Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158535 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Syarifful Hidayah
"Latar Belakang : Early Childhood Caries ECC adalah penyakit kronis gigi dengan prevalensi tinggi. ECC disebabkan beberapa faktor seperti pH saliva dan profil protein S.mutans. Tujuan : Mengetahui perbedaan pH saliva dan profil protein S.mutans yang diisolasi dari plak gigi penderita ECC dan bebas karies. Metode : pH saliva diukur menggunakan indikator pH dan profil protein S.mutans diperoleh melalui metode Sodium Deodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel ElectropHoresis SDS PAGE . Profil protein S.mutans dibaca melalui pita protein yang terlihat pada gel poliakrilamida. Hasil : pH saliva yang terlihat adalah pH 5, 5.5, 6, 6.5 dan 7. Pita protein yang terlihat memiliki berat molekul 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa dan 95 kDa penderita ECC dan bebas karies. Kesimpulan : Terdapat perbedaan pH saliva dan profil protein S.mutans yang diisolasi dari permukaan gigi penderita ECC dan bebas karies.
Backgorund Early Childhood Caries ECC is a dental chronic disease which has a high prevalence. ECC is caused by several factors, such as saliva pH and S.mutans protein profiling. Objective To identify the difference of saliva pH and S.mutans protein profiling which isolated from plaque in ECC dan caries free subjects. Methode The saliva pH is measured with pH paper. Protein Profiling of S.mutans was obtained from Sulfate Polyacrylamide Gel ElectropHoresis SDS PAGE . It was read by protein band which expressed on polyacrylamide gel. Result The saliva pH shown are 5, 5.5, 6, 6.5 and 7. Protein band shown with molecular mass 13 kDa, 29 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa and 95 kDa. Conclusion There is difference of saliva pH and S.mutans protein profiling isolated from plaque in ECC and caries free subjects. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Rahmasari
"ABSTRAK
Patogenesis ECC disebabkan sifat virulensi dari protein-protein yang menyusun sel Streptococcus mutans. Tujuan: Mengetahui perbedaan profil protein S. mutans isolat saliva pasien ECC. Metode: Profil protein S. mutans berupa pita protein yang terlihat pada gel poliakrilamida diperoleh melalui metode SDS PAGE. Hasil: Profil protein S. mutans diperoleh secara kualitatif melalui interpretasi pita-pita protein yang merepresentasikan berat molekul 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa, dan 94,5 kDa dengan perbedaan frekuensi ekspresi protein pada pasien ECC dan bebas karies. Kesimpulan: Pada pasien ECC dan bebas karies ditemukan adanya perbedaan profil protein dari S. mutans isolat saliva.

ABSTRACT
Background The pathogenesis of ECC is caused by virulence properties from proteins which construct the cell of Streptococcus mutans. Objective To find out the difference of protein profiling from salivary S. mutans in ECC and free caries. Methods Protein profiling of salivary S. mutans appeared on polyacrilamid gel as protein bands obtained through SDS PAGE. Result The profile obtained through interpretation of protein bands represent molecular mass 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa, and 94,5 kDa which had different frequencies in protein expression from ECC and free caries subjects. Conclusion There is difference in protein profiling of salivary S. mutans both in ECC and free caries subjects. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingetiarani Yukiko Hermawan
"ABSTRAK
Early Childhood Caries ECC merupakan penyakit infeksi kronis pada gigi anak-anak usia 3 ndash; 5 tahun, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah saliva. Saliva memiliki viskositas dan komponen salah satunya adalah protein yang berperan penting dalam mempertahankan rongga mulut dari patogen penyebab ECC. Tujuan: Menganalisis profil protein dan viskositas saliva pada pasien ECC dan bebas karies. Metode: Viskositas saliva dinilai secara visual dan profil protein saliva dianalisis menggunakan metode SDS PAGE. Hasil: Ditemukan 5 profil protein dengan gambaran yang paling jelas dengan berat molekul 15 kDa, 25 kDa, 60 kDa, 65 kDa dan 95 kDa pada pasien ECC dengan frekuensi kemunculan secara berurutan sebesar 8, 3, 16, 6, 2 dan pada bebas karies sebesar 14, 5, 16, 16, 9. Viskositas saliva pada pasien ECC tinggi dan pada bebas karies rendah. Kesimpulan: Pada pasien ECC ditemukan frekuensi kemunculan profil protein 15 kDa, 25 kDa, 65 kDa dan 95 