesia yang membahas kajian tentang studi-studi perbatasan Negara baik secara sadar maupun tidak sadar banyak yang terpengaruh oleh cara pandang dari epistemologi Negara, seperti: adanya idealisme bahwa masyarakat hidup harus menetap, perbatasan sebagai wilayah yang paling rawan akan terkikisnya rasa nasionalisme, kehadiran Negara sebagai faktor kunci dalam penyelesaian konflik yang ada di perbatasan, dan lain sebagainya. Kondisi itu yang akan dijelaskan lebih detail pada tulisan ini. Metode yang dilakukan yaitu studi kualitatif dengan menggunakan model anotasi bibliografi dalam studi pustaka. Hasilnya menunjukan bahwa peneliti sosial untuk waktu yang lama banyak mengabdikan diri kepada pemerintah yang berkuasa, akibatnya terdapat bias antara perspektif Negara dengan perspektif Ilmu Sosial. Terutama ketika membahas tentang masyarakat perbatasan di Kalimantan Barat dan Sarawak.

National borders are one of the interesting objects for social researchers in Indonesia. Because the border is a special area that is always the focus of attention both externally (internationally) and internally (the Indonesian state itself) because in it there are many dynamics that occur whether it's conflict, identity, migration, illegal logging, and so on. This dynamic does not only occur to the subject of the research, but also to the social researchers themselves. The problem is that often Indonesian researchers who discuss studies of state border studies, both consciously and unconsciously, are often influenced by the perspective of the state epistemology, such as: the idealism that people live should settle down, the border as an area that is most prone to erosion of sense of belonging. nationalism, the presence of the State as a key factor in resolving conflicts at the border, and so on. This condition will be explained in more detail in this paper. The method used is a qualitative study using a bibliographic annotation model in a literature study. The results show that social researchers for a long time have devoted themselves to the ruling government, as a result there is a bias between the State perspective and the Social Science perspective. Especially when discussing border communities in West Kalimantan and Sarawak.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cassirer, Ernst
Boston: Beacon, 1955
121 CAS p;121 CAS p (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>