Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brama Ihsan Sazli
"ABSTRAK
Latar Belakang: Puasa selama bulan Ramadhan adalah perubahan dalam gaya hidup untuk periode sebulan penuh yang rutin tiap tahunnya. Sejumlah penelitian menunjukkan terjadinya perubahan biokimia tubuh saat berpuasa baik pada pasien diabetes dan juga nondiabetes yang dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin.
Tujuan: Menilai pengaruh berpuasa selama Ramadhan terhadap perubahan kontrol glikemia, kadar Fetuin A, dan TNF-α dibandingkan sebelum dan sesudah puasa Ramadhan
Metode: Penelitian prospektif terhadap dua kelompok (diabetes dan non diabetes). Parameter kontrol glikemik, Fetuin A, dan TNF-α diukur 2-4 minggu sebelum berpuasa Ramadhan, minimal 14 hari puasa Ramadhan dan 4 minggu setelah puasa Ramadhan.
Hasil: Puasa Ramadhan menurunkan glukosa darah puasa (GDP) secara signifikan pada kelompok Diabetes (D) (p=0,013) dan pada kelompok Non Diabetes (ND) (p=0,047), sedangkan serum Fetuin A turun tidak signifikan pada kelompok D (p=0,217) dan secara signifikan pada kelompok ND (p=0,009). Dan tidak ada perubahan yang signifikan kadar TNF-α pada kedua kelompok dibandingkan sebelum puasa Ramadhan (p=0,248, p=0,789). Pada 4 minggu setelah puasa Ramadhan,GDP kembali ke nilai yang tidak berbeda dari nilai dasar pada kedua kelompok, sementara Fetuin A secara signifikan lebih rendah pada kelompok diabetes (p=0,039) dan TNF-α lebih rendah secara signifikan pada kelompok ND (p=0,042) dari dari nilai dasar.
Kesimpulan: Puasa selama Ramadahan memperbaiki kontrol glikemia pada kedua kelompok. Puasa Ramadhan juga mampu menurunkan nilai Fetuin A pada kedua kelompok, dan TNF-α pada kelompok ND

ABSTRACT
Background: Fasting during Ramadan is a anually change in lifestyle for the period of a lunar month. Numerous studies have mentioned the biochemical alterations while fasting among both in nondiabetic patients and diabetic patients which can affect glucose metabolism and insulin sensitivity.
Objective: to assess the impact of fasting during Ramadan on glycemic control, Fetuin A l, and TNF-a compared to before and after Ramadhan fasting
Methods: Prospective Study of diabetic patients (D group) and non-diabetic subjects (ND group). Parameters of glycemic control, Fetuin A, and TNF-a were measured 2-4 weeks before Ramadan fasting, at least 14 days of Ramadan fasting and 4 weeks after Ramadan fasting.
Results: Ramadan fasting reduced fasting blood glucose (FBG) significantly in D groups (p=0,013) and in the (ND) groups (p=0,047) , respectively, serum Fetuin A were lowered insignificantly in D groups (p=0,217) dan significantly in ND groups (p=0,009). And no significant differences of TNF-α level ini both group compared to before Ramadhan fasting (p=0,248, p=0,789). At 4 weeks post-Ramadhan fasting FBG returned to levels indistinguishable from their baseline values in both groups, while Fetuin A was maintained significantly lower in D groups (p=0,039) and TNF-α significantly lower in ND groups (p=0,042) from their baseline.
