Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Taufiq Ramadhan
"ABSTRAK
Nilai rujukan thyroid stimulating hormone TSH penting digunakan dalam skrining penyakit hipotiroid kongenital HK yang saat ini insidensinya di Indonesia lebih tinggi dibandingkan insidensi di dunia. Nilai rujukan merupakan nilai normal yang ditentukan dari individu sehat dan dapat dipengaruhi kondisi fisiologis, seperti usia dan jenis kelamin, dan kondisi patologis. Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai rujukan TSH neonatus di Indonesia berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin. Sebanyak 3.320 sampel diperoleh dari data skrining hipotiroid kongenital SHK Nasional bulan Mei-Juli 2017 dengan metode fluorometri dengan reagen Labsystem di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo RSUPN-CM . Pengelompokkan total sampel dilakukan berdasarkan dua variabel bebas, yaitu lima kelompok usia dan kelompok jenis kelamin, dan dianalisis perbedaan nilai TSH antar kelompok tiap variabel bebas menggunakan SPSS versi 20. Interval rujukan TSH berdasarkan kedua variabel bebas akan dianalisis menggunakan MedCalc versi 17.9.7. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai TSH yang bermakna.

ABSTRACT
TSH reference value was important in detection of congenital hypothyroidism, which incidence was higher in Indonesia than in the world. Reference value was a normal categorized value obtained from a healthy individual and influenced by physiological conditions, like age and sex differences, and pathological conditions. This cross sectional study aimed to analyze the comparison of neonatal TSH reference value in Indonesia according to age and sex difference. 3,320 subjects were obtained from National Congenital Hypothyroidism Screening data from May July 2017 by fluorometry method with Labsystem reagent in National Referral Hospital Cipto Mangunkusumo. Groupings were done based on two independent variables five age groups and gender groups, which were analyzed by using SPSS version 20. Neonatal TSH reference interval according to both independent variables were analyzed by using MedCalc version 17.9.7. There was significant difference in TSH value p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regar Adi Trianto
"ABSTRAK
Latar belakang: Hipotiroid kongenital merupakan suatu kelainan endokrin dimana terjadi penurunan sintesis hormon tiroid saat bayi baru lahir. Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab paling umum dari penurunan kecerdasaan intelektual retardasi mental yang sebenarnya dapat dicegah. Salah satu faktor risiko yang mendukung kejadian hipotiroid kongenital adalah status konsumsi garam beriodium ibu.Tujuan: Penelitian cross-sectional ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara nilai TSH neonatus dengan status konsumsi garam beriodium cukup ibu.Metode: Penelitian ini melibatkan 2.978 subjek yang terdiri atas bayi dan anak yang memperoleh uji saring hipotiroid kongenital di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada Bulan Mei hingga Bulan Juni 2017. Dari seluruh peserta uji saring hipotiroid kongenital tersebut, terdapat 1.687 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi peneliti, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan persentase konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya rendah 90 . Jumlah sampel minimal yang harus dipenuhi oleh peneliti dengan menggunakan rumus besar sampel analitik numerik tidak berpasangan adalah 322 sampel. Setelah ditelaah, terdapat 149 subjek untuk kelompok bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan persentase konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya tinggi dan 173 bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan persentase konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya rendah. Sampel kemudian dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney untuk diketahui hubungannya dengan nilai rerata TSH neonatus.Hasil dan Diskusi: Terdapat perbedaan bermakna nilai rerata TSH pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan persentase konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya rendah dan kelompok bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di daerah dengan tingkat konsumsi garam beriodium cukup per rumah tangganya tinggi.

