Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heru Dwi Prasetiyo
"ABSTRAK
Produksi senyawa antimikroba dari dua Actinomycetes potensial, SRM 2 dan SD 17, telah dilakukan pada medium yang mengandung sumber karbon berupa soluble starch CSMs dan tepung beras CSMb. Uji aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode silinder menggunakan filtrat medium pertumbuhan serta hasil ekstraksi senyawa antimikroba. Ekstraksi senyawa antimikroba dari Isolat SRM 2 menggunakan pelarut butanol, sedangkan ekstraksi senyawa antimikroba dari Isolat SD 17 menggunakan pelarut etil asetat. Hasil penelitian menunjukkan Isolat SRM 2 mampu tumbuh lebih baik pada medium CSMs sedangkan Isolat SD 17 mampu tumbuh lebih baik pada medium CSMb. Uji aktivitas antimikroba menunjukkan filtrat medium CSMs dari Isolat SRM 2 mampu menghambat Kocuria rhizophila IA 2,79 0,341, Staphylococcus aureus IA 0,98 0,120, dan Escherichia coli IA 0,92 0,209. Sementara itu, filtrat medium CSMb dari Isolat SRM 2 mampu menghambat K. rhizophila IA 2,66 0,279, S. aureus IA 0,97 0,115, dan E. coli IA 0,89 0,139. Filtrat medium CSMs dari Isolat SD 17 mampu menghambat K. rhizophila IA 1,75 0,270, S. aureus IA 1,41 0,119, Candida albicans IA 0,67 0,104, dan Saccharomyces cerevisiae IA 0,93 0,247. Sementara itu, filtrat medium CSMb dari Isolat SD 17 mampu menghambat K. rhizophila IA 3,16 0,085, S. aureus IA 3,05 0,256, C. albicans IA 0,95 0,256, dan S. cerevisiae IA 1,30 0,110. Hasil ekstraksi senyawa antimikroba Isolat SD 17 dari medium CSMb menunjukkan produktivitas lebih tinggi dibandingkan medium CSMs. Ekstrak dari medium CSMs mampu menghambat K. rhizophila IA 3,76 0,179, S. aureus IA 0,61 0,105, dan C. albicans IA 1,37 0,176. Sementara itu, ekstrak dari medium CSMb mampu menghambat K. rhizophila IA 3,21 0,119, S. aureus IA 0,61 0,082, dan C. albicans IA 2,35 0,111. Hasil ekstraksi senyawa metabolit sekunder Isolat SRM 2 dari medium CSMs menunjukkan produktivitas lebih tinggi dibandingkan medium CSMb. Namun kedua ekstrak tidak memiliki aktivitas antimikroba.

ABSTRACTbr>
Production of antimicrobial compounds from two potential Actinomycetes, SRM 2 and SD 17, were performed on medium containing soluble starch CSMs and rice flour CSMb as a carbon source. The antimicrobial activity test was performed using cylinder method on the growth medium filtrate and crude extract of antimicrobial compound. The extraction of antimicrobial compounds of the SRM 2 used butanol as a solvent, while the extraction of the antimicrobial compounds of the SD 17 used ethyl acetate. The results showed that Isolate SRM 2 was able to grow better in CSMs medium, while Isolate SD 17 was able to grow better in CSMb medium. The antimicrobial activity test showed that CSMs medium filtrate of SRM 2 was able to inhibit Kocuria rhizophila IA 2,79 0.341, Staphylococcus aureus IA 0.98 0.120, and Escherichia coli IA 0.92 0.209. The CSMb medium filtrate of SRM 2 was able to inhibit K. rhizophila IA 2.66 0.279, S. aureus IA 0.97 0.115, and E. coli IA 0.89 0.139. The CSMs medium filtrate of SD 17 was able to inhibit K. rhizophila IA 1.75 0.270, S. aureus IA 1.41 0.119, Candida albicans IA 0.67 0.104, and Saccharomyces cerevisiae IA 0, 93 0.247. The CSMb medium filtrate of SD 17 was able to inhibit K. rhizophila IA 3,16 0.085, S. aureus IA 3.05 0.256, C. albicans IA 0.95 0.256, and S. cerevisiae IA 1.30 0.110. The crude extract of SD 17 from CSMb medium showed higher productivity than CSMs medium. Crude extract from CSMs medium was able to inhibit K. rhizophila IA 3.76 0.179, S. aureus IA 0.61 0.105, and C. albicans IA 1.37 0.176. Meanwhile, crude extract of CSMb medium was able to inhibit K. rhizophila IA 3.21 0.119, S. aureus IA 0.61 0.082 , and C. albicans IA 2.35 0.111. The crude extract of SRM 2 from CSMs medium showed higher productivity than CSMb medium. However both extracts did not display antimicrobial activity. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Alfisyahri
