Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182053 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nafi`ah
"ABSTRAK
Salah satu penanganan yang digunakan untuk penurunan berat badan adalah melalui proses pencokelatan jaringan adiposa putih menjadi beige adipose tissue yang diperankan oleh latihan fisik dengan menyekresikan miokin FGF21. Penelitian ini bertujuan untuk menilai respons akut dan kronik FGF21 akibat latihan fisik menggunakan intensitas tinggi durasi singkat intermitten dan intensitas sedang durasi panjang kontinu pada tikus obes yang diinduksi diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan 24 tikus Sprague Dawley jantan usia 18-20 minggu yang dibagi menjadi 6 kelompok n=4 . Latihan fisik dilakukan menggunakan tredmill selama 8 minggu dengan frekuensi 5 kali perminggu, tikus diberikan diet tinggi lemak 19,09 selama penelitian berlangsung. Pengukuran kadar FGF21 menggunakan metode ELISA. Uji statistik menggunakan Two Way Anova. Latihan fisik menggunakan intensitas tinggi durasi singkat intermitten lebih baik digunakan untuk meningkatkan kadar FGF21 serum pada kondisi akut maupun kronik pada otot skelet dan adiposa putih sehingga bermanfaat untuk penanganan obesitas.

ABSTRACT
One of the treatments used for weight loss is through the process of browning WAT into beige adipose tissue which is played by physical exercise through secreting FGF21 myokin. This study aims to assess the acute and chronic responses of FGF21 due to physical exercise using high intensity short duration intermittent and moderate long duration continuous in obese rats high fat diet induced. This study used 24 male Sprague Dawley aged 18 20 weeks divided into 6 groups n 4 . Physical exercise was performed using tredmill for 8 weeks with frequency of 5 times a week given a diet high in fat 19.09 during experimental. Measurement of FGF21 content using ELISA method. Statistical tests using Two Way Anova. Physical Exercise using high intensity short duration intermittent effective to increase serum FGF21 levels in acute conditions and FGF21 levels of skeletal muscle and adipose white tissue in chronic conditions both in standard diet and high fat diet has beneficial effect in lowered obesity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T58747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rabia
"ABSTRAK
Akumulasi lipid berlebihan dapat menyebabkan disfungsi jaringan adiposa putih yang selanjutnya mengakibatkan timbulnya kondisi inflamasi derajat ringan. Latihan fisik merupakan pendekatan untuk menginduksi proses beiging pada adiposa putih, yang dapat dimediasi melalui irisin, sehingga dapat mencegah disfungsi jaringan adiposa putih. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh akut dan kronik antara latihan fisik intensitas tinggi intermiten dan latihan fisik intensitas sedang kontinyu terhadap perubahan kadar irisin serum, adiposa, dan otot rangka pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental in vivo pada 24 ekor tikus Sprague-Dawley Jantan, yang diacak ke dalam 6 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol normal KN , 2 kelompok normal yang diberi latihan fisik formula 1 NF1 , 3 kelompok normal yang diberi latihan fisik formula 2 NF2 , 4 kelompok kontrol diet tinggi lemak KD , 5 kelompok diet tinggi lemak yang diberi latihan fisik formula 1 DF1 , dan 6 kelompok diet tinggi lemak yang diberi latihan fisik formula 2 DF2 . Latihan fisik intensitas tinggi intermiten akut lebih efektif dalam meningkatkan kadar irisin serum. Ditinjau dari pengaruh kronik, kedua formula latihan fisik tidak meningkatkan kadar irisin darah dan kadar irisin otot rangka, akan tetapi latihan fisik intensitas tinggi intermiten efektif dalam meningkatkan kadar irisin adiposa pada tikus diet tinggi lemak.

