Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143686 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leonardus Arya Adiputra
"Rumput laut merupakan komoditas perairan yang memiliki beragam manfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu jenis rumput laut yang banyak dimanfaatkan karena bermanfaat bagi kesehatan dan memiliki nilai ekonomis tinggi adalah jenis Euchema Cottoni. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis wilayah potensi yang dapat digunakan sebagai kawasan budidaya rumput laut di perairan pantai utara Cirebon, Jawa Barat.
Penentuan wilayah potensi ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa parameter oseanografi berupa salinitas, suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi, klorofil-a, arus permukaan laut, dan kedalaman perairan. Nilai salinitas, suhu permukaan laut, klorofil-a, dan muatan padatan tersuspensi diperoleh berdasarkan pengolahan data satelit penginderaan jauh Landsat 8 OLI. Data arus permukaan laut diperoleh berdasarkan pengolahan data OSCAR.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis keruangan dan deskriptif. Penentuan wilayah potensi budidaya rumput laut dilakukan berdasarkan hasil kesesuaian budidaya rumput laut pada musim barat dan musim timur dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan di sekitar perairan laut Cirebon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum wilayah penelitian sesuai sebagai lokasi budidaya rumput laut. Hasil kesesuaian antara musim barat dan musim timur menunjukkan luas wilayah kesesuaian yang tidak jauh berbeda. Dari luas wilayah perairan sebesar 79,23 km2, potensi budidaya rumput laut di wilayah perairan pesisir Cirebon memiliki persentase luasan sebesar 9,86 pada musim barat dan 13,85 pada musim timur, serta berada pada wilayah perairan Kecamatan Lemahwungkuk, Kecamatan Mundu, sebagian Kecamatan Kejaksan, dan sebagian Kecamatan Astanajapura.

Seaweed is known as a water resource that contains various benefits for human life. One species of seaweed that is widely used because of its benefits in health and economy is the Euchema Cottoni. The goal of this research is to identify potential sea areas that can be used as a site to cultivate seaweed.
Determining potential areas is done by considering several oceanographic parameters such as salinity, sea surface temperature, total suspended solids, clorophyll a, sea surface currents, and bathymetry. All the mentioned oceanographic parameters will be acquired by remote sensing data processing of Landsat 8 OLI. Variations in sea surface current values are obtained according to OSCAR data processing.
Analysis in this research uses spatial anlaysis and descriptive analysis. The identification of potential seaweed cultivation areas are done according to the results of seaweed feasibility during west and east seasons by considering environmental conditions around Cirebon seawaters.
Results of this research show that generally, the study area is feasible as seaweed cultivation areas. The results of west and east season feasibility show that feasible areas and the whole measured areas do not display much differences. Based on water area of 79.23 km2, potential of seaweed cultivation in coastal areas of Cirebon has a percentage of 9,86 in the wet season, and 13,85 in the east season, and is located in water bodies of Lemahwungkuk District, Mundu District, part of Kejaksan District, and part of Astanajapura District.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evie Avianti
"Satelit inderaja oseanografi Aqua MODIS dan altimetri digunakan untuk mempelajari perubahan lingkungan suhu, klorofil-a dan arus permukaan perairan Tarakan terhadap variabilitas ENSO dan Musim, agar diperoleh pemahaman dinamika oseanografi selama perioda El Nino, La Nina, dan Normal, Musim Barat dan Timur. Analisis tingkat kesesuaian lokasi budidaya Eucheuma cottonii menggunakan pengukuran langsung pada 11 stasiun sampling tanggal 11 Juli 2013 di perairan pantai Amal dan Mamburungan, dan P. Sadau dengan parameter suhu, salinitas, kecerahan, turbiditas, pH, nitrat, fosfat, dan kalium.