"Telah dilakukan penapisan senyawa antimikroba terhadap 22 isolat Actinomycetes hasil isolasi dari sedimen pesisir Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penapisan senyawa antimikroba dilakukan menggunakan metode plug dan hasil penapisan dinyatakan dalam indeks aktivitas IA . Hasil penapisan menunjukkan tidak terdapat aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli NBRC 3301. Namun terdapat 13 isolat yang mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus NBRC 100910 IA 0,461-2,338, sebanyak 19 isolat mampu menghambat pertumbuhan Kocuria rhizophila NBRC 12708 IA 0,705-8,200, ada lima isolat dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans UICC Y-29 IA 0,357-0,885, dan terdapat empat isolat yang mampu menghambat pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae UICC Y-17 IA 0,357-1,348. Berdasarkan data penapisan, isolat SD 17 ditetapkan sebagai isolat terpilih karena mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri Gram positif S. aureus dan K. rhizophila, serta yeast S. cerevisiae dan C. albicans yang diujikan. Penentuan waktu fermentasi yang optimal dari isolat SD17 untuk produksi senyawa antimikroba dilakukan dengan medium CSM Cross Streak Media dan PM4 Production Medium 4 pada hari ke-3, 6, 9, dan 12. Hasil uji aktivitas antimikroba dari filtrat medium pertumbuhan menunjukkan produksi senyawa antimikroba dari isolat SD 17 optimal pada hari ke-9 dengan menggunakan medium CSM. Uji aktivitas antimikroba hasil ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat, pada konsentrasi 20 mg/mL, menunjukkan terdapat aktivitas antimikroba terhadap S. aureus IA 2,33, K. rhizhophila IA 4,71, S. cerevisiae IA 1,36 dan Candida albicans IA 0,22.

Twenty two isolates of Actinomycetes have been screened for antimicrobial activity, all isolates were isolated from sediment in coastal Pramuka island, Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia. Strains were screened for antimicrobial activity using plug method and determined by antimicrobial Activity Index AI. The result showed no inhibition activity was observed in the Escherichia coli NBRC 3301. However, there were 13 isolates inhibited Staphylococcus aureus NBRC 100910 0.461 mdash 2.338, 19 isolates inhibited Kocuria rhizophila NBRC 12708 0.705 mdash 8.200, 5 isolates inhibited Candida albicans 0.885 mdash 0.357, and 4 isolates inhibited Saccharomyces cerivisiae 0.357 mdash 1.348. Based on the results of antimicrobial test, SD17 is the most potential strain since it is able to inhibit all Gram positive and yeast tested. To acquire optimal period for antimicrobial fermentation from isolate SD 17, isolates were screened with two different fermentation medium Cross Streak Media CSM and Production Medium 4 PM4. Medium filtrates were tested at 3,6,9 and 12 days incubation. The result showed the optimal activity was observed at 9 days incubation using CSM. The result of antimicrobial test from medium extract with concentration 20 mg mL showed inhibition zone against S. aureus IA 2,33, K. rhizhophila IA 4,71, S. cerevisiae IA 1,36 and Candida albicans IA 0,22.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuko Olivia
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan dan menganalisa aktivitas antimikroba pada ekstrak etanol dari biji dan buah Jeruk Bali (Citrus maxima) dibandingkan dengan ekstrak etanol dari biji dan buah grapefruit (Citrus paradisi). Ekstrak etanol dari Jeruk Bali dan grapefruit diselidiki untuk aktivitas antimikroba terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans. Efek antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar. Aktivitas antimikroba dibandingkan dengan aktivitas antibiotik spektrum luas sebagai kontrol positif. Meskipun kedua ekstrak etanol tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans, ekstrak etanol dari pomelo yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil positif dengan efek mematikan pada Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan zona inhibisi dari 22 - 30 mm, dan lebih unggul dari ekstrak etanol grapefruit (17-25 mm). Ekstrak etanol dari Jeruk Bali memiliki efek antimikroba yang baik, dan dapat dipakai sebagai alternatif dari pengawet alami untuk kosmetik.

