Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112763 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Regar Adi Trianto
"ABSTRAK
Latar belakang: Hipotiroid kongenital merupakan suatu kelainan endokrin dimana terjadi penurunan sintesis hormon tiroid saat bayi baru lahir. Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab paling umum dari penurunan kecerdasaan intelektual retardasi mental yang sebenarnya dapat dicegah. Salah satu faktor risiko yang mendukung kejadian hipotiroid kongenital adalah status konsumsi garam beriodium ibu.Tujuan: Penelitian cross-sectional ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara nilai TSH neonatus dengan status konsumsi garam beriodium cukup ibu.Metode: Penelitian ini melibatkan 2.978 subjek yang terdiri atas bayi dan anak yang memperoleh uji saring hipotiroid kongenital di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada Bulan Mei hingga Bulan Juni 2017. Dari seluruh peserta uji saring hipotiroid kongenital tersebut, terdapat 1.687 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi peneliti, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan persentase konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya rendah 90 . Jumlah sampel minimal yang harus dipenuhi oleh peneliti dengan menggunakan rumus besar sampel analitik numerik tidak berpasangan adalah 322 sampel. Setelah ditelaah, terdapat 149 subjek untuk kelompok bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan persentase konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya tinggi dan 173 bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan persentase konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya rendah. Sampel kemudian dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney untuk diketahui hubungannya dengan nilai rerata TSH neonatus.Hasil dan Diskusi: Terdapat perbedaan bermakna nilai rerata TSH pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan persentase konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya rendah dan kelompok bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan tingkat konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya tinggi.

ABSTRACT
Background Congenital hypothyroidism is an endocrine disorder in which there is a decrease in thyroid hormone synthesis at birth. Congenital hypothyroidism is one of the most common causes of a decline in intellectual intelligence mental retardation that can be prevented. One of the risk factors that affects the incidence of congenital hypothyroidism is the consumption status of the mother 39 s iodized salt.Objective This cross sectional study was conducted to see if there was any difference between neonatal TSH value and iodized salt consumption status.Methods The study involved 2,978 subjects consisting of infants and children who received a congenital hypothyroid filter test at the National General Hospital RSUPN . Cipto Mangunkusumo from May to June 2017. From the congenital hypothyroid test participants, 1,687 subjects fulfilled the inclusion and exclusion criteria of the researcher, then divided into two groups, the group of neonates born to mothers living in the area with the percentage of consumption iodized salt per household is low 90 . The minimum number of samples that must be met by the researcher by using the formula of unpaired numerical analytic sample is 322 samples. Upon examination, there were 149 subjects for groups of neonates born to mothers living in areas with a high percentage of iodized salt intake per household and 173 neonates born to mothers living in areas with sufficient iodized salt intake percentage per household. The samples were then analyzed using the Mann Whitney test to be known to correlate with the mean values of neonatal TSH.Results and Discussions There was a significant difference in mean TSH values in neonates born to mothers living in areas with a moderate percentage of low iodized salt intake per household and neonates born to mothers living in areas with high iodized salt intake per household P 0.001 . This is in line with the theory that if the diet of iodized salt is adequate then TSH levels in the circulation will be normal, whereas if the iodized salt diet is inadequate then TSH levels in the circulation will be high, due to negative feedback of the least amount of thyroid hormones in the circulation due to the raw material of its formation , ie iodides derived from iodized salt are not met. Also there was a significant difference in mean birth weight of neonates born to mothers living in areas with a fairly low percentage of iodized salt intake per household and neontaes born to mothers living in areas with sufficient iodized salt intake per household P "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rizki Yono
"ABSTRAK
Latar Belakang: Program Skrining Hipotiroid Kongenital Nasional di Indonesia menunjukkan angka insidensi hipotiroid kongenital cukup tinggi. Salah satu faktor risiko yang bertanggung jawab adalah bayi berat lahir rendah. Pada bayi berat lahir rendah, maturitas organ relatif belum matur, sehingga mengganggu fungsi organ termasuk kelenjar tiroid dan hipofisis.