kDa yang lebih sedikit dibandingkan dengan bebas karies. Sedangkan profil protein 60 kDa ditemukan frekuensi kemunculan yang sama pada pasien ECC dan bebas karies. Viskositas pada pasien ECC lebih tinggi dibandingkan dengan bebas karies. Latar Belakang: Early Childhood Caries ECC merupakan penyakit infeksi kronis pada gigi anak-anak usia 3 ndash; 5 tahun, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah saliva. Saliva memiliki viskositas dan komponen salah satunya adalah protein yang berperan penting dalam mempertahankan rongga mulut dari patogen penyebab ECC. Tujuan: Menganalisis profil protein dan viskositas saliva pada pasien ECC dan bebas karies. Metode: Viskositas saliva dinilai secara visual dan profil protein saliva dianalisis menggunakan metode SDS PAGE. Hasil: Ditemukan 5 profil protein dengan gambaran yang paling jelas dengan berat molekul 15 kDa, 25 kDa, 60 kDa, 65 kDa dan 95 kDa pada pasien ECC dengan frekuensi kemunculan secara berurutan sebesar 8, 3, 16, 6, 2 dan pada bebas karies sebesar 14, 5, 16, 16, 9. Viskositas saliva pada pasien ECC tinggi dan pada bebas karies rendah. Kesimpulan: Pada pasien ECC ditemukan frekuensi kemunculan profil protein 15 kDa, 25 kDa, 65 kDa dan 95 kDa yang lebih sedikit dibandingkan dengan bebas karies. Sedangkan profil protein 60 kDa ditemukan frekuensi kemunculan yang sama pada pasien ECC dan bebas karies. Viskositas pada pasien ECC lebih tinggi dibandingkan dengan bebas karies.

ABSTRACT
Early Childhood Caries ECC is a chronic infection disease of dental on children with 3 ndash 5 years old, that are caused by many factors, one of which is saliva. Saliva has viscosity, and component specifically protein, that play an important role in maintaining oral cavity from pathogen causing ECC. Objective To analyze protein profile and salivary viscosity from ECC and caries free subjects. Method Salivary viscosity was assessed visually and salivary protein profile were analyzed using SDS PAGE. Result 5 most prominent protein profiles with molecular mass 15 kDa, 25 kDa, 60 kDa, 65 kDa and 95 kDa were found in ECC patient with frequency of occurrences in order 8, 3, 16, 6, 2 and in caries free subject 14, 5, 16, 16, 9. Salivary viscosity on ECC patient was high and on caries free patient was low. Conclussion On ECC patient, frequency of occurrences of salivary protein profile 15 kDa, 25 kDa, 65 kDa and 95 kDa were found less than on caries free subject. Meanwhile, protein profile 60 kDa has the same frequency of occurrence on ECC and caries free subject. Viscosity on ECC patient was higher than caries free subject. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanli Aldilavita
"ABSTRAK
Patogenesis ECC dipengaruhi oleh salah satu faktor virulensi Streptococcus mutans yang berasal dari protein S.mutans. Tujuan : Menganalisis perbedaan profil protein S.mutans diisolasi dari permukaan lidah pasien ECC dan bebas karies. Metode : Profil protein S.mutans diisolasi dari permukaan lidah diperoleh melalui metode SDS PAGE dan dibaca melalui pita protein yang terlihat pada gel poliakrilamida. Hasil : Pita protein terlihat pada gel poliakrilamida. Terlihat perbedaan frekuensi ekspresi protein S.mutans pada 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa dan 94,5 kDa pasien ECC dan bebas karies. Kesimpulan : Terdapat perbedaan profil protein S.mutans yang diisolasi dari permukaan lidah pasien ECC dan bebas karies.

ABSTRACT
Pathogenesis of ECC is influenced by one of virulence factors from protein S.mutans. Objective To analyze the difference of S.mutans protein profiling which is isolated from tongue surface in ECC dan free caries subjects. Method Protein Profiling of S.mutans isolated from tongue surface was obtained from SDS PAGE method. It was read by protein band which expressed on polyacrylamide gel. Result Protein band was present on polyacrylamide gel. This study found the different frequencies in protein expression of S.mutans 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa dan 94,5 kDa in ECC and free caries subjects. Conclusion There is difference of S.mutans protein profiling isolated from tongue surface in ECC and free caries subjects."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Oktavia
"Latar belakang: ECC menjadi masalah serius di Indonesia dan Dunia. Terdapat 3
komponen ECC, yaitu gigi, mikroba, serta lingkungan rongga mulut yang dalam hal ini
yaitu protein saliva. Penyebab dari ECC sendiri yaitu bakteri Streptococcus mutans.