The purpose of this study is to formulate and analyze the antimicrobial activity of ethanolic extract of Indonesian pomelo (Citrus maxima) seeds and pulp compared to the grapefruit (Citrus paradisi) seeds and pulp ethanolic extract. Ethanolic extracts of pomelo and grapefruit seeds and pulp were investigated for activity against Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Candida albicans. The level of antimicrobial effects was established using agar diffusion method. Their antibacterial and antifungal activity was compared to the activity of broad spectrum antibiotic as a control. Although both of the ethanolic did not show any antimicrobial activity against Candida albicans, the ethanolic extract of pomelo seeds and pulp used in this research gave positive results with lethal effect on Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus and Escherichia coli with zones of inhibition ranging from 22 – 30 mm in diameter, which is more superior to grapefruit seeds and pulp ethanolic extract (17 – 25 mm). Ethanolic extract of pomelo seeds and pulp has a good antimicrobial effect, which makes it a good natural preparation for use as an alternative preservative for cosmetic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianto Dwikaguri
"Kekhawatiran akan resistensi bakteri terhadap antibiotika semakin berkembang di dunia kesehatan. Untuk itu diperlukan metode terapi inovatif dalam mengatasi hal tersebut. Bakteriosin, yaitu suatu peptida antimikroba diproduksi oleh bakteri, termasuk bakteri asam laktat (BAL) yang telah diketahui mampu menghambat bakteri lain. Lysotaphin, yaitu bakteriosin yang dihasilkan oleh Staphylococcus dan Nisin yang dihasilkan oleh Lactococcus, masing-masing terbukti memiliki kerja sinergis terhadap antibiotik Polimiksin dan enzim Endolisin dari bakteriofage. Weissella confusa MBF8-1 termasuk galur BAL yang diketahui menghasilkan Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). Untuk pengembangan bakteriosin sebagai komplemen antibiotik, penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas bakteriosin dari W. confusa MBF8-1 sebagai kombinasi antibiotik dengan pembanding antibiotik tunggal menggunakan metode difusi sumur agar. Antibiotik uji yang digunakan adalah Ampisilin, Tetrasiklin, dan Kanamisin, sedangkan bakteri indikator yang digunakan adalah Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesenteroides. Hasil menunjukkan kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin meningkatkan zona inhibisi pada empat dari tujuh bakteri indikator uji, yaitu M. luteus, L. lactis, E. coli, dan S. aureus. Efek sinergis terbaik didapatkan dari kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin.

