Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222966 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Zamilatul Azkiyah
"ABSTRAK
Intrakranial hemoragik merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan penanganan secara intensif. Intrakranial hemoragik dapat bersifat spontan dan dapat disebabkan oleh malformasi pembuluh darah, trauma atau karena penggunaan obat antikoagulan. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai efektivitas penggunaan asam traneksamat dan vitamin K terhadap nilai PT dan APTT pada pasien intrakranial hemoragik. Studi ini menggunakan desain kohort retrospektif, data diambil dari rekam medis pasien di instalasi rekam medis RSUP Fatmawati Jakarta pada Januari 2013 - Desember 2015. Kelompok pertama adalah pasien yang menerima asam traneksamat tunggal dan kelompok kedua adalah pasien yang menerima asam traneksamat dan vitamin K. Sejumlah 125 rekam medis dimasukkan kedalam kriteria inklusi. Analisis statistik menggunakan uji chisquare dan regresi logistik. Pasien yang menggunakan asam traneksamat 2,5 kali berpeluang memendekkan nilai APTT dan 1,2 kali berpeluang memendekkan nilai PT. Pasien yang menggunakan asam traneksamat dan vitamin K 2,7 kali berpeluang memendekkan nilai APTT dan 1,6 kali berpeluang memendekkan nilai PT. Penggunaan asam traneksamat berpeluang menyebabkan terjadinya pemendekan nilai APTT 6 kali setelah dikontrol oleh variabel rentang waktu pengukuran. Penggunaan asam traneksamat dan vitamin k berpeluang menyebabkan terjadinya pemendekan nilai APTT 7,5 kali setelah dikontrol oleh penyakit penyerta.

ABSTRACT
Intracranial hemorrhage is a life threatening condition, the outcome of which can be improved by intensive care. Intracranial hemorrhage may be spontaneous, precipitated by an underlying vascular malformation, induced by trauma, or related to therapeutic anticoagulation. The purpose of this study was to determine the PT and APTT scores in patient with intracranial hemorrhage that received tranexamic acid and vitamin K. This study used observational with cohort retrospective design. The research was conducted in the Installation Medical Records, data takes from patient rsquo s medical records admitted to RSUP Fatmawati Jakarta in January 2013 until Desember 2015.First group is patient who received tranexamic acid alone and the second group is patient who received tranexamic acid and vitamin K. A total of 125 medical records were included in the inclusion criteria. The statistical analysis of the chi square test showed that patient used tranexamic acid shorten the APTT scores 2,5 times and shorten the PT scores 1,2 times. Patients used tranexamic acid and vitamin K shorten the APTT scores 2,7 and 1,6 times. The use of tranexamic acid shorten the APTT scores 6 times after being controlled by the measurement times. The use of tranexamic acid and vitamin k cause shorten APTT scores 7.5 times after being controlled by the comorbidities."
2017
T49695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahla Shihab
"ABSTRAK
Latar belakang: Melasma merupakan kelainan pigmentasi yang menyebabkan gangguan kosmetik serta berdampak negatif pada kualitas hidup, kesehatan emosi, dan interaksi sosial. Terdapat berbagai modalitas terapi melasma, namun efektivitas dan keamanan masing-masing terapi masih belum memuaskan. Asam traneksamat diketahui memiliki kemampuan menghambat inflamasi, faktor pertumbuhan melanosit, dan aktivitas tirosinase, sehingga dapat berperan dalam terapi melasma. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai efektivitas asam traneksamat oral sebagai terapi melasma di Indonesia. Tujuan: Menilai efektivitas asam traneksamat oral dalam kombinasi terapi topikal pada tata laksana melasma.Metode: Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda. Lima puluh subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok mendapatkan intervensi terapi topikal melasma berupa krim hidrokuinon 4 dan tabir surya SPF 30 ditambah asam traneksamat oral, sedangkan kelompok lainnya mendapatkan terapi topikal melasma dan kapsul plasebo selama 3 bulan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan skor MASI modifikasi dan mexameter.Hasil: Nilai efektivitas kombinasi asam traneksamat dengan terapi topikal hidrokuinon dan tabir surya terhadap perbaikan klinis berdasarkan skor MASI dan mexameter berturut-turut sebesar 72 dan 52 sedangkan terapi topikal saja sebesar 4 dan 0 . Simpulan: Kombinasi asam traneksamat oral 500 mg dengan terapi topikal hidrokuinon 4 lebih efektif dibandingkan dengan terapi topikal saja untuk perbaikan klinis melasma.