Tidak hanya itu, Candida albicans sering dihubungkan dengan Streptococcus mutans
pada plak ECC. Namun, adanya riset di mana Candida albicans cenderung mengurangi
sifat kariogenik Streptococcus mutans menarik untuk diteliti. Tujuan: menganalisis
peran protein saliva ECC terhadap pertumbuhan biofilm Streptococcus mutans dan
Streptococcus mutans dan Candida albicans (atau dual-spesies) di rongga mulut.
Metode: Setiap sampel dilakukan uji SDS-Page untuk melihat apakah terdapat
perbedaan profil protein antar setiap sampel. Lalu, sampel dilakukan pengenceran
menjadi 3 konsentrasi, kemudian diinkubasi bersama dengan Streptococcus mutans
serta dual-spesies di dalam 96-well plate selama 24 jam dan 48 jam secara anaerob.
Lalu, masing-masing biofilm dilakukan uji Crystal Violet Staining (untuk mendapatkan
nilai Optical density) serta Total Plate Count. Hasil: Tidak terdapat perbedaan profil
protein antara saliva ECC dengan laju alir saliva <30 detik, 30-60 detik, 30-60 detik
bebas ECC. Pada variabel konsentrasi protein, terdapat perbedaan dan kenaikan nilai
rerata pada nilai Optical density biofilm pada Streptococcus mutans dan dual-spesies.
Tidak terdapat perbedaan secara statistik antara konsentrasi protein saliva dengan
viabilitas mikroba pada biofilm Streptococcus mutans dan dual-spesies meski nilai
rerata menunjukkan penurunan viabilitas mikroba. Pada biofilm Streptococcus mutans
dan dual-spesies, tidak terdapat perbedaan bermakna pada hasil uji Optical density dan
viabilitas mikroba berdasarkan variabel waktu inkubasi biofilm. Meski nilai rerata
menunjukkan adanya penurunan pada Optical density Streptococcus mutans, kenaikan
pada viabilitas mikroba Streptococcus mutans, dan kenaikan pada Optical density
sekaligus viabilitas mikroba dual-spesies, namun tidak memengaruhi nilai
komparasinya. Kesimpulan: Protein saliva dapat memengaruhi pembentukan biofilm
baik Streptococcus mutans maupun kombinasi dual-spesies Streptococcus mutans
dengan Candida albicans. Waktu inkubasi biofilm tidak dapat memengaruhi
pembentukan biofilm Streptococcus mutans maupun kombinasi dual-spesies
Streptococcus mutans dengan Candida albicans

Background: ECC is a serious problem in Indonesia and the world. There are 3
components of ECC, namely teeth, microbes, and the oral environment, in this case
salivary protein. The cause of ECC itself is Streptococcus mutans. Not only that,
Candida albicans is often associated with Streptococcus mutans in ECC plaques.
However, the research in which Candida albicans tends to reduce the cariogenic
properties of Streptococcus mutans is interesting. Purpose: to analyze the role of the
ECC salivary protein on the growth of Streptococcus mutans and combination of
Streptococcus mutans and Candida albicans (or dual-species) biofilms in the oral cavity.
