Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nezza Nehemiah
"Individu dalam populasi umum yang pernah mengalami gejala psikotik psychotic-like experience memiliki risiko lebih besar untuk mengembangkan berbagai gangguan klinis seperti gangguan psikotik maupun gangguan psikologis berat lain di masamendatang. Oleh sebab itu diperlukan langkah preventif untuk mencegah berkembangnya gangguan pada individu normal. Berbagai penelitian terdahulu telah menggunakan berbagai alat tes skrining dalam upaya mengidetifikasi kelompok-kelompok berisiko, salah satunya adalah kelompok remaja. Akan tetapi, validitas dari alat tes skrining yang ada dan digunakan belum banyak diuji.
Penelitian ini adalah penelitian longitudinal berbasis sekolah yang telah dimulai sejak awal tahun 2017. Dalam penelitian tahap awal telah diperoleh data mengenai fenomena psychotic-like experience dengan menggunakan alat tes skrining Psychotic-Like Experiences PLEs di 5 sekolah di Jakarta. Pada tahap kedua yang saat ini dilaksanakan, peneliti melibatkan 40 orang siswa yang dipilih dengan teknik purposive sampling berdasarkan hasil temuan penelitian tahap awal. 40 orang siswa dilibatkan dalam wawancara diagnostik dengan panduan yang diadaptasi dari The Structured Clinical Interview for DSM-IVAxis I Disorders SCID-IV untuk dijadikan dasar acuan pembanding hasil diagnosis gold standard dari alat tes skrining PLEs. Validitas alat tes skrining diuji dengan melakukan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, predictive values, likelihood ratios, beserta nilai cut-off optimum dari alat skrining tes dilakukan dengan menggunakan analisis Cross-tabulation dan analisis Area Under the Receiver Operating Characteristic ROC Curve.
Berdasarkan analisis Area Under the ROC Curvediketahui bahwa alat tes skrining PLEs memiliki sensitivitas 75 dan spesifisitas 87.5 yang baik untuk membedakan individu dengan atau tanpa gejala psikotik. Alattes skrining PLEs juga telah memiliki nilai cut-off yang optimum yaitu sebesar 1 gejala.Terdapat perbedaan cakupan gejala antara alat tes skrining PLEs dan panduanwawancara SCID-IV yang dapat turut mempengaruhi hasil penelitian. Adaptasi lebih lanjut dengan menambah cakupan gejala dirasa dapat meningkatkan sensitivitas dari alattes skrining PLEs di masa mendatang.

Individuals from general population who ever experienced psychotic like experience areat more risk to develop psychotic disorder or other psychological disorders in the future.Therefore, any prevention action is needed to prevent the development of any seriousdisorder in individuals from general population. Previous research had used variousscreening instruments for psychotic experience to identify at risk groups one of them isadolescents. Unfortunately the validity of these screening instruments has not yet beentested.
This is a longitudinal school based study which has been conducted since theearly 2017. In the first study, we use the Psychotic Like Experiences PLEs questionnaire to identify at risk individuals from 5 high schools in Jakarta. In this study second study , 40 students are selected by using purposive sampling technique based on the result of our first study. These 40 students then interviewed using The Structured Clinical Interview for DSM IV Axis I Disorders SCID IV to provide the gold standardbases for measuring PLEs questionnaire validity. The sensitivity, specificity, predictive values, likelihood ratios, and optimum cut off score were analyzed by using the Crosstabulation and Area Under the Receiver Operating Characteristic ROC Curve analysis.
Based on the analysis, we found that the sensitivity 75 and specificity 87.5 ofPsychotic Like Experiences PLEs questionnaire is good enough to differentiate individuals with or without psychotic experience. The cut off score of PLEs questionnaire is also found to be optimum ge 1 symptom to identify at risk individuals. There are differences in the number of symptoms covered by PLEs questionnaire andSCID IV, which is assumed to affect this study result. Further adaptation by addingmore symptoms covered by PLEs questionnaire are believed to increase its sensitivity infuture studies.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muna Namira
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran hubungan antara dukungan sosial (orang tua, guru, teman sekelas dan teman dekat) dan keterlibatan siswa di sekolah. Pengukuran dukungan sosial dilakukan menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) (Malcki & Demaray, 2002) dan pengukuran variabel keterlibatan siswa di sekolah menggunakan Student Engagement in School (Lam, Wong, Shin, Negovan, Nelson, Liu, Duck dkk., 2014). Partisipan penelitian ini berjumlah 127 siswa SMA (66 siswa kelas X dan 61 siswa kelas XI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan ditemukan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara dukungan sosial dengan keterllibatan siswa di sekolah (R = 0,564). Hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan keterlibatan siswa di sekolah, hanya ditemukan pada dukungan sosial orang tua (r = 0,263) dan guru (r = 0,359) dengan keterlibatan siswa di sekolah.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial orang tua dan guru yang diterima siswa, maka kecenderungan keterlibatan siswa di sekolah akan semakin meningkat. Untuk dukungan sosial teman kelas dan teman dekat, tidak ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan keterlibatan siswa di sekolah.

