Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95969 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fina Andriani
"Tesis isi membahas sapaan berdasarkan urutan lahir di wilayah Pedamaran, Sumatera Selatan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengungkapkan sapaan berdasarkan urutan lahir di wilayah Pedamaran, (2) menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi penutur bahasa di wilayah Pedamaran dalam memilih sapaan berdasarkan urutan lahir, dan (3) menjelaskan sistem penggunaan sapaan berdasarkan urutan lahir di wilayah Pedamaran. Cakupan penelitian ini dibatasi pada penggunaan sapaan dalam lingkungan kerabat berdasarkan ikatan darah. Dari hasil penelitian diperoleh 19 sapaan berdasarkan urutan lahir yang dapat digunakan berdampingan dengan 9 sapaan berdasarkan kekerabatan. Penggunaan sapaan tersebut dipengaruhi oleh tingkatan urutan lahir, generasi, usia, dan jenis kelamin.

The focus of this study is the terms of address based on birth order in Pedamaran area, South Sumatra. This research is qualitative with sociolinguistic approach. The objectives of this research are: (1) to explain the terms of address based on birth order in Pedamaran, (2) to explain the things that affect the speakers in choosing the terms of address based on birth order and (3) to explain the system of terms of address based on birth order in Pedamaran area. The boundary of the research is on terms of address in the blood-tied relatives environment. The result of the research shows that there are 19 terms of address based on birth order that can be used with 9 terms of adress based on kinship. Those terms of address mainly influenced by birth order, generation ranks, age, and gender.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridho Nugroho
"Berdasarkan berat badan rujukan menurut Departemen Kesehatan, bayi yang lahir dengan gizi baik akan mempunyai berat badan antara 2,5 kg sampai 3,4 kg. Pertambahan berat badan bayi sangatlah pesat, tetapi laju pertambahan berat badan makin lama makin berkurang. Pada umur 5 bulan, berat badan bayi menjadi dua kali berat lahir, sedangkan pada umur 1 tahun beratnya tiga kali berat lahir, dan pada umur 2 tahun berat badannya menjadi empat kali berat lahir. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara berat badan lahir terhadap pertambahan berat badan usia 12 bulan pada bayi yang di lahirkan di klinik bidan praktek mandiri (BPM) di Kota Lubuklinggu Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2019, sampel sebanyak 108. Desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan 81,5% bayi lahir dengan berat badan ≥3000gram, sebanyak 47,2% bayi yang mengalami kenaikan berat badan 3 kali berat lahir, 47,2 % bayi diberi ASI eksklusif, 63% bayi mendapat MP ASI pada usia ≥ 6 bulan, 59,3% bayi menderita penyakit infeksi, 88% ibu yang memiliki usia kehamilan ≥ 38 minggu, 70,4 % ibu yang memiliki pendidikan ≥ SLTA, 63% bayi rutin melakukan penimbangan berat badan serta 80,6% bayi mendapatan imunisasi lengkap. Terdapat hubungan antara berat badan lahir (p value = 0,001) dan status imunisasi (p value = 0,017) terhadap pertambahan berat badan bayi pada usia 12 bulan. Perlu adanya peningkatan program antenatal care (ANC) dan peningkatan program cakupan imunisasi/universal child immunization (UCI) serta peningkatan kunjungan posyandu agar bayi dapat mencapai berat badan yang ideal pada usia 12 bulan.

Based on the reference weight according to the Ministry of Health, babies born with good
nutrition will have a weight between 2.5 kg to 3.4 kg. Baby's weight gain is very rapid, but the rate of weight gain decreases over time. At the age of 5 months, the babys weight is twice the birth weight, while at the age of 1 year it weighs three times the birth weight, and at the age of 2 years the weight becomes four times the birth weight. The purpose of the study was to determine the relationship between birth weight to weight gain of 12 months in infants born at independent practice midwife clinics (BPM) in Lubuklinggu City, South Sumatra Province in 2019, a sample of 108. The study design was cross sectional. The results showed 81.5% of babies born with a weight of 0003000gram, as many as 47.2% of infants who gained weight 3 times birth weight, 47.2% of infants were given exclusive breastfeeding, 63% of infants received MP ASI at the age of ≥ 6 month, 59.3% of babies suffer from infectious diseases, 88% of mothers who have gestational age ≥ 38 weeks, 70.4% of mothers who have education ≥ SLTA, 63% of babies routinely weigh weight and 80.6% of babies get complete immunization . There is a relationship between birth weight (p value = 0.001) and immunization status (p value = 0.017) on infant weight gain at 12 months of age. There needs to be an antenatal care (ANC) improvement program and an increase in the universal child immunization (UCI) program and an increase in posyandu visits so that babies can achieve the ideal body weight at 12 months of age.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ansori
"Bayi umur 4 - 6 bulan mulai mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-AS1) secara bertahap, disamping masih tetap mendapat ASI. Pada masa ini kekebalan anak yang didapat secara pasif dari ibunya mulai menurun, sementara bayi mulai mendapatkan makanan yang kurang mencukupi dari kebutuhannya. Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi KEP pada bayi lebib dari 15% berdasarkan indeks status gizi (BB/U). Hal ini menunjukkan bahwa masalah gizi pada bayi merupakan hal yang serius yang perlu segera ditangani.