ABSTRACT
Excessive lipid accumulation may cause dysfunction of white adipose tissue, which resulted in low grade inflammation. Physical exercise is an approach to induce beiging process in white adipose tissue, mediated by irisin, thus may prevent adipose tissue dysfunction. This study was aimed to compare the acute and chronic effects of high intensity intermittent and moderate intensity continuous exercise to serum, adipose, and skeletal muscle irisin levels in high fat diet fed rats. This study design was in vivo experimental using 24 male Sprague Dawley rats, randomly assigned to 6 groups 1 normal control group NC , 2 group fed with normal diet and exercise formula 1 NF1 , 3 group fed with normal diet and exercise formula 2 NF2 , 4 high fat diet control group HC , 5 group fed with high fat diet and exercise formula 1 HF1 , and 6 group fed with high fat diet and exercise formula 2 HF2 . High intensity intermittent exercise may acutely elevate serum irisin level. Both physical exercise formula could not increase serum irisin and skeletal muscle irisin levels chronically, however high intensity intermittent exercise effectively induced an increase of adipose irisin level in high fat diet fed rats."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raesha Dwina Malika
"ABSTRAK
Kaptopril diketahui memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan sensitivitas insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kaptopril pada tikus diabetes yang diinduksi diet tinggi lemak dan streptozotocin dosis rendah. Penelitian ini menggunakan 42 ekor tikus Sprague-Dawley jantan yang dikelompokkan menjadi enam kelompok (n = 7). Satu kelompok normal tidak diobati dan lima kelompok (negatif, positif, dan tiga kelompok variasi dosis kaptopril) diinduksi dengan diet tinggi lemak dan streptozotocin dosis rendah. Kelompok negatif diberi CMC 0,5%, kelompok positif diberi dosis Metformin 90 mg / 200g / hari secara oral, dan tiga kelompok kaptopril dosis bervariasi 25 mg / kg BB / hari tikus / hari secara oral; 50 mg / kg berat badan tikus / hari secara oral; 100 mg / kg BB secara oral. Tikus diinduksi dengan diet tinggi lemak (diet standar: kuning telur puyuh: mentega: sirup jagung fruktosa tinggi, 50%: 30%: 10%: 10%) selama 28 hari, dan kemudian disuntik dengan streptozotocin dosis rendah ( 30 mg / kg BB ip), kemudian dievaluasi pada hari ke 35, dilanjutkan dengan pemberian oral bahan uji dan standar selama 14 hari, dan dievaluasi setiap 7 hari. Semua dosis kaptopril menurunkan kadar glukosa secara signifikan (p <0,05). Kekuatan kaptopril mirip dengan metformin untuk menurunkan kadar glukosa, kaptopril dan metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah kembali normal. Berdasarkan hasil tersebut, kaptopril memiliki efek potensial sebagai agen anti hiperglikemik.
ABSTRACT
Captopril is known to have the effect of lowering blood glucose levels by increasing insulin sensitivity. This study aims to determine the effect of captopril on diabetic rats induced by a diet high in fat and low dose of streptozotocin. This study used 42 male Sprague-Dawley rats which were divided into six groups (n = 7). One untreated normal group and five groups (negative, positive, and three groups of captopril dose variation) were induced with a high-fat diet and low-dose streptozotocin. The negative group was given 0.5% CMC, the positive group was given a dose of Metformin 90 mg / 200g / day orally, and the three groups of captopril had varied doses of 25 mg / kg BW / day rats / day orally; 50 mg / kg body weight of rats / day orally; 100 mg / kg BW orally. Rats were induced on a high-fat diet (standard diet: quail egg yolk: butter: high fructose corn syrup, 50%: 30%: 10%: 10%) for 28 days, and then injected with a low dose of streptozotocin (30 mg / kg BW ip), then evaluated on day 35, followed by oral administration of the test material and standard for 14 days, and evaluated every 7 days. All captopril doses decreased glucose levels significantly (p <0.05). Captopril strength is similar to metformin to lower glucose levels, captopril and metformin can lower blood glucose levels back to normal. Based on these results, captopril has a potential effect as an anti-hyperglycemic agent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Diah Noviati