Conclusions: Fasting during Ramadan improves glycemic control in both groups, Ramadan fasting was also able to reduce Fetuin A level in both groups, and TNF-α in the ND group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Andi Raga
"Latar Belakang: Pada artritis reumatoid diketahui terjadi kehilangan massa tulang, baik secara lokal maupun sistemik. TNF-a adalah sitokin utama yang berperan pada proses resorpsi tulang, namun perannya pada formasi tulang belum diketahui. Penelitian ini akan menilai korelasi TNF-adengan proses formasi tulang yang dinilai dengan P1NP, terutama berhubungan dengan SFRP-1 yang merupakan inhibitor alami osteoblas. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menilai hubungan sitokin proinflamasi TNF-a, SFRP1 terhadap kedua penanda turnover tulang(CTX dan P1NP) secara sistemik pada pasien artritis reumatoid.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran aktivitas turnovertulang pada pasien AR dengan melihat korelasi antara TNF-adengan SFRP-1, CTX dan P1NP, dan korelasi SFRP1 dengan P1NP.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan 38 subjek perempuan premenopause dengan AR. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif di poliklinik reumatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pemeriksaan TNF-a, SFRP-1, CTX, dan P1NP dilakukan dengan metode ELISA.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan median durasi menderita AR 5 tahun. 60,6% pasien berada dalam kondisi remisi dan aktivitas rendah. Kadar TNF-amedian 10,6 pg/mL, rerata kadar SFRP-1 9,29 ng/mL, rerata kadar CTX 2,74 ng/mL, serta kadar P1NP 34 pg/mL. Kadar SFRP-1 dan CTX dijumpai meningkat sedangkan P1NP relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar populasi normal pada penelitian-penelitian terdahulu. Pada penelitian ini dijumpai adanya korelasi positif lemah antara TNF-a dengan P1NP (r=0,363, p=0,026), begitu juga SFRP-1 dengan P1NP (r=0,341; p=0,036), sedangkan variabel lain tidak menunjukkan korelasi yang bermakna.
Simpulan: Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif lemah antara TNF-adengan P1NP, dan korelasi positif lemah antara SFRP-1 dengan P1NP. Namun dijumpai kadar CTX yang tinggidan kadar P1NP yang rendah, menunjukkan respon resorpsi meningkat namun tidak diimbangi dengan formasi pada pasien AR perempuan premenopause.

Background: Rheumatoid arthritis is known to have a loss of bone mass, both locally and systemically. TNF-a is the main inflammatory cytokine that can directly increase bone resorption. However, its role in bone formation is still unknown. This study will assess the correlation of TNF-a with the process of bone formation evaluated with P1NP, mainly related to the SFRP-1 pathway which is a natural inhibitor of osteoblasts. However, there are currently no studies that assess the correlation of inflammatory cytokines TNF-a, SFRP-1, with bone turnover marker (CTX and P1NP) in rheumatoid arthritis patients
Objective: This study aims to examine bone turnover in RA patients by analyzing the correlation between TNF-a with SFRP-1 and CTX and P1NP, and correlation SFRP-1 with P1NP
Methods: This is a cross-sectional study in 38 subjects of premenopausal women with RA. The Subjects were collected with consecutive sampling technique in rheumatology outpatient clinic in Rumah SakitCipto Mangunkusumo, Jakarta. Measurement of serum TNF-a, SFRP-1, CTX, and P1NP levels were done using ELISA technique.
Results: In this study, the median duration of RA is 5 years. 60.6% of the patients were in remission and low activity disease. The median value of TNF-a was 10.6 pg/mL, the mean value of SFRP-1 was 9.29 ng/mL, the mean value of CTX was 2.74 ng/mL, and mean value of P1NP was 34 pg/mL. SFRP-1 and CTX levels were increased while P1NP level was relatively lower compared to the normal population value in previous studies. There was a weak positive correlation between TNF-a and P1NP(r=0.363, p=0.026), also SFRP-1 and P1NP(r=0.341; p=0.036),while the other variables showed no significant correlation.
Conclusions: This study demonstrated weak positive correlation between TNF-a and P1NP, and weak positive correlation between SFRP-1 and P1NP. However high value of CTX and low value of P1NP showed that a high resorption response cannot be balanced with bone formation activity in patients with rheumatoid arthritis in premenopausal woman.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Najla Rubiati
"Latar Belakang : Single nucleotide polymorphism SNP gen TNF-? terbukti dapat meningkatkan kerentanan berbagai penyakit inflamasi termasuk periodontitis.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan distribusi polimorfisme gen TNF-? -308 G/A pada penyakit periodontitis dan individu sehat.
