Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150407 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roh, Jung Ju
"Dongeng merupakan cara untuk mengamati dan memahami keragaman budaya serta agama. Tesis ini membahas perbandingan tipe Cinderella Korea dan Indonesia, yaitu dongeng Kongjwi Patjwi dari Korea dan Ande-Ande Lumut dari Indonesia dengan tujuan memaparkan kemiripan dan kekhasan kedua dongeng serta menjelaskan kebudayaan masyarakat Korea dan Indonesia melalui kedua dongeng tersebut. Penelitian kualitatif ini menggunakan perspektif struktural, yang dihubungkan dengan teori struktur fungsi dan motif Vladmir Propp. Dengan membandingkan kedua dongeng, ciri khas masing-masing dongeng Korea dan Indonesia dapat ditemukan karena adanya persamaan dan perbedaan kebudayaan kedua negara. Selain itu, tesis ini menemukan simpulan bahwa kedua dongeng dipengaruhi agama serta kepercayaan masyarakat setempat serta pengaruhnya terhadap versi murni dan tambahan dalam cerita. p.p1 margin: 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px; font: 12.0px Helvetica.

Folktale is a way to observe and understand the diversity of culture and religion. This research is about the comparative study on Cinderella Type Kongjwi Patjwi from Korea and Ande Ande Lumut from Indonesia with the aim of describing their similarity and peculiarity, and also to reveal their structural characteristics and motive. This qualitative research uses structural persepective that related to Vladmir Propp structural characteristics theory. The type of Cinderella tales of Korea and Indonesia are confirmed by an important similarity on the level of motive and structural persepective although tipe Cinderella Antti Thompson didn rsquo t have itu. However, the tales of both countries are estimated to be generated against the religioin, culture, and backgrounds.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Triana Lolitasari
"Perkembangan teknologi digital di Korea Selatan secara tidak langsung mempengaruhi kesusastraan mereka. Salah satu contohnya adalah digitalisasi karya sastra, khususnya cerita rakyat. Perubahan media cerita tentunya menyebabkan perubahan isi maupun cara penyampaian. Penelitian ?DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI dan PATJWI: SEBUAH PERBANDINGAN? bertujuan untuk menjelaskan digitalisasi cerita rakyat di Korea yang menyebabkan cerita tidak lagi disampaikan hanya melalui bentuk teks melainkan telah mengalami penambahan efek suara, gerak, dan penyederhanaan cerita dalam bentuk digital. Bentuk digital ini dipublikasikan dan dapat diakses secara bebas. Pemaduan dari berbagai media dalam cerita digital membuat cerita tersajikan dengan lebih baik dan memberikan kesan lebih kepada penonton.

The advancement of digital technology in South Korea indirectly has affected Korean Literature. One of the examples is digitalization of Korean folklore. The digitalization give effects to the folklore itself and creates a new way in storytelling by using digital medias. A research about ?Digitalization Korean Folklore Kongjwi and Patjwi: A Comparison" has a purpose to explain the whole things about the folklore itself. The Digitalization of Korean folklore made the story of it to be no longer only be submitted through a text but has experienced the addition of sound effects, motion, and simplification of the story which is then presented in digital form. This digital form has been published and can be freely accessed by anyone. The proper integration of various medias in the digitalized story makes the story more interactive and gives more impression to the audience.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hyon Ye Jin
"ABSTRAK
Penelitian ini menenmui motif-motif cerita dalam dongeng Bawang Merah Bawang Putih dari Indoensia dan dongeng Kongjui Patjui dari Korea serta membahas kesamaan dan perbedaan motif cerita dari dua negara yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif cerita dongeng Bawang Merah Bawang Putih dan dongeng Kongjui Patjui memiliki motif percintaan, motif makhluk gaib, motif kekejaman ibu tiri, motif iri dan dengki, dan motif pengingkaran. Motif-motif tersebut terlihat pada tokoh, alur, dan tema dalam dongeng.
ABSTRACT
This thesis find out motives in fairytale of Bawang Merah Bawang Putih from Indonesia and Kongjui Patjui from Korea, and discussed about similarities and differences between two different countries. This research used qualitative method. The result showed that the fairytale of Bawang Merah Bawang Putih dan dongeng Kongjui Patjui contain love motive, mystical creatures motive, stepmother motive, jealousy motive, and negation motive in the stories. Those motives are shown in the character, plot, and theme of story."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sori
Djakarta : Pustaka Jaya, 1972
895.7 SIR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dae Jin Yang
"ABSTRAK
Dongeng dapat mengatakan bahwa karya sastra yang kita pertama kali membaca dan mendengar. Negara di mana saja memiliki dongeng yang terkait dengan kehidupannya. Jika, negara memiliki lingkungan dan pengaruh yang mirip, ada kemungkinan dapat dongeng yang mirip. Indonesia ada dongeng yang berjudul ldquo;Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari rdquo;. Kemudian di Korea juga ada satu dongeng berjudul ldquo;Sun Nyu Wa Na Mu Kun Bidadari dan penebang kayu rdquo;. Kedua cerita ini, ada kemiripan dan perbedaan, yaitu tokoh bidadari, alur cerita dan latar tempat, unsur instrinsik. Apakah terjadi hal yang kemiripan dan perdedaan dalam kedua dongeng, bisa mengatakan satu dongeng meniru dongeng yang lain atau dipengaruh? Tulisan ini menjelaskan pengaruh, perbedaan, dan kemiripan. Selain itu, membawa dongeng negara lain yang mempunyai kemiripan dengan kedua dongeng tersebut untuk mencoba cari pengaruh dari luar negeri.

