Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162405 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sesilia Adiska Niramaya
"Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meninjau lebih lanjut hubungan antara emosi syukur dengan kepuasan hidup melalui peran mediasi pikiran positif dan makna hidup pada 585 individu dewasa. Pada penelitian ini, pengukuran variabel dilakukan menggunakan Gratitude Questionnaire-Six GQ-6, Automatic Thoughts Questionnaire-Positive ATQ-P, Meaning in Life Questionnaire MLQ, dan Satisfaction With Life Scale SWLS.
Analisis data dilakukan menggunakan model mediasi ganda seri yang dikemukakan Hayes. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pikiran positif dan makna hidup secara signifikan, baik serial maupun independen, memediasi hubungan emosi syukur dan kepuasan hidup dengan besaran efek total sebesar 0.6405 c = 0.640, t 581 = 16.002, p.

This current study was conducted as further review of the relationship between gratitude and life satisfaction through the role of positive thoughts and meaning in life mediation in 585 adults. In this study, measurements of variables were performed using Gratitude Questionnaire Six GQ 6, Automatic Thoughts Questionnaire Positive ATQ P, Meaning in Life Questionnaire MLQ, and Satisfaction With Life Scale SWLS.
Data analysis was done by using serial multiple mediation model which proposed by Hayes. Findings of this study show the existence of mediational effects of positive thoughts and meaning in life significantly, both serially and independently, in gratitude and life satisfaction relationship with total effect of 0.6405 c 0.640, t 581 16.002, p
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Faisal
"Penelitian ini dibuat untuk mengetahui peran pikiran positif otomatis dalam memediasi hubungan antara afek positif dengan makna hidup. Partisipan pada penelitian ini merupakan individu yang tergolong pada usia dewasa muda dengan rentang usia 20-40 tahun n=68.
Desain penelitian ini adalah between-subjects exsperimental design, yang mana partisipan dibagi menjadi dua kelompok partisipan yang diberikan manipulasi yang berbeda induksi suasana hati positif X induksi suasana hati negatif. Pikiran positif otomatis diukur menggunakan Automatic Thought Questionnaire ATQ , sementara itu makna hidup diukur menggunakan Meaning In Life Questionnaire MILQ.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya pengaruh afek positif terhadap makna hidup antara kelompok induksi suasana hati positif dengan kelompok induksi suasana hati negatif t 65,8 = -2.84, p < 0,01. Dalam analisis mediasi yang telah dilakukan, ditemukan bahwa pikiran positif otomatis memiliki efek mediasi, sehingga ditemukan bahwa besarnya pengaruh afek positif terhadap makna hidup di mediasi oleh pikiran positif otomatis.

This study is aims to examine the mediating role of positive automatic thought on relationship between positive affects and meaning in life. Participants in this study were individuals who belonged to young adults with age range 20 40 years n 68.
The design of this study was between subjects experimental design, in which participants were divided into two groups of participants given different manipulations positive mood induction and negative mood induction . Positive automatic thought is measured using Automatic Thought Questionnaire ATQ , while the meaning in life is measured using Meaning In Life Questionnaire MILQ.
The results showed that the effect of positive affects on the meaning in life between group of positive mood induction and negative mood induction t 65,8 2.84 p <0.01. In the mediation analysis that has been done, it was found that positive positive thoughts have a mediating effect, so it was found that the magnitude of the effect of positive affect on the meaning of life is mediated by automatic positive thinking.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Nabilah Pratiwi
"Studi sebelumnya berusaha untuk menguji konsekuensi emosional yang mungkin timbul dari penggunaan media sosial. Salah satunya adalah efek pos positif orang asing pada pengaruh seseorang. Ada dua perspektif utama dalam menjelaskan hubungan antara penggunaan media sosial dan pengaruh, yaitu teori perbandingan sosial dan penularan emosional. Peneliti menguji variabel moderator untuk keberadaan makna dalam kehidupan untuk menjelaskan perbedaan hasil yang diperoleh dari melihat posting positif di Instagram dari orang asing pada pengaruh seseorang.
