Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165100 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Yudha Irawan
"ABSTRAK
Radikal bebas dapat merusak komponen sel seperti lipid, protein, dan DNA. Kerusakan ini dapat terjadi di berbagai jaringan, termasuk di jantung. Antioksidan dapat menjaga jaringan dari proses oksidatif akibat radikal bebas. Berbagai antioksidan terdapat di dalam tubuh, yaitu antioksidan enzimatik seperti katalase, superoxide dismutase SOD , dan glutathione peroxidase GSH serta antioksidan nonenzimatik seperti vitamin E dan vitamin C. Bekatul diketahui mengandung tokoferol dan tokotrienol, yang merupakan jenis vitamin E. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh efek antioksidan bekatul dari beras varietas IPB3s terhadap aktivitas spesifik katalase dibandingkan dengan vitamin E pada jantung tikus yang diinduksi CCl4 sebagai penghasil radikal bebas. Desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimental dengan menggunakan sampel 30 ekor tikus jantan galur Rattus novergicus. Seluruh tikus dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok tikus yang digunakan, yaitu satu kelompok kontrol dan sembilan kelompok perlakuan. Aktivitas spesifik katalase dari jantung tikus di setiap kelompok kemudian diukur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas spesifik katalase pada kelompok tikus yang diberi ekstrak bekatul lebih tinggi dari kelompok kontrol dan kelompok yang diberi vitamin E meskipun tidak berbeda bermakna secara statistik. Penulis menyimpulkan bahwa bekatul beras varietas IPB3s memiliki efek antioksidan.

ABSTRACT
Free radicals can damage cell components such as lipid, protein, and DNA. They can damage many tissues, including cardiac tissue. The oxidative damage caused by free radicals can be prevented by antioxidant. There are many antioxidants in our body, which are enzymatic antioxidants such as catalase, superoxide dismutase SOD , and glutathione peroxidase GSH and non enzymatic antioxidants such as vitamin E and vitamin C. Rice bran contains tocopherol and tocotrienol, subgroups of vitamin E. This experiment aims to know the antioxidant effect in rice bran variety IPB3s on specific activity of catalase in comparison to vitamin E in CCl4 induced rat heart. Experimental design is used in this study using thirty Rattus novergicus rats as samples. Rats were placed in ten groups for this experiment, in which one group was control group and the rest were experimental groups. The specific activity of catalase in rat heart of each group is then measured. The result showed that the specific activity of catalase in groups treated with rice bran is higher than control and vitamin E treated groups, although the differences are not statistically significant. This indicates that rice bran variety IPB3s has antioxidant effect."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Canitra Ilham Adirespati
"ABSTRAK
Kerusakan yang diakibatkatkan oleh radikal bebas dapat terjadi pada berbagai unsur dari sel, yaitu salah satunya adalah protein yang dapat dideteksi berdasarkan keberadaan senyawa karbonil. Untuk mencegah kerusakan tersebut, tubuh memerlukan antioksidan, yakni salah satunya adalah vitamin E. Ekstrak bekatul merupakan salah satu sumber vitamin E dan memiliki potensi sebagai antioksidan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak pemberian bekatul dari beras varietas IPB3S yang memiliki kandungan antioksidan terhadap kadar karbonil dibandingkan dengan pemberian vitamin E pada jantung tikus yang telah diinduksi CCl4. Dalam penelitian ini, hewan uji dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok, yaitu meliputi sembilan kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bekatul memiliki kadar karbonil yang lebih rendah yang tidak bermakna secara statistik bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, kadar karbonil pada kelompok vitamin E lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan bekatul. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian bekatul dapat berperan sebagai antioksidan walau tidak memberikan hasil yang signifikan.