Tujuan: Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui persentase bayi berat lahir rendah di Indonesia, nilai rujukan TSH neonatus berdasarkan berat lahir, korelasi antara berat lahir bayi dengan fungsi kelenjar tiroid, serta hubungan antara status berat lahir dengan nilai rerata TSH neonatus.
Metode: Dari 2.987 subjek yang didapatkan dari 10 provinsi pada program skrining hipotiroid kongenital nasional pada bulan Mei sampai Juni 2017 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, sebanyak 1.700 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diperoleh melalui teknik consecutive sampling. Nilai TSH didapatkan melalui metode Fluorometri dengan reagen Labsystem. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu 1.573 subjek untuk kelompok bayi berat lahir normal dan 127 subjek untuk kelompok bayi berat lahir rendah. Sampel kemudian dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney dengan SPSS versi 20.0 untuk diketahui hubungannya dengan nilai rerata TSH neonatus dan MedCalc versi 17.9 untuk menghitung nilai rujukan TSH neonatus.

ABSTRACT
Background: National Congenital Hypothyroidism Screening Program in Indonesia showed high incidence of Congenital Hypothyroidism. One of responsible risk factors is low birth weight. In low birth weight, organ maturity is relatively immature, thus disrupting organ function including thyroid and hypophysis gland.
Objective: This cross-sectional study was aimed to determine the percentage of low birth weight in Indonesia, neonatal TSH reference values based on birth weight, the correlation between birth weight and thyroid gland function, as well as the association between birth weight status with neonatal TSH level.
Methods: Of the 2,987 subjects obtained from 10 provinces in national congenital hypothyroidism screening program data from May to June 2017 in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, as many as 1,700 subjects fulfilled the inclusion and exclusion criteria obtained through consecutive sampling. TSH value was obtained by Fluorometri method with Labsystem reagent. Subjects were divided into two groups, 1,573 subjects for normal birth weight and 127 subjects for low birth weight. Then, samples were analyzed by Mann-Whitney test with SPSS version 20.0 to investigate association to neonatal TSH level and MedCalc version 17.9 to calculate neonatal TSH reference values.
Results: Low birth weight was 7.5%. The TSH reference value in all neonates, normal birth weight, and low birth weight were 1.40-8.04 mU/L with median 3.10 (1.00-19.80), 1.50-8.06 mU/L with median 3.20 (1.00-19.80), and 1.00-9.06 mU/L with median 2.50 (1.00-13.80) respectively. There was a positive significant correlation between low birth weight and thyroid function (r = 0.367, P<0.001). There was also a significant difference between birth weight status with neonatal TSH level (P<0.001).
Discussion: The percentage of low birth weight in Indonesia is half the percentage of babies born in the world according to WHO. The neonatal TSH reference values in Indonesia is close to 10 mU/L as cut off in developed countries. Birth weight influences neonatal TSH level. It correlates with delayed in hypothalamus-hypophysis-thyroid axis maturity."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujang Khoerur Rizqi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab paling umum terjadinya retardasi mental. Padahal, terjadinya komplikasi hipotiroid kongenital dapat dicegah sejak dini. Oleh karena itu, skrining hipotiroid kongenital dengan mengukur kadar TSH menjadi penting terutama pada bayi yang berisiko lebih tinggi terkena hipotiroid kongenital. Usia prematur diduga menjadi salah satu faktor risiko hipotiroid kongenital karena terkait imaturitas organ.Tujuan: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui persentase bayi prematur, nilai rujukan TSH neonatus di Indonesia, dan hubungan antara kadar TSH neonatus dan status prematuritas.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang dengan subjek berasal dari data skrining hipotiroid kongenital RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang sampel darahnya dianalisis dengan cara Fluorometri dengan reagen Labsystem. Data berasal dari bulan Mei dan Juni 2017 yang diperoleh melalui teknik consecutive sampling. Dari 2987 subjek, terdapat 1700 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek dibagi menjadi kelompok bayi prematur n=111 dan bayi lahir cukup bulan n=1589 . Sampel kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 20.0 untuk mengetahui hubungan kadar TSH dan status prematuritas dengan uji Mann-Whitney dan uji korelasi, serta MedCalc versi 17.9 untuk mencari nilai rujukan TSH neonatus di Indonesia.Hasil: Persentase bayi prematur yang didapatkan yaitu sebesar 6,5 . Nilai rujukan TSH neonatus berdasarkan kelahiran prematur didapatkan nilai 1,0-8,9 mU/L dengan median 2,5 1,0-12,8 mU/L dan berdasarkan kelahiran cukup bulan sebesar 1,5-8,0 mU/L dengan median 3,2 1,0-19,8 mU/L. Analisis menggunakan uji Mann-Whitney, didapatkan hubungan bermakna antara kadar TSH neonatus dan status prematuritas p.