Metode: 100 bahan biologi tersimpan 50 sampel periodontitis dan 50 sampel kontrol dianalisa menggunakan teknik PCR-RFLP dengan enzim restriksi NcoI.
Hasil : Genotip AA tidak ditemukan dan genotip GG ditemukan dengan jumlah terbanyak pada kelompok kontrol dan periodontitis. Genotip dan alel polimorfik ditemukan lebih banyak pada kelompok periodontitis 22 dan 11 dibandingkan kelompok kontrol 8 dan 11 . Hasil uji Fisher`s Exact menghasilkan p value=0.091.
Kesimpulan : Terdapat polimorfisme gen TNF-? -308 G/A pada penderita periodontitis namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada distribusi polimorfisme antara penyakit periodontitis dan individu sehat di populasi Indonesia p>0.05.

Background : Single nucleotide polymorphism SNP in TNF gene has been associated with several inflammatory diseases including periodontitis.
Purpose : This study aimed to discover the difference of TNF 308 G A gene polymorphism distribution in periodontitis and healthy controls.
Methods : 100 stored samples of from 50 periodontitis male patients and 50 controls were analyzed using PCR RFLP technique with NcoI restriction enzyme and subsequently assessed with statistical analysis using Fisher's Exact test.
Results : AA genotype was absent and GG genotype was found with the highest amount in both sample. Polymorphic genotype and alelle were found higher in periodontitis sample 22 and 11 than healthy controls 8 and 11. Using fisher exact test, it was found p value 0.091.
Conclusion : No significant difference of TNF 308 G A SNP distribution was found between periodontitis and controls in Indonesian population p 0.05.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saffanah Zahra
"ABSTRAK
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus Parkinson rsquo;s disease telah bertambah banyak, dengan teori patologis yang turut berkembang. Salah satu teori patologis yang paling dikenal adalah teori inflamasi yang melibatkan aktivasi mikroglia dan ekspresi sitokin proinflamatori. Studi sebelumnya telah mengkonfirmasi efek andrografolida terhadap karakter anti-inflamatorinya. Sangatlah penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang efek andrografolida dalam berbagai dosis sebagai agen neuroprotektif pada model Parkinson yang disebabkan oleh MPTP. 5 jenis perlakuan diberlakukan terhadap 5 kelompok tikus C57bl/6. Perlakuan yang dimaksud adalah 1 kontrol normal, 2 positif MPTP, 3 positif MPTP dan selegiline, 4 positif andrografolida pada dosis 5 mg/kgbb, dan 5 positif andrografolida pada dosis 50 mg/kgbb. Analisis imunohistokimia digunakan untuk menentukan level TNF?. Analisa statistik menghasilkan perbedaan level TNF? yang tidak signifikan antara kelompok andrografolida dan kelompok kontrol. level TNF? adalah 10.0000 3.50999 pada kelompok normal, 8.3600 2.89275 pada kelompok selegilin, 12.8000 7.78203 pada kelompok MPTP, 5.4000 2.43311 pada kelompok andrografolida 50 mg/kgbb, dan 5.8000 1.61864 pada kelompok andrografolida 5 mg/kgbb . Hasil studi ini menunjukkan bahwa tidak ada pengurangan TNF? yang signifikan setelah diberikan andrografolida pada dosis 5 dan 50 mg/kgbb pada model Parkinson yang telat diberikan MPTP. Maka tidak disimpulkan adanya efek neuroprotektif dari andrografolida.

