Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160158 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gerry Kosamagi
"Kalkon merupakan senyawa organik yang penting karena memiliki aktivitas biologis tertentu seperti anti-oksidan, anti-konvulsan, anti-bakteri, dll. Jumlah senyawa kalkon yang didapatkan dari hasil isolasi bahan alam sangat sedikit. Telah banyak upaya yang dilakukan untuk mendapatkan senyawa kalkon dan turunannya melalui jalur sintesis. Penelitian ini telah berhasil mensintesis senyawa kalkon dengan menggunakan katalis heterogen Ca@Al-Bentonit. Bentonit alam yang digunakan dalam penelitian ini, berasal dari daerah Bogor. Berdasarkan penentuan nilai Kapasitas Tukar Kation KTK , bentonit alam Bogor memiliki nilai KTK 35,84 meq/100 gram bentonit. Bentonit alam dipreparasi, dijenuhkan menjadi Na-Bentonit, dan dipilarkan menggunakan larutan pemilar polikation Al dengan rasio OH/Al 2,2. Al-Bentonit ini untuk kemudian diimpregnasi basah dengan 20 Ca2 dari prekursor CaCl2. Pola XRD Al-Bentonit 2? = 4,6541o mengalami pergeseran ketika diimpregnasi basah dengan 20 Ca2 2? = 4,8691o . Data tersebut diperkuat dengan data dari PSA dimana luas permukaan Al-Bentonit naik 29,58 setelah diimpregnasi dengan Ca2 . Data FTIR menunjukkan hal yang sama, terlihat puncak serapan pada bilangan gelombang 519,8 cm-1 yang mengindikasikan adanya ikatan Ca ndash;O setelah proses impregnasi. Berdasarkan hasil karakterisasi tersebut, disimpulkan Ca@Al-Bentonit berhasil disintesis. Katalis Ca@Al-Bentonit ini, kemudian dipelajari aktivitas katalitiknya pada reaksi sintesa senyawa kalkon. Reaksi dilakukan dengan variasi suhu RT, 45 °C, 60 °C, 75 °C , variasi massa katalis 10 , 20 , 30 , 40 , dan variasi lama waktu reaksi 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam dalam kondisi refluks. Berdasarkan hasil reaksi, diperoleh kondisi optimum pada suhu reaksi 75 °C ; 40 massa katalis ; dan lama waktu reaksi 24 jam dengan yield sebesar 6,29 0,0141 gram .

Chalcone is an important organic compound because it has certain biological activities such as anti oxidant, anti convulsant, anti bacterial, etc. The amount of Chalcone compound obtained from the isolation of natural materials are very low in yield. There have been many attempts made to obtain Chalcone compounds and its derivatives through the synthesis pathway. This research has succeeded in synthesizing Chalcone compound by using Ca Al Bentonite as heterogeneous catalyst. Natural bentonite which is used in this research comes from the Bogor region. Based on Cation Exchange Capacity CEC determination, Bogor 39 s natural bentonite has CEC value 35.84 meq 100 gram bentonite. Natural bentonite was prepared, saturated into Na Bentonite, and pillared with Al polycation solution with an OH Al ratio of 2.2. Al Bentonite is then wet impregnated with 20 Ca2 of CaCl2 precursors. The Al Bentonite XRD pattern 2 4.6541o undergoes a shift after being wet impregnated with 20 Ca2 2 4,8691o . The data was reinforced by data from PSA in which the Al Bentonite surface area increased by 29.58 after being impregnated with Ca2 . FTIR data show the same thing, seen the absorption peak at wave number 519,8 cm 1 which indicate the existence of Ca O bond after impregnation pr°Cess. Based on the results of the characterization, it was concluded that Ca Al Bentonite was successfully synthesized. This Ca Al Bentonite catalyst, then studied its catalytic activity in the synthesis reaction of the Chalcone compound. The reaction was carried out on temperature variation RT, 45 °C, 60 °C, 75 °C , variation of catalyst mass percentage 10 , 20 , 30 , 40 , and variation of reaction time 6 hours, 12 hours, 18 hours, 24 hours under reflux conditions. Based on the reaction result, the optimum condition was obtained at the reaction temperature of 75 °C 40 mass of catalyst and 24 hours reaction time with the yield of 6.29 0.0141 gram ."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamal Miftah
"Bentonit alam Jambi telah dimodifikasi menjadi Fe bentonit dengan menggunakan polikation besi III oksida sebagai katalis reaksi foto fenton. Karakterisasi katalis dilakukan menggunakan metode FTIR XRD dan EDS sementara studi fotokatalisis dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV Visible pada panjang gelombang 200 400 nm. Sebelum preparasi dilakukan pemurnian bentonit untuk mendapatkan bentonit yang kaya akan montmorilonit yang akan diseragamkan kation bebasnya dengan Na menjadi Na bentonit. Selanjutnya menggunakan metode kompleks tembaga amin ditentukan nilai kapasitas tukar kation dari bentonit Jambi dan diperoleh nilai KTK sebesar 37 1281 mek 100gram bentonit.