This study was conducted to find the correlation between social support (parents, teachers, classmates, and close friends) and student engagement. Social support was measured with Child and Adolesent Social Support Scale (CASSS) (Malecki & Demaray, 2002). Student Engagement is measured with Student Engagement in School instrument (Lam dkk., 2014). Total of 127 high school student was selected to participate in this study.
The result of this study show that significant correlation with student engagement only found in parents social support ( r = 0,263) and teacher social support ( r = 0,369).
Based on these result, it can be concluded that the more parents and teachers social support that perceived by student, the more engage they are. The correlation found highest in teachers social support, and followed by social support from parents. Furthermore, these study also found that there is no significant correlation between social support from classmates and close friend on student engagement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thobib Al-Asyhar
"Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress, yaitu masa pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh. Bila aktivitas remaja tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja sering meluapkan kelebihan energinya ke arah yang negatif (kenakalan remaja), seperti tawuran antar pelajar, penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan seks bebas, dan sebagainya.
Data kasus kenakalan remaja yang tercatat di kepolisian dapat dijadikan bukti betapa ada masalah yang cukup serius terhadap efek dari rendahnya pengendalian emosionalitas dan lemahnya kontrol spiritualitas remaja. Meskipun berbagai upaya pengendalian kenakalan remaja dilakukan oleh berbagai pihak, namun trend kenakalan remaja juntru cenderung meningkat.
Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) di lingkungan sekolah formal, khususnya Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) merupakan salah satu model pembinaan remaja di sekolah. Unit Kegiatan Rohis mengusung konsep pembinaan mental pesertanya dengan memberikan penanaman nilai keagamaan siswa melalui Mentoring Tarbiyah.
Masalah tersebut menarik diteliti untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Mentoring Tarbiyah terhadap tingkat kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa. Untuk menfokuskan pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah¬masalah yang terkait dengan pengaruh Mentoring Tarbiyah terhadap tingkat kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa (peserta).
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah mengungkap pengaruh Mentoring Tarbiyah (X) yang memiliki enam indikator: tujuan (XI), murabbi (X2), mutarabbi (X3), materi (X4), manhaj (X5), dan lingkungan (X6) terhadap Kecerdasan Emosional (Yl) dan Kecerdasan Spiritual (Y2). Kerangka teori dan basil analisisnya memunculkan hipotesis yang dapat diajukan sebagai berikut: (1) Mentoring Tarbiyah memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat kecerdasan emosional siswa (mutarabbi), dan (2) Mentoring Tarbiyah memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat kecerdasan spiritual siswa (mutarabbi).
Metode penelitian menggunakan metode eksplanatif, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausalitas atara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan menelusuri seberapa besar pengaruh Mentoring Tarbiyah terhadap tingkat kecerdasan emosional dan keceradasan spiritual siswa. Pola yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data.
Berdasarkan penelitian di lapangan terhadap Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) SMAN di Jakarta, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Faktor Murabbi paling tinggi pengaruhnya terhadap tingkat Kecerdasan Emosional (EQ) siswa dibandingkan dengan faktor Manhaj, Tujuan Mentoring Tarbiyah, Mutarabbi dan Lingkungan. Sedangkan faktor Materi tidak berpangaruh secara positif terhadap Kecerdasan Emosional (EQ).
2. Faktor Mutarabbi paling tinggi pengaruhnya terhadap tingkat Kecerdasan Spiritual (SQ) siswa dibandingkan dengan faktor Tujuan Mentoring Tarbiyah. Sedangkan faktor Lingkungan, Manhaj, Materi dan Murabbi tidak berpangaruh secara positif terhadap Kecerdasan Spiritual (SQ).