Penelitian eksperimental ini dilakukan dengan membagi peserta menjadi tiga kondisi, yaitu pos positif, pos netral, dan tidak ada pos. Makna variabel dalam hidup diukur dengan menggunakan Meaning in Life Questionnaire - Presence (MLQ-P) dan variabel yang mempengaruhi diukur menggunakan PANAS dan Efek Negatif Jadwal (PANAS).
Hasil penelitian dari 111 siswa (36 siswa dalam kondisi pos positif, 34 siswa dalam kondisi pos netral, dan 41 siswa dalam kondisi pos tidak) menunjukkan bahwa makna kehidupan variabel memoderasi pengaruh melihat posting positif dari orang asing di pengaruh positif b = 0,447, p <0,05, tetapi tidak pada pengaruh negatif. Temuan ini menunjukkan bahwa makna hidup dapat melindungi pengaruh positif seseorang dari pemaparan pos positif orang asing.

Previous studies have tried to examine the emotional consequences that may arise from the use of social media. One of them is the positive postal effect of strangers on one's influence. There are two main perspectives in explaining the relationship between social media use and influence, namely social comparison theory and emotional contagion. The researcher tested the moderator variable for the existence of meaning in life to explain the difference in results obtained from seeing positive posts on Instagram from strangers on one's influence.
This experimental study was conducted by dividing participants into three conditions, namely positive posts, neutral posts, and no posts. The meaning of variables in life is measured using Meaning in Life Questionnaire - Presence (MLQ-P) and influencing variables are measured using the HEAT and Negative Effects Schedule (HEAT).
The results of 111 students (36 students in positive postal conditions, 34 students in neutral postal conditions, and 41 students in positive postal conditions) showed that the meaning of life variables moderating the effect of seeing positive posts from strangers on positive influences b = 0.447, p < 0.05, but not to a negative effect. This finding shows that the meaning of life can protect a person's positive influence from exposure to positive strangers' posts.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deyavania Raissa Exodus Tabun
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh rasa syukur dengan cara menghitung berkat yang dihasilkan dari kebaikan orang lain yang memiliki kedekatan tertentu terhadap kepuasan hidup seseorang. Dengan menggunakan desain eksperimental, 63 partisipan dibagi secara acak dalam dua kelompok, yakni kelompok yang diinstruksikan untuk menghitung berkat setiap hari selama dua minggu dengan mengisi lima daftar hal yang mereka syukuri pada orang yang dekat (n=32) dan kelompok yang mengisi lima daftar hal yang mereka syukuri dari orang yang tidak di kenal (n=31) kemudian diukur kepuasan hidupnya dengan menggunakan alat ukur Satisfaction With Life Scale (SWLS) setelah aktivitas menghitung berkat selama dua minggu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok partisipan yang menghitung berkat yang dihasilkan dari kebaikan orang yang dekat dan dari kebaikan orang yang tidak di kenal terhadap kepuasan hidup.

The purpose of this study is to examine of gratitude and people life satisfaction. Gratitude was measured by counting blessing from others kindness towards oneself. Experimental design was used, 63 participant randomly assign to two group, the two group that is instructed to counting blessing everyday for about two weeks by writing five list that they are feel very grateful from closes people (n=32) and group that writing five list that they are feel very grateful from strangers (n=31). Life satisfaction is measure by Satisfaction With Life Scale (SWLS) after two weeks of counting blessing. This study result that there is no significantly difference for the group participant that counting blessing as result of others kindness from close people or strangers on life satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitra Atensi
"Kemiskinan yang terjadi di suatu negara menyebabkan terjadinya permasalahan sosial, kriminalitas, meningkatnya jumlah siswa putus sekolah, serta kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. Keinginan untuk dapat menolong orang lain dalam hal ini kaum fakir miskin berkaitan dengan kerelaan seseorang untuk dapat meluangkan dan mengorbankan apa-apa yang dia miliki, baik berupa waktu, tenaga, pikiran, serta materi untuk diberikan kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan atau imbalan atas pertolongan yang diberikan (Myers, 1988).