Hasil penelitian menunjukkan faktor lingkungan sangat dipengaruhi variabilitas ENSO dan Musim. Perairan timur Tarakan memiliki tingkat kesesuaian lebih tinggi daripada bagian barat. Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) mempengaruhi transfer massa air dari kolam panas Pasifik Barat memasuki perairan utara dan barat Tarakan. Analisis tingkat kesesuaian lokasi budidaya dengan metoda equal interval menunjukkan perairan pantai Amal sampai bagian selatan memiliki kesesuaian paling tinggi dan pantai Mamburungan dan P. Sadau dengan kesesuian sedang. Analisis tingkat kesesuaian di perairan Tarakan menggunakan data satelit inderaja memberikan informasi pada perioda El Nino berada di pantai Amal dan Tanjung Simaya; perioda La Nina di Tanjung Simaya dan Juata, perioda Normal di Tanjung Binalatung dan Simaya, Musim Barat di Tanjung Simaya dan Juata, dan Musim Timur di pantai Amal dan Tanjung Selayang.

Remote sensing oceanography of Aqua MODIS and altimetry have been applied to study environmental changes of sea surface temperature, chlorophyll-a, and surface current in the Tarakan water against ENSO and Monsoon variability in order to know dynamical oceanography during El Nino, La Nina, and Neutral peroid, Northwest monsoon/NW, Southeast monsoon/SE. The suitability level analysis of seaweed cultivation of Eucheuma cottonii used 11 sampling stations on 11 July 2013 in the Amal and Mamburungan beaches and Sadau island with parameters of temperature, salinity, brightness, turbidity, acidity, nitrate, phosphate, and kalium.
The results showed that environmental changes are affected by ENSO and monsoons. The suitability level in the eastern is better than western Tarakan water. The Indonesian throughflow plays important role in transferring water masses from warm pool in western tropical Pacific entering northern and western Tarakan. Analysis of suitability level using equal interval method indicates that from Amal beach to southern part has the highest suitability level while Mamburungan beach to Sadau island are moderate level. The suitability level analysis using satellite oceanography implied potential areas for seaweed cultivation of Eucheuma cottonii in the Amal beach and Cape Simaya during El Nino; Capes of Simaya and Juata during La Nina; Capes of Binalatung dan Simaya during Neutral period; Capes of Simaya and Juata and Amal beach and cape Selayang during Northwest and Southeast monsoon, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rayhan Kamil
"Penelitian ini membahas tentang sebaran rumput laut berdasarkan kondisi fisik yang mencakup suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi (MPT), arus, salintas, serta oksigen terlarut (DO) untuk menentukan wilayah potensial pengembangan budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Penelitian deskriptif ini menggunakan analisis spasial dengan menerapkan metode penginderaan jauh dan survey lapangan pada 15 lokasi untuk pengumpulan dan pengolahan datanya. Setelah data terkumpul dan terolah analisis selanjutnya yang digunakan adalah metode overlay peta. Hasil penelitian menunjukan sebaran rumput laut merata hampir di setiap karang dan menunjukan adanya kesesuaian kondisi fisik pantai dengan syarat budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Berdasarkan sebaran dan kondisi fisik perairan inilah kemudian dapat ditentukan bahwa wilayah yang potensial adalah wilayah karang dan teluk serta bagian timur pantai dengan radius sampai 200 meter dari bibir pantai, wilayah yang cukup potensial adalah wilayah dengan radius 300-700 meter dari bibir pantai, sedangkan sisanya yang merupakan wilayah laut lepas adalah wilayah yang tidak potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut.

