Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Avicenna Akbar
"Kanker kolorektal merupakan kanker dengan angka insidensi tertinggi ketiga di Indonesia. Kemoterapi, radioterapi, maupun operasi konvensional adalah terapi standar untuk kanker kolorektal. Sayangnya, banyak efek samping yang dilaporkan setelah diberikan terapu-terapi tersebut. Penelitian sebelum ini menemukan bahwa lunasin, suatu zat alami yang berasal dari kacang kedelai memiliki efek anti kanker. Namun, efek specifik lunasin dalam menghambat pertumbuhan jaringan kanker pada rektum masih tidak diketahui.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi lunasin dalam menghambat perkembangan histopatologi dari kanker kolorektal pada rektum tikus. 24 mencit diinjeksi dengan Azoxymethane AOM dan Dextran Sodium Sulphate DSS sebagai penginduksi kanker. Lunasin didapat dari ekstraksi kacang kedelai. Sampel mencit dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, kelompok lunasin dosis rendah 20mg/kg , dosis sedang 30mg/kg , dan kelompok dosis tinggi 40mg/kg . Spesimen rektum diambil setelah menerima perlakuan lunasin. Tanda-tanda inflamasi, hiperplasia, dan angiogenesis diamati menggunakan mikroskop. Lunasin terbukti dapat secara signifikan mengurangi inflamasi dan hiperplasia meski hanya menggunakan dosis rendah p

Colorectal cancer is a cancer with the third highest incidence rate in Indonesia. Chemotherapy, radiotherapy, and surgery are the standard treatment of colorectal cancer. Unfortunately, various side effect has been reported following those treatment. Lunasin is a natural substance in soy that have been reported to have anti cancer effect. However, the effect of lunasin to inhibit the progression of colorectal cancer in rectum is still unknown.
The aim of this study is to determine the inhibitory potential of lunasin against the progression of colorectal cancer in rectum of mice. 24 mice were injected with Azoxymethane AOM and Dextran Sodium Sulphate DSS intraperitoneally as cancer inducer. Lunasin was obtained from the extraction of soybean. The samples were divided into control group, low dose lunasin 20mg kg, medium dose lunasin 30mg kg, and high dose lunasin 40mg kg. The rectum specimen was taken following the lunasin treatments. Inflammation, hyperplasia, and angiogenesis in rectum specimens that represented histopathological signs were observed microscopically. The number of inflammation and hyperplasia were significantly reduced after low dose of lunasin p
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Tiffany Rosa Sudarso
"Pendahuluan: Tata laksana yang tersedia untuk kanker kolorektal masih kurang efektif dan memiliki berbagai efek samping. Protein lunasin dapat mempengaruhi kanker melalui berbagai mekanisme, salah satunya epigenetik, melalui asetilasi histon. Dengan kemampuan kemopreventif dan kemoterapeutiknya, lunasin berpotensi sebagai adjuvant untuk terapi konvensional kanker.
Metode: Tiga puluh mencit Swiss Webster dibagi menjadi enam kelompok, yaitu normal, kontrol positif dan negatif, dan tiga kelompok perlakuan. Selain kelompok normal, dilakukan induksi karsinogenesis dengan injeksi AOM + DSS. Mencit perlakuan diberikan ekstrak kedelai dengan dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB selama 4 minggu. Ekspresi histon deasetilase (HDAC) dinilai dengan IHC optical density score.
Hasil: Rata-rata ekspresi HDAC pada kelompok normal = 202,4%; kontrol negatif = 239,3%; kontrol positif = 175,25%; dosis 250 mg/kgBB = 202,03%, dosis 300 mg/kgBB = 219,53%, dosis 350 mg/kgBB = 166,68%. Ekspresi HDAC pada dosis ekstrak kedelai 250 mg/kgBB (p=0,221) dan 300 mg/kgBB (p=0,347) tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif. Terdapat perbedaan signifikan ekspresi HDAC pada dosis sebesar 350 mg/kgBB (p=0,014).