Penelitian ini menganalisis data sekunder dari Penelitian " Pola menyusui, Usia penyapihan dan Pemberian MP-ASI dalam Kaitannya dengan Status Gizi Batita (6 - 36 bulan) Di Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Mir Sumatera Selatan Tabun 2001". Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh tentang kekuatan hubungan umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi. Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang). Sampel adalah bayi umur 6 - 12 bulan yang mendapatkan ASI. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dan multivariat_
Hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi KEP sebesar 20,7%, rata-rata umur pemberian MP-ASI 3,8 bulan, sedangakan bayi yang diberi MP-ASI < 4 bulan sebesar 31,0%. Asupan energi dari rata-rata 764 kkal sedangkan asupan protein 16 gr. Dari basil analisis multivari.at didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi umur 6 - 12 bulan. Bayi yang mendapatkan MP-ASI pada umur < 4 bulan kemungkinan akan mengalami risiko gizi kurang 5,2251 kali dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan MP-ASI pads mnur 4 - 6 bulan setelah dikontrol oleh asupan energi. Ternyata asupan energi berperan sebagai confounder, atau mempunyai pengaruh dalam meningkatkan hubungan umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi.
Untuk meningkatkan status gizi bayi maka perlu dilakukan peningkatan pelaksanaan monitoring pertumbuhan melalui kegiatan UPGK di posyandu, selain itu kepada ibu menyusui hams diupayakan untuk tidak memberikan makanan prelakteal dan memberikan MP-ASI dini, karena bila sudah mendapat makanan prelakteal dan IvfP-ASI yang diberikan pada umur < 4 bulan bisa merugikan bayi. Petugas kesehatan berperan penting dalam memberikan pendidikan/konseling terhadap ibu hamil tentang manajemen laktasi. Agar bayi dapat memenuhi kebutuhan gizinya perlu dikembangkan makanan lokal melalui pelatihan pembuatan makanan lokal yang memenuhi syarat gizi dan cita rasa.

The Relationship between the First Age of Introducing Complementary Feeding with Nutritional Status of Babies aged 6 - 12 Months at Pedamaran Subdistrict Ogan Komering Ilir District South Sumatera in 2001Babies aged 6 -12 months begins to get complemernary feeding gradually while still breast feeded. In this age, baby immunity which was received passively from his mother decreases, while he begins to receive an inadequate food. Several researches show that protein energy malnutrition (PEM) prevalence to babies is more than 15% based on nutritional status index (Weight/Age). This shows that baby nutrition remains serious matter to overcome.
The research analyzes secondary data obtained from the previous research titled "Breast feeding pattern, weaning age and complementary feeding in relation to the nutrition status of baby under three years ( 6 - 36 months) at Pedamaran Subdistrict, Ogan Komering Ilir District, South Sumatera in 2001". This research purpose is to obtain the relational strength between the first age of introducing complementary feeding and nutritional status of babies 6 - 12 months. This research uses cross sectional design, through univariat, bivariat, and multivariate analyses. Samples are baby aged 6 - 12 months who received Breast milk
The research result shows that Protein Energy Malnutrition (PEM) prevalence is 20,7%, mean of ages introducing complementary feeding is 3,8 months, mean of babies of age of introducing complementary feeding < 4 months is 31,0%, mean of energy intake is 764 kkal, and mean of protein intake is 16 gr. Multivariate analysis shows that there is significant relationship between first age of introducing complementary feeding and nutritional status of infant age 6 -12 months. Babies who received complementary feeding <4 months possible might experience with under nutrition (Weight/Age) risk more than 5,2251 than babies who received complementary feeding at 4 - 6 months of age after controlled by energy intake. Apparently, energy intake plays as confounder role, or has influence to increase the relationship between first age of complementary feeding and nutritional status of infants.