Hasil karakterisasi XRD dan EDS mengkonfirmasi keberadaan besi III oksida dalam bentonit Pengurangan kadar polutan organik fenol dan p klorofenol dilakukan menggunakan besi III oksida yang disisipkan pada katalis bentonit alam dengan penambahan hidrogen peroksida H2O2 30 dan penyinaran sinar UV C direaksikan dalam proses batch Untuk perbandingan proses adsorpsi fotolisis dan reaksi fenton dipelajari untuk menunjukkan penurunan kadar fenol dan p klorofenol yang murni berdasarkan proses foto fenton.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan katalis besi III oksida yang disisipkan pada bentonit dengan pH awal diatas 6 dan penambahan 78 mM H2O2 total penurunan kadar yang paling efektif dari 100 mg L 1 fenol pada panjang gelombang 269 nm terjadi dalam waktu 90 menit dibandingkan dengan penurunan kadar p klorofenol pada panjang gelombang 279 nm.

Bentonite from Jambi has been modified into Fe bnetonit using iron III oxide polication as intercalation agent. Before perparation bentonite purification was performed in order to get bentonite which is rich with montmorillonite phase and then is cation exchanged with Na called Na bentonite. Furthermore using a copper amine methode its cation exchange capacity CEC value was determined as 37 1281 mek 100 g bentonite Reduction of the organic pollutants phenol and p chlorophenol was conducted using iron III oxide immobilized on pristine bentonite catalyst in the presence of hydrogen peroxide H2O2 30 and UV C light in batch process.
Catalyst characterization was performed using FT IR XRD and EDS while photocatalytic study was done by UV Visible spectrophotometry at wavelength 200 400 nm As comparison adsorption photolysis and fenton process were studied to indicate the degradation of phenol and p chlorophenol were purely based on photo fenton process.
The results indicated that by using catalyst of iron III oxide ndash pillared bentonite at initial pH above 6 and 78 mM H2O2 total decreased contents of the 100 mg L 1 phenol at wavelength 269 nm and p chlorophenol at wavelength 279 nm was occurred within 90 minutes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syah Reza
"ABSTRAK
Proses adsorpsi pada bentonit tapanuli yang termodifikasi surfaktan kationik
terhadap senyawa organik paraklorofenol telah dilakukan. Dilakukan fraksinasi
terlebih dahulu untuk mendapat kandungan montmorillonit terbanyak, kemudian
dilakukan preparasi Na-MMT (Natrium Montmorillonit), dan penentuan Kapasitas
Tukar Kation (KTK) memberikan nilai sebesar 62,5 meq/gram. Surfaktan yang
digunakan ialah surfaktan kationik ODTMABr (Oktadesil Trimetil Ammonium
Bromida) yang memiliki 18 rantai alkil. Surfaktan ini digunakan sebanyak 1 KTK
sebagai interkalan dalam preparasi organoclay. Analisis dengan menggunakan XRD
menunjukkan basal spacing dari OCT (Organoclay Tapanuli) mengalami peningkatan
yang cukup besar (21,04) dibandingkan dengan Na-MMT (14,33) dan montmorillonit
(15,69). Hal ini membuktikan bahwa surfaktan kationik telah masuk ke dalam
montmorillonit. Hasil uji aplikasi OCT sebagai adsorben senyawa organik para
klorofenol (p-C6H4Cl(OH)) menunjukkan bahwa organoclay lebih baik daya
adsorpsinya dibandingkan dengan bentonit alam. Saat p-klorofenol memiliki
konsentrasi sebesar 50 ppm, OCT mampu menyerap senyawa tersebut sebesar 36,4
ppm dan belum menunjukkan kondisi optimum. Di sisi lain, bentonit alam telah
mencapai optimum saat konsentrasi awal 10 ppm. Pola isoterm adsorpsi dari OCT
menunjukkan pola isoterm adsorpsi Freundlich pada konsentrasi besar namun pada
konsentrasi kecil pola yang ditunjukkan adalah pola isoterm adsorpsi Langmuir.