ABSTRACT
Damages done by free radicals can occur in many cells component, including protein which can be detected from the level of carbonyl compound. Human body protects itself from free radical damage through the role of antioxidants, such as vitamin E. Rice bran extract is known to contain vitamin E and may be proposed as a source of antioxidant. Thus, this study aims to identify the antioxidant effect of rice bran from IPB3S variety in comparison to vitamin E in rat heart induced by CCl4. The animals studied in this experiment were divided into ten groups comprised of nine intervention groups and one control group. The result of this study showed that the level of carbonyl was insignificantly lower in groups treated with rice bran extract compared to the control groups. Groups treated with vitamin E also had lower level of carbonyl compared to the groups treated with rice bran extract. In conclusion, this study showed that rice bran extract has antioxidant property which is not statistically significant."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zackie Alfian Rizaldy
"ABSTRAK
Stres oksidatif disebabkan ketidak seimbangan mekanisme pertahanan tubuh dengan radikal bebas. Radikal bebas dapat menginisiasi peroksidasi lipid yang berakibat kerusakan jaringan salah satunya pada jantung. Salah satu cara mengatasi hal ini dengan mengkonsumsi antioksidan eksogen dari makanan, yaitu bekatul. Bekatul mengandung tokoferol vitamin E . Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui efek antioksidan bekatul varietas IPB3s dibandingkan vitamin E terhadap kadar malondialdehid MDA pada jantung tikus yang diinduksi karbon tetraklorida CCl4 . Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan sampel 30 tikus jantan galur wistar. Sampel dibagi menjadi sepuluh kelompok dan masing-masing kelompok dilakukan pengukuran kadar MDA dengan metode Thiobarbituric Acid Reacting Substances TBARS . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian CCL4 tidak signifikan meningkatkan kadar MDA jantung dibandingkan kelompok kontrol. Pemberian bekatul IPB3s secara bermakna menurunkan kadar MDA jantung dibandingkan dengan pemberian CCl4. Tidak terdapat perbedaan kadar MDA bermakna antara pemberian bekatul dibandingkan dengan pemberian vitamin E. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bekatul dapat dijadikan sumber alternatif vitamin E.

ABSTRACT
Oxidative stress is caused by the imbalance of the body s defense mechanism with free radicals. Free radicals can initiate lipid peroxidation resulting in cardiac tissue damage. One way to overcome this by consuming exogenous antioxidants from food, such rice bran. Rice bran contains tocopherol vitamin E . The aim of this study was to know the antioxidant effect of rice bran varieties IPB3s compared to vitamin E to the levels of malondialdehid MDA in the cardiac tissue of rats induced carbon tetrachloride CCl4 . This study used an experimental design with a sample of 30 male rats of wistar strain. The samples were divided into ten groups and each group performed the measurement of MDA levels measured using Thiobarbituric Acid Reacting Substances TBARS assay. The results of this study showed that the administration of CCL4 did not significantly increase cardiac MDA levels compared to the control group. It was also revealed the administration of rice bran varieties of IPB3s significantly decreased MDA level of cardiac tissue compared with CCl4 group. There was no significant difference in MDA levels between rice bran and vitamin E intake. Based on the research results can be concluded that rice bran can be used as an alternative source of vitamin E."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Attika Adrianti Andarie
"ABSTRAK
Pendahuluan: Cengkih (Syzygium aromaticum) adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat dan umum dibudidayakan di Indonesia. Salah satu kandungan cengkih, eugenol, dikatakan memiliki efek antioksidan, disamping efek-efek menguntungkan lainnya. Penelitian ini menginvestigasi efektivitas ekstrak cengkih sebagai antioksidan pada kerusakan hati tikus karena CCl4, yang dilihat dari aktivitas spesifik enzim katalase. Metode: Tiga puluh enam tikus Wistar dibagi menjadi 6 kelompok dengan perlakuan berbeda, yaitu CCl4 saja (kontrol negatif), CCL4 dan alpha tokoferol (kontrol positif), serta CCl4 dan ekstrak cengkih selama 1 hari, 3 hari,
5 hari, dan 7 hari. Hasil: Dari uji One-way ANOVA dengan post hoc LSD didapatkan aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih tinggi pada keempat kelompok yang diberikan ekstrak cengkih dibandingkan kelompok kontrol positif dan kontrol negatif, walaupun secara statistik tidak ditemukan perbedaan yang bermakna. Perbedaan aktivitas spesifik katalase antara kontrol positif (0.0153 U/ml/gr protein) dan kelompok perlakuan 1 hari (0.0271 U/ml/gr protein) mendekati kebermaknaan (p =
0.079). Hasil ini menunjukkan adanya efek hepatotoksik ekstrak cengkih terhadap sel hati tikus Wistar. Kesimpulan: Ekstrak cengkih tidak bermanfaat sebagai antioksidan dalam memperbaiki kerusakan hati tikus Wistar karena CCl4 dilihat dari aktivitas spesifik enzim katalase.