Kesimpulan: Lunasin dalam ekstrak kedelai dengan dosis 350 mg/kgBB dapat menurunkan ekspresi HDAC pada model karsinogenesis kanker kolorektal.

Background: The available treatments for colorectal cancer still have limited efficacy and various side effects. There are various mechanisms for lunasin protein to affect cancer, one of them is epigenetics, by histone acetylation. Lunasin has the potential to be conventional cancer therapy adjuvant with its chemopreventive and chemotherapeutic abilities.
Method: Thirty Swiss Webster mice is divided into six groups: normal, positive control, negative control, and three experimental groups. Except normal group, mice undergo carcinogenesis induction with AOM + DSS injection. Experimental mice receive soy extract with 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW and 350 mg/kgBW dosage for 4 weeks. Histone deacetylase (HDAC) expression is measured with IHC optical density score.
Result: Average HDAC expression on normal groups = 202,4%; negative control = 239,3%; positive control = 175,25%; 250 mg/kgBW dose = 166,68%; 300 mg/kgBW dose = 219,53%, 350 mg/kgBW dose = 166,68%. There is no significant difference between HDAC expression in 250 mg/kgBW (p=0,221) and 300 mg/kgBW (p=0,347) dose of soy extract with negative control. There is significant difference of HDAC expression with 350 mg/kgBW dose of soy extract (p=0,014).
Conclusion: Lunasin in soy extract with 350 mg/kgBW dose can decrease HDAC expression in colorectal cancer carcinogenesis model.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanto Khiputra
"Kanker kolorektal merupakan kanker keempat paling umum di dunia. Azoxymethane dan dextran sodium sulfate umumnya digunakan untuk menginduksi kanker kolorektal pada tikus tetapi zat ini dapat menyebabkan nekrosis, steatosis mikrovesikular dan pembentukan nodul tumor pada jaringan hati. Ekstrak kedelai yang disebut lunasin dapat mencegah kanker terjadi tetapi masih sedikit atau tidak ada bukti pengaruhnya terhadap hati.
Tujuan Untuk mengetahui efek dari lunasin pada histopatologi hati yang diinduksi dengan AOM dan DSS.
Metode Sebuah penelitian eksperimental dilakukan menggunakan 20 tikus Balb c laki-laki disuntik dengan AOM dan DSS. Ada 4 kelompok kontrol, 20 mg kgBB dosis lunasin, 30 mg kgBB dosis lunasin dan 40 mg kgBB dosis lunasin. Sampel dari setiap hati tikus yang selamat kemudian diamati di bawah mikroskop dengan kekuatan pembesaran 400 kali. Jumlah fokus nekrotik, fokus steatosis dan fokus displastik kemudian dikuantifikasi.
Hasil dalam percobaan ini ekstrak lunasin dengan dosis 30 mg kgBB menghasilkan nekrosis yang lebih rendah 9,0 3,4 dibandingkan dengan kelompok kontrol 14,0 0,8 p 0,017 dan juga fokus steatosis yang lebih rendah 3,8 1,3 dibandingkan dengan kelompok kontrol 11,5 1,9 p 0,002. Tidak ada fokus displastik ditemukan pada sampel tikus.
Kesimpulan lunasin dapat mencegah perkembangan fokus nekrotik dan steatosis pada hati tikus yang diinduksi dengan AOM dan DSS.

Background Colorectal cancer is the fourth most common cancer in the world. Azoxymethane and dextran sodium sulfate are commonly used to induce colorectal cancer on mice but these substances could cause necrosis, microvesicular steatosis and formation of tumour nodule in liver tissue. An extract of soybean called lunasin could prevent cancer from happening but there is still little to no evidence of its effect on liver.
Aim To know the effect of lunasin on liver's histopathology induced with AOM and DSS.
Method An experimental study is carried out using 20 male Balb c mice injected with AOM and DSS. There are 4 groups control, 20 mg kgBW dose of lunasin, 30 mg kgBW dose of lunasin and 40 mg kgBW dose of lunasin. The sample of each surviving mice's liver is then observed under microscope with magnification power of 400 times. The number of necrotic foci, steatotic foci and dysplastic foci are then quantified.