"Obesitas menyebabkan resistensi FGF21 yang berperan dalam proses pencokelatan dan termogenesis. Resistensi FGF21 disebabkan karena penurunan ekspresi reseptor, sehingga berkurangnya ikatan antara FGF21 dan reseptornya di jaringan adiposa. Penurunan ekspresi reseptor tersebut dipengaruhi oleh miR-34a yang meningkat pada kondisi obesitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa miR-34a dapat menghambat persinyalan FGF21 yang berperan pada proses pencokelatan. Pendekatan terapetik berbasis FGF21 telah banyak diteliti namun potensi ekstrak Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa)terhadap miR-34a belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak H. sabdariffa terhadap ekspresi miR-34a dan FGF21 di jaringan adiposa putih. Penelitian eksperimen ini menggunakan dua puluh empat tikus jantan (Rattus norvegicus L) jantan galur Sprague-Dawley usia 6-10 minggu yang diinduksi diet tinggi lemak (19,09% lemak, 24,00% protein). Tikus dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu kelompok kontrol normal (N), kelompok kontrol obese (Ob), kelompok perlakuan dosis 200 mg/kgBB/hari (Ob-hib200), dan kelompok perlakuan dosis 400 mg/kgBB/hari (Ob-hib4000). H. sabdariffa diberikan setiap hari selama 5 minggu. Pemeriksaan ekspresi miR-34a menggunakan qRT-real time PCR dan protein FGF21 dari jaringan adiposa putih menggunakan uji ELISA. Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan ekspresi miR-34a lebih rendah pada kelompok tikus obese yang diberikan ekstrak dosis 400 mg/kgBB/hari (p < 0,001) sehingga kadarnya tidak berbeda bermakna dengan keadaan normal (p>0,05). Di samping itu,  kadar FGF21 pada tikus obese yang diberikan ekstrak H. sabdariffa dosis 400 mg/kgBB/hari (p < 0,001) lebih tinggi bahkan berbeda bermakna dibandingkan keadaan normal (p < 0,001). Dengan demikian, ekstrak H. sabdariffa berpengaruh terhadap penurunan ekspresi miR-34a diikuti dengan peningkatan kadar FGF21 jaringan adiposa putih yang berpotensi memperbaiki resistensi FGF21.

Obesity increase  FGF21 in circulation and caused the FGF21 resistance. This resistant lead to decrease expressions of FGF21 receptor in white adipose tissue of obese rats. The downregulation its receptor and co-receptor is altered by miR-34a which elevate in obesity. Several studies show miR-34a can inhibit signal cascade of beiging process. The therapeutic approach using FGF21 has been approved to improve obesity but the potential natural extracts of  Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa) has an effect to miR-34a and FGF21 remains unclear. This study aimed to determine alteration of miR-34a expressions of white adipose tissue and FGF21 of obese rats given to H. sabdariffa extracts. In vivo experimental study using twenty-four males of Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L), age 6-10 weeks. Rats is administered high fat diet (19,09% lemak, 24,00% protein) to induce obesity. Rats divided by four groups as follows : normal control group (N), obese control group (Ob), obese group is given 200 mg/kgWB/day extracts (Ob-hib200), and obese group is given 400 mg/kgWB/day extracts (Ob-hib4000). H. sabdariffa extracts is given daily for five weeks. Quantification of miR-34a expressions using qRT-real time PCR and  FGF21 levels of white adipose using ELISA assay. Statistical analysis using ANOVA showed  miR-34a expressions of white adipose tissue decrease in obese group is given 400 mg/kgWB/day extracts (p < 0,001) but not significantly differ from normal control group (p>0,05). In addition, FGF21 levels in white adipose tissue of obese rats given H. sabdariffa 400 mg/kgWB/day extracts (p < 0,001) increase differ from normal control group (p < 0,001). In brief,  H. sabdariffa extracts can alter the decrease of miR-34a expressions and increasing FGF21  levels in white adipose tissue of obese rats that has potential improve FGF21 resistance."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roizen, Michael F
New York: Free Press, 2006
613.2 ROI y
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Satria Sumali
"ABSTRAK
