Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141864 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Hastawati
"PT. Kereta Api Commuter Jabodetabek PT. KCJ terus mendorong penumpang Kereta Rel Listrik KRL yang masih menggunakan Tiket Harian Berjaminan THB untuk beralih menggunakan Kartu Multitrip KMT yang lebih praktis dan efisien. Namun demikian, pada tahun 2016 sekitar 42 penumpang KRL masih menggunakan THB.Penumpang KRL harus membayar Rp.50.000 harga KMT Rp.20.000 dan saldo KMT Rp.30.000 yang relatif cukup mahal untuk sebagian penumpang. Disisi lain, keberadaan saldo minimun yang harus ada pada KMT sebesar Rp.13.000 diduga menjadi kendala penumpang untuk menggunakan KMT dan tetap menggunakan THB.
Penelitian ini bertujuan menguji kebijakan yang dapat mendorong penumpang KRL yang masih menggunakan THB untuk beralih ke KMT. Dua kebijakan kebijakan menggratiskan KMT yang harga kartunya Rp.20.000 dan berisi saldo Rp.30.000 dan memberikan diskon sebesar 80 dari harga KMT yang harga kartunya Rp.20.000 dan berisi saldo Rp.30.000 telah diuji menggunakan percobaan ekonomi ekonomi kepada 100 responden di Stasiun Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan menggratiskan KMT dan diskon 80 dari harga KMT akan mendorong penumpang KRL menggunakan KMT. Namun demikian, kebijakan menggratiskan KMT akan membuat penumpang KRL tidak menghargai KMT.

PT. Jabodetabek Commuter Line continues to push passengers of Jabodetabek train KRL passengers who still use Guaranteed Daily Tickets or Tiket Harian Berjaminan THB to switch to Multitrip Card KMT which is more practical and efficient. However, in 2016, there are still 42 of KRL passengers who use THB. It is hypothezied that to obtain KMT, passengers must purchase it at a relatively expensive price, which is IDR 50.000 KMT price is IDR 20.000, whereas the balance of the card is IDR 30 000 . In addition, the provision of settling minimum balance in the KMT of IDR 13.000, is also another factor that make passengers become reluctant to use KMT and retain using THB.
This study aims to test the policies that can encourage KRL passengers who are still using THB, to switch to KMT. Two policies i.e giving KMT for free KMT price is IDR 20.000, whereas the balance of the card is IDR 30.000 and discounting KMT price by 80 KMT price is IDR 20.000, whereas the balance of the card is IDR 30.000 have been tested using experimental economic of 100 KRL passengers at Bogor Station. This research shows that the policy of discounting KMT prices by 80 and giving the KMT card for free will encourage the KRL passengers to use KMT, effectively. However, giving KMT card for free will make passengers disrespect the KMT.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T49594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Katrin
"Kedatangan penumpang pada loket THB dan GTO memiliki jumlah yang tidak terprediksi dan fluktuatif yang menyebabkan antrian penumpang di fasilitas penjualan tiket dan mengganggu sirkulasi penumpang untuk memasuki stasiun. Antrian penumpang yang sangat panjang menunjukkan bahwa kondisi yang ada telah melebihi kapasitas yang dapat ditampung. KAI menargetkan pada tahun 2019 jumlah penumpang KRL dari seluruh Jabodetabek sebanyak 1,2 juta, yaitu lebih dari 100% dibanding jumlah sekarang yaitu 413.000. Oleh sebab itu dibutuhkan solusi untuk memperbaiki kondisi eksisting guna mensukseskan target KAI ditahun 2019.
Skema solusi untuk penelitian ini terdiri dari 3 skema. Skema pertama menggunakan teori antrian untuk mengidentifikasi kinerja fasilitas antrian . Skema kedua adalah dengan memodifikasi area antri loket THB. Skema ketiga adalah menambah fasilitas untuk memasuki Stasiun Bogor dengan cara mewawancara penumpang untuk mendapatkan area asal penumpang untuk masuk ke Stasiun Kereta Api Bogor .