ABSTRACT
Introduction: Clove (Syzygium aromaticum) is a spice of many purposes, commonly used in many aspects of life in Indonesia. One of the major compounds found in cloves is eugenol, which is recognized for being an antioxidant. This research investigates the efficacy of clove's extract as an antioxidant in CCl4-induced liver damage in Wistar rats, indicated by catalase's specific activity. Methods: Thirty-six Wistar rats was categorized into six groups, which were given only CCl4 (negative control), CCl4 and alpha tocopherol (positive control), CCl4 and clove extract for 1 day, 3 days, 5 days, and 7 days respectively. Results: One-way ANOVA with LSD post hoc comparisons were performed. Catalase specific activity in the four groups that were given clove extracts were higher compared to the negative control and positive control groups, although the difference wasn't statistically significant. The discrepancy between catalase specific activity in the positive control group (0.0153
U/ml/gr protein) and the group which was given one day of clove extract (0.0271
U/ml/gr protein) was close to being statistically significant (p = 0.079). Thus, clove extract is assumed to have a hepatotoxic effect to Wistar rats liver cells. Conclusion: Clove extract has no benefits as an antioxidant in repairing CCl4-induced liver damage in Wistar rats, as indicated by catalase specific activity"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia F. S.
"Manusia telah beradaptasi dengan kehidupan di tempat tinggi sejak ribuan tahun lalu. Secara alami telah terjadi proses adaptasi fisiologis sebagai mekanisme kompensasi terhadap hipoksia karena berkurangnya tekanan oksigen di udara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang aktivitas spesifik katalase pada jaringan jantung tikus percobaan hipoksia hipobarik akut berulang. Sebanyak 25 hewan percobaan dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang mendapat perlakuan hipoksia hipobarik (dalam hypobaric chamber), terdiri dari 4 (empat) kelompok yaitu kelompok E (terpapar 1 (satu) kali hipoksia hipobarik dalam hypobaric chamber), kelompok F (terpapar dua kali hipoksia hipobarik dalam hypobaric chamber), kelompok G (terpapar tiga kali hipoksia hipobarik dalam hypobaric chamber), dan terakhir kelompok H (terpapar 4 kali hipoksia hipobarik dalam hypobaric chamber), dan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata aktivitas spesifik katalase jaringan jantung kelompok kontrol sebesar 0.06762±0.02862 U/mg protein, kelompok E sebesar 0.07480±0.02463 U/mg protein, kelompok F 0.19835±0.04879 U/mg protein, kelompok G 0.08580±0.02600 U/mg protein, dan kelompok H sebesar 0.09533±0.02691 U/mg protein.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas spesifik katalase jantung paling tinggi didapatkan pada kelompok perlakuan dua kali prosedur hypobaric chamber (kelompok F) yang kemudian menurun kembali pada tiga kali prosedur (kelompok G) dan empat kali prosedur (kelompok H). Dari uji statistik diketahui, hanya kelompok yang dua kali terpapar hipoksia hipobarik (kelompok F) yang berbeda bermakna dengan kelompok kontrol.

Human being has adapted well in high altitude since many years ago. There are some physiological process of adaptation as a response to hypoxia in the high altitude. This mechanism is due to the decrease of oxygen pressure in the air in the high altitude. The aim of this study was to investigate the spesific activity of catalase in rat heart tissue induced by acute intermittent hypoxia hypobaric. 25 tested animal were divided into 5 groups. The groups were the experimental groups induced by hipoxia hypobaric in hypobaric chamber and the control group. Those experimental groups then divided into four groups. They were group E (only one time induced by hypoxia hypobaric), group F (two times induced by hypoxia hypobaric), group G (three times induced by hypoxia hypobaric), and group H (four times induced by hypoxia hypobaric). This research found that mean+S.D of specific activity of catalase in rat heart tissue of each groups are 0.06762±0.02862 U/mg protein for control group, 0.07480±0.02463 U/mg protein for group E, 0.19835±0.04879 U/mg protein for group F, 0.08580±0.02600 U/mg protein for group G, and 0.09533±0.02691 U/mg protein for group H.