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan parameter seorang anak kurus, normal, gemuk ataupun obese. Kegiatan anak mempengaruhi kadar lemak tubuh karena konsumsi karbohidrat yang berlebihan tanpa disertai aktivitas yang seimbang menyebabkan penumpukan lemak sebaliknya bila energi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan maka lemak akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang mengakibatkan berkurangnya kadar lemak tubuh. Demikian juga dengan distribusi tekanan plantar karena anak obese dengan aktivitas rendah, tekanan plantar lebih tinggi dibandingkan anak obese dengan aktifitas tinggi sehingga aktifitas subyek penelitian harus dihomogenisasi untuk memperoleh hasil yang akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMT (kurus, normal, gemuk dan obese) dengan lemak tubuh dan distribusi tekanan plantar saat berdiri dan berjalan pada anak usia 8-10 tahun. Metode : desain penelitian adalah observasional cross sectional / potong lintang dengan jumlah 33 anak sebagai subyek penelitian dengan lifestyle sedentary karena aktifitas mempengaruhi kadar lemak tubuh dan distribusi tekanan plantar. Penelitian dilakukan dengan mengukur kadar lemak tubuh menggunakan timbangan Tanita dan puncak tekanan (peak pressure) dengan menggunakan alat Matscan. Tekanan plantar diukur saat berdiri dan berjalan. Hasil :. Anak dengan IMT gemuk mempunyai korelasi yang kuat dengan lemak tubuh (r=0,6333) dan anak dengan IMT obese mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap lemak tubuh (r=0,8) sedangkan anak dengan IMT kurus juga mempunyai korelasi terhadap lemak tubuh tetapi korelasinya lemah (r=0,2582). IMT juga berhubungan dengan distribusi tekanan plantar saat berdiri dan berjalan terutama daerah midfoot sedangkan untuk anak kurus ditemukan adanya peningkatan tekanan pada daerah hindfoot sewaktu heelstrike. Kesimpulan : IMT berhubungan dengan kadar lemak tubuh dan distribusi tekanan plantar terutama pada anak dengan IMT gemuk dan obese

ABSTRACT
Body Mass Index (BMI) is a parametric to know wheather a child is underweight, normal, overweight or obese. Children activity affects fat body percentage because consumption excessive carbohydrate with less activity will increase fat deposit. In other words if the energy cannot provide children activity then fat will be used as energy and this will decrease the fat deposit. And so with the plantar pressure distribution because obese children with lower activity , their plantar pressure are higher than obese children with high activity and therefore research subjects had to be homogenized to get an accurate result. This research aims are to know the relation between BMI (underweight, normal, overweight or obese) and plantar pressure distribution during standing and walking in children with age 8-10 years old. Methode: Design of this research is cross sectional with 33 children as research subjects with lifestyle sedentary. The research was done with Tanita’s weigher to measure fat body percentage and Matscan to meassure the peak pressure during standing and walking. Result : overweight children has a stong correlation with fat body (r=0.6333) and obese chidren has a very strong correlation with fat body (r=0.8). Underweight children also has a correlation with fat body but it’s a weak correlation (r=0.2582). BMI also has correlation with plantar pressure distribution during standing and walking expecially midfoot while underweight children has an increase peak pressure at the hindfoot while Conclussion : BMI influence both fat body and plantar pressure distribution expecially in overweight and obese children"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Wardani Hakim
"Latar Belakang: Pada keadaan obesitas, adipokin sebagai hormon klasik dilepaskan untuk mengubah metabolisme jaringan dan/atau organ. Adipokin dapat meningkatkan inflamasi dan berkontribusi pada peningkatan risiko kardiovaskular. Terapi konvensional untuk mengobati obesitas meninggalkan banyak efek samping. Acalypha indica (Ai) menunjukkan potensi yang menjanjikan sebagai herbal alternatif untuk mengatasi obesitas terkait sindrom metabolik. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan mekanisme kerja ekstrak etanol akar Ai terhadap perbaikan profil lipid, adipokin anti-proinflamasi di jaringan adiposa viseral serta VICAM-1, ICAM-1 di jaringan aorta tikus Sprague-Dawley jantan obes yang diinduksi oleh diet tinggi fruktosa kolesterol (DTFK).