ABSTRACT
Melasma is a pigmentary disorder that cause not only cosmetic impairment but also gives negative impact in the quality of life, emotional health and social interaction. There are different theurapeutic modalities for melasma, but none of those have the best satisfactory effectivity and safety yet. Tranexamic acid is known to have the abitily to inhibit inflamation, melanocyte growth factor, and tyrosinase activation, thus may have a role in the treatment of melasma. Until recently, there is no study about the effectiveness of oral tranexamic acid as a treatment of melasma in Indonesia. Objective To assess the effectiveness of oral tranexamic acid in combination with topical therapy in the treatment of melasma.Methods A double blinded controlled randomized clinical trial. Fifty subjects were divided into two groups, one group received a topical therapy of 4 hydroquinone and sunscreen SPF 30 with oral tranexamic acid, while the other group received topical therapy with placebo capsules for three months. Evaluation is done by using a modified MASI score and mexameter.Results The effectiveness of oral tranexamic acid in combination with topical hydroquinone and sunscreen for melasma clinical improvement based on the modified MASI score and mexameter respectively are 78 and 52 , whereas the topical therapy alone are 4 and 0 . Conclusion Combination of oral tranexamic acid 500 mg with topical 4 hydroquinone is more effective than topical therapy alone for clinical improvement of melasma. "
2017
T55685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernis Oktaviani
"Optimasi dan validasi metode derivatisasi pra-kolom menggunakan KCKT fase terbalik telah ditemukan untuk analisis asam traneksamat dalam krim pemutih. Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik, namun di pasaran asam traneksamat 2% dapat digunakan sebagai pemutih kulit Asam traneksamat tidak memiliki gugus kromofor, sehingga memerlukan proses derivatisasi untuk meningkatkan sensitivitas deteksinya. Pada penelitian ini, derivatisasi dilakukan dengan menggunakan larutan ninhidrin 1% dalam metanol untuk membentuk produk berwarna Ruhemann’s Purple. Kondisi analisis optimum menggunakan C18 sebagai fase diam, metanol – 20 mM dapar asetat pH 4 (75:25) sebagai fase gerak dengan laju alir 0,8 mL/menit, dan detektor UV-Vis dengan panjang gelombang 570 nm. Waktu retensi rata-rata yang dihasilkan dari derivat asam traneksamat adalah 5,413 menit. Hasil kurva kalibrasi menunjukkan garis linear dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9993 dalam rentang konsentrasi 8 – 48 μg/mL. Nilai perolehan kembali berada dalam rentang 99,26% – 101,77%. Nilai batas deteksi dan batas kuantitasi yang diperoleh secara berturut-turut adalah 1,87 μg/mL dan 6,25 μg/mL. Penelitian ini telah memenuhi persyaratan validasi dan terbukti dapat diaplikasikan untuk analisis asam traneksamat dalam krim pemutih dengan metode derivatisasi yang sederhana dan biaya yang ekonomis.