ABSTRACT
Background Congenital hypothyroid is one of the most common causes of mental retardation. Actually, this complication can be prevented since earlier. Therefore, congenital hypothyroid screening by measuring TSH level is important to every infants, especially in higher risk of developing congenital hypothyroid. Prematurity is hypothesised as one of risk factor for congenital hypothyroid related to organ immaturity.Objective The aim of this study is to determine the percentage of preterm birth, neonatal TSH reference values in Indonesia, and association between neonatal TSH level with prematurity status.Methods This cross sectional study used subjects which was obtained from congenital hypothyroid screening data in General National Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo from May to June 2017 by consecutive sampling. The screening of congenital hypothyroid used Fluorometry with Labsystem reagen to analyse blood samples. From 2987 subjects, 1700 subjects fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Subjects were divided into two groups preterm infants n 111 and term infants n 1589 . Then, samples were analysed with SPSS version 20.0 to investigate association between neonatal TSH level with prematurity status by Mann Whitney test and correlation test, also MedCalc version 17.9 to calculate neonatal TSH reference values.Results The percentage of preterm infants was 6.5 . Neonatal TSH reference values based on preterm birth infants were 1.0 8.9 mU L with median 2.5 1.0 12.8 mU L and based on term infants were 1.5 8.0 mU L with median 3.2 1.0 19.8 mU L. There was also a significant association between neonatal TSH level and prematurity status Mann Whitney test, p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taufiq Ramadhan
"ABSTRAK
Nilai rujukan thyroid stimulating hormone TSH penting digunakan dalam skrining penyakit hipotiroid kongenital HK yang saat ini insidensinya di Indonesia lebih tinggi dibandingkan insidensi di dunia. Nilai rujukan merupakan nilai normal yang ditentukan dari individu sehat dan dapat dipengaruhi kondisi fisiologis, seperti usia dan jenis kelamin, dan kondisi patologis. Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai rujukan TSH neonatus di Indonesia berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin. Sebanyak 3.320 sampel diperoleh dari data skrining hipotiroid kongenital SHK Nasional bulan Mei-Juli 2017 dengan metode fluorometri dengan reagen Labsystem di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo RSUPN-CM . Pengelompokkan total sampel dilakukan berdasarkan dua variabel bebas, yaitu lima kelompok usia dan kelompok jenis kelamin, dan dianalisis perbedaan nilai TSH antar kelompok tiap variabel bebas menggunakan SPSS versi 20. Interval rujukan TSH berdasarkan kedua variabel bebas akan dianalisis menggunakan MedCalc versi 17.9.7. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai TSH yang bermakna.