Result in this experiment lunasin extract with dose of 30 mg kgBW resulted in lower necrotic foci 9,0 3,4 compared to control group 14,0 0,8 p 0.017 and also lower steatotic foci 3,8 1,3 compared to control group 11,5 1,9 p 0.002 . No dysplastic foci is found on mice's sample.
Conclusion lunasin could prevent the development of necrotic and steatotic foci on liver of mice induced with AOM and DSS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renata Tamara
"Kanker kolorektal menyumbang 9,7% dari seluruh kasus kanker dan kejadiannya berhubungan dengan inflamasi kronik. Oleh karena terapi kanker saat ini masih memiliki banyak kekurangan, peptida dalam makanan semakin banyak diteliti karena murah, mudah didapat, toksisitas rendah, dan berpotensi mencegah kanker. Riset dilakukan untuk mengetahui apakah lunasin dari kacang kedelai dapat menurunkan ekspresi sitokin proinflamasi TNF-I±  pada epitel kolon. Sebanyak 30 ekor mencit Swiss Webster dibagi ke dalam enam kelompok secara acak. Satu kelompok normal, sementara lima kelompok lainnya diinduksi karsinogenesis dengan azoxymethane dan dextran sodium sulfate, kemudian ada yang dibiarkan (kontrol negatif), diberi aspirin (kontrol positif), dan ekstrak kedelai kaya lunasin dalam tiga dosis berbeda (250, 300, dan 350 mg/kgBB) selama 4 minggu. Jaringan kolon distal diambil untuk diwarnai imunohistokimia dan diamati di bawah mikroskop cahaya pada pembesaran 400x untuk menghitung sel epitel berdasarkan intensitas warnanya. Indeks dihitung berdasarkan optical density score. Ekstrak kedelai kaya lunasin dapat menurunkan ekspresi TNF-I±. Perbedaan antara kontrol negatif dengan ekstrak bermakna pada dosis 300 mg/kgBB (p=0,016) dan 350 mg/kgBB (p=0,009), tetapi tidak bermakna dengan dosis 250 mg/kgBB (p=0,754). Penelitian ini menunjukkan penurunan ekspresi TNF-I± signifikan pada dosis ekstrak kedelai 300 mg/kgBB atau lebih.

Colorectal cancer contributes to 9.7% of all cancer and its pathogenesis is related to chronic inflammation. Because of there are some lacks in current cancer therapy, peptide in food becomes popular among researchers because it is cheap, easy to get, low toxicity, and a promising cancer preventing agent. This research aimed to investigate whether lunasin from soybean can reduce the expression of pro-inflammatory cytokine TNF-I± in colonic epithelial cell. 30 Swiss Webster mice randomly allocated to six groups. One group was normal and five groups were induced carcinogenesis using azoxymethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS), then was given nothing (negative control), aspirin (positive control), and lunasin-rich soybean extract in three different doses (250, 300, and 350 mg/kgBW) for four weeks. Distal colon tissue was immunohistochemically stained and then observed under light microscope with 400X magnification to count epithelial cell based on its colour. Index was calculated using optical density score. Lunasin-rich soybean extract can decrease expression of TNF-I±. There are statistically significant between negative control and dose 300 mg/kgBW (p=0.016) and 350 mg/kgBW (p=0.009), yet not significant with dose 250 mg/kgBW (p=0.754). This research shows that reduction of TNF-I± expression is significant with dose 300 mg/kgBW or higher."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Wiyarta
"