ABSTRACT
Adsorption on tapanuli bentonite modified by cationic surfactant has been done.
The fractionation of bentonite has been done in order to get the highest contain of
montmorillonite, then it was done the preparation of Na-MMT (Sodium
Montmorillonite), and the result of cation exchange capacity (CEC) is 62,5 meq/gram.
In this research, ODTMABr (Octadecyl Trimethyl Ammonium Bromide) which has
18 alkyl chains, was used as cationic surfactant. 1 CEC of surfactant was used as
intercalant agent in organoclay preparation. XRD analysis showed the basal spacing of
OCT increased significantly (21,04) when compared with Na-MMT (14,33) and
Montmorillonite (15,69). This result proved that cationic surfactant has been
intercalated into montmorillonite. The application of OCT as adsorbent of pchlorophenol(
p-C6H4Cl(OH)) showed that OCT is better than raw material bentonite.
When the concentration of p-chlorophenol was 50 ppm, OCT could adsorp its
compound in 36,4 ppm and has not reached the optimum condition, whereas raw
material benonite has the optimum condition in10 ppm. The adsorption isoterm of
OCT showed Freundlich adsorption isoterm rules in high concentration while in low
concentration the rules was followed Langmuir adsorption isoterm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhtar
"Bentonit berpilar MoO3 telah berhasil disintesis dan diaplikasikan untuk mendegradasi Martius Yellow. Bentonit alam diaktivasi pada suhu 105 0C selama 2 jam kemudian dijenuhkan dengan NaCl 1M selama 24 jam pada suhu 70 0C. Selanjutnya, Na-bentonit dipilarisasi dengan MoO3 dalam larutan berair. Mo- bentonit hasil sintesis kemudian dikalsinasi pada suhu 500 0C selama 4 jam. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan kehadiran Mo dalam bentonit yang dibuktikan dengan naiknya basal spasing. Pengukuran menggunakan DRS menunjukkan band gap Mo dalam bentonit berpilar sebesar 3,73 eV. Uji AAS menunjukkan bahwa persen leaching Mo dari bentonit berpilar adalah 3,06 %. Uji aplikasi pada degradasi Martius Yellow memberikan informasi bahwa Mo-bentonit mampu bertindak sebagai katalis. Persen degradasi Martius Yellow oleh Mo-bentonit dan sinar UV diperoleh sebesar 50,5 % pada waktu 30 menit.