ABSTRACT
TSH reference value was important in detection of congenital hypothyroidism, which incidence was higher in Indonesia than in the world. Reference value was a normal categorized value obtained from a healthy individual and influenced by physiological conditions, like age and sex differences, and pathological conditions. This cross sectional study aimed to analyze the comparison of neonatal TSH reference value in Indonesia according to age and sex difference. 3,320 subjects were obtained from National Congenital Hypothyroidism Screening data from May July 2017 by fluorometry method with Labsystem reagent in National Referral Hospital Cipto Mangunkusumo. Groupings were done based on two independent variables five age groups and gender groups, which were analyzed by using SPSS version 20. Neonatal TSH reference interval according to both independent variables were analyzed by using MedCalc version 17.9.7. There was significant difference in TSH value p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Whelli Mursala
"Penelitian ini membahas model prediksi berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan faktor lainnya di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Kejadian rata-rata berat lahir bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok sebesar 3172,96 gram.Untuk mengetahui model prediksi berat lahir bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok dilakukan penelitian dengan desain penelitian Cross Sectional, menggunakan data sekunder dari rekam medik ibu yang memeriksakan kehamilan atau melahirkan di Rumah Sakit tersebut.
Hasil penelitian rata-rata usia ibu yang melahirkan 30,29 tahun dengan pendidikan ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok tertinggi SMP sebesar 50,4%, SD 22,2%, SMA 25,9%, dan Perguruan Tinggi 1,5%. Rata-rata ibu yang memeriksakan kehamilan atau melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah tidak bekerja sebesar 97,8% dengan paritas atau jumlah anak kurang dari sama dengan tiga orang sebanyak 68,9% dan rata-rata usia kehamilan ibu 38,59 minggu, rata-rata berat badan sebelum hamil sebesar 53,52 kg.
Hasil penelitian menyebutkan 3 variabel yang signifikan yaitu usia ibu, usia kehamilan, dan berat badan sebelum hamil dan usia kehamilan yang paling besar pengaruhnya terhadap berat lahir bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok.

This study discusses birthweight prediction model based on nutritional status and other factors at the General Hospital in Depok. This research is a quantitative study. Average incidence of birth weight babies in the General Hospital of 3172.96 grams. To determine the predictive model birth weight infants in the General Hospital in Depok conducted research with cross sectional research design, using secondary data from medical records of mothers during their pregnancy or childbirth in the hospital.
The results of the study the average age of mothers giving birth to 30.29 years of education of mothers in the General Hospital of Depok City junior high at 50.4%, SD 22.2%, 25.9% high school, and university 1.5% . Average mothers during their pregnancy or childbirth in the General Hospital of 97.8% does not work with parity or the number of children less than three to 68.9% and an average age of 38.59 weeks gestational mother, average The average pre-pregnancy weight was 53.52 kg.
The results mentioned three significant variables, namely maternal age, gestational age, and prepregnancy weight and gestational age were greatest effect on birth weight infants in the General Hospital in Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnawati Amqam
"ABSTRAK
Penggunaan jangka panjang insektisida klorpirifos (CPF) akan menimbulkan efek
pada Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan hormon-hormon tiroid
(triidiotironin/T3 dan tirotoksin/T4). Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
insektisida CPF terhadap kadar TSH dan hormon-hormon tiroid pada petani sayur
dari tinjauan aspek genetik populasi. Studi ini dilakukan dengan desain potong
lintang. Terdapat 273 petani sayur yang menjadi subjek, yang diambil pada tiga
populasi suku, yaitu Jawa, Sunda, dan Makassar. Terdapat variasi genetik
paraoxonase 1 (PON1) pada ketiga populasi dan alel Q banyak ditemukan pada
semua populasi. PON1 dapat menjadi prediktor terjadinya gangguan pada kadar
hormon-hormon tiroid dan TSH. TCP sebagai metabolit CPF merupakan biomarker
kemampuan metabolisme individu terhadap CPF. Pada masyarakat petani yang
terpajan klorpirifos, TCP urin yang tidak terdeteksi berperan dalam terjadinya kadar
FT3 rendah dan kadar TCP urin yang rendah berperan dalam terjadinya kadar FT4
tertil rendah dan kadar TSH tinggi. Efek CPF terhadap ketiga hormon ini diduga
terjadi melalui mekanisme terganggunya sistem neurotransmitter dan proses
deyodinasi pada perifer dan hati.