Optimization and validation of the pre-column derivatization method using reverse phase KCKT was found for the analysis of tranexamic acid in whitening creams. Tranexamic acid is an antifibrinolytic drug, but in the market 2% tranexamic acid can be used as whitening agent. Tranexamic acid does not have a chromophore group, so it requires a derivatization process to increase its detection sensitivity. In this study, derivatization was carried out by 1% ninhydrin solution in methanol to form a colored Ruhemann's Purple product. The optimum analysis condition was using C18 as a stationary phase, methanol – 20 mM acetate buffer pH 4 (75:25) as a mobile phase with a flow rate of 0,8 mL/minute, and a UV-Vis detector with a wavelength of 570 nm. The. The average retention time produced from the derivatives of tranexamic acid is 5.413 minutes. The average retention time of tranexamic acid derivative in this method was 5,413 minutes. The results of the calibration curves were linear with a correlation coefficient (r) of 0,9993 at a concentration ranging from of 8 to 48 μg/mL. Recovery was between 99,26% - 101,77%. Limit of detection and quantification were 1,87 μg/mL and 6,25 μg/mL. This study had met the validation requirements and proved to be applicable for the analysis of tranexamic acid in whitening cream with a simple derivatization method and economical costs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurora Syafrina Zahra Ghaida
"α-Mangostin merupakan ekstrak dari kulit manggis yang belakangan ini sedang diteliti untuk sifat antioksidannya. α-Mangostin dapat diserap dengan baik oleh tubuh terutama pada usus besar sehingga penghantaran obat secara oral melalui mulut dipilih. Namun, pemberian obat secara oral memiliki tantangan yaitu kondisi pada saluran pencernaan yang begitu ekstrem, terutama pada lambung yang dapat mendegradasi α-mangostin sebelum sampai ke usus besar. Oleh karena itu, matriks biopolimer campuran kitosanalginat- pektin dengan penambahan asam askorbat dan asam folat digunakan untuk mengenkapsulasi α-mangostin agar terjadi pelepasan lambat di dalam usus besar. α- Mangostin dilarutkan dengan Deep Eutectic Solvent (DES) yang terdiri dari campuran kolin klorida dan 1,2-propana untuk menggantikan pelarut konvensional karena DES mampu mengekstraksi α-mangostin dari kulit manggis dengan baik dengan karakteristiknya yang tidak beracun, dan aman untuk dikonsumsi. Matriks obat dibuat melalui proses pengeringan beku karena tidak melibatkan suhu tinggi dan tidak ada senyawa bioaktif yang terbuang selama preparasi. Penelitian ini diharapkan memperoleh hasil analisis mengenai penambahan asam askorbat dan asam folat pada formula kitosanalginat- pektin untuk mengenkapsulasi mangostin yang dilarutkan dalam DES dan memperoleh profil pelepasan senyawa bioaktif mangostin, asam askorbat, dan asam folat pada formula kitosan-alginat-pektin. mikropartikel kitosan-alginat-pektin dan DES dalam sistem pencernaan manusia. Ekstrak yang digunakan memiliki kemurnian α-mangostin sebesar 76,8%. Sampel yang dibuat sebanyak 4 sampel dengan rendemen berkisar antara 58% sampai 62% dengan pembebanan aktual di atas pembebanan teori. Matriks tersebut mengandung kandungan fenolik 184,332mg GAE/g ekstrak, kandungan antioksidan 102919,021 μmol Fe(II)/100 g matriks, dan IC50 85,502ppm. Pada uji pelepasan, persentase pelepasan kumulatif untuk ekstrak manggis, asam askorbat, dan asam folat di bawah 30%.