ABSTRACT
Parkinson rsquo s disease has overgrown cases in the last few years, with emerging pathological theories have also been developing. One of the most acknowledged pathological theories is the neuroinflammation theory involving microglial activation and proinflammatory cytokines expression. Previous studies have confirmed andrographolide effect on anti inflammatory characteristics. It is important to acquire better understanding on the effect of andrographolide as a neuroprotective agent in MPTP induced Parkinsonism model in several dose. 5 types of treatment were enacted on 5 groups of C57bl 6 mice. Treatments include 1 normal control, 2 MPTP treated, 3 MPTP and selegiline treated, 4 Andrographolide treated at 5 mg kgbw, and 5 Andrographolide treated at 50 mg kgbw. Immunohistochemical analysis was used to determine TNF level. Statistical analysis result showed no significant differences of TNF level between the groups treated with andrographolide and the control groups. TNF level was 10.0000 3.50999 for normal group, 8.3600 2.89275 for selegiline treated group, 12.8000 7.78203 for MPTP treated group, 5.4000 2.43311 for andrographolide treated group at 50mg kgbw, and 5.8000 1.61864 for andrographolide treated group at 5 mg kgbw . This study suggests that there is no significant reduction of TNF level after treated with andrographolide at doses of 5 and 50 mg kgbw in MPTP treated Parkinsonism model, thus showing no neuroprotective effect of andrographolide. "
2016
S70433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ismi Sukmawaty
"Osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai dengan menurunnya kepadatan tulang Bone Mineral Density BMD dan kerusakan pada jaringan tulang. Salah satu faktor penyebab osteoporosis adalah faktor genetik Polimorfisme IL 8 diketahui berhubungan dengan penurunan masa tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran polimorfisme genetik IL 8 A251T pada wanita postmenopause dan mengetahui hubungannya dengan risiko osteoporosis. Metode dan jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis laboratorik.
Sampel berasal dari bahan biologis tersimpan Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 sampel DNA wanita postmenopause dengan75 osteoporosis dan 25 sampel normal Pemeriksaan polimorfisme genetik IL 8 A251T ini menggunakan metode Polymorphism Chain Reaction PCR dan dilanjutkan dengan Restriction Fragment Length Polymorphism RFLP dengan menggunakan enzim Vsp1. Hasil pemotongan dianalisis menggunakan elektroforesis dengan bubuk agarose 3 dan divisualisasi menggunakan Gel Doc.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada kelompok normal terdapat genotip AA 36 genotip AT 20 dan genotip TT 44 Sedangkan Pada kelompok osteoporosis terdapat genotip AA 18,6 AT 46,7 dan TT 37,4. Berdasarkan hasil uji statistic chi square menunjukan hubungan tidak bermakna p 0 05 antara polimorfisme IL 8 dengan risiko osteoporosis. Maka disimpulkan bahwa ditemukan gambaran polimorfisme IL 8 pada wanita postmenopause namun polimorfisme IL 8 tidak berhubungan dengan risiko osteoporosis.

Osteoporosis is indicated by the reduction of Bone Mineral Density BMD and destruction of bone tissue. One of the factors inducing osteoporosis is the genetic factor IL 8 is known to have a correlation with reduction bone mass. The purpose of this study was to determine the distribution of IL 8 genetic polymorphism in postmenopausal woman and the correlation with osteoporosis risk factor This study used descriptive study with laboratorical analysis.
The samples used were the stored biological material. This study used 100 samples of stored DNA of postmenopausal woman. There are 75 samples with osteoporosis and 25 with normal BMD Genetic polymorphism of IL 8 ndash A251T was using PCR RFLP method in which RFLP method used the restriction enzyme Vsp1. Then it was analyzed with electrophoresis using 3 agarose gel and visualized by Gel Doc.