ABSTRACT
Long-term use of chlorpyrifos (CPF) insecticide will affects Stimulating Thyroid
Hormone (TSH) and thyroid hormones (triidiotironin/T3 and tirotoksin/ T4). This
study aimed to assess the effect of insecticide CPF on levels of TSH and thyroid
hormones of the vegetable farmers as the reviews of population genetic aspects. This
study was conducted with a cross-sectional design. There were 273 vegetable farmers
as subjects, taken in three population, namely Java, Sunda, and Makassar. There was
genetic variation of paraoxonase 1 (PON1) in a population of in the three populations
and Q alleles found in all populations. PON1 may be a predictor of causing
interference to the levels of thyroid hormones and TSH. TCP as CPF metabolite was
a biomarker of individual metabolic capabilities toward CPF. In exposed CPF
farming communities, undetected TCP urine played a role in occurrence of low FT3
levels while low levels of TCP urine play a role for lower tertile FT4 level and high
TSH level. CPF effect to the hormones possiblyoccured through the mechanism of
disruption of neurotransmitter system and deiodinase process in peripheral and liver"
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizmawardini Yaman
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi bayi berat lahir rendah, menilai kebiasaan dan perilaku masyarakat terhadap bayi berat lahir rendah, pengalaman ibu dan dukun bayi dalam perawatan bayi, persepsi kematian bayi serta menggali hal lain yang berkaitan dengan penerimaan para ibu terhadap Metode Kanguru.
Desain penelitian adalah kualitatif, pelaksanaannya melalui studi kasus. Unit analisis penelitian adalah ibu yang melahirkan BBLR, dukun bayi yang pernah menolong persalinan BBLR, dan tokoh masyarakat. Sumber data terdiri dari 10 ibu, 5 dukun bayi, serta 4 tokoh masyarakat dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti agar mendapatkan informasi bervariasi. Instrumen penelitian terdiri dari wawancara dan observasi. Membuat matriks data kualitatif dan di analisis secara content analisys. Keterbatasan penelitian adalah kriteria keabsahan data hanya dilakukan triangulasi sumber data dan faktor lupa atau recall bias dari sumber data. Hasil penelitian tidak dapat di generalisasi untuk di daerah lain
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa bayi berat later rendah (BBLR) dikenal istilah "Kupek kecil" atau "Bayek kecil", masyarakat sudah mengenal tanda-tanda BBLR, kebiasaan "Dikilek" merupakan perilaku positip dalam perawatan bayi, pendapat umum di masyarakat bahwa Metode Kanguru merupakan pengalaman baru. Di wilayah studi jenazah bayi (usia 0-40 hari) diperlakukan sama dengan jenazah orang dewasa. Adanya "Local genius" ramuan tumbuh-tumbuhanl akar-akaran untuk merawat ibu setelah melahirkan sering di pergunakan.
Saran untuk pengelola program adalah panting dikenal oleh petugas kesehatan istilah lokal untuk BBLR, bidan di desa membimbing dan memberikan ketrampilan kepada dukun bayi bagaimana rasa menggunakan pita Lingkar Dada untuk deteksi dini BBLR. Pemberdayaan ibu yang melahirkan BBLR dan keluarganya melakukan perawatan Metode Kanguru, memotivasi masyarakat dalam bentuk pelatihan penyuluhan untuk memasyarakatkan Metode Kanguru. Bagi kepentingan ilmu pengetahuan yaitu perlu penelitian lanjutan untuk kebiasaan dan perilaku "Dikilek" dalam perawatan bayi, perbedaan persepsi bayi dilahirkan dengan umur kehamilan 7 bulan dan 8 bulan, serta khasiat "Local genius" ramuan tumbuh-tumbuhan untuk merawat ibu setelah melahirkan.