Pendahuluan: Kanker kolorektal (KKR) merupakan salah satu jenis kanker dengan insiden yang tinggi di dunia. Pada 2012, tercatat sekitar 614.000 perempuan dan 746.000 laki-laki terdiagnosis KKR. Dari populasi tersebut, 694.000 orang meninggal karena KKR. Di Indonesia, KKR masuk ke dalam 10 besar jenis kanker dengan insiden tertinggi. Saat ini, banyak teknik terapi yang dikembangkan (radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi) untuk KKR. Akan tetapi, teknik tersebut belum memberikan hasil memuaskan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menguji terapi alternatif tatalaksana KKR dengan menggunakan minyak ikan, karena sampai saat ini belum ada penelitian in-vivo tentang penghambatan ekspresi TNF-α setelah pemberian minyak ikan pada sel KKR. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dari material biologis mencit  penelitian sebelumnya. Jaringan kolon mencit diinduksi AOM dan DSS dan dikelompokkan dalam 6 kelompok (normal (N), kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), kontrol pelarut (KPel), dosis 6mg/kgBB/hari (D1), dan dosis 3mg/kgBB/hari (D2)). Hasil dan Pembahasan: Hasil uji Tukey menunjukkan terdapat perbedaan antara K- dengan N (p<0,01**), N dengan D2 (p<0,05*), N dengan KPel**, K+ dengan K-**, K+ dengan KPel*, K- dengan D1**, K- dengan D2*, dan D1 dengan KPel*. Perbedaan bermakna antara D1 dan D2 terhadap K- (p<0,01 dan p<0,05) menunjukkan minyak ikan dapat menurunkan ekspresi TNF-α. Kesimpulan: Administrasi minyak ikan sebesar 6mg dan 3mg mampu menghambat ekspresi TNF-α pada sel epitel kolon mencit yang diinduksi AOM dan DSS.

 


Introduction: Colorectal cancer (CC) is one type of cancer with a high incidence in the world. In 2012, about 614,000 women and 746,000 men were diagnosed with CC. Of these, 694,000 people died because of the CC. In Indonesia, cancer is among the top 10 cancers that have the highest incidence. At present, many therapeutic techniques have been developed (radiotherapy, chemotherapy, and immunotherapy) for CC. However, this technique has not yet yielded satisfactory results. Therefore, this study wants to examine alternative therapies using fish oil., because until now there has been no in-vivo study about inhibition of TNF-α results after receiving fish oil on CC cells. Method: This research is a experimental study using the biologic material mice from previous studies. Colon tissue of mice was induced by AOM and DSS and grouped into 6 groups: normal (N), negative control (K-), positive control (K +), solvent control (KPel), dose 6mg/kgBW/day (D1), and dose 3mg/kgBW/day (D2)). Result and Dicussion: Tukey's test results show there are differences between K- with N (p <0.01**), N with D2 (p <0.05*), N with KPel **, K + with K - **, K + with KPel *, K- with D1 **, K- with D2 *, and D1 with KPel *. Significant differences between D1 and D2 on K- (p<0,01 dan p<0,05) indicate that fish oil can reduce TNF-α expression. Conclusion: Fish oil administration on 6mg and 3mg were able to inhibit the expression of TNF-α on mice’s colonic tissue induced with AOM and DSS.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vannessa Karenina
"Latar belakang : Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan peningkatan insidensi yang paling pesat dalam dekade terakhir. Peningkatan terbesar diperkirakan akan terjadi di negara berkembang akibat perubahan gaya hidup. Pilihan tata laksana kanker kolorektal yang ada saat ini, seperti pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi, diketahui belum mampu memberikan efek yang diinginkan. Dengan mempertimbangkan ketersediaan, harga, dan efek toksik, kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang berpotensi menjadi terapi adjuvan. Hal ini dikarenakan zat aktif yang terkandung dalam kedelai, yaitu protein lunasin, diketahui memiliki efek antiinflamasi dan antikanker yang bermanfaat pada kasus kanker kolorektal.
Metode : Sebanyak 30 ekor mencit Swiss Webster dipisahkan menjadi enam kelompok. Lima dari enam kelompok mencit diinduksi dengan azoksimetan (AOM) dan dekstran sodium sulfat (DSS). Ekstrak kedelai kaya lunasin dengan dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB diberikan pada tiga kelompok mencit selama 6 minggu. Pewarnaan imunohistokimia terhadap COX-2 kemudian dilakukan pada jaringan kolon distal mencit yang telah dikorbankan, lalu diamati di bawah mikroskop. Hasil interpretasi ekspresi COX-2 dinyatakan dalam bentuk optical density score (ODS).
Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok negatif dengan kelompok intervensi ekstrak kedelai kaya lunasin pada dosis 300 mg/kgBB (p=0,047) dan 350 mg/kgBB (p=0,016).
Kesimpulan : Pemberian ekstrak kedelai kaya lunasin menghambat ekspresi COX-2 pada sel epitel kripta kolon distal mencit yang diinduksi AOM dan DSS.

Background : Colorectal cancer is one of the fastest growing incidences of cancer in the past decade. The highest increase is expected to occur in developing countries due to lifestyle changes. The choice of colorectal cancer management currently available, such as surgery, radiation therapy, and chemotherapy, is known to have not been able to give the desired effect. Taking into account the availability, price and toxic effects, soybeans are one of the food ingredients that have the potential to become adjuvant therapy. This is because the active substance contained in soybeans, namely lunasin protein, is known to have anti-inflammatory and anticancer effects that are beneficial in colorectal cancer cases.
Method : A total of 30 Swiss Webster mice were separated into six groups. Five of the six groups of mice were induced with azoximethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS). Extracts of lunasin-rich soybean with a dose of 250 mg / kgBB, 300 mg / kgBW, and 350 mg / kgBB were given to three groups of mice for 6 weeks. Immunohistochemical staining of COX-2 was then carried out on the distal colon tissue of mice that had been sacrificed, then observed under a microscope. The results of interpretation of COX-2 expression are stated in the form of optical density score (ODS).
Result : There was a significant difference between the negative group and the intervention group of lunasin-rich soybean extract at a dose of 300 mg/kgBW (p = 0.047) and 350 mg/kgBW (p = 0.016).
Conclusion : Administration of lunasin-rich soy extracts inhibit COX-2 expression in cryptic epithelial cells of distal colon of mice induced by AOM and DSS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euginia Christa
"Latar Belakang: Dalam dekade terakhir, insidensi kanker usus halus telah meningkat lebih dari empat kali lipat. Insidensi ini diperkirakan akan terus meningkat akibat perubahan pola hidup. Terapi definitif dan utama saat ini adalah reseksi radikal segmen yang terserang kanker, dengan risiko yang cukup signifikan selama dan setelah terapi. Kemoterapi dan terapi neoadjuvan yang tersedia tidak menghasilkan efek yang diinginkan. Lunasin, peptida yang terkandung dalam kacang kedelai, dikenal dapat meningkatkan kesehatan sel secara epigenetik dan mengurangi inflamasi. Berangkat dari hal tersebut, ada kemungkinan bahwa ekstrak lunasin dapat menjadi terapi neoadjuvan yang efektif untuk kanker usus halus.
Metode: Sebanyak 20 ekor mencit jenis Balb/c dibagi ke dalam empat kelompok. Semua mencit diinduksi dengan azoxymethane dan dextran sodium sulfat. Selama enam minggu setelahnya, mencit akan diberi ekstrak lunasin dalam konsentrasi yang berbeda (0, 20, 30, dan 40 mg/ kgBB). Delapan minggu setelah induksi, mencit akan dikorbankan. Sel usus halus mencit akan diproses dan diwarnai dengan hematoxyllin-eosin, kemudian jumlah hiperplasia, displasia, angiogenesis, fokus inflamasi, dan sel goblet akan diamati di bawah mikroskop.
Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam jumlah displasia (p=0,000) dan angiogenesis (p=0,009) dalam kelompok-kelompok dengan perlakuan yang berbeda. Namun, tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam jumlah hyperplasia, fokus inflamasi, dan sel goblet di antara kelompok-kelompok dengan pemberian lunasin dengan konsentrasi berbeda.