In order to improve baby nutritional status, there should be monitoring improvement through UPGK program at Posyandu. In addition, mother is expected not to administer prelacteal food and able to administer exclusive breast-feeding, because babies given prelacteal and administered of introducing complementary feeding at the age <4 months, they will be harmful. On the other hand there should be information given both to health officers and pregnant mothers about lactation management . In order to baby nutrient necessity, there should be it needs local/ordinary foods development through the training of local food production which fulfills nutrition condition and flavor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Anisya Cahyanikartika
"Rekonstruksi kondisi geologi pada masa lampau dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satu hasil dari rekonstruksi tersebut adalah determinasi lingkungan pengendapan. Determinasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan fosil polen dan spora. Polen dan spora termasuk ke dalam material palinomorf yang merupakan objek dari studi palinologi. Penelitian ini berfokus pada analisis lingkungan pengendapan berdasarkan fosil polen dan spora pada Sumur A, Formasi Talang Akar, Cekungan Sumatera Selatan, yang termasuk ke dalam Wilayah Kerja PT. Odira Energy Karang Agung. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 10 preparat palinologi dengan dua ukuran saringan berbeda (5 Mikron dan 10 Mikron) dari lima kedalaman berbeda, yaitu 1368-1370 m, 1374-1376 m, 1384-1386 m, 1400-1402 m, dan 1402-1404 m. Setelah preparat dianalisis, dilakukan deskripsi dan perhitungan jumlah individu palinomorf yang ditemukan pada seluruh sampel, kemudian dikelompokkan berdasarkan habitat ekologinya. Interpretasi lingkungan pengendapan masa lampau dapat ditentukan berdasarkan asosiasi kumpulan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan Formasi Talang Akar pada Sumur A berkisar antara back mangrove hingga mangrove. Selain itu, umur relatif Formasi Talang Akar pada Sumur A juga dapat dideterminasi dari takson fosil yang ditemukan pada sampel yang dianalisis. Berdasarkan fosil yang ditemukan, umur Formasi Talang Akar berkisar antara Oligosen yang ditandai takson Meyeripollis naharkotensis hingga Miosen awal yang ditandai takson Florschuetzia trilobata.

Reconstruction of geological conditions in the past can be done with various approaches. One of the results from the reconstruction is the determination of the depositional environment. The determination can be done by using pollen and spore fossil data. Pollen and spores are classified as palynomorph material, which is the object of palynology study. This study focused on the analysis of depositional environment in Well A, Talang Akar Formation, South Sumatra Basin, which is included in the Working Area of PT. Odira Energy Karang Agung. The data that were used in this study consists of 10 palynological slides with two different filter sizes (5 Micron and 10 Micron) from five different depths, namely 1368-1370 m, 1374-1376 m, 1384-1386 m, 1400-1402 m, and 1402-1404 m. The palynomorphs found in all samples are being described and counted, then grouped according to their ecological habitat. The depositional environment can be determined based on the association of the groups. The result of the analysis shows that the depositional environment of the Talang Akar Formation in Well A ranges from back mangrove to mangrove. In addition, the relative age of the Talang Akar Formation in Well A can be determined from the fossil taxa that are found in the samples. Based on the fossils that were found, the age of Talang Akar Formation is Oligocene, marked by Meyeripollis naharkotensis, until early Miocene, marked by Florschuetzia trilobata taxon."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Saidati Salsabila
"Problematika program CSR korporasi di bidang industri ekstraktif Indonesia salah satunya ialah merealisasikan dampak positif yang cenderung fokus pada hasil akhir (outcome) tanpa memperhatikan kualitas akseptor program yang dijalankan. Berbagai hasil kajian menuturkan pentingnya menimbang sejauh mana tingkat kapabilitas masyarakat dicapai guna menyokong keberhasilan dan dampak positif program CSR yang justru diabaikan oleh eksekutor program. Merespon hal tersebut korporasi perlu merevisi peningkatan kapabilitas masyarakat dengan mengintegrasikan aspek kualitas keberhasilan program. Penelitian ini diselenggarakan dengan melihat program CSR Otonomi Ekonomi PT. Barasentosa Lestari (BSL) melalui metode penelitian kuantitatif dengan mengonfirmasi pengaruh tingkat partisipasi melalui tingkat kapabilitas masyarakat desa terhadap dampak - dampak yang dihasilkan dari program CSR Otonomi Ekonomi PT. Barasentosa Lestari (BSL). Unit analisis studi ini merupakan individu (pekerja) akseptor program CSR korporasi PT. BSL. Studi evaluasi formatif ini