ABSTRACT
Background Congenital hypothyroidism is an endocrine disorder in which there is a decrease in thyroid hormone synthesis at birth. Congenital hypothyroidism is one of the most common causes of a decline in intellectual intelligence mental retardation that can be prevented. One of the risk factors that affects the incidence of congenital hypothyroidism is the consumption status of the mother 39 s iodized salt.Objective This cross sectional study was conducted to see if there was any difference between neonatal TSH value and iodized salt consumption status.Methods The study involved 2,978 subjects consisting of infants and children who received a congenital hypothyroid filter test at the National General Hospital RSUPN . Cipto Mangunkusumo from May to June 2017. From the congenital hypothyroid test participants, 1,687 subjects fulfilled the inclusion and exclusion criteria of the researcher, then divided into two groups, the group of neonates born to mothers living in the area with the percentage of consumption iodized salt per household is low 90 . The minimum number of samples that must be met by the researcher by using the formula of unpaired numerical analytic sample is 322 samples. Upon examination, there were 149 subjects for groups of neonates born to mothers living in areas with a high percentage of iodized salt intake per household and 173 neonates born to mothers living in areas with sufficient iodized salt intake percentage per household. The samples were then analyzed using the Mann Whitney test to be known to correlate with the mean values of neonatal TSH.Results and Discussions There was a significant difference in mean TSH values in neonates born to mothers living in areas with a moderate percentage of low iodized salt intake per household and neonates born to mothers living in areas with high iodized salt intake per household P 0.001 . This is in line with the theory that if the diet of iodized salt is adequate then TSH levels in the circulation will be normal, whereas if the iodized salt diet is inadequate then TSH levels in the circulation will be high, due to negative feedback of the least amount of thyroid hormones in the circulation due to the raw material of its formation , ie iodides derived from iodized salt are not met. Also there was a significant difference in mean birth weight of neonates born to mothers living in areas with a fairly low percentage of iodized salt intake per household and neontaes born to mothers living in areas with sufficient iodized salt intake per household P "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rizki Yono
"ABSTRAK
Latar Belakang: Program Skrining Hipotiroid Kongenital Nasional di Indonesia menunjukkan angka insidensi hipotiroid kongenital cukup tinggi. Salah satu faktor risiko yang bertanggung jawab adalah bayi berat lahir rendah. Pada bayi berat lahir rendah, maturitas organ relatif belum matur, sehingga mengganggu fungsi organ termasuk kelenjar tiroid dan hipofisis.
Tujuan: Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui persentase bayi berat lahir rendah di Indonesia, nilai rujukan TSH neonatus berdasarkan berat lahir, korelasi antara berat lahir bayi dengan fungsi kelenjar tiroid, serta hubungan antara status berat lahir dengan nilai rerata TSH neonatus.
Metode: Dari 2.987 subjek yang didapatkan dari 10 provinsi pada program skrining hipotiroid kongenital nasional pada bulan Mei sampai Juni 2017 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, sebanyak 1.700 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diperoleh melalui teknik consecutive sampling. Nilai TSH didapatkan melalui metode Fluorometri dengan reagen Labsystem. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu 1.573 subjek untuk kelompok bayi berat lahir normal dan 127 subjek untuk kelompok bayi berat lahir rendah. Sampel kemudian dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney dengan SPSS versi 20.0 untuk diketahui hubungannya dengan nilai rerata TSH neonatus dan MedCalc versi 17.9 untuk menghitung nilai rujukan TSH neonatus.

ABSTRACT
Background: National Congenital Hypothyroidism Screening Program in Indonesia showed high incidence of Congenital Hypothyroidism. One of responsible risk factors is low birth weight. In low birth weight, organ maturity is relatively immature, thus disrupting organ function including thyroid and hypophysis gland.
Objective: This cross-sectional study was aimed to determine the percentage of low birth weight in Indonesia, neonatal TSH reference values based on birth weight, the correlation between birth weight and thyroid gland function, as well as the association between birth weight status with neonatal TSH level.
Methods: Of the 2,987 subjects obtained from 10 provinces in national congenital hypothyroidism screening program data from May to June 2017 in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, as many as 1,700 subjects fulfilled the inclusion and exclusion criteria obtained through consecutive sampling. TSH value was obtained by Fluorometri method with Labsystem reagent. Subjects were divided into two groups, 1,573 subjects for normal birth weight and 127 subjects for low birth weight. Then, samples were analyzed by Mann-Whitney test with SPSS version 20.0 to investigate association to neonatal TSH level and MedCalc version 17.9 to calculate neonatal TSH reference values.
Results: Low birth weight was 7.5%. The TSH reference value in all neonates, normal birth weight, and low birth weight were 1.40-8.04 mU/L with median 3.10 (1.00-19.80), 1.50-8.06 mU/L with median 3.20 (1.00-19.80), and 1.00-9.06 mU/L with median 2.50 (1.00-13.80) respectively. There was a positive significant correlation between low birth weight and thyroid function (r = 0.367, P<0.001). There was also a significant difference between birth weight status with neonatal TSH level (P<0.001).
