Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erik Lauzia Nugraha
"ABSTRAK
Tesis ini adalah mengenai konstruksi sosial atas kemiskinan pada masyarakat Wae Rebo di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Dengan mengunakan pendekatan kualitatif, penulis melihat bagaimana proses, faktor-faktor yang mempengaruhi serta implikasi konstruksi sosial atas kemiskinan terhadap kehidupan masyarakat Wae Rebo. Realitas kemiskinan dalam hal ini dilihat dan dianalisis menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann yang melihat hubungan manusia dan dunia sosialnya sebagai hubungan dialektis saling membentuk, menentukan yang terjadi melalui tiga proses simultan yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.Hasil penelitian menunjukkan: pertama, karakteristik geografis dan kehidupan sosial di Wae Rebo dan Kombo merupakan faktor penting yang mempengaruhi konstruksi sosial atas kemiskinan. Kedua, proses konstruksi sosial atas kemiskinan sebagian besar terjadi dalam rutinitas kehidupan sehari-hari di kedua tempat tersebut. Ketiga, miskin l ngg dan kaya bora menjadi status sosial-ekonomi yang didasarkan pada persamaan dan perbedaan atas pekerjaan dan penghasilan. Keempat, pariwisata di sini lain semakin mempertegas perbedaan dan menimbulkan kesenjangan sosial di antara sesama warga Wae Rebo. Kesenjangan sosial ini bukan hanya dapat menjadi pemicu konflik sosial, lebih jauh hal tersebut pada gilirannya dapat mempengaruhi relasi sosial, merubah identifikasi diri dan basis stratifikasi sosial masyarakat Wae Rebo.

ABSTRACT
This thesis explains the social construction of poverty in Wae Rebo community located in Manggarai, East Nusa Tenggara. Using qualitative approach, the researcher highlights the processes, the influencing factors, and the implications of existing social construction of poverty to the people of Wae Rebo. The poverty situations in this study are observed and analyzed by using the theory of social construction by Peter L. Berger and Thomas Luckmann. The theory views the links between humans and their social circumstances as a dialectical relationship mutually shaping, determining which occurs through 3 three simultaneous processes, that are externalization, objectivation, and internalization.The study resulted in 4 four conclusions first, the geographical characteristics and social life of Wae Rebo and Kombo are the critical factors influencing the poverty rsquo s social construction in both communities. Second, the establishment of social construction of poverty mostly occurs within daily routine. Third, the poor l ngg and the rich bora developed into socio economic status due to the similarities and differences over employment situation and income. Fourth, resources for tourism industry are affirming the socio differences and fashioning social inequalities among fellow members of Wae Rebo community. The existing social gap in the community is not only contribute negatively to social conflict, but also influencing the social relations, altering self identification and forming social stratification within Wae Rebo community"
2017
T49071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Tandikara
"Tesis ini membahas pendekatan pembangunan berbasis aset komunitas dengan mengidentifikasi potensi kapital yang dimiliki oleh masyarakat lokal dan potensi dari kapital lainnya yang dapat mendukung potensi kapital masyarakat dalam rangka pembangunan kepariwisataan berbasis aset masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus case-study. Hasil penelitian menemukan masyarakat memiliki potensi pada kapital lingkungan dan kapital budaya dan kapital yang dapat mendukung potensi kapital masyarakat adalah kapital sosial dan kapital politik. Hasil penelitian ini juga menyarankan para pemangku kepentingan untuk dapat focus pada usaha non padat modal; memaksimalkan pariwisata berdasarkan keterampilan dan teknologi lokal; membangun kelembagaan pada berbasis masyarakat; dan mengembangkan kebijakan pembagian hasil.