α-Mangosteen, an extract from the peel of mangosteen, is being studied for its potential as an antioxidant. Mangosteen is best administered orally because it is readily absorbed in the colon. The extreme condition in the gastrointestinal tract, particularly in the stomach, where α-mangosteen is degraded before it reaches the colon, presents difficulties for oral administration of the medication. Therefore, α-mangosteen was enclosed in a mixed chitosan, alginate, and pectin biopolymer matrix along with ascorbic acid and folic acid for gradual release in the large intestine. Conventional solvents were replaced with Deep Eutectic Solvent (DES), which is composed of choline chloride and 1,2-propanediol and is capable of extracting α-mangosteen from mangosteen peel effectively. DES is also non-toxic and safe for human consumption. The preparation of the drug matrix was carried out using freeze drying because it did not involve high temperatures and the process of removing some of the bioactive compounds during preparation. This research is expected to obtain analysis results regarding the addition of ascorbic acid and folic acid to the chitosan-alginate-pectin formula to encapsulate mangostin which is dissolved in DES and obtain release profiles of the bioactive compounds mangostin, ascorbic acid, and folic acid in chitosan-alginate-pectin microparticles and DES in the human digestive system. The extract used had α-mangostin purity of 76.8%. The samples made were 4 samples with a yield ranged from 58% to 62% with the actual loading is above the theoritical loading. The matrix contains phenolic content of 184.332mg GAE/g extract, antioxidant content of 102919.021 μmol Fe(II)/100 g matrix, and IC50 85,502ppm. In the release test, the cummuative release percentage for mangoste extract, ascorbic acid, and folic acid is below 30%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Fauzi Shibly
"Sejak lebih dari 25 tahun yang lalu muncul bukti-bukti yang menunjang hipotesis bahwa meningkatnya homosistein plasma merupakan faktor risiko aterosklerosis, Berbagai studi kasus kontrol retrospektif, prospektif maupun intervensi telah dilakukan dan membuktikan bahwa hiperhomosisteinemia merupakan faktor risiko independen PJK. Pada satu meta-analisis dari 15 studi, rasio odds untuk PJK pada subjek dengan hiperhomosisteinemia adalah 1,7. Salah satu risiko penting terjadinya hiperhomosisteinemia adalah rendahnya asupan vitamin yang berperan pada metabolisme homosistein yaitu asam folat, vitamin B12 dan vitamin B6. Telah dilakukan penelitian deskriptif analisis terhadap 70 subyek PJK sebagai kasus dan 36 subyek sebagai kontrol di RS Jantung Harapan Kita dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kadar homosistein plasma pada penderita PJK dan kontrol serta hubungannya dengan asam folat dan vitamin B12 yang diketahui berperan mempengaruhi kadar homosistein plasma. Hasil pemeriksaan homosistein plasma, didapatkan rerata kadar homosistein plasma pada kelompok kasus maupun kontrol diatas normal (12,2 6,9 dan 13,1 + 3,6 Umol/L) dan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok ini. Frekuensi defisiensi vitamin B12 masing-masing didapatkan 30% pada kelompok PJK dan kelompok tanpa PJK. Hal yang sangat menyolok didapatkan pada penelitian ini adalah defisiensi asam folat yang mencapai 82% pada kasus dan 83% pada kelompok kontrol. Korelasi antara homosistein plasma dengan vitamin B12 dan asam folat, didapatkan adanya korelasi negatif lemah yakni masing-masing r=-0,3 (p= 0,0004) dan r= -0,25 (p= 0,0095). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan.
1. Pada subyek PJK 61% kadar homosistein plasmanya diatas normal dan 80% pada subyek tanpa PJK.
2. Terdapat korelasi negatif lemah antara homosistein plasma dengan vitamin B12 serum dan asam folat.
3. Hal yang menyolok dari hasil penelitian ini adalah tingginya angka defisiensi asam folat pada kelompok PJK (82%) dan 83% pada kelompok tanpa PJK. 4. Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam kadar homosistein antara kasus dengan kelompok kontrol."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfia Nadia
"Obstetric Hemorrhage is one of leading causes for maternal death in developing country and cause for 50% of estimated 500.000 maternal death globally per year. It is known that 7,6% of complications during labor and delivery that happen in Indonesia is postpartum hemorrhage (PPH). The purpose of this study is to examine factors that associated with PPH complication in Indonesia. Research method which is used in this study is cross sectional that analyze Indonesia Demographic and Health Survey (SDKI) 2012?s data source. Population in this study is all woman in age range 15-49 year old that ever gave birth in Indonesia from January 2007 until SDKI 2012 started. This study find that mother with low education (PR=1,248; 95% CI: 1,108 ? 1,405), maternal age <20 and >35 years (PR= 1,157; 95% CI: 1,007 ? 1,329), smoking behavior (PR= 1,991; 95% CI: 1,047 ? 1,425), parity >3 children (PR= 1,221; 95% CI: 1,047 ? 1,425), pregnancy complications (PR= 2,805; 95% CI: 2,477 ? 3,175), past labor complications (PR= 1,765; 95% CI: 1,468 ? 2,123), and completeness of antenatal care (PR= 0,79; 95% CI: 0,664 ? 0,94) are associated with PPH complication. Government commitment is needed to improve health facility?s coverage, train health assistance, and educate people to increase awareness of rights and needs of maternal and newborn health.