Setiap orang yang (normal) senantiasa menginginkan dirinya menjadi orang yang berguna dan berharga bagi keluarganya, lingkungan dan masyarakatnya, serta bagi dirinya sendiri (Bastaman, 1996). Dalam pandangan logoterapi hasrat untuk hidup bermakna akan memotivasi setiap orang untuk bekerja, berkarya, dan melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya- dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dorongan yang membuat seseorang memilih menjadi relawan pemberdayaan masyarakat miskin, makna hidup yang dihayati oleh para relawan, serta alasan yang membuat mereka bertahan dengan berbagai tantangan serta konsekuensi yang dihadapi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para partisipan menghayati hidupnya untuk menjadi seseorang yang bermanfaat bagi lingkungan dan orang lain. Terdapat beberapa faktor yang mendorong partisipan memutuskan untuk menjadi relawan antara lain adanya perasaan empati, minat & kecintaan terhadap sesuatu, dan dorongan untuk berbuat kebaikan dalam hidup. Alasan bertahan dipengaruhi oleh faktor adanya dukungan dari significant others, penghayatan kebahagiaan, serta keinginan untuk tetap memberikan manfaat dan kebaikan.

Poverty has caused the arousing of many other social problems namely high crime rate, malnutrition, schooling and health. The will to help the other - in this case the poor - is related to one's voluntarily to be willing to sacrifice everything one's has, whether it is time, body, or mind as well as to be willing to give materials to others without ever expecting any rewards based on what has given (Myers, 1988).
Every normal person has a desire to be meaningful and precious to his/her family, surroundings, society, and to him/herself (Bastaman, 1996). Based on Logotherapy point of view, to have a meaningful life is indeed every human being's main motivation. This is the very desire that has motivated every person to work, to dedicate and to do many other important activities so that his/her life is deeply regarded to be meaningful.
This research has a goal to see what particular motivation that stimulates a person to choose to become a volunteer, what kind of meaning of life that is being deeply regarded by them, and the reason what makes them cling to this kind of life with its challenges as well as consequences faced.
The result has shown that the participants are having a deep understanding that in life, they have to maximize their usability to their surroundings and to the others. There are several factors that encourage the participants to have chosen to become a volunteer which are the feeling of empathy, the feel of affection, and the desire to make good deeds in life. The reason why they keep clinging to this kind of life is the existence of significant others' support, a deep understanding upon happiness, and the desire to keep being able to give self-usability and good deeds."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Baby Siti Salamah
"Penelitian ini menerapkan wawancara mendalam dan observasi terhadap dua belas orang partisipan laki-laki dewasa dengan pendekatan desain studi kasus. Mereka adalah residivis yang pernah menjalani hukuman penjara, bebas untuk jangka waktu tertentu dan selanjutnya ditahan kembali akibat melakukan tindak kriminal. Partisipan yang berproses menemukan makna hidup dapat bertahan menjalani kehidupan di masyarakat dan tidak kembali di penjara; menjaga perilaku yang tidak menularkan HIV kepada istri dan anakanak mereka; serta terlibat dalam pekerjaan membantu sesama mantan pecandu dan orang dengan HIV/AIDS. Makna hidup ditemukan dalam berbagai bentuk, di antaranya menentukan tujuan hidup, memperbaiki kesalahan, membangun keluarga dan relasi personal yang positif serta keterlibatan dalam aktivitas sosial. Proses pemutusan perilaku berisiko ditunjukkan dengan cara menghindari lingkungan sebelumnya dan melakukan kegiatan yang membuat partisipan merasa hidupnya bermanfaat untuk dirinya, keluarga dan masyarakat. Sementara mereka yang tidak menemukan makna hidup ternyata kembali di penjara akibat perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkotika; menjadi perantara penjualan narkotika; melakukan tindak kriminal untuk mendapatkan uang pembeli narkotika, serta melakukan perilaku seks berisiko tinggi yang memungkinkan penularan HIV. Mereka mungkin memiliki keinginan untuk mengubah keadaan namun tidak melakukan tindakan nyata untuk mewujudkannya. Dalam penelitian ini ditemukan berbagai kebiasaan di antara narapidana, seperti tindak kekerasan, penyalahgunaan narkotika, penyewaan jarum suntik kotor, perilaku seks tidak aman dan pemasangan ‘tasbih’ (manik-manik) pada penis yang juga berisiko terhadap penularan HIV.