Hasil dari penelitian terdiri dari 3 solusi. Solusi pertama adalah melakukan modifikasi area antri. Solusi kedua adalah menambah jumlah loket tiket THB. Solusi ketiga adalah menambahkan lokasi pintu masuk tambahan pada area park and ride.

The arrival of passengers at tap fare gates and ticket selling facilities has an unpredictable and fluctuated numbers which causing a long passengers queue at ticket selling facilities everyday and make an uncomfortable passengers circulation to entrance the station. A long passengers queue indicating that the existing condition has exceed the allowing capacity. KAI want to increase KRL passengers from 413.000 each day to 1,2 million, more than 100% from existing condition, solution to fix the existing condition area important to reach KAI target in 2019.
The study consist of 3 solution scheme. First scheme is using queueing theory to identify performances of queueing facilities. Second scheme is to modificate the queueing area of ticket selling facilities. Third scheme is to adding an extra entrance facilitites by interviewing the passengers to obtain origin access and opinion from passengers to enter Bogor Train Station.
The results consist 3 difference solutions. First solution is to modified the queueing line by increasing the queueing area and modificate the queue circulation to rise the queueing area capacity. Second solution is to adding extra queueing facilities to minimize the length and waiting time of the queue. Third solution is adding an extra entrance gate location at park and ride area, base on the group of passenger?s origin area, to reduce cumulation of queueing passengers at existing entrance which providing simplicity for passengers to reach the station.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Muhammad Alfatih
"ABSTRAK
Adanya fasilitas Park and Ride (P&R) di stasiun-stasiun KRL kota satelit DKI Jakarta membuat adanya potensi penggunaan kembali kendaraan pribadi di kota satelit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi penggunaan kembali kendaraan pribadi di Stasiun Bogor, Stasiun Bekasi, dan Stasiun Tangerang akibat adanya P&R di stasiun-stasiun tersebut dan mengetahui apakah perlu dilakukan studi Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin). Analisis dilakukan menggunakan model logit yang dibangun dengan hasil survei Stated Preference terhadap pengguna KRL yang memiliki kendaran pribadi. Berdasarkan hasil uji korelasi, diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap pilihan penggunaan P&R adalah selisih waktu, selisih biaya, dan fasilitas tambahan. Fungsi utilitas didapatkan melalui berbagai uji statistik dan model logit yang dibangun terdiri dari P&R mobil dan P&R motor. Uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa model pada P&R motor Stasiun Bogor dan Stasiun Tangerang dapat digabung. Uji validasi menunjukkan sebagian model sesuai kondisi faktual, kemudian uji sensitifitas menunjukkan besaran penghematan waktu merupakan parameter yang paling sensitif bagi pengguna P&R. Penggunaan model untuk mengetahui potensi besaran penggunaan kembali kendaraan pribadi di stasiun-stasiun tersebut pada tahun 2019. Studi Andalalin perlu dilakukan pada lalu lintas sekitar stasiun dikarenakan adanya potensi penggunaan kembali kendaraan pribadi sebesar lebih dari 500 kendaraan per hari pada stasiun-stasiun tersebut.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egi Gilang Guntoro
"Perubahan iklim saat ini, akibat emisi gas rumah kaca, memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan manusia. Konsep bangunan hijau menjadi salah satu solusi terbaik untuk mengatasi hal tersebut. Di Indonesia, terdapat sistem penilaian dan sertifikasi bangunan hijau, antara lain Greenship Rating System dan Sistem Penilaian BGH PUPR. Namun, belum ada kajian khusus yang membahas sistem penilaian bangunan hijau kriteria pengelolaan tapak pada bangunan transportasi publik, terutama stasiun kereta. Bangunan Hijau berdampak tidak hanya dalam menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, tetapi juga dalam aspek ekonomi dan sosial. Kriteria pengelolaan tapak penting, terutama di wilayah padat penduduk, untuk memastikan performa optimal bangunan terhadap kawasan. Penulisan ini memiliki tujuan untuk memperoleh pemahaman serta membandingkan dua sistem penilaian bangunan hijau kriteria pengelolaan tapak pada sebuah bangunan transportasi publik. Penulisan ini menilai Stasiun Bogor menggunakan metode penilaian bangunan hijau berdasarkan indikator pengelolaan tapak dari Greenship dan BGH PUPR. Hasilnya menunjukkan bahwa stasiun Bogor menghadapi kesulitan dalam memenuhi sistem penilaian pengelolaan tapak BGH PUPR, dan terdapat kesamaan dan perbedaan antara kedua sistem tersebut pada aspek tujuan, fokus, indikator dan skor penilaian. Diperlukan peningkatan pengelolaan tapak pada stasiun kereta dan sistem penilaian khusus untuk bangunan transportasi publik, seperti stasiun kereta.