Perdarahan obstetri adalah salah satu penyebab utama kematian maternal di negara berkembang dan penyebab 50% dari 500.000 kematian maternal yang diperkirakan terjadi per tahun di dunia. Sebesar 7,6% dari komplikasi persalinan yang terjadi di Indonesia adalah komplikasi perdarahan pascapersalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian komplikasi perdarahan pascapersalinan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan analisis data sekunder SDKI 2012. Populasi penelitian adalah seluruh wanita usia 15-49 tahun yang pernah melahirkan di Indonesia dalam kurun waktu Januari 2007 sampai pelaksanaan SDKI 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah (PR=1,248; 95% CI: 1,108 ? 1,405), umur ibu <20 dan >35 tahun (PR= 1,157; 95% CI: 1,007 ? 1,329), perilaku merokok ibu (PR= 1,991; 95% CI: 1,047 ? 1,425), paritas >3 anak (PR= 1,221; 95% CI: 1,047 ? 1,425), komplikasi kehamilan (PR= 2,805; 95% CI: 2,477 ? 3,175), riwayat komplikasi persalinan (PR= 1,765; 95% CI: 1,468 ? 2,123), dan kelengkapan pelayanan antenatal (PR= 0,79; 95% CI: 0,664 ? 0,94) berhubungan dengan kejadian komplikasi perdarahan pascapersalinan. Perlunya komitmen pemerintah untuk memperbaiki cakupan fasilitas kesehatan, pelatihan lebih lanjut pada tenaga kesehatan, dan pemberian edukasi pada masyarakat sehingga menumbuhkan kesadaran hak dan kebutuhan tentang kesehatan ibu dan anak.
"
Universitas Indonesia, 2015
S60876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Nesta Febrina
"Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan suatu prosedur atau kegiatan yang dilakukan untuk memastikan terapi obat yang diberikan kepada pasien bersifat aman, efektif, dan rasional (Departemen Kesehatan RI, 2009). Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan pemantauan terkait pengobatan pasien rawat inap dengan diagnosis Subarachnoid Hemorrhage ec. Vertebral Artery Disecting Aneurysm di RSUP Fatmawati. Metode pelaksanaan dilakukan secara prospektif melalui data sekunder berupa catatan rekam medis pasien, catatan pengobatan, dan hasil laboratorium. Berdasarkan hasil pemantauan terapi obat yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang diterima telah sesuai dengan indikasi dan tidak ditemukan efek samping maupun reaksi obat yang tidak dikehendaki pada pasien.

Drug therapy monitoring is a procedure or activity carried out to ensure that the drug therapy given to patients is safe, effective and rational (Indonesian Ministry of Health, 2009). The purpose of this paper is to carry out monitoring regarding the treatment of inpatients with a diagnosis of Subarachnoid Hemorrhage ec. Vertebral Artery Dissecting Aneurysm at Fatmawati General Hospital. The implementation method is carried out prospectively through secondary data such as patient medical records, treatment records and laboratory results. Based on the results of drug therapy monitoring that has been carried out, it can be concluded that the treatment received was in accordance with the indications and no side effects or undesirable drug reactions were found in the patien"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luky Satria Syahbanan Marwali
"Lebih dari 20 juta wanita di seluruh dunia memakai kontrasepsi progestin. Metode kontrasepsi ini sangat efektif dan dapat digunakan untuk jangka panjang. Salah satu jenis kontrasepsi progestin yang banyak digunakan adalah kontrasepsi suntik dengan depo-medroxy progesterone asetat (DMPA). Di Indonesia, menurut penelitian The National Social and Economic Survey (1997-1998), akseptor suntik mencapai 21,1% dari total jumlah akseptor KB. Tetapi pada sisi lain, pengguna kontrasepsi ini pada umumnya mengalami gangguan pola perdarahan menstruasi. Gangguan ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakainya sehingga mereka memutuskan untuk menghentikan pemakaian kontrasepsi tersebut, Hampir setengah (40-60%) pengguna kontrasepsi progestin memutuskan untuk berhenti menggunakan metode kontrasepsi ini karena gangguan tersebut.