bertujuan untuk memperoleh strategi improvisasi yang dapat diaplikasikan pada masa program berjalan selanjutnya. Analisis SWOT digunakan dalam menyusun model konkret evaluasi program. Hasil studi ini menunjukkan bahwa penerima program memiliki tingkat partisitpasi, tingkat kapabilitas, dan tingkat dampak program yang cenderung rendah. Adapun Tingkat partisipasi dan tingkat kapabilitas terbukti memiliki korelasi positif terhadap tingkat dampak program dengan nilai korelasi sebesar 0.609 dan 0.721. Hasil Analisis multivariat juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat partisipasi melalui tingkat kapabilitas penerima program terhadap tingkat dampak yang dihasilkan oleh program. Adapun response rate pada survey kuesioner yang disebar oleh peneliti menghasilkan response rate sebesar 75.0%. Berdasarkan temuan ini, peneliti menyusun analisis SWOT dalam bentuk model aplikatif yang dapat meningkatkan dampak program melalui peningkatan partisipasi dan kapabilitas program.

One of the problems with corporate CSR programs in the Indonesian extractive industry sector is that realizing positive impacts tends to focus on the final result (outcome) without paying attention to the quality of the program's acceptors. Various study results show the importance of considering the extent to which the level of community capability is achieved in order to support the success and positive impact of CSR programs, which is actually ignored by program executors. In response to this, corporations need to revise increasing community capabilities by integrating quality aspects of program success. This research was conducted by looking at PT's Economic Autonomy CSR program. Barasentosa Lestari (BSL) through quantitative research methods by confirming the influence of the level of participation through the level of capability of the village community on the impacts resulting from PT's Economic Autonomy CSR program. Barasentosa Lestari (BSL). The unit of analysis for this study is the individual (worker) acceptor of PT's corporate CSR program. BSL. This formative evaluation study aims to obtain improvisational strategies that can be applied in the future of the program. SWOT analysis is used in developing a concrete model for program evaluation. The results of this study show that program recipients tend to have low levels of participation, levels of capability, and levels of program impact. The level of participation and level of capability are proven to have a positive correlation with the level of program impact with correlation values of 0.609 and 0.721. The results of the multivariate analysis also show that there is a significant influence of the level of participation through the level of capability of program recipients on the level of impact produced by the program. The response rate in the questionnaire survey distributed by the researchers resulted in a response rate of 75.0%. Based on these findings, researchers prepared a SWOT analysis in the form of an applicable model that can increase the impact of the program through increasing participation and program capability."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zilda Oktarina
"Lebih dari sepertiga balita di Indonesia mengalami stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita dan faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 1239 sampel balita usia 24-59 bulan di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung yang memiliki kelengkapan data variabel penelitian diambil dari data Riskesdas 2010. Pengumpulan data Riskesdas 2010 menggunakan kuesioner. Analisis Chi Square dan Regresi Logistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko dengan kejadian stunting pada balita dan faktor dominan yang paling berhubungan dengan kejadian stunting pada balita.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi balita yang mengalami stunting 44,1%. Berat lahir, tinggi badan ibu, tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi lemak, status ekonomi keluarga, jumlah anggota rumah tangga, dan sumber air minum memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada balita. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah jumlah anggota rumah tangga. Peneliti menyarankan kepada keluarga agar dapat membatasi jumlah anak sesuai dengan program Keluarga Berencana (KB).

More than one-third of young childrens in Indonesia have stunted. The purpose of this study was to identify correlates factors and dominant factors with stunting in young children. Cross sectional's design study was conducted in 1239 children aged 24-59 months at Aceh, North Sumatera, South Sumatera, and Lampung who have completed in data study variable in Riskesdas 2010. The data were collected by questionnaire. Chi square analyze and regression logistic were used to assess the association between risk factors with stunting in children and dominant factor for stunting in children.