The current climate change, due to greenhouse gas emissions, has a significant impact on the environment and people. The concept of green building is one of the best solutions to address these issues. In Indonesia, there are green building assessment and certification systems, such as Greenship Rating System and BGH PUPR Rating System. However, there has been a lack of specific research focusing on the green building assessment for site management criteria in public transportation buildings, especially railway stations. Green Building has an impact not only in creating environmentally friendly buildings, but also in economic and social aspects. Site management criteria are important, especially in densely populated areas, to ensure optimal performance of buildings against the surrounding area. The study aims to gain an understanding and compare two green building assessment systems, site management criteria in a public transportation building. The study assesses Bogor Station using a green building assessment method based on site management indicators from Greenship and BGH PUPR. The results indicate that Bogor station faces difficulties in meeting the BGH PUPR site management assessment system, and there are similarities and differences between the two systems in aspects of objectives, focus, indicators and assessment scores. Improved site management at train stations and special rating systems for public transport buildings, such as train stations, are needed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Nuryadin
"Tesis berikut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi uang elektronik Jakcard sebagai alat pembayaran, dengan studi kasus sistem pembayaran tiket Transjakarta. Dalam penelitian ini menggunakan Theory Acceptance Model (TAM), dengan menambahkan konsep facilitating condition dan attractiveness of alternative. Pengumpulan data dilakukan terhadap pengguna uang elektronik Jakcard di empat lokasi halte Transjakarta yaitu halte Harmoni, Kalideres, Blok M dan Pusat Grosir Cililitan. Untuk pengujian hipotesis digunakan Structured Equation Modeling (SEM) untuk mengevaluasi pengaruh hipotesis penelitian. Hasil dari penelitian berikut diperoleh bahwa minat untuk menggunakan (intention to use) kartu Jakcard dipengaruhi oleh sikap (attitude), pilihan alternatif (attractiveness of alternative), dan kondisi fasilitas (facilitating condition).

This thesis investigated factors that influence Jakcard electronic money adoption as payment tools, with a case study Transjakarta ticketing payment system. This study employed the Technology Acceptance Model (TAM), adding the concept of facilitating condition and attractiveness of alternative. Data collected on electronic money Jakcard holders at four Tranjakarta bus stop: Harmoni, Kalideres, and Cililitan wholesale market. The hypothesis test employed Structured Equation Modeling (SEM) in term of evaluating the effect of the hyphotesis research. The result found that the intention to use Jakcard influenced by attitude, attractiveness of alternative and facilitating condition."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Kartana Putra
"ABSTRAK
Ruang tidak hanya dinyatakan dalam interaksi, melainkan apa yang menyebabkan bereaksi dalam mengartikan kehadiran. Kehadiran tersebut memicu adanya konsekuensi dan seleksi kualitas dari cara meruangnya, sehingga terdapat kualitas yang ditahan dan diungkap. Kualitas kehadiran mengalami pengalihan nilai dikarenakan adanya ekspektasi terhadap kondisi ideal dari penumpukan aktivitas yang menyebabkan terjadinya keformalan ruang pada konteks Stasiun Bogor.