Adolescent period is also known as storm and stress period, is an emotional upheaval period which is followed by rapid physical growth and many kinds of psychic growth. The emotional upheaval that occurs to adolescent can't be released of any influences. If their activities can't help to fulfill their needs of fluctuation energy, they often overflow their energy tending to the negative ways, like engaging in a gang fight, drugs consuming, free sex, etc.
Adolescent delinquency case data?s noted at the police department could be the evidence that there are some serious problems about the effect of low control of the adolescent emotional and also the low control of the adolescent spirituality. In spite of some people doing many efforts to control the adolescent delinquency, yet the adolescent delinquency trends tend to increase.
Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) in formal school spheres, especially High School / Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) is one of the adolescent construction models at school. Rohis Activity Unit brings the concepts about constructing the member spirituality by giving spiritual value plantation with Mentoring Tarbiyah.
It's so interesting to do some further research about how far will the effect of Mentoring Tarbiyah go to the students' emotional and spiritual Quotient level. Focusing the study of the research, the research is limited by the problems that interrelated by the effects of MT to the students' EQ and SQ.
The theory framework of the research is revealing the effect of MT which has six indicators: aims (X1), murabbi (X2), mutarabbi (X3), materials (X4), way of life/manhaj (X5), and circles (X6) to Emotional Quotient (Y 1) and Spiritual Quotient (Y2).The theory framework and the analysis results show the hypothesis as follows: I. MT has any important contributions to the students/ mutarabbi Emotional Quotient level. 2. MT has any important contributions to the students/ mutarabbi Spiritual Quotient level.
The research's methodology is using Explanative method; the goal of the research is headed for explaining the causality relations between two variables or more. It will research how far the effects of MT go to the students EQ and SQ level. The research uses the pattern of survey method, which is using questionnaire as a major instrument for gaining data's.
According to the field research to Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) SMAN at Jakarta, there are some conclusions:
a. Murabbi factor has most influence to the students' EQ level than manhaj, aims, mutarabbi and circles. But the materials factor hasn't influenced to the students' EQ level.
b. Mutarabbi factor has most influence to the students SQ level than aims. But circles, manhaj, materials and murabbi factor hasn't influenced to the students' SQ level.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryono
"Seiring dengan pesatnya pencapaian hasil pambangunan yang dilaksaaakan pmerintah terjadi pula perubahan kualitas manusia yang diperlukan untuk memenuhi fungsi kehidupan bersama. Apabila pada mulanya bidang-bidang pekerjaan tertentu bisa ditangani oleh personel yang kualifikasi pendidikannya relatif rendah, maka saat ini, karena dalam menjalankan pekerjaan cenderung diperlengkapi dengan teknologi canggih, persyaratan Pendidikan yang memadai menjadi sangat di tekankan .Begitu juga bagi yang memilih berkarir sebagai usahawan mandiri, memerlukan kecakapan praktis danteoritis tertentu yang hanya didapatkan melalui jalur pendidikan.
Pendidikan nasional pada dasarnya memang berusaha mencetak manusia yang cerdas dan terampil, sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhan tersebut. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah telah menyiapkan sekolah menengah yang bersifat kejuruan seperti SMEA, STM dan sebagainya. Sekolah kejuruan ini dimaksudkan untuk menghasilkan manusia yang siap memasuki lapangan kerja, memenuhi kebutuhan pekerja operasional. Sedangkan sekolah menengah umum (SMA) sesungguhnya lebih mengarahkan para muridnya untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Akan tetapi pembedaan yang sedemikian ini, dalam prakteknya tidak bisa berjalan dengan ketat, dalam arti terdapat Kemungkinan bagi para lulusan sekolah kejuruan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya, karena satu dan lain hal banyak para lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan formal, memasuki lapangan kerja, melanjutkan pendidikan non formal (kursus praktis) atau memilih mandiri mengelola suatu bidang usaha, dan sebagainya.
Terlihat adanya berbagai alternatif yang dapat dipilih oleh para lulusan SMA, maka perlu diidentifikasi orieatasi mereka setelah menamatkan studinya, dan perlu diexplore (digali) faktor apa sajakah yang mempengaruhi orientasi mereka itu.