The result reveals that prevalence of stunting among children is 44.1%. birth weight, mother's height, energy intake, fat intake, economic status, family size, and drink water have associate with stunting in children. Then, dominant factor that associate with stunting in children is family size. Researcher suggest that family can control of total children as Keluarga Berencana (KB)'s program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hiska Anggit Maulana
"Telah dilakukan penelitian tentang karakterisasi reservoar dan batuan induk untuk mengetahui persebaran distribusi reservoar formasi Talang-Akar cekungan Sumatera Selatan. Penelitian ini berdasarkan integrasi data geofisika, geologi dan petrofisika.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik reservoir dan batuan induk Lapangan studi, membedakan reservoir dan batuan induk dalam satu formasi yaitu formasi Talang Akar, serta mengetahui persebaran net pay lapisan reservoir dan batuan induk.
Metode yang digunakan adalah integrasi geofisika, geologi dan petrofisika, yang meliputi interpretasi data seismik menggunakan peta struktur waktu dan kedalaman, inversi seismik post-stack, kecepatan interval, interpretasi geologi meliputi analisa sturktur dan sesar, dan pengolahan data petrofisika dengan menginterpretasi data log sumuran yang menembus Formasi Talangakar yang mengandung hidrokarbon minyak dan gas.
Berdasarkan interpretasi seismik, didapat penarikan 4 horison, yaitu Top Lapisan I, Top Lapisan D, Top Lapisan A dan Top Lapisan BRF, yang kemudian dilakukan pemetaan bawah permukaan pada lapisan A dan I untuk mengetahui perkembangan struktur di Daerah Penelitian.
Berdasarkan interpretasi geologi, pemerangkapan di Daerah Penelitian berupa struktur antiklin berarah baratdaya-timurlaut yang dibatasi oleh patahan normal pada bagian baratdaya dan tenggara struktur Daerah Penelitian.
Berdasarkan analisa petrofisika, reservoir yang utama pada lapangan penelitian, adalah lapisan A dengan kedalaman 1375 m dan ketebalan antara 2 ndash; 8.3 meter. Sedangkan dengan menggunakan data validasi yaitu menggunakan data side wall core sumur TMB-11, lapisan yang berpotensi sebagai batuan induk berkisar 1512 m yang equivalen dengan lapisan I yang memiliki nilai net-pay atau ketebalan batuan pasir yaitu 1,98 meter. Sehingga dapat dilakukan pembedaan daerah penelitian bahwa terdapat satu reservoir yang utama yaitu lapisan A dan batuan induk I pada formasi Talang Akar.

Reservoir and source rock characterization has been performed to deliniate the reservoir distribution of Talang akar Formation South Sumatra Basin. This study is based on integrated geophysics, geology and petrophysical data.
The aims of study is to determine the characteristics of the reservoir and source rock, to differentiate reservoir and source rock in same Talang Akar formation, to find out the distribution of net pay reservoir and source rock layers.
The method of geophysical included seismic data interpretation using time and depth structures map, post stack inversion, interval velocity, geological interpretations included the analysis of structures and faults, and petrophysical processing is interpret data log wells that penetrating Talangakar formation containing hydrocarbons oil and gas.
Based on seismic interpretation, obtained of the four horizons, those are Top Layer I, Top Layer D, Top Layer A and Top Layer BRF, which then perform subsurface mapping on Layer A and Layer I to determine the development of structures in the Regional Research.
Based on the geological interpretation, trapping in the form of regional research is anticline structure on southwest northeast trending and bounded by normal faults on the southwest and southeast regional research structure.
Based on petrophysical analysis, the main reservoir in the field of research, is a layer 1,375 m of depth and a thickness 2 to 8.3 meters. While using data validation that used side wall core data of the well TMB 11, the layer as a potential source rock ranging of depth from 1,512 m which is equivalent to the layer I that has a net pay thickness of sand 1.98 meters. It can distinguish the main research areas of reservoirs and rock layers of A and layer I in Talang Akar formation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T46837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fuad Salam
"Identifikasi reservoar karbonat dan batuan dasar berdasarkan inversi simultan telah dilakukan pada lapangan ldquo;F cekungan Sumatera Selatan. Reservoar karbonat pada lapangan ini berada pada Formasi Batu Raja BRF yang merupakan salah satu reservoar karbonat produktif di cekungan ini. Penelitian ini dilakukan untuk menkonfrimasi kesalahan interpretasi zona prospek pada reservoar karbonat tersebut.