Pengidentifikasian keaslian ruang diterjemahkan dari pemaknaan berbagai pergerakan yang dipengaruhi oleh siklus alam yang diketahui memuat motivasi. Pemaknaan ini akan diketahui cara kerja bidang dalam menanggapi rangsangan dan respon yang spesifik. Hal ini akan berdampak pada terungkapnya keaslian event, elemen, dan pergerakan akan mengaktifkan pemilihan kualitas dengan memberi perhatian pada jarak dan jangkauan, sehingga berpengaruh pada kecepatan dan seberapa besar kapasitas ruang. Sympathetic menunjuk pada kualitas komposisi tiap komponen dengan cara kerja spesifik dan memiliki kontrol yang dapat dijelaskan secara fungsi dengan melibatkan limit dan keberadaannya tergantung dari pemaknaan sifat awalnya.
Pembacaan kualitas pergerakan dengan memproyeksikan kualitas garis, sehingga didapatkan bidang sebagai pemicu, pengontrol rangsangan, dan pengendali respon. Mekanisme pengungkapan sympathetic mengirim kehadiran pada aktivasi ikatan yang melibatkan seluruh proses cara meruang, memuat besaran pengaruh, dan adanya ikatan antar komponen. Sympathetic membaca kehadiran di luar kewajarannya, sehingga nilai yang dibawa sifat alam dimaknai pada kualitas bidang yang terungkap. Pada dasarnya, sympathetic tidak menghilangkan sifat bawaan, pergerakan diketahui sebagaimana mestinya hanya saja gejala di sekitar akan membawanya pada kehadiran yang lebih bervariasi.

ABSTRACT
Space is not only expressed by interaction, otherwise how it can created reaction to make definition of presence. The consequences of presence trigger quality and selection from space experienced, so create quality that retained and disclosed. The value from quality of presence was diverted, it caused by much expectation of the ideal conditions, ideal condition created by overlapping activity so caused the formality of space, in this case happened in Bogor Train Station.
Identifying the authenticity of space translated from variation of movements, that are influenced by natural cycles, it contain different motivation each other. This concept applied to know how surface can work which effect on stimulation and responses. Disclosure of the authenticity of the event, the elements, and the movement will activate the selection of quality by paying attention to the distance and range, so the effect on speed and how much space capacity can be defined. Sympathetic refers to the quality of the composition of each component with a specific way of working and has a control function that can be explained by involving the limit and its existence depends on the nature of the initial interpretation.
Reading of the quality of movement by projecting of the line quality, to obtain the quality of surface as a trigger, as a stimulation control, and response control. The mechanism of sympathetic revealed by activated from relation of presences value that involved the whole process of how we know space experience held, contain value of influence, and the interaction between components. Reading of the meaning of sympathetic to know presence on outside the reasonableness of presence, so the value carried by nature that can influenced quality of surfaces revealed. Basically, sympathetic didn’t eliminate traits, the movements are were revealed that should be surrounding space become more varied defining presence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T38604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chelsea Putri
"Perkembangan teknologi informasi berbasis internet semakin mempermudah aktivitas jual beli, salah satunya dapat kita lihat melalui fenomena pertumbuhan transaksi tiket digital bioskop. Dengan mengadopsi model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) sebagai kerangka teori, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, dan trust terhadap behavioral intention penggunaan platform e-ticketing bioskop, khususnya pada platform M- Tix/CGV CINEMAS. Penelitian ini dilaksanakan secara kuantitatif. Sebanyak total 243 data berhasil dikumpulkan dari pengguna platform e-ticketing M-Tix/CGV CINEMAS dengan rentang usia 17-35 tahun yang berdomisili di Pulau Jawa. Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan metode Partial Least Square- Structural Equation Modeling (PLS-SEM) melalui software SmartPLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa performance expectancy dan social influence berpengaruh positif secara signifikan terhadap behavioral intention. Kemudian, ditemukan bahwa effort expectancy, facilitating conditions, dan trust tidak berpengaruh secara signifikan terhadap behavioral intention.