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi penting bagi lembaga pendidikan, sehingga dapat dijadikan dasar bagi perencanaan dan pengambilan keputusan dalam membuat dan/atau mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah lanjutan atas, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA). Di samping itu diharapkan hasil penelitian ini juga berguna bagi para guru yang menangani bimbingan dan penyuluhan murid, dalam memberikan arahan kepada murid."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Slamat Santoso Kurniawan
"Rendahnya pengetahuan, sikap, dan masih kurangnya dukungan keluarga, dukungan sekolah serta ditambah lagi permasalahan citra tubuh pada remaja siswi SMA, ini akan berkaitan dengan praktik hidup bersih dan sehat (PHBS) remaja siswi SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan PHBS remaja untuk mendapatkan tubuh indah pada siswi SMA di Jakarta Tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2014, dengan desain penelitian cross sectional, sampel penelitian adalah 238 orang siswi kelas X dan kelas XI SMA Negeri 12 Jakarta Timur.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa PHBS siswi SMA yang tergolong kurang cukup tinggi (39,5%), faktor internal yang berhubungan sisgnifikan dengan PHBS siswi SMA adalah sikap, sedangkan faktor eksternal yang berhubungan signifikan adalah dukungan keluarga. Hasil uji analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda didapatkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor dominan PHBS remaja pada siswi kelas X dan kelas XI SMA 12 Jakarta Timur Tahun 2014 setelah dikontrol oleh pendidikan ibu. Untuk mengurangi faktor risiko PHBS remaja pada siswi SMA perlu meningkatkan promosi kesehatan dan penyuluhan tentang PHBS di sekolah dan meningkatkan dukungan keluarga terutama orang tua dalam memotivasi, mengawasi dan memberikan perhatian kepada anaknya.

Lack of knowledge, attitudes, family support, school support and coupled problems of body image in female high school students, this will be related to their clean and healthy living practices (PHBS). This study aims to determine the factors associated with teenagers clean and healthy living practices to gain beautiful body shape in Jakarta?s female students year of 2014. This research was conducted in April-May 2014, with a cross-sectional research design, the study sample was 238 female students of class X and class XI 12th East Jakarta State Senior High School.
The study concluded that less PHBS in female high school student is still quite high (39.5%), internal factors that significantly related to the PHBS female high school student is attitude, while external factors are family support. The results of multivariate analysis with multiple logistic regression showed that family support is a dominant factor in PHBS female students of class X and class XI 12th East Jakarta State Senior High School in 2014 after being controlled by the mother's education. To reduce the risk factors in high school adolescent PHBS need to improve health promotion and education about PHBS in school and improve family support, especially parents in motivating, supervising and paying attention to their children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Desita
"Remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka di sekolah, sehingga interaksi dengan orang-orang di sekolah dapat memengaruhi perkembangan sosial emosional remaja. Dalam hal keberhasilan akademik siswa di sekolah, pihak yang paling memengaruhi siswa ialah guru. Seringkali untuk keberhasilan akademik siswa, guru memberikan harapan yang diwujudkan dalam perilaku yang berbeda terhadap siswa di kelas. Berdasarkan beberapa penelitian, harapan guru yang berbeda dapat menjadi salah satu faktor risiko munculnya salah satu masalah kesehatan mental yang umum terjadi pada remaja, yaitu kecemasan. Tujuan dari penelitian ini yaitu melihat apakah terdapat hubungan antara kecemasan dan harapan guru pada siswa SMA di DKI Jakarta. The Hopkins Symptom Checklist HSCL-25 digunakan untuk mengukur kecemasan dan Expectations for Students Achievement ESA subskala Related Teacher Practices digunakan untuk mengukur harapan guru yang dipersepsikan oleh siswa. Penelitian dengan desain one-shot study dilakukan pada lima SMA di lima kota besar DKI Jakarta. Sebanyak 764 siswa SMA kelas 1 berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecemasan dan harapan guru yang dipersepsikan siswa SMA di DKI Jakarta. Hal itu menunjukkan bahwa siswa SMA di DKI Jakarta tidak lagi mempersepsikan harapan guru atau peran guru sebagai hal yang membuat diri mereka merasa cemas, sehingga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan siswa SMA di DKI harus lebih diteliti lebih jauh.