Menurut studi sebelumnya, pada formasi ini terdapat zona potensial yang ditunjukan oleh nilai impedansi akustik yang rendah pada bagian barat daerah penelitian. Akan tetapi hasil dari pengeboran menunjukkan fakta yang berbeda dimana area ini diindikasikan sebagai batuan dasar lapuk. Impedansi akustik tidak mampu memisahkan kedua jenis batuan ini batuan karbonat dan batuan dasar . Oleh karena itu untuk memisahkan kedua jenis batuan tersebut diperlukan parameter elastik lainnya.
Berdasarkan analisis crossplot dari beberapa sumuran, Vp/Vs dan lambda-rho adalah parameter elastik yang paling sensitif untuk memisahkan keduanya. Untuk mendapatkan parameter tersebut, penelitian ini mengunakan inversi simultan dengan lateral variant wavelet. Tujuan penerapan lateral variant wavelet untuk menjaga kualitas dari hasil inversi pada zona batuan dasar. Lateral variant wavelet diekstraksi mengunakan data sumur yang mewakili kedua jenis batuan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter elastik hasil inversi seismik dengan lateral variant wavelet dapat memisahkan batuan dasar lapuk. Pemisahan kedua batuan tersebut diindikasikan oleh nilai Vp/Vs dan lambda-rho yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan reservoar karbonat.

Identification of carbonate reservoir and basement using multi wavelet simultaneous inversion has been done. This research had been carried out for justifying pitfall interpretation of carbonate reservoir in BRF.
Refer to the previous study, the potential zone, which indicated by low acoustic impedance in the western part of study area, is not prospect zone. Obviously based on the drilling information thus area suggested as weathered basement. This means there are pit fall when we rely only on the acoustic impedance. Therefore, to distinguish between carbonate and weathered basement we need another sensitive elastic parameter.
Based on multi well cross plot analysis of elastic parameters, Vp Vs and lambda rho are sensitive to separate them. This study applied simultaneous seismic inversion which was combined with lateral variant wavelet to get that parameter from seismic data. The intention of the application of lateral variant wavelet is to preserve good correlation between the prospect zone and non prospect zone. The lateral variant wavelet were extracted from well, which is located in the certain location representing the BRF zone and weathered basement.
The result show that the weathered basement was indicated by low Vp Vs and low lambda rho compared to carbonate reservoir.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri
"Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan motorik terlambat, dan terhambatnya pertumbuhan mental. Tujuan umum dari penelitian adalah diketahuinya faktor yang paling dominan berhubungan dengan stunting pada balita (12 ? 59 Bulan) di Sumatera tahun 2010. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 3126 balita.
Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data Riskesdas 2010 pada bulan September ? Desember 2011, sedangkan Riskesdas 2010 dilaksanakan pada bulan Mei ? Agustus 2010. Variabel yang digunakan antara lain stunting, berat lahir, asupan energi, asupan protein, umur, jenis kelamin balita, pendidikan ibu, jumlah anggota rumah tangga, wilayah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga yang telah dikumpulkan oleh tim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji chi square (bivariat) dan regresi logistik ganda (multivariat).
Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan indeks TB/U maka balita yang stunting sebanyak 37.5% dan normal sebanyak 62.5%. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara stunting dengan berat lahir, asupan energi, asupan protein, jenis kelamin, pendidikan ibu, wilayah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel berat lahir merupakan faktor dominan berhubungan dengan stunting setelah dikontrol variabel jenis kelamin, wilayah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga.

Stunting is very short state of body so that the deficit exceeded -2 SD below the median length or height. Stunting is a public health issue because it deals with an increased risk of morbidity and mortality, delayed motor development, and mental growth retardation. The general objective of research is to know the dominant factor related with stunting in infants (12-59 months) in Sumatra in 2010. This study uses cross sectional research design and quantitative method with 3126 toddlers sample.
The research was carried out by processing the Riskesdas 2010 data in September - December 2011, while Riskesdas 2010 was held in May-August 2010. Variables are used i.e. stunting, birth weight, energy intake, protein intake, age, sex toddler, maternal education, number of household members, area residence and economic status of families that have been collected by a team of Basic Health Research (Riskesdas) in 2010. Processing and analyzing data using chi square test (bivariate) and multiple logistic regression (multivariate). The analysis showed that based on the index TB/U, stunting toddlers as much as 37.5% and 62.5% of normal.