The analysis result showed that the normal group had 23 genotype AA 40 AT and 37 TT In the osteoporosis group had 18,6 genotype AA 4, 7 genotype AT and 37,4 genotype TT. Based on Chi square test showed insignificant correlation p 0 05 between IL 8 genetic polymorphism and osteoporosis risk factor. The conclusion there was a distribution of IL 8 genetic polymorphism in postmenopausal woman but IL 8 genetic polymorphism did not have any correlation with osteoporosis risk factor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustivanny Dwipa Asri
"Wanita postmenopause merupakan populasi yang berisiko osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah polimorfisme genetik IL 10. Tujuan Menganalisis hubungan polimorfisme genetik IL 10 C627A dengan risiko osteoporosis pada wanita postmenopause. Bahan dan Cara Penelitian ini menggunakan 100 sampel DNA tersimpan dari serum darah wanita postmenopause SNP dari gen IL 10 C627A diperiksa dengan PCR dan RFLP dengan enzim restriksi RsaI.
Hasil Frekuensi alel polimorfisme mengikuti Hardy Weinberg Equilibrium dan hasil uji statistik dengan Chi Square menunjukkan nilai p 0 322 0 05. Kesimpulan Terlihat gambaran polimorfisme genetik Il 10 C627A namun tidak ada hubungan antara polimorfisme genetik Il 10 C627A dengan risiko osteoporosis.

A population of postmenopausal women at risk of osteoporosis is influenced by various factors one of which is IL 10 genetic polymorphism Objective. This study was conducted to analyze the relationship between genetic polymorphisms IL 10 C627A with the risk of osteoporosis in postmenopausal women. Materials and Method This study used 100 sampels of DNA stored from postmenopausal women SNP from IL 10 C627A was checked by PCR and RFLP with RsaI restriction enzyme.
Result The frequencies of allele polymorphism which followed Hardy Weinberg Equilibrium and the result of Chi square test showed no significant p 0 05 Conclusion. This study showed genetic polymorphism of IL 10 C627A but no correlation between genetic polymorphism IL 10 C627A with the risk of osteoporosis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Kolesteatoma merupakan penyakit yang menyebabkan destruksi tulang dan komplikasi yang berbahaya. Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-∝) merupakan sitokin utama yang terlibat dalam proses tersebut. Tujuan: Mengetahui hubungan ekpresi TNF-a dengan destruksi tulang akibat kolesteatoma pada penderita Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) tipe bahaya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan cross sectional design. Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk menilai ekspresi TNF-∝ pada kolesteatoma. Hasil: Ekspresi TNF-a yang positif/overexpressionlebihbanyakpada kelompok destruksi tulang derajat sedang yaitu sebanyak 57,9%. Terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi TNF-∝ dengan derajat destruksi tulang (p=0,001).Kesimpulan: Terdapat hubungan antara ekspresi TNF-∝ dengan destruksi tulang akibat kolesteatoma pada penderita OMSK tipe bahaya."
ORLI 45:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fonny Kurniati
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit keradangan kronis yang ditandai dengan adanya kerusakan jaringan periodontal. Seiring bertambahnya usia, terdapat perubahan respon inflamasi tubuh, yaitu meningkatnya aktivitas mediator proinflamasi. Salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemui pada lansia adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus memiliki hubungan dua arah dengan penyakit periodontal. Salah satu yang berperan dalam proses proinflamasi ini adalah tumor necrosis factor alpha (TNF-α). Tujuan: Untuk memperoleh perbedaan kadar TNF-α dan parameter klinis pada pasien periodontitis lanjut usia antara DM dan non-DM. Metode: Subjek terdiri dari 49 pasien periodontitis usia lanjut dengan DM dan non-DM. Data klinis (kedalaman poket, indeks pendarahan, kehilangan perlekatan klinis, dan OHI) dicatat dan sampel cairan krevikular gingiva serta sampel darah diambil. ELISA kit digunakan untuk menganalisa kadar TNF-α. Hasil: Terdapat perbedaan signifikan pada kedalaman poket, OHI, dan kadar TNF-α antara pasien periodontitis lanjut usia dengan DM dan non-DM (p ≥ 0.05). Kesimpulan: Pasien DM memiliki kadar TNF-α lebih tinggi secara signifikan dibandingkan non-DM, sehingga penggunaan TNF-α sebagai biomarker memiliki potensial besar.