Due to the alarming spread of resistance to antimicrobial agents is growing in the world. To overcome this problem, Innovative therapeutic method are urgently required. Bacteriocins, which is an antimicrobial peptide produced by bacteria, including lactic acid bacteria (LAB) have been known to inhibit other bacteria. Lysotaphin from Staphylococcus and nisin from Lactococcus, a another type of bacteriocins, shown to have a synergistic action against Polymyxin and Endolysin, the enzymes of bacteriophage. Weissella confusa MBF8-1 including LAB strains are known to produce bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). In order to develop bacteriocin as antibiotic complement, we study the bacteriocin activity of BLIS MBF8-1 in combination with antibiotic compare to the antibiotic alone by performing agar well diffusion assay. The antibiotic used in this study were Ampicillin, Tetracycline, and Kanamycin, whilst the indicator bacteria used in this study were Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, and Leuconostoc mesenteroides. The results showed that the combination with Ampicillin increases the diameter of inhibition zone on four out of seven indicator bacteria, that is M. luteus, L. lactis, E. coli, and S. aureus. The best synergistic effect of the combination of Weissella confusa MBF8-1 BLIS fraction is in combination with Ampicillin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Nur Rachma
"Isolat Actinomycetes BCy diisolasi dari lamun Cymodocea rotundata di Prapat Agung, Bali Barat dan telah diidentifikasi menggunakan gen 16S rRNA menunjukkan kemiripan 99,00 dengan Streptomyces sp. Isolat tersebut difermentasi dalam Production Medium 4 PM4 , diinkubasi selama 1 dan 2 minggu. Medium difiltrasi dengan etil asetat lalu biomassa dikeringkan. Hasil biomassa kering minggu 1 dan 2 1,68 g, 2,79 g . Ekstrak kasar minggu 1 68,30 mg lebih tinggi dibandingkan minggu 2 62,35 mg . Metode uji antimikroba menggunakan Kirby-Bauer. Hasil uji menunjukkan ekstrak kasar senyawa antimikroba tidak mampu menghambat Escherichia coli NBRC 3301, namun mampu menghambat Staphylococcus aureus NBRC100910 pada konsentrasi 5 mg/mL dan apabila konsentrasi ditingkatkan menjadi 15 mg/mL maka mampu menghambat Candida albicans UICC Y-29 dan Staphylococcus aureus NBRC100910.

Isolate Actinomycetes BCy was isolated from seagrass Cymodocea rotundata in Prapat Agung, Bali Barat and was identified using 16S rRNA gene showing similarities 99,00 with Streptomyces sp. The isolates were fermented in Production Medium 4 PM4 , incubated for 1 and 2 weeks. Medium was filtered with ethyl acetate then the biomass was dried. Total dried biomass during the 1st and 2nd weeks were 1,68 g and 2,79 g respectively. The crude extract of the 1st week 68,30 mg was higher than 2nd week 62,35 mg. Antimicrobial test was done using the Kirby Bauer method. The results show that crude extract can not inhibit Escherichia coli NBRC 3301, but inhibit Staphylococcus aureus NBRC100910 in 5 mg mL and if the concentration was added into 15 mg mL, it can inhibits Candida albicans UICC Y 29 and Staphylococcus aureus NBRC100910. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angling Zainuddin
"Saat ini, paremeter efektivitas antimikroba dihitung berdasarkan pengukuran diameter zona inhibisi secara manual. Dalam penelitian ini, pengukuran efektivitas antibakteri dapat dilakukan menggunakan circular Hough transform. Perangkat keras system pengukuran terdiri dari meja pengukuran, dua sumber cahaya lampu halogen dan kamera yang terhubung ke PC melalui USB. Perangkat lunak dari system ini terdiri dari akuisisi citra, kalibrasi kamera, pre-processing, Hough transform, dan konversi meter. Checkerboard dengan dimensi dan bentuk yang sudah diketahui digunakan untuk menghitung parameter kalibrasi kamera dan spasial. Efektivitas antimikroba diukur berdasarkan diameter dari zona inhibisi yang terbentuk oleh antimikroba pada medium agar. Perbedaan kontras dilakukan dengan menambahkan latar dengan warna yang kuat. Kesalahan rata-rata pengukuran zona inhibisi yang didapatkan dari objek antimikroba adalah 1,05 dan 1,09 pada kamera untuk masing-masing jarak 12,2cm dan 17,2cm.