Those results showed that the specific activity of catalase in rat heart tissue reached its peak in group F and decreased almost toward normal in group G and group H. Statistical test of those results showed that only group F was significantly different in comparison with control group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karen Graciana Setiawan
"Latar Belakang Stres oksidatif meningkatan proses penuaan, khusunya pada ginjal. Penuaan pada ginjal dapat menyebabkan perubahan struktural sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal. Tingkat stres oksidatif dapat dilihat melalui aktivitas spesifik katalase (biomarker). Spirulina memiliki berbagai kandungan antioksidan yang dapat mencegah terjadinya stress oksidatif. Studi ini mengukur efektivitas Spirulina terhadap aktivitas spesifik katalase ginjal tikus. Metode Studi berdesain eksperimental analitik yang menggunakan 30 tikus Wistar yang dikelompokan menjadi kontrol dan Spirulina di setiap kelompok usia tikus (12, 18, dan 24 minggu). Kelompok Spirulina diberikan 250 mg/kg BB/hari Spirulina selama 29 hari peroral melalui sonde lambung. Ginjal tikus diambil dan dihomogenkan untuk dihitung aktivitas spesifik katalasenya menggunakan metode spektrofotometri Mates. Hasil dianalisis menggunakan uji T independent dan ANOVA satu arah. Hasil Dalam uji-T independen, Spirulina menurunkan aktivitas katalase spesifik secara signifikan (p <0.05). Nilai p untuk umur 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu masing-masing adalah 0.019, 0.000, dan 0.000. Selain itu, tes ANOVA satu arah menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dari perubahan aktivitas spesifik katalase antara kelompok umur (p = 0.061). Kesimpulan Spirulina efektif dalam mengurangi stres oksidatif, ditunjukkan dengan penurunan aktivitas spesifik katalase yang signifikan. Kemudian, manfaat Spirulina sebanding untuk semua kemlopok umur karena perubahan aktivitas spesifik katalase antar umur tidak signifikan. Maka, Spirulina dapat digunakan untuk mencegah dan memperlambat perkembangan penuaan ginjal pada usia berapapun.

Introduction Oxidative stress increases the aging process, particularly the kidney. Aging of the kidney can cause structural changes resulting in decreased kidney function. The level of oxidative stress can be seen through catalase specific activity (biomarker). Spirulina has various antioxidant components that can prevent oxidative stress. This study measured the effectiveness of Spirulina on catalase specific activity in rat kidneys. Method This study used an analytic experimental design using 30 Wistar rats grouped as controls and Spirulina in each age group of rats (12, 18, and 24 weeks). The Spirulina group was given 250 mg/kg BW/day of Spirulina for 29 days orally through a gastric tube. Rat kidneys were taken and homogenized to calculate the catalase specific activity using the Mates spectrophotometric method. The results were analyzed by independent t-test and one-way ANOVA. Results In independent T-test, Spirulina decreases the catalase specific activity significantly (p < 0.05). The p-value for 12-week-old, 18-week-old, and 24-week-old is 0.019, 0.000, and 0.000, respectively. Additionally, one-way ANOVA test does not show any significant differences in change in catalase specific activity between age groups (p = 0.061). Conclusion Spirulina effectively decreases oxidative stress since the decrease in catalase specific activity is significant. Additionally, Spirulina’s benefit is comparable for all age groups since the change in catalase specific activity between age groups is insignificant. Thus, Spirulina can be used to prevent and slow down the progression of kidney aging at any age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Dwi Oktavianda
"Prevalensi penyakit degeneratif di dunia, termasuk di Indonesia, semakin meningkat tiap tahunnya. Salah satu faktor yang sangat berhubungan dengan penyakit degeneratif adalah peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan hasil metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan sel, salah satu indikatornya adalah kadar malondialdehida MDA . Di samping itu, otak merupakan salah satu organ yang rentan terhadap kerusakan sel akibat radikal bebas, karena kadar antioksidan endogen di otak relatif rendah. Konsumsi makanan tinggi antioksidan sangat dianjurkan, salah satunya adalah bekatul Oryza sativa varietas IPB-3S. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak bekatul terhadap kadar MDA otak tikus yang diinduksi CCl4. Penelitian ini menggunakan sampel otak 24 ekor tikus jantan galur Sprague-dawley yang berusia 6 ndash; 8 minggu dengan BB 150 ndash; 300 gram yang dibagi dalam 6 kelompok perlakuan, antara lain kontrol normal K.1 , kontrol negatif yang diinduksi CCl4 K.2 , ekstrak bekatul 150 mg/kgBB P.1 , ekstrak bekatul 150 mg/kgBB CCl4 P.2 , ekstrak bekatul 300 mg/kgBB P.3 , dan ekstrak bekatul 300 mg/kgBB CCl 4 P.4 . Setelah perlakuan, kadar MDA jaringan otak sampel diukur dengan metode Wills dan dibandingkan antar kelompok perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bekatul dapat menurunkan kadar MDA secara signifikan.