Methods: Each sample was subjected to an SDS-Page test to see if there were
differences in protein profiles between each sample. Then, the sample was diluted into 3
concentrations, then incubated together with Streptococcus mutans and dual-species in
96-well plates for 24 hours and 48 hours anaerobically. Then, each biofilm was
subjected to a Crystal Violet Staining test (to obtain Optical density value) and Total
Plate Count. Results: There was no difference in protein profile between salivary ECC
with salivary flow rates <30 seconds, 30-60 seconds, ECC-free 30-60 seconds. In the
protein concentration variable, there were differences and an increase in trend lines in
the Optical density value of biofilms in Streptococcus mutans and dual-species. There
was no statistical difference between salivary protein concentrations and microbial
viability in Streptococcus mutans and dual-species biofilms, although the trend line
showed a decrease in microbial viability. In Streptococcus mutans and dual-species
biofilms, there were no significant differences in the Optical density test results and
microbial viability based on the biofilm incubation time variables. Although the trend
line showed a decrease in Optical density Streptococcus mutans, an increase in
microbial viability of Streptococcus mutans, and an increase in Optical density as well
as dual-species microbial viability, it did not affect the comparative value. Conclusion:
Salivary protein can influence biofilm formation for both Streptococcus mutans and the
dual-species combination of Streptococcus mutans and Candida albicans. Biofilm
incubation time could not affect the biofilm formation of both Streptococcus mutans
and the dual-species combination of Streptococcus mutans and Candida albicans"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Aurellian Kusuma
"ABSTRAK
Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan adanya satu atau lebih gigi berlubang, hilang, atau ditambal pada anak anak dengan usia sampai dengan 71 bulan. Mikroorganisme utama dari karies adalah Streptococcus mutans yang terklasifikasi menjadi empat, yaitu serotipe c, e, f, dan k. Menurut penelitian sebelumnya, ditemukan banyak Candida albicans pada plak anak dengan ECC, namun interaksinya dengan Streptococcus mutans belum diketahui secara pasti. Tujuan: Menganalisis kuantitas dan hubungan dari antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak anak dengan karies dini serta bebas karies dikaitkan dengan laju alir saliva. Metode: Kuantitas antigen dari 36 sampel plak karies dan 14 sampel bebas karies diketahui melalui uji ELISA kemudian dikaitkan dengan laju alir saliva. Hasil: Perbandingan antara kuantitas kedua antigen pada laju alir saliva <30 detik didapatkan nilai 0,000 dan pada laju alir 30-60 detik sebesar 0,001. Hubungan antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe e dan Candida albicans pada plak karies didapatkan nilai r = 0,639 dan r = 0,247 untuk plak bebas karies. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas kedua antigen pada masing-masing tingkat laju alir saliva dan terdapat korelasi positif antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak karies dan plak bebas karies. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winanda Annisa Maulitasari
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan salah satu penyakit kronis
multifaktorial yang sering terjadi pada anak usia pra sekolah. Data penelitian
mengatakan sebanyak 65% anak usia 3-5 tahun mengalami ECC dan pada sebuah
penelitian di Jakarta tahun 2016 menunjukkan indeks def-t sebesar 7,5 pada anak usia 5
tahun sedangkan pada penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 2017
didapatkan indeks def-t sebesar 7,04. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2018, sebanyak
81,5% anak mengalami karies dengan indeks def-t sebesar 6,2 pada anak usia 3-4 tahun
dan indeks def-t sebesar 8,1 pada anak usia 5 tahun. Dalam terjadinya ECC, salah satu
faktor yang berperan dalam proteksi dari terjadinya karies gigi adalah saliva yang di
dalamnya terkandung protein saliva seperti lysozyme yang berperan dalam mekanisme
proteksi rongga mulut dari bakteri Gram-positif. Pada beberapa penelitian, kadar
lysozyme saliva berhubungan dengan skor def-t. Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar
lysozyme saliva pada anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun serta berdasarkan
tingkat karies. Metode Penelitian: Penelitian merupakan potong lintang analitik secara
laboratorik. Subjek penelitian adalah 14 anak ECC dan 14 anak bebas karies usia 3-5
tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel whole saliva tanpa stimulasi
dikumpulkan dari subjek penelitian kemudian dilakukan pengukuran kadar lysozyme
dengan uji ELISA teknik sandwich. Hasil: Kadar lysozyme saliva pada anak ECC lebih
tinggi daripada kelompok anak bebas karies serta kadar lysozyme saliva pada anak
dengan tingkat karies tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak dengan
tingkat karies rendah, secara statistik dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna
antara kadar lysozyme saliva anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun (p < 0,05).