This thesis discusses community based asset development approaches by identifying the potential of capital owned by local communities and the potential of other capital that can support the potential of community capital in the framework of community based tourism development. This research used a qualitative research approach with case study research. The results of the study found that the community has potentials in the environmental capital and cultural capital and capital that can support the potential of society 39 s capital is social capital and political capital. The results of this study also suggest stakeholders to be able to focus on low scale capital investment intensive enterprises maximizing tourism based on local skills and technology building institutions on a community based basis and developing a revenue sharing policy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Afifah
"Bentuk pelestarian pada kawasan arsitektur heritage memiliki kaidah-kaidah dan prinsip tertentu, melihat akan ketahanan dan keberlanjutannya yang semestinya dilestarikan bertujuan untuk melihat lebih dalam mengenai pengetahuan yang terkandung di dalam kemurnian pada arsitektur tradisional. Revitalisasi merupakan salah satu bentuk upaya pelestarian arsitektur tradisional, bentuknya dapat berupa pelestarian di aspek tangible dan intangible. Kedua aspek tersebut memiliki respon yang berbeda setelah dilakukan revitalisasi. Oleh karena itu, pada penulisan skripsi ini dilakukan analisis dan pengamatan terhadap kawasan arsitektur tradisional yang telah mengalami revitalisasi. Pendalaman pengamatan dan analisis berpacu pada perbedaan kedua aspek tersebut serta pemahaman mengenai proses revitalisasi, dengan kajian teori dan analisis kawasan fisik penulis harap tulisan ini dapat dikembangkan dan dilengkapi mengingat banyaknya kekurangan waktu pengamatan yang tidak bisa dilakukan secara langsung
The form of preservation in the area of heritage architecture has certain rules and principles, looking at its durability and sustainability which should be preserved aiming to look deeper into the knowledge contained in the purity of traditional architecture. Revitalization is one form of efforts to preserve traditional architecture, the form can be in the form of preservation in tangible and intangible aspects. These two aspects have different responses after revitalization. Therefore, in this thesis writing analysis and observation of traditional architectural areas that have undergone a revitalization. The deepening of observation and analysis is based on the difference between the two aspects and the understanding of the revitalization process, with the study of theory and analysis of the physical area of the author, I hope this thesis writing can be developed and completed given the many shortcomings of observation that cannot be done directly"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Syuraih Muchtar
"Air bersih berperan penting pada kesejahteraan hidup dan pembangunan wilayah. Karakteristik wilayah Labuan Bajo berupa kepulauan dengan kondisi geomorfologi berupa perbukitan menyebabkan masalah krisis air bersih. Masalah penelitian adalah adanya pengembangan wilayah di Labuan Bajo yang tergolong kawasan semi-arid untuk keperluan pariwisata berpotensi menimbulkan krisis air bersih. Penelitian ini bertujuan menganalisis ketersediaan sumber air bersih, melihat kebutuhan air domestik dan pariwisata, menganalisis daya dukung air dan sosial, serta merumuskan model pengeloaan air bersih yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode campuran berupa analisis daya dukung, deskriptif, analisis spasial, dan metode fuzzy topsis untuk penentuan pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukan kebutuhan air pariwisata pada tahun 2028 akan melebihi kebutuhan air domestik. Daya dukung air pada 56,87% wilayah di Kabupaten Manggarai Barat berstatus defisit. Biaya pengeluaran air rumah tangga di lokasi penelitian rata-rata Rp 192.000 atau sebesar 10% dari pendapatan. Pengelolaan air bersih di Labuan Bajo agar berkelanjutan perlu dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan air permukaan menggunakan teknologi yang mudah dikelola oleh masyarakat dan mampu melestarikan nilai kearifan lokal Borang Wae. Pemukiman penduduk yang berada di sempadan sungai dapat menggunakan pemurnian air sungai berbasis lahan basah buatan, dan pemanen air hujan untuk pemukiman yang berada di pesisir dan pulau-pulau kecil. Kebutuhan air pariwisata pada pulau-pulau kecil dan pesisir dapat dilakukan dengan desalinasi air laut dan Watergen Technology

Clean water is essential for the welfare of life and regional development. Characteristics of the Labuan Bajo region are an archipelago and geomorphological conditions in the form of hills that cause clean water crisis problems. Regional development in Labuan Bajo, classified as a semi-arid area for tourism needs, can potentially cause a clean water crisis. This study aims to analyze the availability of clean water sources, look at domestic and tourism water needs, analyze water and social carrying capacity, and create a sustainable clean water management model. This research used a mixed carrying capacity analysis, descriptive, spatial analysis, and topsis fuzzy methods to determine decision-making. The results show that tourism water demand in 2028 will exceed domestic water demand. The carrying capacity of water in 56.87% of the area in West Manggarai Regency has a deficit status. The cost of household water in the research location is an average of IDR 192,000 or 10% of income. Clean water management in Labuan Bajo, to be sustainable, needs to optimize the use of surface water using technology that is manageable for the community and can preserve the value of Borang Wae's local wisdom. Residential settlements on river banks can use river water purification based on artificial wetlands and rainwater harvesting for settlements on the coast and small islands. Tourism water demand on small islands and coastal areas can be used by seawater desalination and Watergen Technology."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lewoleba, Gregorius Goran
"Interaksi antara manusia dengan lingkungan pada hakekatnya berkembang sebagai perwujudan tanggapan aktif manusia terhadap tantangan yang dihadapi dalam suatu ekosistem. Dengan pegetahuan kebudayaan yang dimilikinya, manusia berusaha melihat, memahami, memilah-milahkan gejala untuk kemudian merencanakan tindakan dan menentukan sikap dalam beradaptasi terhadap lingkungannya dengan mengembangkan strategi yang dianggap effektif.