Discussion: The percentage of low birth weight in Indonesia is half the percentage of babies born in the world according to WHO. The neonatal TSH reference values in Indonesia is close to 10 mU/L as cut off in developed countries. Birth weight influences neonatal TSH level. It correlates with delayed in hypothalamus-hypophysis-thyroid axis maturity."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujang Khoerur Rizqi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab paling umum terjadinya retardasi mental. Padahal, terjadinya komplikasi hipotiroid kongenital dapat dicegah sejak dini. Oleh karena itu, skrining hipotiroid kongenital dengan mengukur kadar TSH menjadi penting terutama pada bayi yang berisiko lebih tinggi terkena hipotiroid kongenital. Usia prematur diduga menjadi salah satu faktor risiko hipotiroid kongenital karena terkait imaturitas organ.Tujuan: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui persentase bayi prematur, nilai rujukan TSH neonatus di Indonesia, dan hubungan antara kadar TSH neonatus dan status prematuritas.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang dengan subjek berasal dari data skrining hipotiroid kongenital RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang sampel darahnya dianalisis dengan cara Fluorometri dengan reagen Labsystem. Data berasal dari bulan Mei dan Juni 2017 yang diperoleh melalui teknik consecutive sampling. Dari 2987 subjek, terdapat 1700 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek dibagi menjadi kelompok bayi prematur n=111 dan bayi lahir cukup bulan n=1589 . Sampel kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 20.0 untuk mengetahui hubungan kadar TSH dan status prematuritas dengan uji Mann-Whitney dan uji korelasi, serta MedCalc versi 17.9 untuk mencari nilai rujukan TSH neonatus di Indonesia.Hasil: Persentase bayi prematur yang didapatkan yaitu sebesar 6,5 . Nilai rujukan TSH neonatus berdasarkan kelahiran prematur didapatkan nilai 1,0-8,9 mU/L dengan median 2,5 1,0-12,8 mU/L dan berdasarkan kelahiran cukup bulan sebesar 1,5-8,0 mU/L dengan median 3,2 1,0-19,8 mU/L. Analisis menggunakan uji Mann-Whitney, didapatkan hubungan bermakna antara kadar TSH neonatus dan status prematuritas p.

ABSTRACT
Background Congenital hypothyroid is one of the most common causes of mental retardation. Actually, this complication can be prevented since earlier. Therefore, congenital hypothyroid screening by measuring TSH level is important to every infants, especially in higher risk of developing congenital hypothyroid. Prematurity is hypothesised as one of risk factor for congenital hypothyroid related to organ immaturity.Objective The aim of this study is to determine the percentage of preterm birth, neonatal TSH reference values in Indonesia, and association between neonatal TSH level with prematurity status.Methods This cross sectional study used subjects which was obtained from congenital hypothyroid screening data in General National Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo from May to June 2017 by consecutive sampling. The screening of congenital hypothyroid used Fluorometry with Labsystem reagen to analyse blood samples. From 2987 subjects, 1700 subjects fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Subjects were divided into two groups preterm infants n 111 and term infants n 1589 . Then, samples were analysed with SPSS version 20.0 to investigate association between neonatal TSH level with prematurity status by Mann Whitney test and correlation test, also MedCalc version 17.9 to calculate neonatal TSH reference values.Results The percentage of preterm infants was 6.5 . Neonatal TSH reference values based on preterm birth infants were 1.0 8.9 mU L with median 2.5 1.0 12.8 mU L and based on term infants were 1.5 8.0 mU L with median 3.2 1.0 19.8 mU L. There was also a significant association between neonatal TSH level and prematurity status Mann Whitney test, p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Efendi
"Neonates Intensive Care Units (NICU) merupakan tempat penting untuk bayi prematur yang sekaligus merupakan tempat berbahaya akibat karakteristik NICU. NICU dapat meningkatkan risiko gangguanperkembangan bayi. Gangguan ini dapat dicegah melalui penerapan asuhan perkembangan. Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program (NIDCAP) merupakan metode asuhan perkembangan yang dianggap sebagai salah satu pendekatan terbaik dalam pemberian asuhan perkembangan dengan pertimbangan NIDCAP mampu memberikan pelayanan secara individual berdasarkan isyarat bayi dengan pendekatan perawatan berfokus keluarga. Pengukuran efektifitas NIDCAP didasarkan pada respon neurobehavioral bayi prematur saat berada di NICU. NIDCAP terbukti dapat memperbaiki pola tidur bayi, dan respons fisiologis bayi seperti saturasi oksigen, pernafasan, dan nadi. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa asuhan perkembangan dengan menggunakan metode NIDCAP tidak berpengaruh terhadap hasil perkembangan bayi prematur jangka panjang. Studi dan pengkajian yang mendalam diperlukan untuk menemukan asuhan perkembangan dengan menggunakan metode yang lebih efektif dan efisien.