This study was conducted by using depth interview and observation towards twelve male subjects using the case study design. They are recidivists who have been imprisoned, being released for certain period of time and later on being re-arrested of the criminal cases. Participants whose found meaning in their life could remain staying in society and did not come back into the jail; preventing the HIV transmission to their wives and children; and being involved helping other drug addicts and people living with HIV/AIDS. Victor Frankl (1969) in logotherapy divided meaning in three stages, freedom of will, the will to meaning and the meaning of life. Those who did not find the meaning of life were getting back in prison due to drug abuse; mediating narcotics sales; commit criminal acts to get money for drugs, and engage in high-risk sexual behavior that enables the transmission of HIV. They may have a desire to change things but do not take any real action to make it happen. Meaning in life were found in various forms, such as setting goals in life; correcting the mistakes they have been doing; building a family and positive personal relation; and being involved in social activities. The termination of high risk behavior indicated by subject’s avoidance toward previous vulnerable environment and by doing some valuable works for family and community. This study also found common behavior among inmates inside the prison, such as violence, drug abuse, renting dirty needles, unsafe sexual behavior and inserting penile implant which also increasing the risk of HIV transmission.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Enza Azura Mundakir
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara makna hidup dengan well-being subyektif melalui peran mediasi pemaafan dan harapan pada 257 pekerja on call. Pada penelitian ini, pengukuran variabel dilakukan menggunakan Meaning in Life Questionnaire MLQ, Satisfaction with Life Scale SWLS, The Scale of Positive and Negative Experience SPANE, Adult Dispositional Hope Scale ADHS, The State Hope Scale SHS, dan The Heartland Forgiveness Scale SHS. Analisis data dilakukan menggunakan model mediasi ganda yang dikemukakan oleh Hayes 2013. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemaafan dan harapan secara signifikan memediasi hubungan antara makna hidup dan well-being subyektif dengan besaran efek total sebesar 0.2169 c = 0.2169, t 257 = 24.64.

ABSTRACT
This study was conducted to examine the relationship between meaning in life with subjective wellbeing through the mediation role of forgiveness and hope towards 257 on call workers. In this study, the measurement of variables was conducted using the Meaning in Life Questionnaire MLQ, the Satisfaction with Life Scale SWLS , the Scale of Positive and Negative Experience SPANE, the Adult Dispositional Hope Scale ADHS, the State Hope Scale SHS, and the Heartland Forgiveness Scale SHS. The data analysis was conducted using a double mediation method that was proposed by Hayes 2013. The findings of this study showed that forgiveness and hope significantly mediated the relationship between meaning in life with subjective wellbeing with the total magnitude of effect of 0.2169 c 0.2169, t 257 24.64."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Jose Matthew Aldo
"Trauma masa kanak-kanak merupakan salah satu pengalaman traumatis yang terjadi ketika individu memasuki rentang usia 1 hingga 12 tahun. Tingginya angka gangguan mental emosional dan depresi di DKI Jakarta menjadi pertanda kemungkinan adanya trauma masa kanak-kanak pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Adanya trauma masa kanak-kanak dapat saja menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang masih mencari makna hidupnya.  Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara trauma masa kanak-kanak dengan makna hidup. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner secara daring, menggunakan alat ukur Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (CTQ-SF) dan Three-Dimensional Meaning in life scale (3DM). Penelitian melibatkan 146 partisipan dengan rentang usia 18—25 tahun dan berdomisili DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara trauma masa kanak-kanak dan makna hidup (r (145) = -0,632, p < 0,01, two-tailed). Dari hasil tersebut, terdapat hubungan negatif antara trauma masa kanak-kanak dengan makna hidup.