Upaya pemenuhan kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya senantiasa ditempuh dengan berbagai macam cara antara lain melalui kegiatan pertanian. Aktivitas manusia dalam bidang pertanian tidak lain merupakan pencerminan interaksi antara lingkungan dengan kemampuan manusia untuk mengubah dan mentransfer energi yang diperlukan dalam hidupnya. Meskipun demikian, hal ini tergantung dari kondisi ekosistem yang memberi peluang bagi usaha manusia untuk mempertahankan hidupnya, di samping pemahaman penduduk tentang lingkungannya.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan mengambil 120 Kepala Keluarga (KK) sebagai responden yang dipilih secara random pada 3 buah desa yang ditentukan secara purposive. Metodologi yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif, dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terpimpin, wawancara mendalam dan studi kepustakaan, serta pengamatan terlibat.
Dengan memperhatikan latar belakang lingkungan dan masyarakatnyat maka timbul pertanyaan bagaimana penduduk setempat bertahan hidup di lingkungan yang mempunyai kondisi fisik yang "kurang menguntungkan", apabila dilihat dari mata pencaharian mereka, khususnya dalam bercocok tanam. Lebih lanjut hal itu menunjukan bahwa betapapun "kerasnya" kondisi lingkungan penduduk setempat ternyata masyarakat dapat mengelola sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai perwujudan adaptasi aktif mereka. Oleh karena itu timbul pertanyaan lebih lanjut bagaimana masyarakat petani memahami lingkungannya ? Bagaimana mereka sampai pada keputusan beradaptasi terhadap lingkungannya dan bertahan hidup dalam kondisi fisik yang kurang mengunungkan, dengan mengembangkan pencaharian utama bercocok tanam ?
Secara umum penelitian ini dimaksud untuk memperoleh pengertian bagaimana ekosistem dan kebudayaan mempengaruhi pilihan strategi adaptasi penduduk di lingkungan savana. Lebih lanjut penelitian ini secara khusus bertujuan :
1) Untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknologi terhadap kemampuan adaptasi masyarakat petani.
2) Untuk mengetahui pengaruh tingkat sosial petani terhadap kemampuan beradaptasi.
3) Untuk mengetahui pengaruh tingkat kebutuhan hidup masyarakat petani terhadap kemampuan beradaptasi.
4) Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan masyarakat petani terhadap kemampuan beradaptasi.
5) Untuk mengetahui pengaruh orientasi pasar masyarakat terhadap kemampuan beradaptasi
6) Untuk mengetahui pengaruh orientasi kerja masyarakat petani terhadap kemampuan beradaptasi.
7) Untuk mengetahui strategi adaptasi yang paling relevan agar dapat meningkatkan taraf hidup dengan tetap menjaga keseimbangan dan stabilitas ekosistem savana.
8) Untuk mengetahui pengaruh lingkungan dalam menentukan strategi adaptasi.
Sebagai implikasi dari keadaan lingkungan alam yang kurang menguntungkan, maka masyarakat petani di Kecamatan Amarasi menentukan strategi tindakan untuk beradaptasi dengan lingkungannya melalui kegiatan usaha tani terpadu di atas lahan kering. Bentuk kegiatan (dalam pengertian luas) yang dominan adalah perladangan berpindah dengan sistem tebas bakar dan penggembalaan ternak dengan sistem lepas liar.
Sebagai akibat dari bentuk kegiatan pertanian seperti tersebut di atas, maka semakin memperbesar areal lahan kritis dalam ekosistem savana yang pada gilirannya menjadi faktor menyebab proses perusakan lingkungan.
Akan tetapi berdasarkan hasil pengalaman yang diwarisi secara turun temurun dari para pendahulunya, masyarakat petani di Kecamatan Amarasi dapat bertahan hidup dalam ekosistem savana yang demikian itu. Hal ini disebabkan karena masyarakat petani memiliki "kearifan lingkungan" untuk menetapkan strategi beradaptasi, baik adaptasi secara ekonomis maupun adaptasi secara ekologis.
Adaptasi ekologis yang cukup efektif dan masih relevan dilakukan oleh masyarakat petani di Kecamatan Amarasi adalah sistem lamtoronisasi.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kemampuan masyarakat petani beradaptasi terhadap ekosistem savana dipengaruhi oleh cultural core (inti kebudayaan) yang meliputi aspek sosial budaya, sosial ekonomi dan penguasaan teknologi yang dijabarkan ke dalam beberapa variabel yaitu orientasi kerja, kebutuhan hidup dan orientasi pasar. Sedangkan variabel yang tidak mempunyai hubungan pengaruh dengan kemampuan beradaptasi dari masyarakat petani adalah status sosial, tingkat pendidikan dan tingkat penguasaan teknologi.