Kesimpulan: Kadar lysozyme saliva lebih tinggi pada anak ECC dibandingkan dengan
bebas karies usia 3-5 tahun dan peningkatan kadar lysozyme saliva terjadi pada anak
dengan tingkat karies tinggi.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is one of common chronic multifactorial
diseases affecting preschool children. Previous study showed 65% of children aged 3-5
years experience ECC and a research in Jakarta in 2016 showed def-t index of children
aged 5 years was 7.5. According to research in Bandung in 2017 showed def-t index
was 7.04. Based on Basic Health Research in Indonesia (RISKESDAS) in 2018, 81.5%
of children experienced caries with def-t index 6.2 in children aged 3-4 years and 8.1 in
children aged 5 years. In the occurrence of ECC, one of the factors that play role in the
protection of dental caries is saliva, which contains salivary protein such as lysozyme
that play a role in the mechanism of protecting oral cavity from Gram-positive bacteria.
In several studies, salivary lysozyme levels were associated with def-t score. Objective:
To analyze differences in salivary lysozyme levels in ECC and caries-free children aged
3-5 years and based on caries levels. Methods: This study is a laboratory analytical
cross-sectional study. Subjects were 14 ECC children and 14 caries-free children aged
3-5 years that in line with the inclusion criteria. Unstimulated whole saliva were
collected from subjects. Salivary lysozyme levels were measured by ELISA sandwich
method. Results: Salivary lysozyme levels in ECC children was higher than in cariesfree
and salivary lysozyme levels in children with high caries level higher than in
children with low caries level, it was statistically stated that there was a significant
differences between the levels of lysozyme in children with ECC and caries-free
children aged 3-5 years (p < 0.05). Conclusion: Salivary lysozyme levels were higher in
ECC children compared to caries-free children aged 3-5 years and increased levels of
salivary lysozyme occurred in children with high caries level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Moon Ju Yon
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak-anak. Saliva berkaitan penting dengan patogenesis ECC dan protein saliva kemungkinan mempunyai kaitan dengan kejadian ECC. Tujuan: Menganalisis level protein saliva yang diisolasi dari anak dengan ECC Metode: sampel saliva yang terstimulasi dan tidak terstimulasi diambil dari anak ECC. Konsentrasi protein saliva ditetapkan dengan metoda Bradford assay. Hasil: tidak terdapat perbedaan konsentrasi protein saliva tersimulasi dan tidak terstimulasi pada anak dengan ECC (two tail test, p≤0.05).

Background: Early Childhood Caries ( ECC ) is one of the common health problems in children. Saliva has connection with the occurence of ECC and salivary proteins is probably related to the occurrence. Objective: to Analyze the level of proteins isolated from stimulated and unstimulated saliva taken from children with ECC. Methods: stimulated an unstimulated saliva samples were taken from children, age 3-5 years old, with ECC. Salivary protein levels were determained using Bradford Assay. Results: there is no consentration difference between protein consentration in stimulated and unstimulated saliva in children with ECC ( two- tail test, p≤0.05)"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianti Sectiotania
"Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi tetap. Gigi sulung lebih rentan terhadap terjadinya karies karena struktur dan morfologinya yang berbeda dari gigi tetap. Bakteri Mutans Streptococci yang paling banyak berada dalam rongga mulut manusia adalah S. mutans dan S. sobrinus. S.mutans merupakan spesies bakteri utama yang mengawali karies gigi manusiadan patogen yang paling umum terdapat pada plak gigi. Ibu sebagai pengasuh utama sering dianggap menjadi sumber infeksi terbesar bagi anak yang memiliki S.mutans dan atau S.sobrinus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubunganS.mutans serotipe c dan S.sobrinus serotipe d antara ibu-anak serta mengetahui hubungan status karies diantaranya. Sampel penelitian diambil dari plak gigi 48 pasangan ibu dan anaknya yang menderita karies dan diperiksa menggunakan PCR (Polimerase Chain Reaction).Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah S.sobrinus serotipe d mendominasi keseluruhan subyek penelitian. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara status karies anak-ibu dengan distribusi S.mutans serotipe c danS.sobrinus serotipe d. Uji korelasi skor def-t dengan DMF-T menunjukkan adanya hubungan yang bermakna, yang berarti bahwa def-t anak akan meningkat seiring dengan kenaikan DMF-T ibu. Hubungan S.mutans serotipe c antara anak dan ibu ditemukan tidak bermakna dengan hubungan sangat lemah sedangkan hubungan S.sobrinus serotipe d antara anak dan ibu bermakna walau hubungannya lemah. Perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi ibu berhubungan dengan pengalaman karies gigi anak melalui transmisi S.mutans dan S.sobrinus secara vertikal.