A Review: Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program (NIDCAP) to Development of Long-Term Results Premature Infants. Neonatal Intensive Care Unit (NICU) is both vital spot for preterm infant and also dangerous spot which caused by NICU?s characteristics. NICU increases the risk of infant developmental disturbance. Infant developmental disturbance can be prevented by implementing Developmental care in NICU setting. Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program (NIDCAP) is method who beingregarded as one of the best approach for delivering developmental care with those consideration NIDCAP is able to give an individual service base on the infant cues trough family-centered care approach. The measurement of NIDCAP effectiveness is shown by the infant?s neurobehavioral response in the NICU. NIDCAP can repair the baby?s sleep-awake pattern, and her physiological response such as oxygen saturation, respiration rater, and hearth rate. This study show that the implementation of developmental care using the NIDCAP method doesn?t affect to the long-term outcome for the preterm infants. The further research is needed to find out the other developmental care method which is more effective and efficient."
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
610 JKI 16:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Karima
"Latar Belakang:. Sepsis neonatorum awitan dini masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama pada neonatus, dengan angka lebih tinggi terjadi pada bayi kurang bulan. Berbagai faktor diketahui berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum awitan dini, namun penelitian yang dilakukan pada bayi prematur masih terbatas. Tujuan:. Mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum awitan ini pada bayi kurang bulan di RSCM.
Metode:. Penelitian desain case-control dengan mengambil data dari rekam medis bayi lahir kurang bulan di RSCM pada rentang waktu Januari 2016-Desember 2017 sebanyak 186 sampel (93 untuk masing-masing kelompok). Data dianalisis secara bivariat dan multivariat.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna dari karakteristik bayi kurang bulan antara kelompok kasus dan kontrol yaitu usia gestasi, jenis kelamin laki-laki, dan berat lahir. Gejala klinis tersering ditemukan adalah sesak napas. Dari 7 faktor yang dianalisis, infeksi intrauterin, nilai APGAR 1 menit pertama, dan nilai APGAR 5 menit pertama pada analisis bivariat dimasukkan ke analisis multivariat (p<0,25) sementara pada faktor lainnya tidak ditemukan hubungan yang bermakna. Pada analisis multivariat, ditemukan bahwa jenis kelamin laki-laki, usia gestasi, infeksi intrauterin, dan nilai APGAR 1 menit pertama memiliki hasil yang bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Jenis kelamin laki-laki, usia gestasi, infeksi intrauterin, dan nilai APGAR 1 menit pertama merupakan faktor risiko independen sepsis neonatorum awitan dini pada bayi kurang bulan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kejadian sepsis neonatorum awitan dini pada bayi kurang bulan.

Background: Early onset neonatal sepsis is still considered as a common cause of morbidity and mortality in neonates, with a higher prevalence found in preterm infants. Many factors are known to be correlating to the cases of early onset neonatal sepsis, but research done specifically in preterm infants is limited.
Objective: To determine the factors associated with early onset neonatal sepsis in preterm infants.
Method: This research was done using a case-control design, where the data is taken from the medical record of preterm patients born in RSCM within January 2016-December 2017. The total sample is 186 (93 for each group). Data was then analyzed using bivariate and multivariate analysis.
Result: A significant result was found in characteristic such as gestational age, gender, and birth weight. Out of 7 factors that were analysed, the factors that were analysed using multivariate analysis were intrauterine infection, low APGAR score in the first minute, and low APGAR score in the fifth minute. From multivariate analysis, gender, gestational age, intrauterine inflammation, and low APGAR score in the first minute were stastically significant.