ABSTRACT
The Acceptance of the Mother towards the Kangaroo Care Method at Four Community Health Centers in the Ogan Komering Ulu Regency, South Sumatera, 1997 The aim of the study is to identify low birth weight babies (LBWB), assess common practices of the community towards LBWB, and explore the experience of mothers and traditional birth attendants covering baby health care. In addition, this study is also intended to assess the perceptions regarding infant deaths among the community into other reasons for the acceptance of the Kangaroo Care Method by the mothers.
The design of the study is a qualitative research method using case study. Approach the unit analysis consists of LBWS mothers, traditional birth attendants who assisted the birth of LBWB and community leaders. The data source consists of 10 mothers of LBWS, 5 traditional birth attendants and 4 community leaders were selected based on a pre-established criteria to obtain meaningful information. Matrix of qualitative data was constructed and content analysis was performed. The limitation of the study comprised of a single method of data validity using the triangulation method of the data source and recall bias. Generalization of the results of the study could not be mode to other area. The result of the study shows that LBWB is locally known as "Kupek Kecil" or "Bayek Kecil". In general, the signs of LBWB are well understood by the community. The local term "Dikilek" was identified as positive behavior for caring of babies and that is sent to see the Kangaroo Care Method. The Kangaroo Care Method was perceived as a new experience. The body of the infant death (0 - 40 days old) was treated as adult bodies. "Local Genius" which is a mixtures of plants and roots that are used to treat mothers after child birth was wildly common practice.
Based on the results of the study, it is streamly recommended that the local term for LBWB should be socialized and disseminated among the health personal. The community midwife should train to traditional birth attendants on the use of chest circumference measurements as an early detection tool of LBWB. It is also important to empower the mothers with LBWB, the family for the use of the Kangaroo Care method and motivate the community in the implementation of the method. Forever research should be conducted concerning the common practices of "Diklek" on baby health care , the differences perception of babies born with 7 and 8 months pregnancy and the use of "Local genius" for mother care after birth.
Bibliography : 50 (1974 - 1997)
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Dhorkas Dhonna Ruth
"Bayi kecil atau besar untuk usia kehamilan dapat diidentifikasikan dengan menggunakan grafik persentile berat lahir untuk usia kehamilan. Indonesia belum memiliki grafik persentile ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan pada ibu-ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Tangerang tahun 2011 dan membandingkan grafik persentile berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan dengan populasi dari negara lain.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan 5 Puskesmas di Kabupaten Tangerang yaitu Puskesmas Curug, Puskesmas Cikupa, Puskesmas Cisoka, Puskesmas Balaraja, dan Puskesmas Salembaran Jaya.
Pengambilan data sekunder sebanyak 1178 data dilakukan pada bulan Juni hingga Juli tahun 2012 dengan kriteria inklusi ibu hamil yang melahirkan bayi hidup, bayi tunggal, dan bayi yang tidak mengalami cacat.
Penelitian mendapati hasil distribusi berat lahir bayi terhadap usia kehamilan ibu secara umum mengalami peningkatan di setiap persentilnya. Ibu dengan usia kehamilan 31 minggu dengan rentang persentil 3th hingga 97th memiliki berat lahir 1200 hingga 2200 gram. Ibu dengan usia kehamilan 42 minggu memiliki bayi dengan berat lahir 2500 hingga 4471 gram dengan persentil 3th hingga 97th. Percentile berat lahir sesuai usia kehamilan di negara Meksiko bila dibandingkan hampir sama dengan di Tangerang, Indonesia pada percentile 3rd dan juga 50th. Namun, pada percentile 97th Indonesia sedikit berada di bawah Meksiko dengan berat lahir sesuai usia kehamilan 31 hingga 42 minggu sebesar 2200 hingga 4500 gram.

Baby is small or large for gestational age can be identified by using the percentile charts of birth weight for gestational age. Indonesia does not have these percentile charts. The purpose of this study to determine the distribution of single-birth weight infants according to gestational age in pregnant women in Tangerang district health center in 2011 and compared the birth weight percentile charts of single infants with gestational age of the population of other countries.