Interaction among humans with their environment is basically progressing as a manifestation of active responses against challenges met in any ecosystem. With their cultural knowledge, humans try to see, understand and identify symptoms, plan their actions and determines attitudes in adapting to the environment by developing strategies, which are supposed to be effective.
Efforts to fulfill human necessities in order to survive are always achieved through various ways such as through agriculture represent reflection of interactions between environmental condition and human ability to modify natural resources and transferring them into energy they need yet; this depends on the ecosystem condition that gives opportunity for humans to survive, beside people is understanding about their environment.
This research is carried out in the Sub-District of Amarasi, District of Kupang, East Nusa Tenggara; using 120 heads of household (K<) as respondents, purposively selected by random sampling from villages.
Methodological approach used is descriptive qualitative, where data collection was conducted with the help of guided interviews and depth interview, supported by Library Studies, and participant observation.
Taking the background of environment into consideration, there is question as to how the local inhabitants in the ecosystem could survive in the ecosystem that has physical condition, which is less profitable seen from their way of living, especially in cultivation. It was also indicated how hard the local ecosystem condition might be. In reality the inhabitants are able to manage the available resources to fulfill their necessities as a manifestation of their active adaptation. Further questions are how the peasant community perceives their ecosystem and how they arrive on a decision to adapt to their ecosystem and survive in a natural condition, which is less profitable, by developing cultivation as the main economic activity. This research is meant to study how ecosystem and cultural affects community strategic adaptation alternative in a savanna ecosystem.
Further, this research is especially supposed
1) To know the influence of technology application on the adaptation ability of the peasant community.
2) To know the influence of life necessities standard of the peasant community on their adaptation ability.
3) To know the influence of education level of the peasant community on their adaptation ability.
4) To know the influence of social status of the peasant community on their adaptation ability.
5) To know the influence of market orientation of the peasant community on their adaptation ability.
6) To know the influence of work orientation of the peasant community on their adaptation ability.
7) To know the strategic adaptation which is most relevant in order to obtain living standard increase by keeping the harmony and stability of the savanna ecosystem.
8) To know the influence of environment in deciding strategic adaptation.
As implication of the condition of the natural ecosystem, which is less profitable, the peasant community in the Sub-District of Amarasi determine their strategic adaptation to their environment by way of integrated cultivation activity on the dry fields. The dominant cultivation activities (in broad meaning) are slash and burn shifting cultivation system and natural animal (wildlife) pastoral system.
As result from such kind of activities, critical areas are extending, causing environmental deteriorations.
But, based on experiences, which are inherited form, their ancestors, from generation to generation the peasant community in the Sub-District of Amarasi has been able to survive in the savanna ecosystem. This is due to the fact that the peasant community have "environmental wisdom" to determine strategic adaptation, either economic or ecologic. Ecologic adaptation, which is still effective and relevant that performed by the peasant community in .the Sub-District of Amarasi is "Lamtoro cultivation system". In this research it was found that the peasant community's ability in adapting themselves to the savanna ecosystem is being affected by their cultural core that cover their cultural, social, and economic aspects, and their technological mastery that are formulated in some variables i.e. work orientation, life necessities and market orientation. Whereas variables that have no influences on the adaptation ability of the peasant community are social status, educational level and technological mastery.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suporahardjo
"ABSTRAK
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan model mobilisasi Tilly, di Kabupaten Manggarai lebih banyak menggunakan strategi represif dalam kebijakan pemanfaatan sumberdaya hutannya. Disertasi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini menemukan bahwa demokratisasi melalui desentralisasi tidak berpengaruh terhadap strategi menyelesaikan konflik pemanfaatan sumberdaya hutan, di Kabupaten Manggarai strategi pendekatan represif atas nama konservasi masih dilakukan dan justru yang terjadi, konflik semakin bereskalasi menjadi kekerasan dengan korban lebih besar. Oleh karena itu, untuk mengatasi atau mengurangi kekerasan kolektif dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, direkomendasikan kepada resim pemerintahan Kabupaten Manggarai untuk memberi ruang terjadinya dialog/negosiasi antar pihak yang berkepentingan dengan pemanfaatan sumberdaya hutan melalui penguatan kelembagaan yang berfungsi mengembangkan mekanisme penyelesaian konflik alternatif secara damai. Selain itu, harus ada upaya kebijakan dari pemerintah daerah tingkat kabupaten untuk menegakkan demokratisasi kekerasan, yaitu mengurangi seminimum mungkin menggunakan agen-agen represif negara dalam menyelesaikan potensi kekerasan dalam pemanfaatan sumberdaya hutan di wilayahnya.