Kesimpulan : Pemberian ekstrak lunasin dapat meningkatkan hasil jumlah dysplasia dan angiogenesis secara non dose-dependent, namun tidak mempengaruhi faktor-faktor yang lain dalam proses karsinogenesis usus halus.

Background : Within the last decade, incidence of small bowel cancer has increased by more than fourfold. It is predicted that due to shift in diet and lifestyle, the numbers of incidence will steadily rise. The primary and only definite therapy for small intestine cancer is radical segmental resection, which carries side effects and risks during and after surgery. At the moment, available chemotherapy and neoadjuvant therapy do not exert significant result. Lunasin, a novel peptide originated from soybean, is believed to promote cellular health epigenetically and reduce inflammation. Thus, there is possibility that the lunasin extract may come off as a new and effective adjuvant therapy for small intestine malignancies.
Method: A total of 20 Balb/c mice were divided into four groups. The mice were induced with azoxymethane and dextran sodium sulfate. For the next six weeks, each group was given different concentration of lunasin extract. After eight weeks since the induction, the mice were sacrificed and the small intestinal tissue was harvested and stained using hematoxyllin-eosin. After that, the amount of hyperplasia, dysplasia, angiogenesis, inflammatory foci, and goblet cells will be observed under the microscope.
Results: There is significant difference in the amount of dysplasia (p=0.000) and angiogenesis (p=0.009) among the groups that receive different concentrations of lunasin. However, there is no effect of lunasin administration to the amount of hyperplasia, inflammatory foci, and of goblet cells.
Conclusion: Non dose-dependent administration of lunasin extract improves dysplasia and angiogenesis, but not other factors in small intestine carcinogenesis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afid Brilliana Putra
"ABSTRAK
Pendahuluan: Peradangan yang sering ditemukan pada daerah usus besar hingga rektum adalah kolitis ulserativa (UC). Pengobatan UC umumnya menggunakan kortikosteroid dan asam asetil salisilat (aspirin) yang masih efektif sebagai anti inflamasi pada kolon kiri (distal). Namun, obat ini memiliki sejumlah efek samping. Saat ini, penelitian tentang ekstrak tumbuhan herbal sebagai anti inflamasi telah berkembang. Salah satunya adalah ekstrak etanol daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekstrak etanol terhadap rata-rata sel goblet per kripta, jumlah fokus inflamasi, dan jumlah angiogenesis pada jaringan rektal mencit yang diinduksi Azoxymethane (AOM) dan Dextran Sodium Sulfate (DSS). Metode: Eksperimen in vivo menggunakan mencit Balb/c. Sampel penelitian ini berupa preparat histopatologi yang telah dibuat dari bahan biologis yang disimpan pada penelitian sebelumnya. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok: normal, kontrol positif (AOM/DSS + Aspirin), kontrol negatif (AOM/DSS), EMD25 (AOM/DSS + ekstrak etanol 25%), dan EMD12.5 (AOM/DSS + 12 etanol ekstrak). ,5%). Mencit di-eutanasia kemudian diambil jaringan rektalnya, dibersihkan, dan difiksasi menggunakan buffer formalin 10%. Selanjutnya, jaringan diproses dalam blok parafin dan dilakukan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Hasil: Uji statistik One-way ANOVA menunjukkan bahwa rerata sel goblet per kripta, jumlah fokus inflamasi, dan jumlah angiogenesis antar kelompok tidak berbeda nyata (p>0,05). Namun, pemberian ekstrak etanol daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) pada kelompok EMD25 berhasil menjaga rata-rata sel goblet per kripta mendekati kelompok normal. Kesimpulan: Ekstrak etanol daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) tidak dapat menghambat inflamasi pada jaringan rektal mencit yang diinduksi OMA/DSS. Namun, ia memiliki kecenderungan untuk dapat mempertahankan rata-rata sel piala per crypt.