Current, antimicrobial effectiveness parameter is calculated by measuring the inhibition zone diameter manually. In this research, an antimicrobial effectiveness measurement system was introduced using circular Hough transformation. The hardware of measurement system consists of a set of measuring workbench, two halogen light sources and a camera that connected to PC via USB. The software of system consists of image acquisition, camera calibration, pre processing, Hough transform and meter conversion. A checkerboard with known dimension and shape was used to compute camera and spatial calibration parameter. An antimicrobial effectiveness was measured based on the diameter of inhibition zone which formed by an antimicrobial in agar subtract. A contrast enhancement was performed by adding object background using strong color. The average measurement error of inhibition zone obtained from the antimicrobial object are 1.05 and 1.09 at camera object distance 12,2cm and 17,2 cm, respectively. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asaduddin As Zanky
"Saat ini pengukuran diameter zona inhibisi anti-mikroba masih menggunakan alat ukur manual seperti penggaris atau jangka sorong. Teknologi saat ini memungkinkan untuk dilakukan pengukuran otomatis berbasis kamera digital non-metrik. Sebelum dapat digunakan, sistem ini memerlukan proses kalibrasi kamera dan kalibrasi spasial untuk melakukan transformasi nilai pixel ke nilai jarak. Pada penelitian ini diperkenalkan sistem kalibrasi kamera dan spasial secara otomatis. Sistem ini terdiri dari seperangkat instrumen pengukuran, kamera non-metrik dan teknik pengolahan citra. Teknik pengolahan citra diimplementasikan menggunakan pemrograman MATLAB. Pengujian dilakukan dengan menggunakan checkerboard standar pada berbagai variasi jarak, sudut orientasi dan kamera. Pengujian telah dilakukan menggunakan objek zona inhibisi anti-mikroba dan diperoleh hasil yang akurat. Rata-rata persentase kesalahan hasil pengukuran yang diperoleh dengan 2 cawan dan 5 zona sebesar 0,932 % (15 cm), 0,847 % (20 cm) dan 1,136 % (25 cm). Akhirnya, metode pengukuran ini dapat menawarkan pengukuran dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode sebelumnya.

Todays, the measurement of the diameter of the inhibition zones antimicrobial still using manual measuring tools such as rulers or calipers. The current technology allows for automatic measurement based non-metric digital camera. Before it can be used, this system requires a process of camera calibration and spatial calibration to transform pixel value to a distance value. In this study, introduced a system camera calibration and spatial automatically. The system consists of a set of measuring instruments, non-metric camera and image processing techniques. Image processing techniques are implemented using MATLAB programming. Tests carried out using standard checkerboard at various distances, angles and camera orientation. Tests have been carried out using the object anti-microbial inhibition zones and the results are accurate. The average percentage error of measurement results obtained with two bowls and five zones of 0.932% (15 cm), 0.847% (20 cm) and 1.136% (25 cm). Finally, this measurement method can offer measurements with better results than the previous method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Cahyo Widodo
"Lawson 2-hidroksi-1,4-naftokuinon merupakan salah satu senyawa alam yang memiliki aktivitas antimikroba, termasuk antibakteri. Keberadaan cincin 1,4-naftokuinon memiliki potensi yang menjanjikan untuk aktivitas antibakteri. Namun, perkembangan derivat lawsone sebagai senyawa antibakteri dibutuhkan untuk meningkatkan aktivitas dan mengimbangi evolusi bakteri. Pada penelitian ini, senyawa lawsone diderivatkan dengan mengikat gugus hidroksietilamino, menghasilkan 2- 2-hidroksietil amino -1,4-naftokuinon senyawa A , sebagai intermediet dan gugus aminoetilasetat, menghasilkan 2- 1,4-diokso-1,4-dihidronaftalen-2-il amino etil asetat senyawa B , pada reaksi kedua. Reaksi pertama menghasilkan senyawa A dengan persentasi yield sebesar 56,1 sementara reaksi kedua menghasilkan senyawa B dengan persentasi yield sebesar 51,6. Metode difusi cakram dilakukan untuk menentukan aktivitas antibakteri melawan S. aureus dan E. coli sebagai bakteri uji. Baik senyawa A maupun senyawa B menghasilkan zona inhibisi pertumbuhan. Dengan begitu, kedua senyawa produ, senyawa A dan senyawa B memiliki aktivitas sebagai senyawa antibakteri.