This study uses cross-sectional design. The research was conducted five health centers in Tangerang district health center is waterfall, Cikupa Health Center, Health Center Cisoka, Balaraja Health Center and Health Center Salembaran Jaya. Secondary data capture as many as 1178 data is done in June and July of 2012 with the inclusion criteria of pregnant women who delivered live infants, a single baby, and babies who do not have disabilities.
The study found that the distribution of birth weight for gestational age infants mothers in general have increased in each percentile. Mothers with gestational age 31 weeks with a range of 3th to 97th percentile had birth weights 1200 to 2200 grams. Mothers with gestational age 42 weeks had a baby with a birth weight 2500 to 4471 grams with 3th to 97th percentile. Birth weight percentile according to gestational age in the country of Mexico when compared to almost the same as in Tangerang, Indonesia on the 3rd and 50th percentile. However, at the 97th percentile Indonesia slightly below Mexico with a birth weight according to gestational age 31 to 42 weeks of 2200 to 4500 grams.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Susanto
"Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang ada anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan risiko terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Keadaan BBLR ini merupakan masalah yang sangat serius didalam penanganannya, oleh karena bayi dengan BBLR disamping berakibat pada cacat fisik maupun mental, serta berakibat tingginya angka kematian neonatal. Sehingga Para ahli menyatakan bahwa proporsi BBLR dapat dipergunakan sebagai prediktor angka kematian neonatal disebabkan oleh BBLR.
Anemia dalam kehamilan bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya BBLR, tetapi terdapat variabel lain yang mempunyai hubungan untuk terjadinya BBLR meliputi: jarak kelahiran, umur ibu, paritas, kurang energi kronis pemeriksaan antenatal BB, TB tekanan darah dan sebagainya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan anemia ibu hamil sebagai variabel independen utama dan faktor lain dengan kejadian BBLR sebagai variabel dependen dengan dikontrol oleh variabel independen lainnya meliputi umur, jarak kelahiran, riwayat kehamilan (prematur/abortus), paritas dan pemeriksaan antenatal.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui telaah data selama satu tahun dimulai pada bulan Januari - Desember tahun 2000 pada bagian Rekam Medik RSUP Mohammad Hoesin Palembang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 6 Maret sampai 4 April tahun 2001.
Desain studi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 503 ibu-ibu yang melahirkan tunggal dan spontan dengan rincian 97 responder lahir dengan BBLR (kasus) dan 291 ibu-ibu yang melahirkan tunggal dan spontan dengan berat bayi lahir normal sebagai kontrol.
Hasil penelitian disajikan secara naratif, deskriptif dan analitik, dan didapatkan data bahwa dari ibu yang melahirkan spontan sebanyak 97 BBLR dan ibu hamil yang terkena anemia sebanyak 392 orang dan 6 orang tidak terdata. Dari hasil analisis bivariat diperoleh adanya hubungan secara statistik antara jarak kelahiran (p = 0,039), anemia (p = 0,014), dan riwayat kehamilan prematur (p = 0,000) dengan BBLR. Pada analisis multivariat terdapat 6 variabel independen yang memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam uji regresi logistik ganda (p<0,25), yaitu anemia., jarak kelahiran, riwayat prematur, riwayat abortus, paritas, dan pemeriksaan antenatal sebagai model awal. Hasil analisis regresi logistik ganda dengan metode enter dan setelah dilakukan uji interaksi, mendapatkan adanya variabel dominan yang berhubungan dengan BBLR, yaitu riwayat prematur (p = 0,000; OR = 9,994) setelah dikontrol oleh Anemia/Hb.
Oleh karena riwayat prematur yang paling besar hubungannya terhadap kejadian BBLR, maka perlu ditingkatkannya informasi dalam bentuk KIE melalui program PKMRS MH Palembang kepada Ibu hamil yang berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya di Rumah sakit terutama bagi ibu bamil yang pernah mempunyai riwayat prematur mengingat ibu tersebut berpeluang besar (10 kali lipat) untuk melahirkan BBLR pada bayi berikutnya.