Conclusion: gender, gestational age, intrauterine inflammation, and low APGAR score in the first minute are independent risk factors for early onset neonatal sepsis. Further study is needed to understand the correlation between those factors and early onset neonatal sepsis in preterm infants.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Pratiwi
"Skripsi ini membahas kematian bayi pada periode neonatal dengan kunjungan ANC dan perawatan postnatal di Indonesia. Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah angka kematian bayi belum mengalami penurunan yang sangat drastis yang lebih dikenal dengan fenomena 2/3 adalah pertama yaitu fenomena 2/3 kematian bayi ( 0 – 1 tahun ). terjadi pada masa neonatal. Kedua yaitu fenomena 2/3 terjadi pada masa neonatal dan terjadi pada minggu pertama yang berkaitan pada kematian bayi di Indonesia. Kematian bayi neonatal sebanyak 100.454 bayi berarti 273 neonatal meninggal setiap harinya yang berarti setiap 1 juta bayi neonatal meninggal secara dini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kematian bayi selama 28 hari ( survival neonatal ) dan mengetahui hubungan kematian bayi selama 28 hari berdasarkan kunjungan ANC dan perawatan postnatal. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Hasil analisis penelitian ini adalah probabilitas kematian bayi pada periode neonatal adalah sebesar 4 %, Kunjungan ANC dan perawatan postnatal yang kurang baik memberikan probabilitas kematian bayi pada periode neonatal sebesar 82,8 % dan hasil multivariate pengaruh kunjungan ANC terhadap kematian bayi pada periode neonatal menunjukkan hasil yang signifikan secara statistic. Hasil penelitian menyarankan bahwa kunjunagn ANC dan perawatan postnatal sangat diperlukan untuk ibu hamil karena dapat mendeteksi sedini mungkin komplikasi yang mungkin terjadi.

This skripsi studies infant mortality at neonatal period with visit ANC and treatment of postnatal in Indonesia. As for problem of this skripsi is baby mortality has not experienced a real more knowledgeable drastic degradation with phenomenon 2/3 is first that is phenomenon 2/3 infant mortalities ( 0 - 1 year ). happened during neonate. Second that is phenomenon 2/3 happened during neonate and happened at interconnected first week at infant mortality in Indonesia. Neonatal infant mortality 100454 babies means 273 neonates to die every day its(the meaning every 1 million neonatal babies died earlyly.
Purpose of this research is to know infant mortality during 28 days ( neonate survival ) and knows the relation of infant mortality during 28 days based on visit ANC and treatment postnatal. This research is quantitative research with design cross sectional.
Result of this research analysis is infant mortality probability at neonate period is equal to 4 %, Visit ANC and treatment of postnatal which is unfavourable gives infant mortality probability at neonatal period 82,8 % and result of multivariate visit influence ANC to infant mortality at neonatal period shows result signifikan in statistic. Result of research suggests that kunjunagn ANC and treatment of postnatal hardly is needed to pregnant mother because can detect early possible komplikasi which possibly happened.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnawati Amqam
"ABSTRAK
Penggunaan jangka panjang insektisida klorpirifos (CPF) akan menimbulkan efek
pada Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan hormon-hormon tiroid
(triidiotironin/T3 dan tirotoksin/T4). Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
insektisida CPF terhadap kadar TSH dan hormon-hormon tiroid pada petani sayur
dari tinjauan aspek genetik populasi. Studi ini dilakukan dengan desain potong
lintang. Terdapat 273 petani sayur yang menjadi subjek, yang diambil pada tiga
populasi suku, yaitu Jawa, Sunda, dan Makassar. Terdapat variasi genetik
paraoxonase 1 (PON1) pada ketiga populasi dan alel Q banyak ditemukan pada
semua populasi. PON1 dapat menjadi prediktor terjadinya gangguan pada kadar
hormon-hormon tiroid dan TSH. TCP sebagai metabolit CPF merupakan biomarker
kemampuan metabolisme individu terhadap CPF. Pada masyarakat petani yang
terpajan klorpirifos, TCP urin yang tidak terdeteksi berperan dalam terjadinya kadar
FT3 rendah dan kadar TCP urin yang rendah berperan dalam terjadinya kadar FT4
tertil rendah dan kadar TSH tinggi. Efek CPF terhadap ketiga hormon ini diduga
terjadi melalui mekanisme terganggunya sistem neurotransmitter dan proses
deyodinasi pada perifer dan hati.