The results of chi square test showed significant relationship between stunting with birth weight, energy intake, protein intake, sex, maternal education, area of residence and economic status of families. The results of multivariate analysis showed the birth weight variable is the most dominant factor associated with stunting after being controlled with sex, area of residence and economic status of families variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30071
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Yumantoro Putra
"Pengukuran geolistrik resistivitas dengan konfigurasi Dipole-Dipole telah dilakukan pada jalan raya di wilayah Jembatan Ampera, Palembang, Sumatera Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui struktur lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas, mengetahui litologi penyusun bawah permukaan yang dominan menjadi penyebab dari terbentuknya zona lemah, dan melakukan analisis terhadap keberadaan dari zona lemah yang terdapat di bawah permukaan. Pemodelan dan interpretasi nilai resistivitas batuan bawah permukaan dimodelkan secara 2D dan 3D menggunakan perangkat lunak pemodelan, sedangkan pembuatan peta formasi geologi menggunakan perangkat lunak pengolahan. Hasil pemodelan dan interpretasi resistivitas batuan secara 2D menghasilkan penampang struktur batuan bawah permukaan berupa litologi lumpur lanauan dengan interval nilai resistivitas antara 0,5 – 13 Ωm, litologi lanau pasiran dengan interval nilai resistivitas antara 13 – 60 Ωm, dan litologi pasir dengan interval nilai resistivitas antara 60 – 250 Ωm. Setelah diperoleh model penampang secara 2D selanjutnya dilakukan korelasi terhadap peta formasi geologi untuk mendapatkan kesamaan litologi dan formasi dari dua data yang berbeda yaitu antara data geologi wilayah penelitian dan data geolistrik resistivitas. Kemudian hasil korelasi dibuat visualisasi berupa model secara 3D untuk menganalisis keberadaan dari zona lemah yang ada di bawah permukaan. Hasil penelitian membuktikan bahwa litologi penyusun sebagai penyebab dari terbentuknya zona lemah didominasi oleh litologi berupa lumpur lanauan. Keberadaan zona lemah di bawah permukaan dapat diinterpretasikan sebagai litologi lumpur lanauan yang memiliki karakteristik lunak dan tidak kompak dengan nilai resistivitas yang relatif rendah yaitu antara 0,5 – 13 Ωm. Karakteristik dari lumpur lanauan ini memiliki kaitan erat dengan kemampuan ekspansif dari mineral penyusun yang terpengaruh oleh air sehingga kehadiran litologi ini diindikasikan mempercepat proses konsolidasi dan memperbesar potensi terjadinya amblesan.

Geoelectrical resistivity measurements with a Dipole-Dipole configuration have been carried out on the highway in the Ampera Bridge area, Palembang, South Sumatra. The purpose of this research is to determine the structure of the subsurface layers based on resistivity values, to find out the dominant subsurface lithology that causes weak zones to form, and to analyze the presence of weak zones beneath the surface. Modeling and interpretation of resistivity values of subsurface rocks are modeled in 2D and 3D using modeling software, while the geological formation maps are made using processing software. The results of 2D modeling and interpretation of rock resistivity yield subsurface rock structure sections in the form of silt mud lithology with resistivity value intervals between 0,5 – 13 Ωm, sandy silt lithology with resistivity value intervals between 13 – 60 Ωm, and sand lithology with resistivity value intervals between 60 – 250 Ωm. After obtaining the 2D cross-section model, a correlation was then carried out with the geological formation map to obtain lithology and formation similarities from two different data, namely between the geological data of the study area and the resistivity geoelectric data. Then the results of the correlation are visualized in the form of a 3D model to analyze the presence of weak zones under the surface. The results of the study prove that the constituent lithology as the cause of the formation of weak zones is dominated by lithology in the form of silt mud. The existence of a weak zone below the surface can be interpreted as silt mud lithology which has soft and non-compact characteristics with a relatively low resistivity value of between 0,5 – 13 Ωm. The characteristics of silt mud are closely related to the expansive capacity of the constituent minerals which are affected by water so that the presence of this lithology is indicated to accelerate the consolidation process and increase the potential for subsidence. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>