Metode: Studi eksperimental pada 18 ekor tikus Sprague-Dawley jantan yang diberikan DTFK dan 6 ekor tikus dengan diet normal selama 16 minggu, Pembagian kelompok hewan coba sebagai berikut: Kelompok diet Normal, DTFK, DTFK+Ai 400 mg/kgBB/p.o, dan DTFK+Gemfibrozil 31 mg/kgBB/p.o. Terapi diberikan selama 8 minggu bersamaan dengan DTFK. Parameter yang diukur adalah berat badan awal dan akhir, Indeks Lee, profil lipid serum, adipokin inflamasi, VICAM-1, ICAM-1. Studi molecular docking telah dilakukan terlebih dulu untuk membuktikan kandidat senyawa dari Ai yang bekerja pada protein target. Pemeriksaan histopatologi jaringan adiposa viseral dilakukan untuk melihat bentukan dan jumlah crown like structure (CLS) dan perubahan struktur adiposit.
Hasil: Hasil studi Molecular Docking Ai menunjukkan bahwa senyawa nicotiflorin dapat berikatan dengan IL-6 (∆G=-9,95 kkal/mol) dan geraniin dapat berikatan dengan PPAR-a (∆G= -8,93 kkal/mol). Ai secara bermakna dapat mencegah kenaikan berat badan tikus dengan mempertahankan nilai Indeks Lee<300. Selain itu, Ai dapat menurunkan adipokin proinflamasi: leptin, TNF-a, dan IL-6, dan leptin pada tikus obes (p<0,05). Tikus yang diberi Ai mempunyai kadar dan ekspresi adiponektin serta ekspresi PPAR-a yang lebih tinggi, jumlah CLS lebih sedikit (p>0.05), serta persentase adiposit dengan ukuran kecil yang lebih sedikit pada jaringan adiposa viseral (p=0.048). Ai juga menurunkan ekspresi VICAM dan ICAM di jaringan aorta (p>0.05).
Kesimpulan: Pemberian Ai pada tikus model obesitas dapat mencegah peningkatan berat badan, serta memiliki efek protektif dengan menurunkan kadar adipokin pro-inflamasi, adipogenesis, serta ekspresi molekul adhesi. Efek Ai ini sebagian dilakukan melalui pengaruhnya terhadap ekpresi PPARa di jaringan lemak viseral.

Background:. In obesity, adipokines are classically hormones to alter tissue and/or organ metabolism. Adipokines can increase inflammation and contribute to the development of obesity complications. Conventional therapy to treat obesity leaves many side effects. Acalypha indica (Ai) which showed promising potential as an herbal alternative to treat obesity related metabolic syndrome. This study was conducted to prove the mechanism of action of Ai root ethanol extract on lipid profile improvement, anti-proinflammatory adipokines in visceral adipose tissue and VICAM-1, ICAM-1 in aortic tissue of obese male Sprague-Dawley rats induced by high-fructose cholesterol diet (HFCD).
Methods: Experimental study on 18 male Sprague-Dawley rats given DTFK and 6 rats with normal diet for 16 weeks. The animal groups were divided as follows: Normal diet group, HFCD, HFCD+Ai 400mg/kgBW/p.o, and HFCD+Gemfibrozil 31 mg/khBW/p.o. Therapy was given for 8 weeks concurrently with HFCD. Parameters measured were initial and final body weight, Index Lee, serum lipid profile, inflammatory adipokines, VICAM-1, ICAM-1. Molecular docking studies have been carried out previously to prove candidate compounds from Ai that act on target proteins. Histopathological examination of visceral adipose tissue was performed to see the formation and number of crown like structure (CLS) and changes in adipocyte structure.
Results: The results of the Molecular Docking Ai study showed that nicotiflorin could bind to IL-6 (∆G=-9.95 kcal/mol) and geraniin could bind to PPAR-a (∆G=-8.93 kcal/mol). Acalypha indica could prevent rat weight gain by maintaining the Lee Index value <300. Rats treated with Ai had higher levels and expression of adiponectin as well as PPAR-a expression, less number of CLS (p>0.05), and a smaller percentage of small size adipocytes in visceral adipose tissue (p=0.048). Ai also decreased VICAM and ICAM expression in aortic tissue (p>0.05).