This research discusses the distribution of seaweed by the physical conditions that include sea surface temperature, total suspended solids, currents, salinity, and dissolved oxygen (DO) to determine areas of potential development seaweed cultivation in Ujunggenteng beach. This is a descriptive research which uses spatial by applying the method of remote sensing and field surveys in 15 locations for the collection and processing of data. Once the data is collected and processed further analysis is the method of overlaying a map. Based on the distribution and physical condition of the water is then determined that the potential area is the region of the reefs and bays along the east coast with a radius of up to 200 meters from the coast, an area of considerable potential is an area with a radius of 300-700 meters from the beach, while the rest which is an open sea area is the area that is not potential for the development of seaweed cultivation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elhad Soumeru
"Tuna landed in 2014 reached a production of 1,093,537 tons and has a peak production in September amounted to 182 350 tonnes. temporal mapping potential areas of skipjack fishing aqua MODIS image, is thought to have optimum levels of arrest occurred in August which has a density of 25 214 mg/m3. This study aims to: (1) identify skipjack capture result; (2) Analyze distribution and variations chlorophyl-a and SST in spatial and temporal from Aqua Modis Imagery satelite; (3) Analyze the relationship and influence between Chlorophyl-a and SST to CPUE skipjack; (4)Mapping potential area of catching skipjack in Banda Sea waters and arround Maluku Province."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regi Zaky Utama
"Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Oleh sebab itu Indonesia memiliki potensi dalam pemanfaatan sumber daya kelautan. Rumput laut merupakan salah satu komoditas sumber daya laut yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Di Pulau Tidung dapat dimanfaatkan tidak hanya dari sektor pariwisata, melainkan dapat dimanfaatkan dari sektor sumberdaya lautnya. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan wilayah potensi pengembangan budidaya rumput laut dengan metode skoring. Berdasarkan data-data dari variabel kondisi perairan, budidaya, dan objek wisata ditumpangtindihkan dan kemudian dianalisis secara spasial. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari segi kondisi fisik perairan di pesisir utara Pulau Tidung pada segmen U1, U2, U3, dan U4 merupakan wilayah yang sesuai. Potensi pengembangan budidaya rumput laut berada di segmen U2 yang didukung oleh jumlah produksi yang tinggi, jarak objek wisata yang jauh, dan jumlah penginapan yang rendah membuat di wilayah tersebut menjadi berpotensi untuk dikembangkan.

Indonesia is geographically an archipelagic country with two thirds of the oceans larger than the mainland. Indonesia has the potential in the utilization of marine resources. Seaweed is one of the marine resources commodities that have great potential to be developed. In Tidung island can be utilized not only from the tourism, even can be utilized from the marine resources. In this study aims to determine the potential areas of seaweedcultivation development by the scoring method. Based on data from the variables oceanography, cultivation, and tourist objects overlapped and then analyzed spatially. The results of this study show that in terms of oceanography in the north coast of Tidung island in U1, U2, U3, and U4 segments are the suitable areas. Potential development of seaweed cultivation in Tidung island is in U2 segment, which is support by high production quantities, long distance from tourism object, and low number of accommodation makes it potentially to be developed area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Axel Gilbert Logan
"Dalam keberlangsungan budidaya rumput laut, terdapat dua faktor penting yang dapat memengaruhi keberhasilannya, yaitu pemilihan lokasi dan kondisi musim. Perairan Desa Sumberkima dan Desa Pemuteran dipilih dalam penelitian karena kawasan ini merupakan bagian dari kecamatan dengan garis pantai terpanjang se-Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Buleleng sendiri merupakan kawasan dengan nilai produktivitas perikanan tertinggi se-Provinsi Bali, namun sayang rumput laut belum menyumbang angka yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan persebaran dari kualitas air di Perairan Desa Sumberkima dan Desa Pemuteran, dan mengkaji kesesuaian perairannya terhadap aktivitas budidaya rumput laut dalam dua kondisi curah hujan, yaitu bulan basah dan bulan kering. Dalam penelitian ini, algoritma Laili et al. (2015) digunakan untuk estimasi nilai materi padatan tersuspensi (MPT), algoritma Wouthuyzen (2008) digunakan untuk estimasi nilai salinitas, algoritma Arief et al. (2015) digunakan untuk estimasi nilai suhu permukaan laut (SPL), dan algoritma El-Battay et al. (2014) digunakan untuk estimasi nilai konsentrasi oksigen terlarut. Dalam proses klasifikasi kesesuaian, penelitian ini menggunakan pendekatan faktor pembatas guna mengetahui parameter yang berperan sebagai pembatas dari aktivitas budidaya rumput laut di lokasi penelitian. Penelitian ini terdiri atas dua analisis yaitu analisis spasial dan analisis deskriptif yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebaran kualitas air pada bulan kering dan basah cenderung rendah di kawasan pesisir dan tinggi di kawasan mendekati perairan lepas. Selain itu, ditemukan juga bahwa nilai rata-rata sebaran materi padatan tersuspensi (MPT) pada bulan kering lebih rendah dari pada bulan basah, nilai rata-rata sebaran salinitas pada bulan kering lebih tinggi dari pada bulan basah, nilai rata-rata sebaran suhu permukaan laut (SPL) pada bulan kering lebih tinggi dari pada bulan basah, dan nilai rata-rata sebaran oksigen terlarut pada bulan kering lebih rendah dari bulan basah. Pada bulan kering, luas kawasan sesuai di Perairan Desa Sumberkima dan Pemuteran yaitu 407 ha, dan pada bulan basah yaitu 1.628 ha. Di mana ditemukan bahwa luasan kesesuaian di wilayah penelitian pada bulan basah lebih besar dari pada bulan kering.