ackground: Periodontitis is a chronic inflammatory disease characterized by periodontal tissue damage. As we get older, there are changes in how our bodies response to inflammation, such as increase in activity of proinflammatory mediator. One of the most common chronic diseases found in the elderly is diabetes mellitus. Diabetes mellitus has a two-way relationship with periodontal disease. One of those involved in the proinflammatory process is tumor necrosis factor alpha (TNF-α). Objective: To obtain differences in TNF-α levels and clinical parameters in elderly periodontitis patients between diabetes mellitus and without diabetes mellitus. Methods: The subjects consisted of 49 elderly periodontitis patients with diabetes and without diabetes. Clinical data (bleeding index, clinical attachment loss, and OHI) were recorded and gingival crevicular fluid samples and blood samples were taken. ELISA kit was used to analyze TNF-α levels. Results: Significant differences in pocket depth, OHI, and TNF-α levels between elderly periodontitis patients with diabetes and without diabetes (p ≥ 0.05). Conclusion: Diabetic patients have higher TNF-α levels compared to non-diabetics, so using TNF-α as a biomarker has great potential, but further studies are needed with more samples.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fattrias Handayani Jayaatmaja
"Kadar TNF-α didapatkan jauh lebih tinggi pada penderita MDR-TB dibandingkan
dengan penderita TB sensitif obat, TNF-α dinyatakan sebagai salah satu sitokin
proinflamasi yang dapat menekan selera makan. Asam lemak omega-3 diketahui
memiliki efek antiinflamasi, namun efek terhadap selera makan masih
menunjukkan hasil beragam, penelitian mengenai asupan asam lemak omega-
3/omega-6 yang dapat mendukung selera makan pada penderita MDR-TB belum
pernah dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara rasio
asupan asam lemak omega-3/omega-6 dengan selera makan yang dimediasi oleh
TNF-α pada pasien MDR-TB paru. Penelitian potong lintang ini dilakukan kepada
46 subyek laki-laki dan perempuan dewasa penderita MDR-TB yang sedang
menjalani terapi fase intensif. Data dikumpulkan melalui kuesioner, food recall
1x24 jam, pengukuran antropometri dan pengambilan darah vena. Analisis korelasi
menggunakan uji pearson dan spearman. Rasio asupan asam lemak omega-
3/omega-6 yang didapatkan adalah 0,11±0,05, nilai tengah TNF-α 7,49(1,66-
447,62) pg/ml dan rerata selera makan 58,72±26,7. Hasil penelitian ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara rasio asupan asam lemak omega-
3/omega-6 dan TNF-α (r=0,16; p=0,91), terdapat hubungan positif antara TNF-α
dengan selera makan (r=0,31; p=0,04), serta tidak terdapat hubungan antara rasio
asupan asam lemak omega-3/omega-6 dengan selera makan (r=-0,1; p=0,54) pada
penderita MDR-TB paru.