Relationship between Anemia in Pregnant Mothers and Other Factors with the Occurrence of Low Birth Weight Infant (LBW) at Public Hospital of Dr. Mohammad Hoesin Palembang Year 2000Based on the theory and the result of previous research, anemia in pregnant mothers could result in LBW. This is serious problem because those babies with low birth weight could increase neonatal mortality rate.
Anemia during pregnancy was not the only cause of LBW. There were other factors related to the occurrence of LBW which include birth space, age of mother, parity, inadequate of body weight, body height as well as blood pressure.
The purpose of this research was to know relationship between anemia in pregnant mothers and other factors which include age of mother, birth space, pregnancy record (premature/abortion), parity and antenatal examination, with the occurrence of LBW.
This research used secondary data which taken by analyzing the data for a year, since January to December 2000 at medical record of Public Hospital of Dr. Mohammad Hoesin Palembang. The research used case control design with 503 samples. Samples were those mothers with single and spontaneous deliveries which consists of 97 respondents which LBW (cases) and 291 respondents with normal birth weight (control).
According to the result of the research it was known that there were 97 cases with LBW, 392 cases with anemia while 6 cases were not recorded. From bivariat analysis it was known that there were significant relationship between birth space (p = 0,039), having anemia (p = 0,014), premature delivery (p = 0,000) with the occurrence of LBW. Based on multiple logistic regression by using enter method and after conducted interaction test, it was known that the most dominant variable to the occurrence of LBW was premature delivery record (p = 0,000; OR = 9,994) after controlled by anemia/Hb level.
In order to succeed the prevention and solving program of anemia in pregnant mothers, it was suggested to intensity KIE program (communication, information and education) to the community especially to pregnant mothers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Meiandayati
"Pendahuluan:Wasting merupakan salah satu permasalahan status gizi serius yang dapatmeningkatkan kematian bayi dan balita. Indonesia merupakan negara kontributor wastingke 4 tertinggi di dunia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend wasting1993-2014 dan hubungan berat lahir dengan wasting pada anak usia 0-24 bulan tahun 2014.
Metode: Desain penelitian adalah cross-sectional. Sampel penelitian ini pada IndonesiaFamily Life Survey 1FLS yaitu anak yang berusia 0-24 bulan tahun 2014 sebesar 1476orang. Data dianalisis dengan regresi logistik.
Hasil: Trend wasting 1993-2014memperlihatkan sedikit penurunan dari 11,3 1993 menjadi 11,0 2014 dan tidakbermakna secara statistik P value : 0,480. Hubungan berat lahir dengan wasting pada anakusia 0-24 bulan berbeda menurut kepemilikan buku KIA. Setelah dikontrol oleh pemberianASI eksklusif, waktu pemberian MP ASI pertama kali, usia anak, pekerjaan ibu dan statuskemiskinan, anak yang memiliki berat lahir.

Introduction Wasting is one of serious nutritional problems that can increase the infantand toddler mortality. Indonesia ranks the 17th country with the highest wasting prevalence 12.1 and the 4th highest contributor in the world.
Objectives This study aims to findout the wasting trend in 1993 2014 and the relation between birth weight and wasting inchildren aged 0 24 months.
Methods The study design was cross sectional. This studytook samples on Indonesia Family Life Survey 1FLS that were 1476 children aged 0 24months in 2014. Data analysis applied logistic regression.
Results The wasting trendrespectively decreased in 2014 to 11,0 from 11,3 in 1993 and the results of statisticalhad not changed significantly Pvalue 0,480 . The relation between birth weight andwasting in children aged 0 24 months was different according to the ownership of motherand child card. After controlled by the provision of exclusive breastfeeding, the first periodof complementary feeding, the child rsquo s age, maternal employment and poverty status, thechildren who had birth weight.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>