In the sustainability of seaweed cultivation, there are two important factors that can influence its success, which are location selection and weather conditions. Desa Sumberkima and Desa Pemuteran in Gerokgak sub-district was chosen in the study because this area is located in the sub-district that has the longest coastline in Buleleng Regency, and Buleleng Regency itself is an area that has the highest fishery productivity value in the entire Bali Province, but unfortunately seaweed has not contributed a significant figure. This study aims to map the distribution of water quality in Desa Sumberkima and Desa Pemuteran, and examine the suitability of its waters for seaweed cultivation activities in two condition of rainfall, which are the wet month and the dry month. In this study, the algorithm of Laili et al. (2015) was used to estimate the total of suspended solid matter (TSS), the algorithm of Wouthuyzen (2008) was used to estimate the value of salinity, the algorithm of Arief et al. (2015) was used to estimate sea surface temperature (SST) values, and the algorithm of El-Battay et al. (2014) was used to estimate the value of dissolved oxygen concentrations. In the suitability classification process, this study used a limiting factor approach to determine the parameters that act as a barrier to seaweed cultivation activities at the study site. This study consists of two analyses, which are spatial analysis and descriptive analysis used to answer research questions. The results of the study show that the distribution of water quality in the dry and wet seasons tends to be low in coastal areas and high in areas close to open waters. In addition, it was also found that the average value of the total of suspended solids matter (TSS) in the dry season is lower than in the wet season, the average value of the distribution of salinity in the dry season is higher than in the wet season, the average value of the distribution of surface temperature sea ​​level (SST) in the dry season is higher than in the wet season, and the average value of dissolved oxygen distribution in the dry season is lower than the wet season. In the dry season, the area corresponding to the waters of the Gerokgak District is 407 ha, and in the wet season it is 1.628 ha. Where it was found that the area of ​​suitability of the waters of the research location in the wet season is greater than in the dry season."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amalia
"Estuaria merupakan wilayah peralihan dimana air sungai yang bersalinitas rendah bercampur dengan air laut yang bersalinitas tinggi. Perubahan sebaran salinitas yang dinamis di estuaria mempengaruhi kualitas dan pemanfaatan air. Zonasi salinitas dibuat agar pemanfaatan lingkungan perairan lebih optimal. Nilai salinitas permukaan perairan didapat dari hasil interpretasi citra Landsat-5 TM menggunakan algorithma salinitas (Wouthuyzen dkk. 2008).
Hasil penelitian menyimpulkan terdapat empat zona di estuaria Muaragembong, yaitu: Zona Limnetic, Mexo-Oligohaline, Mexo-Mesohaline, dan Mexo-Polyhaline. Keberadaan zona tersebut bergantung pada variasi salinitas yang ditentukan oleh tingkat pencampuran salinitas yang dipengaruhi oleh debit sungai, curah hujan, kondisi pasang surut, dan arus permukaan laut.

Estuary is a transition area where low salinity river water mixed with high salinity sea water. Dinamically Changes of salinity distribution in estuary can influence the water quality and utility. Zonation of salinity was create to make utilization of aquatic environtment be more optimum. Surface water salinity was getting by interpretation result of Landsat-5 TM satellite image with salinity equation (Wouthuyzen et al. 2008).