The development of internet-based information technology has made buying and selling activities easier, one of which can be seen through the phenomenon of the growth of digital cinema ticket transactions. By adopting the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) model as a theoretical framework, this study aims to determine the effect of performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, and trust on behavioral intention, especially M-Tix/CGV CINEMAS platform. This research was conducted quantitatively. A total of 243 data were collected from users of M- Tix/CGV CINEMAS e-ticketing platform with an age range of 17-35 years who live in Java. Then the data was analyzed using the Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method through SmartPLS software. The results of this study indicate that performance expectancy and social influence have a significant positive effect on behavioral intention. Then, it was found that effort expectancy, facilitating conditions, and trust did not significantly influence behavioral intention.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Liani
"Ruang publik yang disediakan dalam kota diharapkan dapat menunjang kebutuhan masyarakat dalam kehidupan berkota. Namun pada kenyataannya banyak ruang publik kota yang dikategorikan gendered sebagai ruang maskulin. Ketidakseimbangan antara ruang maskulin dan ruang feminin ini mempengaruhi keterlibatan perempuan dalam mengakses ruang publik kota. Teori Performance Dimensions oleh Kevin Lynch dari bukunya yang berjudul ‘A Theory of Good City Form’ menjelaskan bagaimana aspek fit, akses dan kontrol menjadi kriteria penting untuk membangun kualitas ruang kota yang baik. Di Indonesia, budaya patriarki yang berkembang mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam melihat gender, sehingga ekspresi diri gender di ruang publik pun terbatas. Padahal ruang publik seharusnya dapat menunjang kebutuhan dasar semua gender seperti interaksi, informasi, dan transportasi dengan baik. Kualitas ruang yang baik seperti keamanan, kenyamanan, dan kesenangan juga menjadi aspek penting yang perlu ditawarkan oleh ruang publik dalam kota. Makalah ini akan membahas performa ruang publik dalam memenuhi kebutuhan gender dan bagaimana kota tersebut memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya.

Public facilities within the city area are expected to meet the needs of citizens in daily urban life. However, many public facilities are considered gendered as masculine space. This spatial imbalance between masculine space and feminine space affects women's involvement in the use of public facilities inside the city. Kevin Lynch's "Performance Dimensions theory in ‘A Theory of Good City Form’ explains how Fit, Access and Control become critical for achieving good spatial qualities inside the city. In Indonesia, patriarchal culture that develops inside the society influences the impression on the way we see gender, which can limit their presence in public spaces. However, public spaces should be accessible by all genders to meet their basic needs such as interaction, information, and commuting inside the city. Spatial qualities such as safety, comfort, and pleasure also need to be provided in public spaces within the city. This paper will look at the performativity of public spaces to fulfill gender’s needs and how the city provides their basic needs as part of its community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almitra Indira
"Kewajiban bagi suatu usaha untuk memiliki izin lingkungan memang baru ada setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Namun ternyata, terhadap usaha yang telah ada sebelum tahun 2009 juga tidak terlepas dari kewajiban tersebut. Skripsi ini kemudian membahas perihal penerapan izin lingkungan terhadap usaha yang ada sebelum tahun 2009 dengan mengambil kasus pada kelompok peternakan sapi di Kelurahan Kebon Pedes dan Kelurahan Batu Tulis, Kota Bogor. Penelitian dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder, diantaranya peraturan perundang-undangan, buku, serta didukung dengan data primer berupa wawancara dengan narasumber.
Hasil penelitian kemudian menyimpulkan bahwa terhadap usaha peternakan sapi di Kelurahan Kebon Pedes dan Kelurahan Batu Tulis yang telah ada sebelum tahun 2009 belum memenuhi perizinan lingkungan sekalipun telah ada peraturan yang memfasilitasinya. Dengan demikian perlu dilaksanakan penerapan izin lingkungan yang mengakomodir usaha yang ada sebelum tahun 2009 secara efektif oleh Pemerintah dan pihak peternak itu sendiri.