ABSTRACT
Long-term use of chlorpyrifos (CPF) insecticide will affects Stimulating Thyroid
Hormone (TSH) and thyroid hormones (triidiotironin/T3 and tirotoksin/ T4). This
study aimed to assess the effect of insecticide CPF on levels of TSH and thyroid
hormones of the vegetable farmers as the reviews of population genetic aspects. This
study was conducted with a cross-sectional design. There were 273 vegetable farmers
as subjects, taken in three population, namely Java, Sunda, and Makassar. There was
genetic variation of paraoxonase 1 (PON1) in a population of in the three populations
and Q alleles found in all populations. PON1 may be a predictor of causing
interference to the levels of thyroid hormones and TSH. TCP as CPF metabolite was
a biomarker of individual metabolic capabilities toward CPF. In exposed CPF
farming communities, undetected TCP urine played a role in occurrence of low FT3
levels while low levels of TCP urine play a role for lower tertile FT4 level and high
TSH level. CPF effect to the hormones possiblyoccured through the mechanism of
disruption of neurotransmitter system and deiodinase process in peripheral and liver"
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah
"Nyeri merupakan salat satu ketidaknyamanan yang sering dialami bayi yang dirawat di rumah sakit. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pemenuhan rasa nyaman neoantus dengan Non-nutritive Sucking (NNS) dan pijat ekstremitas berdasarkan penerapan Model Konservasi Levine. Model ini mempertimbangkan konservasi bayi saat prosedur ketidaknyamanan, peningkatan adaptasi bayi untuk mencapai keutuhan. Lima bayi dengan berbagai kondisi yang mengalami masalah nyeri akut diberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan model konservasi Levine. Masalah keperawatan lain yang ditemukan adalah ketidakefektifan pola nafas, ketidakefektifan termoregulasi, ikterik neonatus, risiko cidera, risiko pertumbuhan tidak proporsional, ketidakcukupan ASI, dan risiko keterlambatan perkembangan. Masalah-masalah tersebut berisiko meningkatkan ketidaknyamanan dan menghambat proses adaptasi neonatus dalam mencapai keutuhan.

Pain is a discomfort sensational that felt by hospitalized neonates. The purpose of this case study is to get description about the fulfill comfort of neoantus with Non Nutritive Sucking (NNS) and extremities massage based Levine Conservation Model application. This model considers the conservation of the baby during discomfort procedures, increased infant adaptation to achieve the wholeness. Five infants with various conditions experienced acute pain problems given nursing care with levine conservation model approach. Another nursing problems found were ineffective breathing patterns, neonatal jaundice, ineffective thermoregulation, risk of injury, risk of disproportionate growth, insufficient breastfeeding and risk of developmental delay. Such problems are at increased risk of discomfort and inhibit the neonatal adaptation process in achieving neonatal wholeness."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahmadian
"Kematian neonatal masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data SDKI 2017, Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tinggi yakni 15 per 1,000 kelahiran hidup dan belum mencapai target SDGs (<12 per 1.000 kelahiran hidup). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko kematian neonatal yang paling berpengaruh di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data SDKI 2017 yang mencakup 11.153 kelahiran hidup anak terakhir dari tahun 2012-2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor risiko yang berhubungan secara signifikan dengan kematian neonatal adalah umur ibu <20 &>35 tahun (OR: 2,2; 95% CI: 1,21- 3,87), ibu yang bekerja (OR: 1,9; 95% CI: 1,03-3,36), tidak melakukan inisiasi menyusui dini (OR: 56,7; 95% CI: 24,6- 130,9), bayi dengan jenis kelamin laki-laki (OR: 2,6; 95% CI: 1,39- 4,81), berat badan lahir rendah (OR: 14; 95% CI: 7,85- 25,3), status kembar (OR: 9; 95% CI: 2,65- 30,7), penolong persalinan bukan dengan tenaga kesehatan (OR: 0,19; 95% CI: 0,04-0,84), dan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan bayi baru lahir (OR: 5,2; 95% CI: 2,92- 9,26). Oleh karena itu, intervensi kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kematian neonatal harus dikaitkan dengan karakteristik ibu dan bayi. Tenaga kesehatan diharapkan memahami sistem rujukan persalinan dan dapat melakukan rujukan dengan segera. Pelayanan kesehatan diharapkan mampu menyediakan perawatan kesehatan neonatal yang lengkap dan memadai."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>