ABSTRACT
Introduction: Inflammation that is often found in the large intestine to the rectum is ulcerative colitis (UC). Treatment of UC generally uses corticosteroids and acetyl salicylic acid (aspirin) which are still effective as anti-inflammatory agents in the left (distal) colon. However, this drug has a number of side effects. Currently, research on herbal plant extracts as anti-inflammatory has been growing. One of them is the ethanol extract of the leaves of the god crown (Phaleria macrocarpa). This study aimed to analyze the effect of ethanol extract on the goblet cell average per crypt, the number of foci of inflammation, and the amount of angiogenesis in the rectal tissue of mice induced by Azoxymethane (AOM) and Dextran Sodium Sulfate (DSS). Methods: In vivo experiments using Balb/c mice. The sample of this study was histopathological preparations that had been made from biological materials stored in previous studies. The samples were divided into 5 groups: normal, positive control (AOM/DSS + Aspirin), negative control (AOM/DSS), EMD25 (AOM/DSS + 25% ethanol extract), and EMD12.5 (AOM/DSS + 12 ethanol extract). ). ,5%). The mice were euthanized and then the rectal tissue was taken, cleaned, and fixed using 10% formalin buffer. Next, the tissue was processed in paraffin blocks and Hematoxylin-Eosin staining was performed. Results: One-way ANOVA statistical test showed that the mean of goblet cells per crypt, the number of foci of inflammation, and the number of angiogenesis between groups were not significantly different (p>0.05). However, administration of the ethanolic extract of the leaves of the god crown (Phaleria macrocarpa) in the EMD25 group managed to keep the goblet cell average per crypt close to the normal group. Conclusion: The ethanol extract of the leaves of the crown god (Phaleria macrocarpa) could not inhibit inflammation in the rectal tissue of mice induced by AOM/DSS. However, it has a tendency to be able to maintain an average of goblet cells per crypt."
Salemba: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jose Suryanegara
"ABSTRAK
Berdasarkan data dari American Cancer Society pada tahun 2015, kanker kolorektal merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada negara barat untuk pria maupun wanita. Belakangan ini, banyak peneliti menemukan fakta bahwa inflammatory bowel disease IBD merupakan salah satu penyebab serius dari kanker kolorektal. Maka dari itu, hal ini membawa kesempatan untuk menggali lebih lanjut pengetahuan mengenai hubungan inflamasi terhadap kanker kolrektal.Metode: Dalam riset ini, kami menggukan mencit C3H dan Balb/c untuk merepresentasikan proses karsinogenesis tubuh manusia. Kami membagi mencit ke dalam beberapa kandang sesuai dengan waktu pengorbanan yaitu 2, 4 dan 6 bulan. Setiap kelompok mendapatkan injeksi azoxymethane sekali seminggu selama satu bulan dan diikuti dengan pemberian dextran sodium sulfate pada minggu terakhir bulan pertama. Kemudian mencit dikorbankan berdasarkan durasi yang telah ditetapkan dan diobservasi secara makroskopis dan juga secara mikrsokopis menggunakan pewarnaan HE dengan pembesaran yang tinggi.Hasil: Berdasarkan hasil makroskopis yang didapat, kami dapat menemukan nodul secara mudah pada pengamatan kelompok 6 bulan sementara pada kelompok 2 bulan, nodul belum terbentuk. Sementara itu berdasarkan pengamatan morfolgi menunjukan bahwa tingkat keparahan displasia sesuai dari durasi perkembangan penyakit. Lalu, dengan menggukan tes Annova, hasil tes ini menunjukan p=0,009 p

ABSTRAK
Background According to American Cancer Society in 2015, colorectal cancer is the third most common cause of death in western countries for both men and women. In recent years, many researchers show that colorectal carcinoma is one of the serious complications of inflammatory bowel disease IBD . Thus, it brings potential to gain more knowledge regarding the possibility of chronic inflammation leading to colorectal cancer.Method We conduct this research using C3H and Balb mice which have been proven to represent the colon carcinogenesis process in human body. We divided mice into several cage based on date of sacrifice which were 2, 4 and 6 months. Each group got once a week