The duty to hold the environmental license for some business activities only existed after Law Number 32 of 2009 is stipulated. However, the same rule was also applied for some business activities that even have already established before 2009. This thesis later tries to describe the implementation of enviromental license for the business activities that have already existed before 2009 with case study on the group of cattle breeding in Kebon Pedes Village and Batu Tulis Village, Bogor. This normative legal research was done by using not only secondary data such as legislation and library literatures but also primary data such as interview with various related parties.
From this research, it can be concluded that for the group of cattle breeding in Kebon Pedes Village and Batu Tulis Village that have already established before 2009 haven 39 t fulfilled the duty yet to hold the enviromental license even if there is already official regulation nowadays. Therefore, the implementation of enviromental license which properly accomodates the business activities that have already existed before 2009 is essentially to be done by either government party or the stock farmer itself."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S66170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christoforus Agveriandika
"Penelitian ini menjelaskan bagaimana satuan perangkat kerja daerah SKPD Pemerintah Kota Bogor berkoordinasi secara internal terkait proses perumusan kebijakan lalu-lintas Sistem Satu Arah SSA di Kota Bogor yang mencakup kawasan jalan sekitar Istana Bogor. Untuk menjelaskan hal tersebut, penelitian kualitatif ini menggunakan teori pilihan rasional, rasionalitas yang terkungkung, serta inkremental, yang dapat menggambarkan proses pembuatan kebijakan. Penelitian ini menemukan bahwa kebijakan SSA merupakan bagian dari paket kebijakan Bogor Transportation Program B-TOP yang bertujuan untuk meningkatkan kelancaran arus lalu-lintas di Istana Bogor, serta menjadi momentum bagi munculnya kebijakan transportasi lainnya dalam rangka usaha Pemkot Bogor untuk meningkatkan potensi penerimaan asli daerah PAD dari sektor pariwisata. Namun, kebijakan SSA disusun dengan data dan waktu yang terbatas. Sehingga di dalam proses pembuatan kebijakannya, tidak ada kebijakan alternatif yang disusun, serta adanya pihak yang tidak dilibatkan dalam perumusan teknis dalam kebijakan SSA turut membuat kebijakan ini tidak maksimal. Hal ini pun terlihat ketika terjadi kemacetan di sekeliling Istana Bogor selama tiga hari pertama uji coba kebijakan SSA yang dimulai pada 1 April 2016, sehingga SKPD terkait harus kembali melakukan koordinasi teknis secara detil yang notabene dapat dilakukan jauh pada saat kebijakan SSA sedang dirumuskan.

This thesis explains how the regional work unit SKPD of Bogor City Government coordinates internally related to the process of formulation of One Way Traffic Policy SSA in Bogor City, which covers the road area surrounding Bogor Presidential Palace. This qualitative researach applies the theory of rational choice, bounded rationality, and incremental, that leads to the policy making process. This research finds that SSA policy is a part of policy package called Bogor Transportation Program B TOP that aimed to improving the traffic flow surround Bogor Presidential Palace, as well as become the momentum for other transportation policies in order to increase the potential income for regional government PAD from the tourism. However, SSA policy formulated with limited data and time. Thus, in the process of policy making, no alternative policy is formulated, and work units who are not involved in the technical formulation in SSA policy also make this policy rsquo s outcome seems unsatisfied. The evidence show when there is congestion around the Bogor Presidential Palace during the first three days of SSA policy trial that begins on April 1st, 2016, causing the related SKPD must re do technical coordination in detail which in fact could be done far away when the SSA policy is being formulated. Keywords Bogor City, One Way traffic policy, traffic management, public policy formulation, rational choice, bounded rationality, incremental policy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>