MoO3 pillared bentonite has been successfully synthesized and applied to remove the Martius Yellow. Natural bentonite activated at 105 0C for 2 hours and then saturated with NaCl 1M for 24 hours at 70 0C. Futhermore, Na-bentonit has been pillared with MoO3 in aqueous solution. The Mo-bentonite synthesized product then calcined at 500 0C for 4 hours. XRD characterization results indicate the presence of Mo in the bentonite as evidenced by the increasing of basal spacing. Measurements using DRS showed that the band gap of Mo in the pillared bentonite is 3.73 eV. AAS test showed that the percent leaching of Mo from the pillared bentonite is 3.06 %. The testing of application on the degradation of the Martius Yellow provide information that Mo-bentonite can act as a catalyst. The percent degradation of Martius Yellow by Mo-bentonite and UV rays obtained by 50.5 % at 30 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahid Hidayat
"Bentonit merupakan senyawa lempung yang tersusun atas mineral lempung dari kelompok smektit. Kandungan utama bentonit adalah mineral montmorillonit. Bentonit alam di modifikasi dengan penyeragaman kation menggunakan kation Na+. Juga dilakukan pilarisasi dengan Al2O3 untuk meningkatkan basal spasing. Untuk meningkatkan sifat reduksinya maka bentonit di immobilisasi dengan nanopartikel. Digunakannya nanopartikel bertujuan untuk meningkatkan daya katalis dari bentonit, sehingga diharapkan mampu mendegradasi perubahan dari senyawa 4-Nitrofenol menjadi 4-Aminofenol.
Dari hasil reduksi 4,3x10-4 mmol 4-Nitrofenol dengan 0,084 mmol NaBH4 menjadi 4-Aminofenol, di dapatkan Al-Bentonit@Au mampu mereduksi 98% reduksi dan persen konversi 93% dan Al-Bentonit@Cu mereduksi 100% dan mengkonversi 91%. Sedangkan Al-Bentonit@Ag, dan Al-Bentonit@Ni, pada 4,3x10-4 mmol 4-Nitrofenol hanya mampu mereduksi 4-NP namun belum terbentuk senyawa 4-AP. Katalis Al-Bentonit@Cu sebanyak 5 mg dengan waktu pengadukan 3 menit mampu mereduksi 5 mL 4-NP 1x10-3 M dengan 0,84 mL NaBH4 0,1 M dengan persen reduksi 98,9% dan persen konversi 99,2%.

Bentonite is a fine clay compound that is composed of clay minerals of the smectite group. The main content of bentonite is montmorillonite minerals. Natural bentonite modified by using a uniform cations Na + cations. Also performed pilarisasi with Al2O3 to increase basal spasing. To improve the properties of the bentonite reduction in immobilizing the nanoparticles. The use of nanoparticles aims to improve the catalyst of bentonite, that are expected to degrade the change of the compound 4-nitrophenol into 4- aminophenol.
Reduction of the results of 4.3 x10-4 mmol 4-nitrophenol with 0.084 mmol NaBH4 into 4-aminophenol, in getting Al-Bentonite @Au can reduce 98% percent reduction and the percent conversion of 93% and Al-Bentonite @ Cu can reduce100% and converting 91%. While Al-Bentonite@Ag, and Al-Bentonite @ Ni, at 4.3 x10-4 mmol 4-nitrophenol is only able to reduce 4-NP but not formed compound 4-AP. Al-Bentonite@Cu catalysts as 5 mg with 3 minutes stirring able to reduce 5 ml of 4-NP 1x10-3 M with 0.84 mL of 0.1 M NaBH4 with 98.9% percent reduction and 99.2% the percent conversion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhaida
"ABSTRAK
Bentonit alam Merangin Jambi merupakan jenis Ca-bentonit dengan dengan
kandungan smectit sebesar 91,24%. Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan
modifikasi bentonit Merangin Jambi dengan KOH 0,1 M; 0,2; 0,3 M; 0,4 M; dan
1 M sebagai katalis reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit untuk produksi
biodiesel. Biodiesel adalah metil ester asam lemak yang dihasilkan dari
alkoholisis minyak hewani atau nabati. Selain itu, diamati juga pengaruh dari suhu
reaksi, waktu reaksi, rasio mol minyak : metanol, dan jumlah katalis. Persentase
yield metil ester cenderung lebih besar pada suhu reaksi 60 oC, waktu reaksi 2
jam, rasio mol minyak dengan metanol 1 : 12, jumlah katalis 3%, dan katalis Nabentonit
yang dimodifikasi dengan KOH 0,4 M. Katalis hasil regenerasi masih
dapat digunakan kembali dengan % yield metil palmitat, metil oleat, dan metil
linoleat, berturut-turut sebesar 0,34 %, 1,03 %, dan 3,19%.