This research conclude that in Muaragembong estuary there is four zone that is Limnetic, Mexo-Oligohaline, Mexo-Mesohaline and Mexo Polyhaline. These zone existence depend on salinity variation that was determined by the grade of salinity mixture that was influenced by river water discharge, precipitation, tide and sea surface current.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Qisthi Sugiarto
"Rumput laut merupakan sumber daya hayati laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai budidaya. Kecamatan Sumur adalah satu-satunya tempat yang membudidayakan rumput laut di Kabupaten Pandeglang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi Wilayah Budidaya Rumput Laut dan pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan penduduk di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan survei (wawancara). Karakteristik wilayah budidaya rumput laut yang jumlah produksinya tinggi di Kecamatan Sumur adalah wilayah yang memiliki keterlindungan perairan, jumlah tenaga kerja banyak, jarak yang dekat dengan jalan, dan modal yang besar dibandingkan dengan metode budidaya dan pemasaran. Rata-rata petani rumput laut mendapatkan peningkatan pendapatan sekitar dua hingga delapan kali lipat dari pekerjaan sebelumnya.

Seaweed is a marine biological resources that have a high economic value that has great potential to be developed as a cultivation. Kecamatan Sumur is the only place that cultivating seaweed in Kabupaten Pandeglang. The purpose of this research is to provide information on seaweed farming region and its influence on increasing income residents in the Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Methods of this research is descriptive analysis methods and survey (interview). Result of this research is the characteristic of cultivation region of seaweed with high production has a protected waters, has a lot of labor, easy accessibility, has the ability to big budget as compared of cultivation method and marketing. An average of seaweed farmers get increased revenue about two up to eight fold from the previous job. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S975
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudya Widowati
"Daerah penelitian Gimpu, Sulawesi Tengah merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi panas bumi yang belum dilakukan eksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan wilayah potensi panas bumi pada daerah penelitian untuk dilakukan eksplorasi panas bumi. Metode penginderaan jauh dan geokimia air digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Daerah penelitian memiliki persebaran manifestasi panas bumi berupa 10 titik manifestasi yang terdiri dari 1 mata air dingin dan 9 mata air panas. Pada analisis penginderaan jauh yang mengintegrasikan data FFD, LST, dan NDVI menunjukkan bahwa pola kelurusan pada daerah penelitian berorientasi ke arah barat laut-tenggara dan barat daya-timur laut dengan tingkat densitas kelurusan sangat rendah–sangat tinggi. Densitas tersebut menunjukkan adanya pengaruh struktur geologi yang mengontrol kemunculan manifestasi panas bumi. Dilihat dari suhu permukaan, daerah penelitian memiliki suhu dari 9°C – 28°C dengan indeks tidak bervegetasi hingga vegetasi tinggi. Berdasarkan analisis geokimia air, tipe air panas bumi pada daerah penelitian didominasi oleh tipe klorida – bikarbonat dan bikarbonat. Manifestasi air panas bumi pada daerah penelitian memiliki kondisi immature waters yang telah mengalami pengenceran oleh air meteorik. Analis geoindikator menunjukkan bahwa zona outflow berada pada APB2. Analisis dengan kedua metode tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat 3 area potensi panas bumi, yaitu area potensi A terletak pada daerah Lawua dengan koordinat dan 9.824.401 mU - 9.825.469 mU dan 838.813 mT - 841.766 mT yang memiliki luas sekitar 5,2 km2 serta area potensi B terletak pada daerah OO Parese dengan koordinat 9.814.523 mU - 9.815.038 mU dan 839.871 mT - 843.504 mT yang memiliki luas sekitar 3,2 km2 dan area potensi C terletak pada daerah Marena dengan koordinat 9.829.026 mU – 9.827.485 mU dan 839.045 mT – 840.730 mT yang memiliki luas sekitar 3 km2.