The prevalence of degenerative diseases in the world, including in Indonesia, increases every year. One of the factors associated with degenerative diseases is the increase of free radicals. Free radicals are the result of the metabolism process that can cause cell damage, one of the indicators is malondialdehyde MDA level. In addition, the brain is one of the susceptible organs to cell damage caused by free radicals, because the levels of the endogenous antioxidants are relatively low. Consumption of high antioxidants foods is highly recommended, one of which is Oryza sativa variety IPB 3S rice bran. Therefore, this study was conducted to analyze the effect of rice bran extract towards MDA levels in the brain induced by CCl4. This study used 24 brain samples from Sprague Dawley male rats aged 6 ndash 8 weeks with BW 150 ndash 300 grams, divided into 6 intervention groups, including normal control K.1 , negative control induced CCl4 K .2 , 150 mg kg rice bran extract P.1 , 150 mg kg rice bran extract CCl4 P.2 , 300 mg kg rice bran extract P.3 , and 300 mg kg rice bran extract CCl4 P.4 . After the intervention, the MDA levels of brain sample were measured by Wills method and compared each group. The results of this study showed that the administration of rice bran extract significantly lowered MDA levels.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdah Binti Muhammad Amin
"ABSTRACT
Hypoxia is described as a condition of decreased oxygen supply to the tissue and leads to the formation of free radicals. This phenomenon induces cell damage and initiates the pathogenesis of degenerative diseases. An enzyme known as catalase physiologically scavenges the free radicals at a cellular level. This research aims to observe the catalase specific activity in the rat heart following exposure to systemic continuous hypoxia for 1, 3, 5, and 7 days. Groups were divided according to the duration of hypoxia exposure. Catalase specific activity is calculated between groups and was measured using a spectrophotometer. Results showed catalase specific activity was relatively lower on day 1, however, it increased on day 3 and reached the peak on day 5, followed by a dramatic decrease on day 7. ANOVA test revealed significant difference within groups.

ABSTRAK
Hipoksia adalah kondisi berkurangnya suplai oksigen yang merangsang pembentukan radikal bebas di dalam sel. Enzim katalase adalah salah satu enzim yang berperan untuk mengatasi radikal bebas di dalam sel. Radikal bebas yang terbentuk dapat menyebabkan kerusakan sel dan berperan dalam patogenesis berbagai penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati aktivitas spesifik enzim katalase pada organ jantung tikus setelah perlakuan hipoksia sistemik kontinu selama 1, 3, 5, dan 7 hari. Kelompok eksperimen dibagi sesuai lama perlakuan hipoksia. Parameter yang diukur adalah aktivitas spesifik katalase dengan menggunakan spektrofotometer. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas spesifik katalase menurun setelah hari 1, namun meningkat pada hari 3 dan mencapai puncak pada hari 5, kemudian sedikit berkurang pada hari 7, menyerupai aktivitas katalase kelompok kontrol kelompok yang tidak terpapar hipoksia . Data diuji dengan menggunakan tes ANOVA. Secara statistik, terdapat perbedaan bermakna antara grup."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Nugroho Putri
"Hipoksia pada ketinggian diketahui menyebabkan stress oksidatif. Dilakukan penelitian mengenai aktivitas spesifik katalase pada jaringan hati tikus dengan metode spektrofotometri untuk mengukur pemecahan hidrogen peroksida. Tikus dipajankan pada hipoksia hipobarik akut berulang dengan simulasi ketinggian 35,000 kaki yang diturunkan bertahap ke ketinggian 25,000 kaki, 20,000 kaki, lalu 18,000 kaki. Hewan uji dibagi ke dalam 4 kelompok: 1) diberi 1 kali perlakuan, 2) diberi 2 kali perlakuan, 3) diberi 3 kali perlakuan, 4)diberi 4 kali perlakuan, dengan setiap prosedur diselingi periode normoksia selama 7 hari. Hipoksia menyebabkan penurunan aktivitas spesifik katalase pada semua kelompok uji. Penurunan bermakna didapatkan pada kelompok 2 (p = 0.008), 3 (p = 0.008), dan 4 (p = 0.008). Hasil pada kelompok 1 tidak menunjukkan perbedaan bermakna dibandingkan kontrol (p = 0.548). Hipoksia hipobarik menginduksi penurunan aktivitas spesifik katalase hati.