Patogenesis perdarahan abnormal uterus pada pengguna metode kontrasepsi ini masih belum diketahui. Pada penelitian sebelumnya telah dilaporkan perubahan pada morfologi endometrium, profil reseptor steroid endometrium, morfologi vaskular endometrium, fungsi dan mekanisme hemostasis pada endometrium. Perdarahan diduga berasal dari kapiler dan venul endometrium dan terjadi peningkatan fragilitas pembuluh darah endometrium pada pengguna kontrasepsi progestin.
Matriks metalloproteinase (MMP) adalah suatu protease yang dapat mendegradasi matriks ekstraseluler. MMP terlibat dalam peluruhan endometrium pada saat menstruasi normal dan mendegradasi komponen matriks interstisial dan membran basal pada perimenstruasi yang menyebabkan hilangnya integritas pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan menstruasi.MMP-9 adalah 92 k-Da metalloproteinase yang mendegradasi komponen matriks ekstraseluler dan komponen membran basal, khususnya kolagen IV, kolagen V, elastin dan gelatin. Pada fase menstruasi, MMP-9 ditemukan pada neutrofil, eosinofil, makrofag dan terutama di tempat terjadinya peluruhan jaringan.
Pada beberapa penelitian, dari biopsi endometrium pengguna kontrasepsi progestin ditemukan peningkatan MMP. Beberapa penelitian melaporkan terdapatnya peningkatan MMP-9 pada endometrium pengguna kontrasepsi progestin yang mengalami gangguan pola perdarahan menstruasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baltimore : University Park, 1979
612.399 HAR v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Rose Fransisca Karma
"Subarachnoid hemorrhage (SAH) atau perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh pecahnya aneurisma yang mengakibatkan darah terserap masuk ke rongga parenkim otak, dan juga mengganggu sirkulasi cairan serebrospinal. Aneurisma otak sendiri biasanya berada pada sirkulus wilisi yang merupakan suatu lingkaran anastomosis berbentuk cincin yang berfungsi untuk mendistribusikan darah ke kedua hemisfer serebral. SAH memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Angka kematian yang tinggi erat kaitannya dengan peningkatan tekanan intrakranial. Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan intrakranial salah satunya dengan elevasi kepala 30º. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien perdarahan subarakhnoid dengan penerapan intervensi elevasi kepala 30°. Hasil intervensi menunjukkan elevasi kepala 30° terbukti efektif untuk mengurangi risiko peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya meningkatkan venous return pada pasien stroke.

Subarachnoid hemorrhage (SAH) is generally caused by rupture of an aneurysm which causes blood to be absorbed into the brain parenchymal cavity, and also interferes with the circulation of cerebrospinal fluid. Brain aneurysms themselves are usually located in the circle of Willis which is a ring-shaped anastomotic circle that serves to distribute blood to both cerebral hemispheres. SAH has a high rate of morbidity and mortality. A high mortality rate is closely related to increased intracranial pressure. One of the efforts that can be done to reduce intracranial pressure is with a head elevation of 30º. The purpose of writing this final scientific paper for nurses is to describe nursing care for patients with subarachnoid hemorrhage with the application of a 30° head elevation intervention. The results of the intervention showed that 30° head elevation was effective in reducing the risk of increased intracranial pressure as an effort to increase venous return in stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>