The Gimpu research area, Central Sulawesi is one of the areas in Indonesia that has geothermal potential that has not been explored. This research aims to map the geothermal potential area in the research area for geothermal exploration. Remote sensing and water geochemistry methods are used to achieve this goal. The research area has a distribution of geothermal manifestations in the form of 10 manifestation points consisting of 1 cold spring and 9 hot springs. The remote sensing analysis that integrates FFD, LST, and NDVI data shows that the alignment pattern in the study area is oriented towards the northwest-southeast and southwest-northeast with very low-very high alignment density. The density indicates the influence of geological structures that control the appearance of geothermal manifestations. In terms of surface temperature, the study area has temperatures from 9°C - 28°C with an index from no vegetation to high vegetation. Based on water geochemical analysis, the type of geothermal water in the study area is dominated by chloride - bicarbonate and bicarbonate types. Geothermal water manifestations in the study area have immature waters that have been diluted by meteoric water. Geoindicator analysis shows that the outflow zone is in APB2. Analysis with both methods found that there are 3 areas of geothermal potential, namely potential area A located in the Lawua area with coordinates and 9,824,401 mU - 9,825,469 mU and 838,813 mT - 841,766 mT which has an area of about 5.2 km2 and potential area B located in the OO Parese area with coordinates 9. 814.523 mU - 9.815.038 mU and 839.871 mT - 843.504 mT which has an area of about 3.2 km2 and potential area C is located in the Marena area with coordinates 9.829.026 mU - 9.827.485 mU and 839.045 mT - 840.730 mT which has an area of about 3 km2."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Fitriyan
"Upwelling adalah proses penting yang mengangkut nutrisi ke sistem biologis yang terkait dengan jaring makanan di kolom air. Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki karakteristik fenomena upwelling dengan menganalisis kesuburan historis perairan Banggai melalui dua indikator utama, yaitu suhu permukaan laut (SST), dan klorofil-a, menggunakan data citra satelit, serta melihat hubungan antara fenomena upwelling dan produksi perikanan tangkap di perairan Banggai. Analisis dilakukan dengan data resolusi spasial 4 kilometer menggunakan SST (NOAA AVHRR Pathfinder Version 5.3 Collated Global), data konsentrasi klorofil (Ocean Color SMI), dan analisis regresi polinemal untuk menguji hubungan fenomena upwelling dengan produksi perikanan tangkap. Hasil pola dispersi klorofil-a dari tahun 1998 hingga 2022 dikumpulkan pada bulan Agustus 2004, 2006 dan 2015, dengan konsentrasi klorofil rata-rata 0,49 mg/m3 dan kisaran suhu permukaan laut 23–24°C. Hasil trend dekomposisi dari sebaran klorofil-a konsentrasi tinggi di perairan Banggai, pola upwelling terjadi setahun sekali pada setiap bulan Agustus. Sementara itu, dekomposisi suhu permukaan laut pada grafik tren musiman menunjukkan nilai yang rendah, dan suhu tersebut dapat meningkat tiga kali lipat dalam satu tahun. Hal ini terkait dengan periode El-Nino. Berdasarkan penelitian ini, persebaran klorofil-a di Banggai paling besar terjadi pada periode El Nino. Pengaruh hubungan antara fenomena upwelling dengan jumlah ikan yang ditangkap melalui grafik fluktuasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Upwelling is an important process that transports nutrients to biological systems linked to food webs in the water column. This study intends to investigate the characteristics of the upwelling phenomena by analyzing the historical fertility of Banggai waters via two key indicators, namely sea surface temperature (SST), and chlorophyll-a, using satellite imagery data, as well as looking at the relationship between the phenomenon of upwelling and capture fisheries production in Banggai waters. The analysis was conducted with a data spatial resolution of 4 kilometers using SST (NOAA AVHRR Pathfinder Version 5.3 Collated Global), chlorophyll concentration (Ocean Color SMI) data, and polynemal regression analysis to examine the relationship of the upwelling phenomenon with capture fisheries production. Results of chlorophyll-a dispersion patterns from 1998 to 2022 were collected in August 2004, 2006 and 2015, with an average chlorophyll concentration of 0.49 mg/m3 and a sea surface temperature range of 23–24°C. The result of trend decomposition from the distribution of high concentrations of chlorophyll-a in Banggai waters, the pattern of upwelling occurs once a year in every August. Meanwhile, the decomposition of sea surface temperature on the seasonal trend chart shows a low value, and the temperature can increase three times in one year. This is related to the El-Nino period. Based on this study, the chlorophyll-a distribution in Banggai was greatest during the El Nino period. The effect of the relationship between the upwelling phenomenon and the amount of fish caught through the fluctuation graph does not show a significant effect."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>