Childhood trauma is a traumatic experience that occurs when individuals enter the age range of 1 to 12 years. The high rate of emotional mental disorders and depression in DKI Jakarta is a sign of the possibility of childhood trauma in emerging adulthood in DKI Jakarta. The presence of childhood trauma can be a challenge in itself for those who are still looking for the meaning of their lives. This research itself aims to determine the relationship between childhood trauma and the meaning of life. The research was carried out using an online questionnaire, using the Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (CTQ-SF) and Three-Dimensional Meaning in life scale (3DM) measuring instruments. The research involved 146 participants with an age range of 18-25 years and domiciled in DKI Jakarta. The results showed that there was a significant negative relationship between childhood trauma and meaning in life (r (145) = -0.632, p < 0.01, two-tailed). From the results, we can conclude that there’s a negative correlation between childhood trauma and meaning in life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Waluyo
"Tesis ini berusaha menjelaskan adanya persamaan dan perbedaan alam pikiran budayawan Lekra dan Manifestan dalam mencari sosok budaya bangsa Indonesia yang tidak kunjung selesai sampai sekarang. Proses pencarian sosok budaya bangsa sudah, diawali sejak perdebatan di kalangan budayawan/intelektual tahun 1930-an antara Sutan Takdir Alisjahbana (STA) dengan Ki Hadjar Dewantara (KID) dan kawan-kawan. Proses pencarian sosok budaya bangsa ini terus berlanjut dalam Kongres Kebudayaan Nasional I tahun 1948 di Magelang yang dilanjutkan dengan Konferansi Kebudayaan di Jakarta tahun 1950, Kongres Kebudayaan II tahun 1951 di Bandung, Kongres Kebudayaan III tahun 1954 di Surakarta, dan Kongres Kebudayaan IV tahun 1991 di Jakarta.
Proses pencarian sosok budayabangsa tidak dapat dilepaskan dari situasi politik dalam dan luar negeri yang mempengaruhi alam pikiran penguasa politik di tanah air dan di kalangan budayawan. Kongres Kebudayaan I di Magelang dilaksanakan beberapa bulan sebelum terjadi peristiwa Madiun tahun 1948 dan Agresi Militer Belanda kee 2 tanggal 18 Desember 1948. Suasana hingar bingar politik pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) turut pula menggiatkan suasana Kongres Kebuda.yaan II di Bandung tentang pentingnya organisasi kebudayaan.
Pada tahun 1950 lahirlah organisasi kebudayaan yang berafiliasi kepada PKl, Lembaga Kebudayaan Rakyat yang disingkat Lekra. Organisasi ini berkiprah di bidang kebudayaan sejak Kongres Kebudayaan II (1951) di Bandung. Pada tanggal 19 Nopember 1946 di Jakarta lahir gagasan dari kolompok "Gelanggang" yang didirikan oleh Chairil Anwar, Asrul Sani dan kawan-kawan. Di dalam preamblue anggaran dikatakan bahwa "Generasi Gelanggang'' terlahir dari pergolakan roh hidup. Generasi yang harus mempertanggungjawabkan dengan sesungguhnya penjadian dari bangsa kita. Kita hendak melepaskan diri dari susunan lama yang telah mengakibatkan masyarakat yang lapuk, dan kita berani menantang pandangan, sifat, dan anasir lama ini untuk menjalankan baru kekuatan baru.
Akar budaya "humanisme universal" ternyata sudah masuk ke tanah air bersamaan dengan masuknya sistem pendidikan masa kolonial Belanda yang terkenal dengan nama "Budi Utomo," tetapi sudah memikirkan tentang "pentingnya" persatuan di kalangan "pribumi" yang kemudian diikuti dengan ikrar "Sumpah Pemuda" pada tanggal 2.8 Oktober 1928. Pada tahun 1930-an, seorang seniman muda Indonesia yang menyadari akan arti penting "persatuan dan kesatuan" memperjuangkan kemerdekaan di bidang kebudayaan (sastra) dan melahirkan aliran "Pujangga Baru" yang ingin melepaskan kreativitas sastra daerah (Malaya) menjadi sastra Indonesia yang dimanifestasikan dalam bahasa Indonesia Gerakan di bidang kebudayaan ini terus berlanjut dengan perdebatan STA dengan KHD mengenai sejarah dan perkembangan kebudayaan Indonesia di masa depan. Perdebatan di kalangan budayawan tahun 1930-an ini sudah terlihat adanya dua pola pikir yang "bertabrakan" yaitu pola. pikir "Barat? yang dikehendlaki oleh STA dengan pola pikir :?Tradisi" yang dikehendaki oleh KHD dan kawan-kawan. Pola pikir STA sangat dipengaruhi oleh pola pikir :Barat" yang dalam hal ini diartikan Belanda.