TNF-α levels were found to be much higher in MDR-TB patients compared to drugsensitive
TB patients, TNF-α is stated as one of the pro-inflammatory cytokines that
can suppress appetite. Omega-3 fatty acid are known to have anti-inflammatory
effects, but the effects towards appetite are still conflicting, research on the intake
of omega-3 / omega-6 fatty acid which can support appetite in patients with MDRTB
has never been done. This study was conducted to determine the relationship
between ratio of omega-3 / omega-6 fatty acid intake and appetite mediated by
TNF-α in pulmonary MDR-TB. This cross-sectional study was conducted on 46
adult male and female subjects with MDR-TB who were undergoing intensive
phase therapy. Data were collected through questionnaires, 1x24 hours food recall,
anthropometric measurements and venous blood collection. Correlation analysis
used pearson and spearman test. The ratio of omega-3 / omega-6 fatty acid intake
is 0.11±0.05, median value of TNF-α 7.49(1.66-447.62) pg/ml and average of
appetite 58.72±26.7. In conclusion, there is no relationship between the ratio of
omega-3 / omega-6 fatty acid intake and TNF-α (r=0,16; p=0,91), there is
correlation between TNF-α and appetite (r=0.31; p=0.04), and there is no
relationship between the ratio of omega-3 / omega-6 fatty acid intake with appetite
(r=-0,1; p=0,54) in patients with pulmonary MDR-TB.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sofiati Umami
"Latar Belakang : Runt related transcription factor2 (RUNX2) memiliki peran
penting dalam proses osteoblastogenesis yang terlibat dalam pengaturan formasi
tulang. Penurunan aktivitas sel osteoblas dapat mengakibatkan terjadinya
osteoporosis. Pasien osteoporosis lebih banyak dialami oleh wanita menopause
yang diperlihatkan dengan penurunan kadar estrogen. Pada penelitian ini akan
menganalisis Single Nucleotide Polymorphism (SNPs) yang diamati pada daerah
promoter gen RUNX2 untuk mengetahui hubungan polimorfisme promoter 1 (P1)
gen RUNX2 terhadap T-score dan risiko osteoporosis wanita menopause.
Bahan dan Metode : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis polimorfisme
pada promoter 1 -330 G/T RUNX2 dengan desain penelitian cross-sectional. SNPs
yang terdapat pada promoter (P1) RUNX2 dianalisis menggunakan metode PCRRFLP
yang dilakukan pada 161 wanita menopause, terdiri dari 50 wanita
osteoporosis, 53 osteopenia dan 58 wanita normal. Densitas mineral tulang diukur
menggunakan nilai T-score subyek menggunakan teknik Quantitative Ultrasound
(QUS).
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi genotip dan alotip pada
semua kelompok (normal, osteopenia dan osteoporosis) tidak berbeda bermakna
(P>0,05). T-score masing-masing genotip dan alotip secara statistik menunjukkan
hasil yang tidak berbeda bermakna, namun perbandingan rerata T-score pada
wanita dengan homozigot alel T lebih rendah daripada homozigot alel G dan
heterozigot GT, selain itu frekuensi pada genotip TT dan alel T cenderung
meningkat pada kelompok osteoporosis. Analisis Odds Ratio (OR)
memperlihatkan bahwa masing-masing genotip bukan merupakan faktor risiko
tehadap osteoporosis. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan bermakna antara polimorfisme genetik promoter gen RUNX2 terhadap
risiko osteoporosis (P>0,05).

Introduction : Runt related transcription factor2 (RUNX2) is considered to play
important role for osteoblastogenesis and involved in the regulation of bone
formation. Decreased activity of osteoblastic cell is one important factor causing
osteoporosis. Most patients suffering from osteoporosis are menopausal women
exhibiting decreased of estrogen. Single nucleotide polymorphism (SNPs) was
observed within RUNX2 promoter 1 (P1) to identify its association for T-score
and risk of osteoporosis in menopausal women.
Material and Methode : In the present study we analysed polymorphism in the
RUNX2 promoter 1 -330 G/T with the cross sectional design. SNPs within
RUNX2 Promoter 1 (P1) was examined using PCR-RFLP methode in 161
menopausal Indonesian women; 50 women with osteoporosis, 53 with osteopenia
and 58 healthy women. Bone mineral density (BMD) was measured by T-score
value using Quantitative Ultrasound (QUS).
Results : The result showed that the difference of genotype and alotype frequency
of RUNX2 promoter gene were not statistically significant. The T-score of
genotype and alotype were not significantly different (p>0,05). While women who
were homozygous allele (T) had lower average T-score than homozygous allele
(G) and heterozygous (GT). Genotype frequency of TT and allele T tend to
increase in osteoporosis group. The Odds Ratio showed genotype in RUNX2
promoter 1 had no risk of osteoporosis. These data suggest that polymorphism of
RUNX2 Promoter 1 was not assosiated to the risk of osteoporosis in Indonesian
menopausal women (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T58842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>