Penelitian ini memperkuat penelitian yang telah dilakukan Peluso bahwa monopoli penguasaan sumberdaya hutan dengan membolehkan kekerasan dengan melibatkan agen-agen represif telah memarjinalkan hak akses masyarakat sekitar hutan atas manfaat hutan. Penelitian ini juga memperkaya penggunanaan analisis tindakan kekerasan kolektif dari Tilly terkait topik pemanfaatan sumberdaya alam dari sisi perspektif sosio-politik-lingkungan.

ABSTRACT
The dissertation research investigates collective force violence in forest resources utilization. It is based on a case study in Manggarai District that has relatively high rate of violence in Indonesia. Borrowing Tilly?s mobilization model, the study finds that Manggarai District employs repressive strategies in utilizing forest resources. Using Tilly?s theory of violence, this dissertation research deploys descriptive qualitative approach to collect data. This research finds that democratization process through decentralization does not bring significant impacts on the strategy to mitigate dispute on forest resources utilization. In Manggarai District, coercive conservation still occurs. In fact, in the context of decentralization, forest related conflicts escalate and transform into bigger violent events that produce more victims. Therefore, to reduce collective resources based violence, it is recommended for the district government to create space for dialogue and negotiation among multi stakeholders through strengthening institutions that are responsible for developing alternative dispute resolution. In addition, local policies on forest management should be developed based consensus. In this manner, it can ?democratize? violence through minimally utilize repressive state agents to resolve potential violence in the region.
The study findings confirm Peluso?s study that shows repressive state?s agents? monopoly over forest management that uses violence measures has marginalized local people?s access to forest resources. Furthermore, this research enriches Tilly?s collective violence framework to analyze forest resources utilization in socio-politics of environment."
Depok: 2011
D1170
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Edrida
"ABSTRAK
Penelitian ini mengeksplorasi tentang pengembangan ekonomi kreatif berbasis pemberdayaan masyarakat pengrajin tenun komunitas Kaine rsquo;e. Di samping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui fungsi kelembagaan Komunitas Kaine rsquo;e dalam mengembangkan hasil kerajinan tenun ikat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan upaya pengembangan ekonomi kreatif berbasis pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan dan program dengan melibatkan kolaborasi Quadruple Helix yakni sinergi empat aktor yakni pemerintah, swasta, akademisi dan komunitas. Metode Penelitian yang dilakukan melalui wawancara mendalam, pengamatan dan dokumentasi. Tempat penelitian berada di Desa Teun Bain, Kabupaten Kupang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengrajin tenun komunitas Kaine rsquo;e mendapatkan dukungannya berupa pelatihan dan pembinaan dari Pemerintah daerah yaitu melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan, YSKK, Pelatihan dan Pembinaan serta keikutsertaan dalam pameran, pengusulan hak paten, dan peningkatan kecintaan masyarakat terhadap hasil kerajinan di daerahnya. Hambatan yang dihadapi pengrajin tenun adalah keterbatasan bahan baku, permodalan dan pemasaran. Hubungan kerjasama Komunitas Kaine rsquo;e dengan YSKK melalui bantuan pemasaran tenun dan manajemen organisasi, sedangkan hubungan komunitas Kaine rsquo;e dengan academia yaitu dengan mendapatkan pengetahuan tentang kualitas tenun, sedangkan dengan komunitas tenun lainnya yakni tergabung dalam gerakan MAMPU Majukan Perempuan Miskin . Selanjutnya peserta pelatihan juga telah memperoleh alternatif sumber pendapatan baru dari produk yang dihasilkan dalam pelatihan jika dilihat dari segi potensi pendapatan potential income.

ABSTRACT
This research explores the development of creative economy based on community empowerment. Besides, this study also aims at determineing the social networking community of Kaine 39 e in developing handicraft weaving. This study uses qualitative data conducted by the efforts of creative economic development based on community empowerment through training and collaborative program involving the Quadruple Helix synergy of four actors namely the government, private sector, academia and the community. This research uses in depth interviews, observation and documentation. The location of research is in the village of Teun Baun, Kupang. The results shows that the weaving community Kaine 39 e get the support in the form of training and development from local government through the Department of Trade and Industry, YSKK, Training and Development as well as the participation in the exhibition, proposing patents, and increased love of society for handicrafts in the region. Barriers faced weaving is that it has limited raw materials, capital and marketing. Community cooperation relationship with YSKK Kaine rsquo e weaving through marketing assistance and organizational management, community relations while Kaine rsquo e with academia is to gain knowledge about the quality of weaving, whereas the other weaving communities that are members of the movement ABLE Advance Poor Women . Furthermore, trainees also have obtained alternative sources of new revenue from products produced in training when viewed in terms of revenue potential potential income ."