ABSTRACT
Natural bentonite from Merangin Jambi is a type of Ca-bentonite with the
smectite content of 91,24%. This study has been performed successfully to
modify bentonite from Merangin Jambi as catalyst for the transesterification of
palm oil for biodiesel production. Biodiesel is fatty acid methyl esters produced
by alcoholysis of animal or vegetable oil. In addition, it was observed the effects
of temperature, reaction time, oil to methanol ratio, catalyst amount, and loading
amount KOH. The max percentage yield of methyl ester was obtained at
temperature of 60 oC, reaction time 2 hour, oil to methanol ratio 1 :12, 3% catalyst
amount, and KOH loading at 0,4 M. Recycle catalyst was used for the
transesterification with the percentage yield of methyl palmitate, methyl oleate,
and methyl linoleate respectively 0,34%, 1,03%, and 3,19%."
2013
T35207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Adhayuda
"Organobentonit berhasil dibuat dari proses interkalasi bentonit alam Tapanuli dengan senyawa Monosodium Glutamat (MSG). Sebelum digunakan untuk preparasi organobentonit, dilakukan proses sedimentasi terhadap bentonit Tapanuli untuk memurnikan kandungan montmorillonit (MMT) yang ada pada bentonit. Kemudian dilakukan penyeragaman kation pada interlayer bentonit dengan Na+ menjadi Na-Bentonit. Selanjutnya dilakukan penentuan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan menggunakan larutan [Cu(en)2]2+, sehingga diperoleh nilai KTK sebesar 45,29 mek/100 gram bentonit. Preparasi organobentonit menggunakan Na-Bentonit yang terinterkalasi senyawa MSG, dimana jumlah MSG yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK dan 2 KTK dengan variasi pH (pH=pI MSG=3,22 , pHpI MSG).
Hasil karakterisasi organobentonit menunjukkan senyawa MSG telah berhasil terinterkalasi ke dalam bentonit dan terjadi perubahan pada d-spacing. Produk organobentonit tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam berat Pb2+ dan Cd2+ dengan variasi konsentrasi (1-10 mM) dan membandingkannya dengan kemampuan adsoprsi dari bentonit alam dengan konsentrasi ion logam berat Pb2+ dan Cd2+ yang sama. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa organobentonit lebih efektif daripada bentonit alam dalam menyerap ion logam berat Pb2+ dan Cd2+.

Organobentonite successfully made from the process of intercalation bentonite tapanuli with the compounds of Monosodium Glutamate (MSG). Before being used for the preparation, sedimentation process of bentonite content was made to purify montmorillonite (MMT) on bentonite Tapanuli. The uniformity of cations with Na+ on bentonite interlayer was made to make Na-Bentonite. Furthermore, Cation Exchange Capacity (CEC) values was calculated by using a [Cu(en)2]2+, and CEC values obtained is 45.29 meq/100 grams of bentonite. Organobentonite was prepared using the Na-Bentonite intercalated by MSG compound, and the MSG was added according to the value of 1 CEC and 2 CEC with variety of pH (pH=pI MSG=3,22 , pHpI MSG).