ABSTRACT
Fairytale is the literature that we have never heard or seen before. Various fairytales with cultural features can be found all around the world. If two countries have similar cultural characteristics, it has higher possibility to find similar style of fairytales. There is Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari tale in Indonesia and Sun Nyu Wa Na Mu Kun tale in Korea. Both fairytales have many similarities as well as differences in characters, story development, background, and inner factors. How can fairytale from two different countries show these similarities This study explains literary impacts, similarities, and differences between two countries and explains common literary elements of other countries as well."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marsella Nola Tilaar
"Penelitian ini membahas kalimat majemuk yang terdapat dalam dongeng Hӓnsel und Gretel karya Gebrüder Grimm. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan tinjauan pustaka. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan jenis-jenis kalimat majemuk yang terdapat dalam dongeng Hӓnsel und Gretel yang dikaitkan dengan teori jenis-jenis kalimat majemuk milik Duden (2006) serta membuktikan penggunaan kalimat majemuk dalam dongeng Hӓnsel und Gretel dengan teori Hulit dan Howard (1997) mengenai perkembangan bahasa pada anak usia sekolah dalam rentang usia dari 6 sampai 12 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kalimat majemuk yang ditemukan dalam Hӓnsel und Gretel adalah kalimat majemuk setara dan bertingkat. Kalimat majemuk setara lebih mendominasi dibandingkan dengan kalimat bertingkat. Terdapat 126 kalimat majemuk setara, sedangkan kalimat majemuk bertingkat ditemukan sebanyak 102 kalimat. Berdasarkan teori Hulit dan Howart (1997), anak usia 6 sampai 12 tahun sudah mampu memahami penggunaan kalimat majemuk, yang di dalamnya menggunakan konjungsi yang kompleks.

This study discusses the compound sentences found in the fairy tales, which is called Hӓnsel and Gretel written by Gebrüder Grimm. This study uses both qualitative and quantitative methods with a literature review approach. This purposes of this study is to explain the types of compound sentences found in the Hӓnsel and Gretel fairy tale associated with Duden's (2006) theory of compound sentence types and to prove the use of compound sentences in the Hӓnsel and Gretel fairy tale with Hulit and Howard's (1997) theory of language development in school-age children spanning from 6 to 12 years. The results of this study showed that the types of compound sentences found in Hӓnsel and Gretel are compound-equivalent sentences and compound-complex sentences. Compound-equivalent sentences dominate more than compound-complex sentences. There are 126 compound-equivalent sentences, while 102 compound-complex sentences are found. Based on the theory of Hulit and Howart (1997), children aged 6 to 12 years are able to understand the use of compound sentences, which use complex conjunctions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Korah-Go, Elisabeth
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Han, Sin Bee
"Kepentingan kesehatan bagi manusia menjadi sangat penting. Sehingga perlindungan kesehatan bukan lagi hanya tanggungjawan seorang namun hal ini sudah menjadi kewajiban negara untuk mempromosikan kesehatan masyarakat dengan menyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang peran jaminan kesehatan nasional sebagai pemenuhan kewajiban negara di Korea Selatan dan Indonesia berdasarkan undang-undang dasar dari negara masing-masing. Persamaan dan perbedaan antara Jaminan Kesehatan Nasional di Korea Selatan dan Indonesia dari segi komponen kunci untuk Cakupan Kesehatan Universal (Universal Health Coverage) yaitu, pesertaan, pembayaran iuran dan manfaat jaminan adalah pembahasan dalam penelitian ini.
Penelitian ini adalah penelitian normative yang menggunakan studi dokumen dan undang-undang terkait Natioinal Helath Insurance Act dari Korea selatan dan Undang-undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Antara kesamaan dan perbedaan yang signifikan, kepersertaan Warga Negara Asing dalam jaminan kesehatan nasional di Korea Selatan lebih luas daripada di Indonesia. Hasil penelitian ini merekomendasikan unutk menubah pasal 1 ayat (4) Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 untuk memperluas kepersertaan WNA sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia dan memberikan kepastian hukum kepadanya.