2017
T46848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanu Sudjojo
"Saat ini industri pertambangan di Indonesia telah berkembang dengan pesat, balk dari segi jumlah investasi dan produksinya. Perkembangan ini disatu sisi merefleksikan semakin besarnya manfaat ekonomi industri pertambangan bagi pemerintah pusat maupun daerah. Disisi lain, keadaan ini meningkatkan resiko kerusakan lingkungan hidup karena dampak lingkungan hidup melekat dalam setiap kegiatan industri pertambangan.
Dampak industri pertambangan terhadap lingkungan hidup mencakup dampak terhadap lingkungan flsik/alamiah maupun lingkungan sosial. Dampak pada lingkungan sosial acapkali bersifat negatif bagi masyarakat lokal. Sekarang ink untuk mengatasi dampak-dampak sosial tersebut, perusahaan pertambangan menaruh perhatian Iebih besar pada upaya pengelolaan lingkungan sosial melalui pendekatan community development.
Namun beberapa penelitian menunjukkan community development yang dilakukan perusahaan pertambangan masih kurang memadai, karena cenderung reaktif, bersifat jangka pendek dan ditekankan pada program-program fisik. Sedangkan program yang bersifat non fisik, kuhususnya pengembangan kapasitas masyarakat kurang mendapat perhatian. Padahal pengembangan kapasitas masyarakat adalah faktor yang sangat panting untuk mempersiapkan masyarakat menuju ke arah yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
Disisi lain, karakter utama dari industri pertambangan adalah sifatnya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable industry, sehingga industri tersebut hanya bersifat sementara. Jika ketergantungan masyarakat lokal pada perusahaan masih sangat besar, pada saat aktivitas industri pertambangan berakhir, maka pembangunan masyarakat lingkar tambang akan mengalami proses deindustrialisasi yang ditandai dengan berhentinya seluruh aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Mengacu dari penjelasan-penjelasan diatas, tesis ini akan mencoba membahas upaya pengelolaan lingkungan sosial dalam meningkatkan kapasitas masyarakat lingkar tambang melalui community development yang dilakukan oleh perusahaan tambang.
Tujuan Penelitian ini adalah: pertama, mendeskripsikan pengelolaan lingkungan sosial yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan. Deskripsi mengenai hal tersebut ditekankan corporate social responsibility perusahaan dan community development yang dijalankan oleh perusahaan pertambangan. Kedua, mendeskripsikan dampak atau implikasi pengelolaan lingkungan sosial yang pada kapasitas masyarakat Iokal. Ketiga, Memberikan penilaian mengenai peningkatan kapasitas masyarakat lokal dikaitkan dengan kesiapan mereka untuk membangun secara mandiri dan berkelanjutan. Sedangkan hipotesis kerja penelitian ini adalah: pertama, Pengelolaan lingkungan sosial yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan dalam derajat tertentu ditentukan oleh corporate social responsibility perusahaan dan community development yang dilakukan perusahaan pertambangan. Kedua, pengelolaan lingkungan sosial yang selama ini dilakukan oleh perusahaan pertambangan, dalam derajat tertentu dapat meningkatan kapasitas masyarakat lokal.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian studi kasus dan dengan menggunakan metode pengumpulan data pengamatan, wawancara mendalam dan penggunaan dokumen. Studi kasus dilakukan d PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), sebuah perusahaan pertambangan multinasional yang sedang mengusahakan penambangan bijih tembanga di Batu Hijau, kabupaten Subawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Dari hasil penelitian ini diperoleh temuan bahwa perhatian PTNNT pada upaya pengelolaan Iingkungan sosial masyarakat lingkar tambang cukup besar. Hal ini terlihat dari komitmen dan kebijakan Social Lisence To Operate (SLTO) dan Corporate Social Responsibility PTNNT yang memandang penting kedudukan masyarakat lingkar tambang dalam kegiatan perusahaan. Selain itu, dari penelitian ini diperoleh temuan bahwa mekanisme pengelolaan lingkungan sosial PTNNT telah berjalan secara sistematis, berdasarkan konsep dan strategi community development yang cukup jelas, melalui perencanaan jangka panjang dan secara relatif telah melibatan partisipasi masyarakat serta dukungan sumberdaya yang cukup besar dari perusahaan, balk dukungan dalam bentuk organisasi maupun dana atau anggaran. Dalam community developmen nya, PTNNT tidak saja melakukan pembangunan fisik namun juga pembangunan non fisisk, atau pembangunan kapasitas. Cakupan program pengelolaan lingkungan sosial PTNNT juga sangat luas, meliputi program pengembangan infrastruktur fisik, kesehatan masyarakat, pengembangan pendidikan, pengembangan pertanian dan pengembangan usaha (bisnis) lokal.