Characterization results showed that organobentonite preparation has been successfully intercalated MSG into bentonite and its d-spacing has changed. Organobentonite product adsorption ability was tedted against heavy metal ions Pb2+ and Cd2+ adsorption by varying the concentration (1-10 mM) and compare it with the adsorption ability of natural bentonite. From the data obtained shows that organobentonite is more effective than the natural bentonite to absorb heavy metal ions Pb2+ and Cd2+.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Dwi Saputra
"Organoclay dipreparasi dengan cara interkalasi alanin ke dalam antar lapisan fraksi natrium montmorillonit (MMT) dari bentonit Jambi. Interkalasi alanin ke dalam monmorilonit menghasilkan basal spacing lebih besar dari fraksi Na-MMT, meningkat dari 13,28 Å menjadi 17,55 Å dan 19,66 Å. Penentuan KTK menggunakan kompleks tembaga amin, menghasilkan nilai KTK sebesar 42 mek/100 gram Na-MMT. Karakterisasi FTIR Organoclay dinterkalasi alanin sebanyak 1 KTK & 2 KTK, menunjukkan bahwa alanin telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Organoclay terinterkalasi alanin diuji daya adsorpsinya terhadap ion logam berat Cd2+ dan Pb2+ dengan variasi waktu, dan konsentrasi, serta membandingkannya dengan daya adsorpsi oleh bentonit alam. Hasilnya menunjukkan bahwa organoclay mengadsorpsi ion Cd2+ lebih besar dibandingkan Pb2+ dan organoclay 2 KTK daya adsorpsinya lebih besar dibandingkan dengan organoclay 1 KTK dan bentonit alam.

The organoclays were modified by intercalating sodium monmorillonite of fraction Jambi natural bentonite with alanine. Intercalation of alanin to the fraction of montmorilonite interlayers resulted an organoclay with a basal spacing greater than fraction of Na-MMT, increased from 13.28 Å to 17.55 Å and 19.66 Å. The CEC of Na-MMT was performed using amine copper complex, and the obtained CEC was 42 mek/100 gram Na-MMT. The FTIR of organoclay intercalated alanine of 1 and 2 CEC showed that alanine has been successfully intercalated into MMT. Organoclay intercalated alanine, as well as raw bentonite, was applied for adsorption of heavy metal cadmium and lead by varying concentration and adsorption time. The results showed that the organoclay have a greater adsorption capacity against Cd2+ rather than Pb2+ and organoclay 2 CEC has a greater adsorption capacity than the 1 CEC organoclay and raw bentonite."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Farouq Fazmar
"Bentonit dimodifikasi dengan menyisipkan material semikonduktor ZnO ke dalam Iapisan interlayernya. Preparasi bentonit dilakukan dalam 3 tahapan, preparasi awal, bentonit dipurifikasi karbonat dan penjenuhan dengan NaCl. Proses sintesis dilakukan dengan metoda hidrotermal di dalam autoclave pacia suhu 160° C selama 12 jam kemudian padatannya dikalsinasi pada suhu 400°C selama 5 jam. Karakterisasi ZnO-bentonit dilakukan dengan menggunakan instrumentasi AAS, XRF, XRD, UV-Vis Diffuse Reflectance dan FTIR. Data UV-Vis Diffuse Reflectance memperlihatkan nilai band Gap 3,5 eV; 3,45 eV; 3,5 eV untuk masing-masing ZnO-bentonit 10%, 20% dan 30%. Uji aplikasi fotodegraciasi zat vvarna Rhodamin B dilakukan pada masing-masing fraksi ZnO-bentonit 10%, 20 % dan 30%. Fraksi ZnO- Bentonit 10% memberikan hasil yang paling efektif untuk mendegradasi zat vvarna Rhociamin B. Berciasarkan data uji aplikasi material ZnO-Bentonit memiliki kemampuan sorpsi dan fotokatalis terhadap zat vvarna Rhodamin B."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30465
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusni Nurdani
"CuO-bentonit telah disintesis dengan menggunakan prekursor tembaga (II) sulfat dan KOH dalam etanol melalui metode hidrotermal pada T=16O°C selama 5 jam dan dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 400°C selama 5 jam. Hasil karakterisasi XRD, XRF dan FTIR mengkonfirmasi keberadaan CuO dalam bentonit Pengukuran dengan menggunakan UV-Vis Diffuse Reflectance menunjukkan bahvva CuO-Bentonit mempunyai energi pita pada daerah 1,4 eV. Uji aplikasi fotokatalis terhadap Rhodamin B menunjukkan bahwa CuO-bentonit memiliki aktivitas sebagai fotokatalis Daya sorpsi CuO-bentonit ikut berperan dalam proses pengurangan konsentrasi Rhodamin B."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30468
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>