Adolescents as students spend their times more in school, so interaction with people in school could also affect their socio emotional development. In achieving academic achievement, teacher has big role for adolescents in school. Teacher usually gives expectation in form of different behavior and attitude for each student in class. Based on previous researches, different teacher expectation towards students could be one of risk factor of common adolescents mental health problem, anxiety. Aim of this study is to see relationship between anxiety and teacher expectation on high school students in Jakarta. This study used The Hopkins Symptom Checklist HSCL 25 to measure anxiety and Expectations for Students Achievement ESA Related Teacher Practices subscale to measure perceived teacher expectation. This one shot study conducted in five high schools in five urban cities of Jakarta. 764 first grade high school students participated on this study. Result indicated that there is no relationship between anxiety and teacher expectation on high school students in Jakarta. This finding revealed that high school students in Jakarta don rsquo t perceive teacher rsquo s role or spesifically teacher expectation as risk factor of high anxiety that found on this study. Therefore, other school based risk factors should be studied in the future to figure out the threat of adolescents mental health. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa Ika Novia
"ABSTRAK
Jenis umpan balik yang berbeda akan memberikan efek yang berbeda pula
terhadap prestasi belajar siswa. Jenis umpan balik deskriptif lebih efektif
digunakan untuk membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya (Tunstall
& Gipps, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan persepsi
siswa terhadap manfaat umpan balik dalam hubungan antara jenis umpan balik
terhadap prestasi belajar pada siswa SMA. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimen. Partisipan dalam penelitian ini adalah 101 siswa
kelas X SMA 3 Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara pemberian
ulangan harian pelajaran mata pelajaran Kewarganegaraan dan kuisioner single
item mengenai persepsi manfaat umpan balik. Hasil analisis menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis pemberian umpan balik
terhadap prestasi belajar siswa dengan t(101)=2,753, p<0,05. Selanjutnya
terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa atas manfaat umpan
balik terhadap prestasi belajar siswa dengan t(101)=2,234, p<0,05. Selain itu
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara interaksi jenis umpan balik dan
persepsi siswa atas manfaat dari umpan balik terhadap prestasi belajar siswa
t(101)=-1,106, p>0,05. Selain itu dilakukan pula analisis tambahan yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis
kelamin, durasi belajar, nilai uas dan kesukaan terhadap pelajaran
Kewarganegaraan dengan prestasi belajar siswa.

ABSTRACT
"Different types of feedback will give different effects on student achievement."
"Descriptive feedback is more effective to use to help students improve their"
"academic achievement (Tunstall & Gipps, 1996). This study aims to determine the role of students' perceptions of the benefits of feedback in the relationship between the type of feedback on the learning achievement of high school students. The method used is an experimental method. Participants in this study were 101 students of class X SMA 3 Jakarta. The research was done by giving daily test about Citizenship lessons and single item questionnaire about perception of the benefit of feedback. The analysis showed there is a significant difference between the type of giving feedback on student achievement with t (101) = 2.753, p <0.05. Furthermore, a significant difference between students' perceptions of the benefits of feedback on student achievement with t (101) ="
"2.234, p <0.05. Moreover there is a significant difference between the type of feedback and interaction of students' perceptions on the benefits of feedback on student achievement t (101) = - 1.106, p> 0.05. Will be conducted additional analysis showing that there is a significant relationship between age, sex, duration of study, the value of final exam and liking for Citizenship lessons to student achievement.""
2016
S63983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Sekar Palupi
"Diskusi politik yang kini bergeser menjadi aktivitas daring menghadapi tantangan berupa polarisasi yang tinggi akibat ketidakadaban dalam konten komentar. Ketidakadaban komentar digunakan sebagai ekspresi emosi negatif dan penolakan keras terhadap pendapat yang berbeda. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan peran sensitivitas jijik dan pola pikir militan ekstremis (Militant Extremist Mindset/MEM) sebagai prediktor ketidakadaban komentar opini politik. Desain penelitian eksperimen between subject dengan randomisasi direkrut secara daring menggunakan kuesioner kepada 150 mahasiswa berusia di atas 18 tahun. Manipulasi sensitivitas jijik dilakukan dengan metode recall pengalaman yang menjijikkan. Analisis menggunakan t-test menunjukkan perbedaan skor ketidakadaban komentar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menunjukkan adanya pengaruh sensitivitas jijik pada ketidakadaban. Analisis lanjutan menggunakan regresi menunjukkan general MEM tidak berkorelasi dengan ketidakadaban, hanya komponen excuse ditunjukkan berkorelasi secara positif dengan ketidakadaban komentar opini politik. Penelitian ini berkontribusi menjelaskan pengaruh ketidakadaban, khususnya berkaitan dengan ekstremitas sikap pada opini politik pada interaksi daring.