injection of azoxymethane for one month and was followed by administration of dextran sulfate sodium during the last week of the first month. Then mice were sacrificed based on certain duration and we observed the colon macroscopically and microscopically using HE staining with high magnificationResults .Based on macrocopic observation, we can easily find nodules in 6 months groups while for 2 months groups, the nodules have not yet developed. From morphological changes, the severity of dysplasia is in accordance with the longevity of the disease. Based on Annova Test, we find out that the result shows p 0,009 p"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virhan Novianry
"ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga tersering di Amerika Serikat dengan angka mortalitas menempati peringkat kedua tahun 2012. Mortalitas kanker ini dapat ditekan melalui deteksi dini saat perkembangan kanker pada tahap polip, salah satunya dengan diagnosis biologi molekuler keberadaan DNA pada tinja maupun serum. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konsentrasi cell free DNA (cfDNA) sebagai penanda tumor pada karsinogenesis kolorektal dengan menggunakan sampel serum darah mencit balb/C yang sebelumnya dinduksi oleh azoxymethane (AOM) dan promosi oleh dextan sulfate sodium (DSS). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental quasi menggunakan hewan uji mencit Balb/C. Sampel terdiri atas 6 mencit Balb/C yang setiap sampelnya mendapatkan 4 perlakuan secara serial dalam rentang waktu tertentu. Perlakuan pertama adalah pengambilan sampel serum sebelum induksi-promosi, pengambilan kedua pada minggu ke-1 (1 minggu setelah induksi azoxymethane), pengambilan ketiga minggu ke-2 (1 minggu setelah induksi-promosi oleh azoxymethane-dextran sulfate sodium) dan pengambilan ketiga minggu ke-6 (5 minggu setelah induksi-promosi oleh azoxymethane-dextran sulfate sodium). Kuantifikasi cfDNA terhadap serum dilakukan dengan metode fluoresensi SYBR Green II menggunakan Rotor Gene 6000 dan pemeriksaan histopatologis untuk melihat karsinogenesis dilakukan pada minggu ke-0, ke-1, ke-2 dan ke-6. Konsentrasi cfDNA menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok sampel sebelum induksi dan promosi (1238,49±674,84 pg/μL ) dibandingkan kelompok sampel yang serumnya diambil minggu ke-6 dengan gambaran histopatologis pra-kanker (2244,04±726,57 pg/μL ). Terdapat kenaikan cfDNA pada minggu ke-1 hanya dengan induksi AOM maupun minggu ke-2 setelah dinduksi dan dipromosi (1358,57±803,81 pg/μL ) dan 1317,23±735,92 pg/μL ), namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik.

ABSTRACT
Colorectal cancer was third of the most cancer in United States and second for the most mortal at 2012. Mortality should be decreased by early screening of the polyp stadium by molecular biology diagnoze of faecess’s DNA and serum’s DNA.The focus of this study is cell free DNA's potency as tumor marker of colorectal carcinogenesys within blood serum sample that was taken from balb/C mice induced by azoxymethane (AOM) and promoted by dextran sulfate sodium (DSS). This study is quasi experimental research. Samples were taken from 6 Balb/C mices, which are serial treated by the time. First, pre induction-promotion blood serum (week 0), second were one week post azoxymethane induction week 1st), third were one week post azoxymethane and dextran sulfate sodium induction-promotion (week 2nd), and fourth were fifth week post azoxymethane and dextran sulfate sodium induction-promotion (week 6th). Cell free DNA Quantification was performed by fluoresence of SYBR Green II method and confirmed by histopathology examination at null, 1st, 2nd and 6th week. Cell free DNA concentration show there was significant differencies of cfDNA before induction and promotion (1238,49±674,84 pg/μL ) compared to cfDNA 6th week after induction and promotion (2244,04±726,57 pg/μL ) statistically, but no significant differencies to the group of 1st week after AOM induction only and the group of 2nd week after induction and promotion, even both of those groups show increament of cfDNA concentration (1358,57±803,81 pg/μL and 1317,23±735,92 pg/μL )."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>