The importance of health to people is increasing. Thus protection of health is no longer duty of individual rather it has become an obligation of state to promote the public health by providing National Health Insurance. This research aims to discuss about role of national health insurance as fulfillment of state obligation in South Korea and Indonesia based on the Constitution of each state. The similarities and differences between National Health Insurance in South Korea and Indonesia in respect to key components of achieving Universal Health Coverage that are membership, contribution payment and insurance benefits are another discussion in this research.
This research is categorized as normative research which uses document study on the National Health Insurance Act, Law No. 40 of 2004 on National Social Insurance System, and other prevailing laws and regulations. Significant similarities and differences are found from the research, among others, broader scope of membership of NHI in regards to eligibility of foreigners compared to JKN. The result of this research concludes that amendment of article 1 paragraph (4) of Presidential Decree No. 12 Year 2013 is necessary for expanding the scope of membership to foreigners and provides more legal certainty.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S65947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth Novita Jayanti
"Jurnal ini bertujuan untuk membahas bagaimana pemertahanan nilai budaya Korea di beberapa negara di dunia. Tetapi pembahasan mengenai topik ini dibatasi hanya pada tiga negara, yaitu Australia, Indonesia, dan Jepang. Pemerintah Korea sibuk mengeksplor dan menunjukkan eksistensi budaya Korea kepada dunia tetapi justru di sisi lain beberapa masyarakat Korea mulai meninggalkan budayanya sendiri karena arus globalisasi yang kuat dan mendominasi. Komponen budaya yang akan ditinjau yaitu dari hal pemertahanan penggunaan bahasa Korea, budaya Suljjari, dan pakaian tradisional Hanbok sebagai beberapa contoh produk kebudayaan.

This journal aims to explain about how the preservation of Korean cultural values in several countries in the world. The explanation of this topic will be limited in three countries only, as Australia, Indonesia, and Japan. The Korean government is so busy to explor and show the Korean culture to the world but on the other side, some of Korean people started to leave their own culture, because globalization is so strong and dominate. Cultural components that will be reviewed from retention of the use of Korean language, Suljjari culture, and Hanbok traditional clothes as some examples of products of culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pettisa Rustadi
"Tugas karya akhir ini akan membahas mengenai fenomena Korean Wave dalam tiga paradigma besar ilmu Hubungan Internasional. Pembahasan tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana fenomena tersebut layak dijadikan kajian ilmiah dengan menggunakan konsep soft power, globalisasi serta identitas sebagai perwakilan dari paradigma yang ada. Hasil yang didapat memperlihatkan bahwa Korean Wave atau yang juga dikenal sebagai Hallyu sebagai instrumen diplomasi memberikan dampak yang beragam terhadap negara asalnya yaitu Korea Selatan. Efek tersebut dapat bersifat positif seperti pada pencitraan negara serta peningkatan ekonomi atau bahkan negatif dengan lahirnya gerakan anti Korean Wave. Di lain pihak fenomena ini juga mampu mengkonstruksi identitas baru sebagai seorang penggemar atau yang biasa disebut dengan fans.

This final assignment will discuss about the phenomenon of Korean Wave from three major paradigms in International Relations. The aim of the discussion is to give an idea of how the phenomenon worth to be studied using the concept of soft power, globalization and identity as a representative of the three paradigms. The result showed that the Korean Wave or Hallyu as diplomatic instrumen of South Korea gave diverse impact to the country. These effects could be positive like nation branding and economic improvement or negative like the birth of Anti-Korean Wave. On the other hand, the phenomenon was also capable of constructing a new identity as a fan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>