Political discussions that have shifted into online activity face the challenge of high polarization due to comments incivility. Incivility contained comment is used as an expression of negative emotions and a strong rejection of different opinions. The study aims explain the role of disgust sensitivity and Militant Extremist Mindset (MEM) as predictors of commentary incivility. A between subjects 2x1 design experiment with randomization was recruited online through a questionnaire for 150 university students over the age of 18. Disgust sensitivity manipulated by recalling a disgusting experience. T-test analysis shows a significantly different comment incivility scores on experiment and control group which indicate a present effect of disgust sensitivity on incivility. Further analysis using regression showed that general MEM has no correlates with comment incivility, only excuse component that shows significant positive correlation with comment incivility. This research contributed on explaining incivility, especially its relation to extreme attitude on political opinion online."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shitta Mutyahara
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah terdapat hubungan antara penerimaan teman sebaya dengan simtom depresi pada siswa SMA di DKI Jakarta. Perceived Acceptance Scale Brock et al., 1998 dan Hopkins Symptoms Check-List 25 Derogatis et al., 1974 digunakan untuk mengukur penerimaan teman sebaya dan simtom depresi. Partisipan dari penelitian ini adalah 767 siswa kelas X di wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan simtom depresi pada siswa SMA di wilayah DKI Jakarta. Dengan demikian, anak yang diterima oleh teman sebayanya dengan baik dapat mengurangi kemungkinan munculnya simtom depresi, sementara anak yang kurang diterima oleh teman sebayanya memiliki kemungkinan yang lebih tinggi dalam memunculkan simtom depresi.

ABSTRACT
The aim of this study is to investigate whether there is any correlation between peer acceptance and depressive symptoms among high school student in DKI Jakarta. Perceived Acceptance Scale Brock et al., 1998 and Hopkins Symptoms Check List 25 Derogatis et al., 1974 were used to measure peer acceptance and depressive symptoms. Participants of this study were 767 high school students in grade 10 from DKI Jakarta. The result of this study showed a significant negative correlation between peer acceptance and depressive symptoms. In conclusion, the adolescents who are well accepted in their peers could lower the chance of them showing depressive symptoms, whereas the adolescents who are less accepted in their peers could show higher depressive symptoms."
2017
S69618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Fitriyanti
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara peer attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12. Pengukuran peer attachment dilakukan dengan alat ukur Inventory of Parental and Peer Attachment (IPPA) ? Revised Peer Version (Armsden & Greenberg, 2009). Untuk pengukuran adaptabilitas karir menggunakan modifikasi alat ukur Skala Adaptabilitas Karir oleh Indianti (2015). Partisipan berjumlah 272 dari siswa kelas 12 SMA Negeri dan Swasta di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara peer attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12 (r=0,225 dan p=0,000, signifikan pada LoS 0.01). Artinya, semakin tinggi peer attachment seseorang semakin tinggi pula adaptabilitas karirnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi siswa SMA kelas 12 untuk memiliki adaptabilitas karir yang baik dalam memilih jurusan kuliah, dan bagaimana hubungan peer attachment dapat berpengaruh pada adaptabilitas karir siswa SMA kelas 12.

This research aimed to find the correlation between peer attachment and career adaptability among 12th grader senior high school students. Peer attachment was measured using the Inventory of Parental and Peer Attachment (IPPA) - Revised Peer Version, Armsden & Greenberg (2009). Career Adaptability was measured using modification from the Career Adaptability Scale by Indianti (2015). The participants of this research are 272 senior high school student grade 12th, both state and private school in Jakarta. The result of this research found that positive correlation between peer attachment and career adaptability among 12th grader senior high school student (r=0,225 and p=0,000, significant at LoS 0.01). The higher peer attachment of student, the more career adaptability they had. Based on this result, its important for 12th grader senior high school student to have a good career adaptability in order to choose and preparing the next level education, and how peer attachment relationship among students can effect career adaptability for 12th grader senior high school student.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>