Walaupun demikian, konsep pengembangan kapasitas dalam community development cenderung dipersepsikan secara terbatas, pelibatan partisipasi masyarakat lingkar tambang pada program tahunan community development cenderung masih rendah dan pengelolaan lingkungan sosial cenderung dilakukan secara sektoral oleh masing-masing divisi dan program yang terdapat dalam Seksi Community Development PTNNT.
Bertolak dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pengelolaan sosial yang dilakukan PTNNT telah mampu meningkatkan kapasitas di tingkat individu. berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, sedangkan peningkatan kapasitas di tingkat organisasi dan komunitas rnasih kurang terlihat.
Berdasarkan hasil tersebut maka, hingga saat penelitian ini dilakukan, peningkatan kapasitas yang terjadi pada masyarakat lingkar tambang dinilai masih belum cukup untuk mempersiapkan masyarakat lingkar tambang untuk membangun secara mandiri dan berkelanjutan. Akan tetapi, upaya pengelolaan lingkungan sosial yang dilakukan oleh Seksi Community Development PTNNT dalam jangka panjang cukup menjanjikan bag peningkatkan kapasitas masyarakat lingkar tambang, bila: a) PTNNT memperluas konsep pengembangan kapasitasnya, b) PTNNT mempertimbangkan program-program yang berkaitan dengan pembentukan, penguatan visi dan kemampuan untuk memerintah serta program-program yang berkaitan dengan peningkatan dan perluasan keterlibatan anggota dalam komunitas, dan c) PT. NNT meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar divisi dan program yang terdapat di dalam Seksi Community Development PT. NNT ataupun antar Community Organizer ketika merealisasikan program-program community development.

Indonesian mining industry today is growing at a fast pace, both in terms of investments and production. Such progress on the one hand reflects increasing economic benefits generated by the industry for central and local governments; on the other hand, it poses greater risks to the environment because the environmental impact is inherent in every mining activity.
The mining industry affects both the physical/natural and social environments. It is local people that suffer the mostly negative impacts of mining activities on the social environment. In order to deal with these social impacts, mining companies give greater attention to social environment management efforts through a community development approach.
A number of researches, however, show that community development programs run by mining companies are considered not satisfactory as they tend to be reactive, short-term and physical programs. Non-physical programs, e.g. one that develops the community's capacities, are not given proper attention despite the fact that community capacity development is an important factor in preparing people to lead a more independent and sustained life.
Mining is a non renewable industry, and it is only temporary. If local people are highly dependent on mining companies, no more mining activities will result in de-industrialization, marked by stoppages of all social and economic activities of the local communities.
Referring to the above statements, this thesis discusses social environment management applied by mining companies to build the capacities of local communities through their community development programs.
This research used a case study method as well as data collection, observations, in-depth interviews and documents. The company studied in the research was PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), a multi-national company mining copper ores in Batu Hijau in the regency of West Sumbawa, West Nusa Tenggara.
Research results show that PTNNT is highly concerned about social environment management as seen from its commitment to and policy on social environment management that respects the community living around the mining areas. Social Lisence To Operate and Corporate Social Responsibility are the basis on which the company makes its commitment and policy. PT NNT has been managing the social environment systematically, with sufficiently clear community development concept and strategy, long-term planning, community engagement and adequate organizational support and funds. The concept of community development applied by the company does not only address physical development but the capacity building of the community as well. The company's social environment management has an extremely wide coverage: infrastructure development, community health care as well as educational, agricultural and local business developments.
It can be concluded that the social environment management programs run by PTNNT are capable of building the capacities of the communities living around mines. However, in the case of, the company focused its social environment management on building the capacity of the community at individual level by promoting the knowledge and skills of community members, leaving their capacities at organizational and community levels not sufficiently attended to. By the time this research was on-going, the company had not been able to make appropriate capacity building efforts to prepare people living around mining areas to carry on with independent and sustainable development.