Ide dasar perjuangan budayawan yang mendukung prinsip "humanisme universal" ialah "kebebasan kreatif." Ide dasar "humanisme universal" terus berkembang menjadi gerakan yang manuntut "kemanusiaan yang adlil dan beradab" yang dituntut Chairil Anwar dalam "Aku ini binatang jalang, dan kumpulan yang terbuang" dan melahirkan Angkatan 45 di bidang kesastraan yang dilanjutkan oleh Asrul Sani dan kawan-kawan dangan kelompok Galanggangnya.
Perdebatan di kalangan budayawan kembali menghangat setelah situasi politik dalam negeri yang didukung dengan "Manifesto Politik" Soekarno yang memperkenalkan konsepsi baru dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang disebut NASAKOM (Nasional-Agama-Komunis). Konsepsi ini sangat didukung oleh budayawan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) karena sejalan dengan ideologi realisme sosialis yang merupakan bagian dan ajaran komunisme, sedangkan budayawan Manifestan menggunakan ideologi humanisme universal yang merupakaan bagian dari ideologi liberalisme untuk menentang kebijakan pemerintah di bawah rezirn Saekarno.
Kontroversi lahirnyaPancasila dan gagalnya Konstituante (1959) dalam memecahkan masalah "dasar negara" Islam, Pancasila, atau Sosial-Ekonomi, menjadikan' bangsa ini tidak matang dalam kehidupan berbaangsa, bernegara, dan bermasyarakat, Sebagai orang Indonesia, budayawan Lekra dan Manifestan sangat menyadari akan arti penting "seni" dalam kehidupan mereka, tetapi sebagai warga bangsa dan negara Indonesia, budayawan Lekra dan Manifestan memanfaatkan "situasi politik" bagi kelompoknya daripada kepentingan bangsa dan negara Indonesia berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Tesis ini menyimpulkan bahwa budayawan Lekra dan Manifestan baru menyadari kedudukannya dan perannya sebagai anggota kelompok "seniman kerakyatan" atau "seniman inerdeka" tetapi belum sepenuhnya menyadari kedudukan dari perannya sebagai "warga bangsa Indonesia" yang berkepentingan dalam mowujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undarig Dasar 1945 di dalam negara persatuan yang bernama Repubik Indonesia. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Nurfian Wangsapraja
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi kepuasan karir pada hubungan antara perceived organization support (POS) dan kepuasan hidup. Penelitian kuantitatif ini menggunakan Satisfaction with Life Scale untuk mengukur kepuasan hidup, versi singkat Survey of Perceived Organizational Support untuk mengukur POS, dan Career Satisfaction Scale untuk mengukur kepuasan karir. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan Generasi Milenial (N = 107) berusia 24-38 tahun yang telah bekerja minimal 6 bulan. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa pengaruh langsung (B = .03, SE = .12, p> .71) tidak signifikan, pengaruh tidak langsung (B = .10, SE = .07, BCa CI [.03) , .20]) yang signifikan, dengan ukuran efek diklasifikasikan sebagai sedang (k2 = .13, BCa CI [.04, .24]). Hasil ini menunjukkan bahwa kepuasan karir memediasi sepenuhnya hubungan antara POS dan kepuasan hidup. Oleh karena itu, berbagai perusahaan diharapkan dapat memberikan dukungan yang dapat menunjang kepuasan karir sehingga karyawan juga akan merasakan kepuasan dalam hidupnya.
ABSTRACT
This study aims to see the mediating role of career satisfaction in the relationship between perceived organization support (POS) and life satisfaction. This quantitative research uses the Satisfaction with Life Scale to measure life satisfaction, a short version of the Survey of Perceived Organizational Support to measure POS, and the Career Satisfaction Scale to measure career satisfaction. Respondents in this study were employees of the Millennial Generation (N = 107) aged 24-38 years who had worked at least 6 months. The results of the mediation analysis showed that the direct effect (B = .03, SE = .12, p> .71) was not significant, the indirect effect (B = .10, SE = .07, BCa CI [.03), .20] ), with the effect size classified as moderate (k2 = .13, BCa CI [.04, .24]). These results suggest that career satisfaction fully mediates the relationship between POS and life satisfaction. Therefore, various companies are expected to provide support that can support career satisfaction so that employees will also feel satisfaction in their lives."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>