Conclusion: Administration of Ai to obese rats can prevent weight gain, and has a protective effect by reducing pro-inflammatory adipokine levels, adipogenesis, and expression of adhesion molecules. This effect of Ai is partly due to its effect on PPAR alpha expression in visceral adipose tissue.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatul Nurhikmah
"Wanita usia remaja dan dewasa awal merupakan populasi yang rentan menghadapi masalah terkait citra tubuh dan status gizi. Wanita menginginkan tubuh ideal kurus yang saat ini menjadi tren, di sisi lain kemajuan teknologi membuat orang malas bergerak sehingga dapat menyebabkan kegemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara citra tubuh dan motivasi untuk menurunkan berat badan pada mahasiswi dengan status gizi normal dan berlebih. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional. Total sampel berjumlah 204, dengan rincian sebanyak 106 mahasiswi dengan status gizi normal dan 98 mahasiswi dengan status gizi lebih menjadi responden dalam penelitian ini. Para responden diminta untuk mengisi kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, Body Shape Questionnaire (BSQ) dan the Motivation for Weight Lose Scale (MWLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan citra tubuh pada mahasiswi dengan status gizi normal dan berlebih (p < .001), namun tingkat motivasi untuk menurunkan berat badan tidak menunjukkan adanya perbedaan (p = .068). Analisis bivariat antara citra tubuh dan tingkat motivasi untuk menurunkan berat badan menunjukkan adanya hubungan bermakna (p < .001). Mahasiswi dengan status gizi normal memiliki citra tubuh yang lebih positif dibandingkan dengan mahasiswi dengan status gizi berlebih, namun pada tingkat motivasi untuk menurunkan berat badan tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Wanita usia remaja dan dewasa awal perlu mendapatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga tubuh dalam kondisi normal, serta bahaya yang dapat ditimbulkan dari berat badan yang kurang atau lebih dari batas normal.

Female adolescence and early adulthood are vulnerable populations that face problems related to body image and nutritional status. Women want a thin ideal body that is currently the trend, on the other hand technological advances that make people lazy to move can lead to obesity. This study aims to investigate the relationship between body image and the motivation to lose weight on female college students with normal and excess nutritional status. This study is a cross-sectional quantitative methods. A total of 204 samples with specification 106 female students with normal nutritional status and 98 female students with excess nutritional status were respondents in this study. The respondents were asked to complete a questionnaire consisting of three parts: demographic data, Body Shape Questionnaire (BSQ) and the Motivation for Weight Lose Scale (MWLS).
The results showed that there are differences in body image on female students with normal nutritional status and excess (p < .001), but the level of motivation to lose weight showed no difference (p=.068). Bivariate analysis between body image and level of motivation to lose weight showed a significant relationship (p < .001). Female college students with normal nutritional status have more positive body image than female college students with exess nutritional status, but there is not significant different in level of motivation to lose weight. Female adolescence and early adulthood need to gain an understanding of the importance of keeping the body under normal conditions, as well as the dangers that may result from weight less or more than the normal range.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Amelia
"Gaya hidup masyarakat perkotaan dalam mengkonsumsi makanan cepat saji yang cenderung tinggi lemak dan kolesterol merupakan faktor risiko terjadinya kolelitiasis. Karya ilmiah akhir ini menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien pascabedah laparoskopik kolesistektomi. Perawat berperan penting dalam memberikan edukasi diet rendah lemak pada pasien kolelitiasis. Diet rendah lemak membatasi asupan kolesterol, sehingga tidak terjadi hipersaturasi cairan empedu yang akan memicu terbentuknya batu empedu kembali setelah pengangkatan kandung empedu. Peningkatan pemahaman pasien sebagai hasil edukasi diet rendah lemak yang diberikan, penting untuk mengubah perilaku pasien setelah pulang dari rumah sakit. Penggunaan media yang lebih bervariasi dalam edukasi harus menjadi discharge planning untuk klien.