However, social environment management efforts taken by the Community Development Division of PT NNT are highly promising in the long run for building the capacities of people living around mining areas provided that the company a) develops a better capacity-building concept; b) considers to implement programs related to the establishing and strengthening of a proper vision and instructing capabilities as well as programs concerned with improving the involvement of community members; and c) enhances coordination and communication between sections within the Community Development Section or between Community Organizer to get its community development programs on track.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T 17565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Dame
"Sebagai salah satu negara dengan jumlah gunung api aktif terbanyak di dunia Indonesia berisiko tinggi pada ancaman letusan vulkanik Berdasarkan penelitian hampir 60 dari total populasi hidup di 16 kawasan gunung api aktif di berbagai wilayah kepulauan di Indonesia Masyarakat yang tinggal di wilayah gunung api dan masih mempraktekkan cara hidup tradisional dianggap memiliki risiko tinggi karena praktik tradisional dapat mempengaruhi resiliensi mereka untuk menghadapi ancaman bencana Studi ini bertujuan untuk mengkaji faktor ekologi sosial yang berkontribusi terhadap usaha resiliensi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana Gunung Api Rokatenda Palue untuk menuju kemampanan Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif Teori sistem ekologi sosial dalam perspektif resiliensi menjelaskan kompleksitas hubungan yang dinamis antara manusia dan lingkungan terutama pada masyarakat adat yang hidupnya bergantung pada sumber daya alam Teori ini digunakan dalam mengidentifikasi kerentanan dan mengkaji aspek ekologi sosial yang mendukung dan menghambat resiliensi masyarakat adat di Dusun Koa yang tinggal di kawasan rawan bencana Gunung Rokatenda di Kabupaten Sikka NTT Studi ini menunjukkan bahwa aspek ekologi sosial yang terdapat pada masyarakat adat sangat berpengaruh pada kerentanan dan kapasitas dalam menghadapi potensi ancaman letusan gunung api.

As one of the countries with the largest number of active volcanoes in the world Indonesia is at high risk of the threat of volcanic eruption Based on previous studies it was stated that nearly 60 of the total population living in 16 areas of active volcano in various islands of Indonesia People who live in the area of the volcano and still practice the traditional way of life considered as high risk community because it may affect their resilience to face the threat of disaster This study aims to analyze social ecological factors that contribute to resilience efforts toward sustainability of the community living in disaster prone area of Rokatenda Volcano in Palu 39 e Island This study applied a qualitative approach with qualitative descriptive method Social ecological systems theory in the perspective of resilience explains the complexity of the dynamic relationship between man and the environment especially in the indigenous communities whose life depend on natural resources The theory is applied in identifying the risks and analyzing social ecological aspects as supporting and hindering factors for community resilience in indigenous people of Koa who live in the disaster prone area of Mount Rokatenda This study showed that social ecological aspects existing in an indigenous community was highly influence the vulnerability and capacity of the community to face a potential threat of volcanic hazard."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Satriawan
"Program kartu prakerja dalam pelaksanaannya dinilai banyak menuai permasalahan, seperti program yang tidak tepat sasaran, masih ditemukannya tumpang tindih penerima bantuan, serta sering terjadinya keterlambatan pencairan dana insentif. Berangkat dari permasalahan tersebut penelitian ini mengkaji tentang tingkat keberhasilan pengimplementasian program kartu prakerja ditinjau dari perspektif penerima. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pelaksanaan program kartu prakerja dalam memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak pandemi COVID-19 di Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengambilan data utama menggunakan metode kuantitatif melalui kuesioner yang disebarkan kepada 156 responden, kemudian didukung dengan teknik wawancara mendalam dengan 7 narasumber. Penelitian ini menggunakan konsep evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan perspektif penerima, pelaksanaan program kartu prakerja sudah berjalan dengan baik. Namun masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaannya seperti sistem verifikasi data calon penerima yang terkadang masih tumpang tindih dengan data penerima bantuan sosial, kurangnya kolaborasi dengan pemerintah daerah, kemudian masih ditemukannya penerima program dari kalangan mahasiswa atau pelajar.

Kartu prakerja program in its implementation, is considered to have many problems, like a program that isn’t right on target, overlapping beneficiaries are still found, and frequent delays in the disbursement of incentive funds. Leaving the issues the study examined the rate of success of implementation kartu prakerja program from the recipient’s perspective. The purpose of this study is to evaluate the rate of success kartu prakerja program in providing assisting citizens affected by the COVID-19 pandemic in East Lombok Regency. This study used a quantitative approach with the main data collection technique using quantitative methods through questionnaires distributed to 156 respondents, then supported by in-depth interview techniques with 7 informants. The study used the concept of CIPP evaluation (Context, Input, Process, Product). The results showed that based on the recipient's perspective, implementation kartu prakerja program has gone well. However, there are still weaknesses in its implementation such as the data verification system of prospective recipients who sometimes still overlap with the data of recipients of social assistance, lack of collaboration with local governments, then still the discovery of program recipients from among students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>