Dental caries may occur in the primary and permanent teeth. Primary teeth are more susceptible to caries due to the different structure and morphology compared to permanent teeth . The most bacteria of Mutans Streptococci found in the human oral cavity are S. mutans and S. sobrinus .While S. mutans is also the main species of bacteria that initiate dental caries humans and the most common pathogens found in dental plaque. Mother as the primary caregiver is often considered to be the biggest source of infection for children with S. mutans and or S.sobrinus. This study aims to investigate the relationship of serotypes c S. mutans and serotype d S.sobrinusbetween mother - child relationship and to know the status of caries among others . Samples were taken from dental plaque of 48 pairs mothers and their children who suffer from caries and examined using PCR (Polimerase Chain Reaction) . Results indicate that the number of serotype d S. sobrinus dominates whole subject of research . There is no significant relationship between caries status of the child - mother with the distribution of serotype c S. mutans and serotype d S.sobrinus. Correlation test scores def-t with DMF-T showed a significant relationship, which means that def-t will increase along with the increase of DMF-T. S.mutans serotypec relationship between the child and the mother was found to be significantly associated with a very weak relationship whereas S.sobrinus serotypes d relationship between the child and mother meaningful relationship despite weak . Behavioral and dental health knowledge mother dealing with dental caries experience of children through vertical transmission of S. mutans and S.sobrinus ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stifan Jamin
"Early childhood caries ECC merupakan keadaan terdapatnya satu atau lebih gigi karies, hilang atau ditambal pada anak dengan usia kurang dari 71 bulan. Streptococcus mutans serotype c merupakan bakteri utama penyebab ECC. Imunoglobulin A dan saliva berperan pada pencegahan terbentuknya biofilm pada permukaan gigi.
Tujuan: Menganalisis level IgA anti-Streptococcus mutans serotype c serta korelasinya dengan viskositas dan skor dmft pada saliva pasien ECC.
Metode: Level IgA anti-S. mutans serotype c dari 11 sampel saliva pasien ECC di ukur menggunakan metode ELISA. Nilai absorbansi dibaca pada panjang gelombang 405 nm. Level IgA anti-S. mutans serotype c kemudian dikorelasikan dengan data skor dmft dan viskositas saliva pasien ECC.
Hasil: Level IgA anti-S. mutans serotype c saliva terstimulasi adalah 4,6 sedangkan saliva tidak terstimulasi adalah 6. Level IgA anti-S. mutans serotype c pada saliva kental dan encer berturut turut adalah 6 dan 3,5. Peningkatan skor dmft tidak di ikuti dengan penurunan level IgA anti-S. mutans serotype c.
Kesimpulan: Pada pasien ECC, tidak terdapat perbedaan bermakna antara level IgA anti-S. mutans serotype c saliva terstimulasi dan tidak terstimulasi. Terdapat korelasi positif antara level IgA anti-S.mutans serotype c dengan viskositas saliva pasien ECC, sedangkan dengan skor dmft pasien ECC diperoleh korelasi negatif.

Background: Early Childhood Caries is the presence of one or more decayed, missing or filled tooth in a child 71 months of age or younger. Streptococcus mutans serotype c is the main causes of ECC. Salivary Immunoglobulin A inhibit the biofilm formation of S. mutans serotype c on the tooth surface.
Objective: To analyze Immunoglobulin A anti Streptococcus mutans serotype c level and the correlation towards saliva viscosity and dmft score of ECC patients.
Methods: Levels of IgA anti Streptococcus mutans serotype c calculated from 11 saliva sample of ECC patients using ELISA methods. Absorbance readings conducted at 405 nm wavelength. Levels of IgA anti Streptococcus mutans serotype c then correlated with saliva viscosity and dmft score of ECC patients.
Result: Levels of IgA anti Streptococcus mutans serotype c in stimulated saliva is 4.6, while unstimulated saliva is 6. Levels of IgA anti S. mutans serotype c in high and low saliva viscosity. The escalation of dmft score causes a decrease in the levels of IgA anti Streptococcus mutans serotype c.
Conclusion: There's no significant differences of IgA anti S.mutans serotype c level in stimulated and unstimulated saliva. There is a positive correlation between IgA anti Streptococcus mutans serotype c levels with saliva viscosity of ECC patients, while dmft score of ECC patients has negative correlations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>