Urban lifestyle in consumpting fast food which contains high fat and cholesterol is a risk factor for cholelithiasis. This papers describe the implementation of nursing care to post laparoscopic cholecystectomy surgery patients. Nurses give an important role in educating low-fat dietary in patients with cholelithiasis. Low-fat diet can decrease intake of cholesterol, so hipersaturasion of bile that would lead to the formation of gallstones come back after gall bladder removal will not happened. Improved understanding of the patient as a result of a given low-fat diet education is important to change the behavior of patients after discharge from the hospital. A more varied of media use in education should be a discharge planning for clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Thressia Hendrawan
"Latar belakang: Banyak studi menunjukkan latihan fisik memberikan efek positif pada metabolisme tubuh dan panjang telomer. Selain itu, diet juga memengaruhi dinamika panjang telomer sel darah putih. Tujuan penelitian ini adalah meneliti efek latihan fisik aerobik terhadap panjang telomer, kadar glukosa, trigliserida dan malondialdehida MDA pada subjek dengan diet tinggi lemak. Metode: Studi eksperimental menggunakan 12 tikus jantan 12 bulan yang dibagi dalam kelompok: 1 kontrol diet tinggi lemak 2 perlakuan diet tinggi lemak kaya minyak kedelai dan latihan aerobik . Latihan aerobik menggunakan treadmill 20 m/menit, 20 menit 5x/minggu . Pada minggu 0, 4 dan 8 dilakukan pengukuran ekspresi panjang telomer relatif sel darah putih dengan qRT-PCR, dan glukosa, trigliserida, dan MDA plasma dengan spektrofotometer. Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna antara kadar glukosa, trigliserida dan MDA pada kedua kelompok. Terjadi penurunan kadar MDA pada kedua kelompok di minggu 8. Terdapat pemanjangan telomer relatif pada minggu 4 dan 8 di kedua kelompok jika dibandingkan dengan kelompok kontrol minggu 0, dengan laju pemanjangan yang tinggi pada kelompok kontrol di minggu 8. Kesimpulan : Delapan minggu latihan aerobik tidak mengubah glukosa dan trigliserida pada kondisi diet tinggi lemak kaya minyak kedelai. Diet tinggi lemak kedelai diduga menurunkan MDA pada kedua kelompok. Latihan aerobik selama 8 minggu menekan laju peningkatan panjang telomer relatif sel darah putih pada kondisi diet tinggi lemak kaya minyak kedelai.

Background Many study results show that physical activity and exercise has a positive effect to glucose, triglyseride, stress oxidative status, and telomere length. Several studies have also shown that leucocyte telomere length dynamics were influenced by various environmental factors such as lifestyle and diet. The aim of this study is to investigate the effect of aerobic exercise on telomere length in high fat diet rich in soybean oil condition. Methods This was an in vivo experimental study, using twelve 12 male rats 12 months old . They were divided into two groups n 6 1 control group high fat rich in soybean oil diet 2 treatment group high fat rich in soybean oil and aerobic exercise . The aerobic exercise was conducted using rat treadmill, 5x week, 20 m min for 20 minutes. After 4 and 8 weeks we compared the relative telomere length between control group and treatment group using qRT PCR and also measured glucose, triglyseride, and malondialdehyde MDA level with spectrophotometer. Results There was no significant difference between glucose, triglyceride and MDA levels in both groups. There was a significant decrease in MDA levels between weeks 0 and week 8 in both groups. There was a telomere lengthening in both groups at week 4 and even more significant telomere lengthening at week 8 in control group. Conclusions Aerobic exercise for 8 weeks does not change plasma glucose levels and triglycerides in high fat rich in soybean oil diet conditions. A decrease MDA in both groups probably caused by high fat diet rich in soybean oil. Aerobic exercise for 8 weeks can suppress the lengthening of telomere in high fat rich in soybean oil diet conditions. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>