Hypoxia at high altitude is known as a cause of oxidative stress. Specific activity of catalase in rat liver submitted to recurrent acute hypobaric hypoxia were studied by means of measuring the breakdown of hydrogen peroxide spectrophotometrically. Animals were submitted to simulated altitudes of 35,000 ft lowered gradually to 25,000 ft, 20,000, and 18,000 ft. The experimental groups were as follows: 1) rats exposed to one procedure, 2) exposed to two procedures, repeatedly, 3) exposed to three-times of procedures, and 4) exposed to four-times of procedures, each procedure was interrupted with 7 days period of normoxia. Hypoxia produced a decrease in specific activity of liver catalase in all experimental groups. Significant decreases were showed in group 2 (p = 0.008), 3 (p = 0.008), and 4 (p = 0.008). Group 1 showed no significant difference compared to control group (p = 0.548). Hypobaric hypoxia induces a decrease in the specific activity of catalase in rat liver."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Marcio Edbert Rompies
"Stres oksidatif yang meningkat pada obesitas mempengaruhi jantung dengan kenaikan terjadinya penyakit jantung setiap tahunnya. Biji ketumbar memiliki antioksidant alami yang dapat mengurangi stress oksidatif. Studi ini bertujuan untuk menilai efek pemberian ekstrak biji ketumbar terhadap stress oksidatif pada jantung tikus yang diinduksi obes. Penelitian ini menggunakan jaringan jantung tersimpan dari tikus Wistar yang telah diinduksi obesitas menggunakan pakan tinggi lemak yang dilakukan selama 12 minggu. Selama 12 minggu pasca induksi diberikan 100 mg/kgBB ekstrak biji ketumbar. Terdapat 5 kelompok tikus yaitu kelompok kontrol normal, kelompok pakan normal + ketumbar, kelompok preventif (pakan tinggi lemak + ketumbar), kelompok kontrol obes, kelompok tikus obes + ketumbar. Aktivitas spesifik katalase jantung diukur menggunakan spektrofotometer. Analisis statistik menggunakan One-way ANOVA apabila diperoleh distribusi data yang normal. Pemberian ekstrak biji ketumbar meningkatkan  aktivitas spesifik katalase secara signifikan pada kelompok tikus dengan pakan  normal dibandingkan dengan kontrol, juga meningkat bermakna pada kelompok preventif dibandingkan dengan kontrol tikus obes. Pada tikus obes yang diberikan ketumbar, aktivitas spesifik katalase meningkat dibandingkan dengan kontrol tikus obes namun tidak bermakna secara statistik. Ekstrak biji ketumbar dapat meningkatkan aktivitas spesifik katalase pada jantung tikus yang diberikan diet normal dan diet tinggi lemak. Dengan demikian ekstrak biji ketumbar berperan dalam mencegah status stres oksidatif pada jantung terutama ketika mengkonsumsi diet tinggi lemak.

Increased oxidative stress in obesity affects the heart with the increase of cardiovascular disease likelihood every year. Coriander seeds (Coriandrum sativum L) have natural antioxidants that can reduce oxidative stress. This research aims to assess the effect of coriander seed extract on oxidative stress in the heart of obesity induced rats. This experiment uses stored heart tissue of Wistar rat that were induced with obesity using high fat diet for 12 weeks. For 12 weeks post induction, the rats are given 100 mg/kgBW of coriander seed extract. There are 5 groups of rats namely normal control group, normal fed + coriander, preventive group (high fat diet + coriander), obese control group, obese rat + coriander group. Catalase specific activity of the heart is measured using spectrophotometer. Statistical analysis using One-way ANOVA is performed if the data distribution is normal. Coriander seed extract significantly increased the catalase specific activity in normal control compared to the control group, also increased significantly in the preventive group compared to the obese control group. In obese rat given coriander, the catalase specific activity is increased compared to the obese control group but is not statistically significant. The coriander seed extract can increase the catalase specific activity in the heart of normal diet and high fat diet rats. Thus, coriander seed extract plays a role in preventing oxidative stress in the heart particularly when consuming a high fat diet.  "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>