Lawsone 2 hydroxy 1,4 naphthoquinone is one of natural compound which posses antimicrobial activity, including antibacterial. The presence of 1,4 naphthoquinone ring have promising potential for antibacterial activity. However, development of lawsones derivate as antibacterial compound is required to increase the activity and equilibrate bacterial evolution. In this research, lawsone compound was derived by binding of hydroxyethylamino group, yielding 2 2 hydroxyethyl amino 1,4 naphthoquinone A compound, as intermediet and aminoethylacetate group, yielding 2 1,4 dioxo 1,4 dihydronaphthalen2 yl amino ethyl acetate B compound, at second reaction. The first reaction yielded A compound with 56,1 yield percentation. Meanwhile, the second reaction yielded B compound with 51,6 yield percentation. Disc diffusion methode was done to determine antibacterial activity against S.aureus and E.coli as bacterial sample. Either A or B compound produced inhibition zone at antibacterial activity. Therefore, the both derivatization product, A and B compound, posse activity as antibacterial compound."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Fathul Ilmi
"Senyawa turunan quinoxaline merupakan senyawa heterosiklik yang memiliki beberapa aktivitas biologis seperti antimikroba. Penelitian ini menggunakan variasi senyawa isatin. Isatin dilakukan modifikasi dengan menambahkan klor kedalam cincin benzena. Klorinasi isatin yang dihasilkan adalah senyawa 5-kloroisatin dan 5,7-dikloroisatin dengan massa masing-masing sebesar 1,692 dan 1,905 gram. Senyawa hasil klorinasi isatin telah dikonfirmasi senyawanya dengan identifikasi menggunakan KLT serta uji titik leleh, dan telah dikarakterisasi menggunakan instrumentasi FTIR dan UV-Vis. Senyawa hasil klorinasi digunakan kembali untuk direaksikan melalui reaksi kondensasi dengan o-fenilindiamin untuk membentuk senyawa turunan quinoxaline. Pada penelitian ini juga menggunakan nanopartikel TiO2 sebagai katalis yang dapat meningkatkan yield produk yang terbentuk. Nanopartikel TiO2 disintesis secara hidrotermal dari serbuk TiO2. Nanopartikel TiO2 yang terbentuk telah dikonfirmasi senyawanya dengan karakterisasi menggunakan XRD, TEM dan FTIR. Produk turunan quinoxaline yang terbentuk telah dikonfirmasi senyawanya dengan identifikasi menggunakan KLT dan uji titik leleh serta karakterisasi menggunakan FTIR, UV-Vis dan LCMS. Massa yang dihasilkan dari senyawa turunan quinoxaline 1 sebesar 0,0834 gram, senyawa turunan quinoxaline 2 sebesar 0,0626 gram dan senyawa turunan quinoxaline 3 sebesar 0,036 gram. Pada penelitian ini juga telah diuji aktivitas antimikroba dari senyawa turunan quinoxaline yang dihasilkan. Pengujian aktivitas antimikroba digunakan metode difusi dengan menggunakan bakteri S.aureus dan E.coli, Senyawa turunan quinoxaline memiliki sifat antimikroba yang baik.

Quinoxaline derivatives are heterocyclic compounds that have several biological activities such as antimicrobials. This study uses a variety of isatin compounds. Isatin was modified by adding chlorine to the benzene ring. The chlorinated isatin produced was 5-chloroisatin and 5,7-dichloroisatin with a mass of 1.692 and 1.905 grams, respectively. The compounds resulting from isatin chlorination have been confirmed by identification using TLC and melting point test and have been characterized using FTIR and UV-Vis instrumentation. The chlorinated compounds were reused to be reacted by condensation reactions with o-phenylindiamine to form quinoxaline derivatives. This research also uses TiO2 nanoparticles as a catalyst that can increase the yield of the product formed. TiO2 nanoparticles were hydrothermally synthesized from TiO2 powder. The compound TiO2 nanoparticles formed were confirmed by characterization using XRD, TEM and FTIR. The compound quinoxaline derivatives formed were confirmed by identification using TLC and melting point test and characterization using FTIR, UV-Vis and LCMS. The mass of the quinoxaline 1 derivative was 0.0834 gram, the quinoxaline 2 derivative was 0.0626 gram and the quinoxaline 3 derivative was 0.036 gram. In this study, the antimicrobial activity of the quinoxaline derivative compounds produced was also tested. The antimicrobial activity test used the diffusion method using S. aureus and E. coli bacteria. Quinoxaline derivative compounds have good antimicrobial properties."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwards, David I.
London: Macmillan, 1980
615.329 EDW a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>