Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177703 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Claresta Viano
"Saat ini depresi memiliki prevalensi cukup tinggi di dunia. Salah satu penyebabnya adalah hipotiroid akibat tidak cukupnya asupan yodium.
Tujuan: Mengetahui hubungan konsumsi yodium terhadap tingkat depresi pada wanita usia 18-25 tahun di RSUD Pasar Minggu.
Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan studi analitik observasional. Responden berjumlah 87 wanita usia 18-25 tahun dan memenuhi kriteria penelitian. Data asupan yodium diperoleh melalui kuesioner semi-kuantitatif frekuensi makanan tinggi yodium dengan wawancara. Hasilnya dianalisis menggunakan Nutrisurvey for Windows. Pengukuran tingkat depresi menggunakan kuesioner HDRS dengan wawancara.
Hasil: Asupan yodium responden yang sesuai dengan rekomendasi adalah 90,9 . Proporsi penderita depresi berjumlah 80,5. Hasil uji Anova dan post-hoc Bonferroni menunjukkan adanya hubungan secara klinis dan statistik antara konsumsi yodium dengan tingkat depresi pada kelompok normal dengan depresi ringan p=0,002, normal dengan depresi sedang p=0,004 , dan normal dengan depresi berat p=0,008. Di sisi lain, terdapat hubungan klinis antara konsumsi yodium dengan tingkat depresi pada kelompok depresi ringan dengan sedang, depresi ringan dengan berat, dan depresi sedang dengan berat.
Diskusi: Dapat disimpulkan terdapat hubungan konsumsi yodium dengan tingkat depresi.Kata kunci:Konsumsi yodium, tingkat depresi, wanita, 18-25 tahun.

Currently, depression has a fairly high prevalence in the world. One of the reasons is hypothyroid due to inadequate intake of iodine.
Objective: To determine the relation of iodine consumption with depression level in women aged 18 25 years in Pasar Minggu Hospital.
Methods: The research used a cross sectional design with observational method. The respondents were 87 women aged 18 25 years and suited criteria. Data iodine was obtained using semi quantitative food frequency questionnaire of high iodine. The result is analyzed using Nutrisurvey for Windows. The depression levels were measured using HDRS questionnaire.
Results: 90,9 of respondents had iodine intake as recommended. The proportion of depression is 80.5. The results of ANOVA and post hoc Bonferroni showed a clinical and statistic relations between consumption of iodine with depression levels in normal group with mild depression p 0.002, normal with moderate depression p 0.004, and normal with severe depression p 0.008 . Whereas, there is a clinical relation between the consumption of iodine with level of depression in the mild group with moderate depression, mild with severe depression, and moderate with severe depression.
Discussion: It can be concluded that there is a relation of iodine consumption with level of depression.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyati Fudla
"Obesitas merupakan konsekuensi morbiditas metabolik yang disebabkan oleh konsumsi yang berlebihan serta kurangnya aktivitas fisik. Secara etiologis, obesitas seharusnya dapat dicegah. Namun tinjauan kepustakaan menunjukkan bahwa hingga saat ini belum ada negara di dunia yang dapat dengan sukses menurunkan angka obesitas, meskipun sudah melakukan berbagai upaya. Intermittent fasting (IF) dipandang sebagai sebuah cara yang efektif untuk mengurangi prevalensi obesitas, tetapi pendekatan ini memiliki banyak protokol; salah satunya adalah 5:2 Intermittent Fasting.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh puasa dua hari tidak berturut- turut per minggu terhadap asupan energi dan indeks masa tubuh (IMT) pada mahasiswa obesitas laki-laki usia 18-25 tahun di Universitas Indonesi. Studi randomized controlled trial dilakukan kepada empat puluh mahasiswa laki-laki obesitas di Universitas Indonesia. Kebiasaan asupan selama enam bulan sebelum penelitian diukur dengan semi-quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ).
Presentase IMT diukur menggunakan metode analisis bioelectrical impedance analysis (BIA) dan perkiraan dengan rumus konversi secara bersamaan. Kelompok intervensi melaksanakan puasa dua hari tidak berturut-turut dalam seminggu, dan asupan puasa mereka dicatat dengan buku diari makanan, sementara kelompok kontrol melaksanakan pola makan seperti sebelumnya, yang dicek dengan tiga hari 24 jam food recall. Setelah empat minggu intervensi, kelompok intervensi mengalami penurunan yang signifikan (P<0,005) dalam asupan energi dan IMT.

Obesity is a consequence of the metabolic morbidities caused by overconsumption and lack of physical activity. Etiologically, obesity should be preventable, but reviews show that no country has yet been successful in reducing obesity, even though many efforts have been taken around the globe. Intermittent fasting (IF) is seen as an effective way to reduce obesity prevalence, but it has diverse protocols; one of them is 5:2 Intermittent Fasting.
This study aimed to assess effects of two non-consecutive days fasting per week on energy intake and body mass index (BMI) among obese male students aged 18-25 years at Universitas Indonesia. A randomized controlled trial study was conducted on forty obese male students at Universitas Indonesia. Their habitual intake six months before the study was measured through a semi-quantitative food frequency questionnaire.
The BMI percentage was measured using a bioelectrical impedance analysis (BIA). Intervention group did two non-consecutive days fasting per week, and recorded their fasting intake by food record diary; while control group did their habitual eating as before, and being recorded by three days 24-hour recall. As the conclusion, after a four-week intervention, the intervention group saw a significant reduction (P <0.005) in energy intake and BMI.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restya Sri Sugiarti
"Obesitas adalah kondisi gizi lebih yang jika terjadi selama kehamilan memiliki dampak besar pada kesehatan ibu dan bayi serta berisiko untuk terjadinya preeklampsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur estimasi risiko obesitas kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia. Penelitian ini merupakan studi case-control dengan menggunakan data rekam medis pada ibu bersalin RSUD Pasar Minggu. Analisis data dilakukan dengan uji Regresi Logistik. Hasil penelitian yang didapatkan adalah terdapat hubungan signifikan secara statistik antara obesitas kehamilan yang berinteraksi dengan umur terhadap kejadian preeklampsia setelah dikontrol variabel hipertensi gestasional pada ibu yang mengalami obesitas dan berusia ≤35 tahun untuk terjadinya preeklampsia dengan OR sebesar 2,81 (95% CI: 1.41-5.60; p  0.003). Risiko pada ibu yang berusia >35 tahun dengan OR 2,46 (95% CI: 1.02-5.93, p 0.043). Sementara risiko pada ibu obesitas dan berusia >35 tahun sebesar 0,80 (95% CI: 0.24-2.59; p 0,070). Ibu hamil diharpakan untuk menjaga berat badan normal untuk menghindari terjadinya preeklampsia.

Obesity is a condition of overnutrition which if it occurs during pregnancy has a major impact on the health of the mother and baby and is at risk for the occurrence of preeclampsia. The purpose of this study was to measure the estimated risk of pregnancy obesity on the occurrence of preeclampsia. This research is a case control study using medical record data for mothers giving birth at Pasar Minggu Hospital. Data analysis was carried out by using Logistic Regression test. The results of the study showed that there was a statistically significant relationship between obesity in pregnancy that interacted with age on the incidence of preeclampsia after adjustment for gestational hypertension variables in obese mothers and ≤35 years old for the occurrence of preeclampsia with OR 2.81 (95% CI: 1.41-5.60 ;p 0.003). Risk in maternal aged >35 years with OR 2.46 (95% CI: 1.02-5.93, p 0.043). Meanwhile, the risk for obese and maternal aged >35 years was 0.80 (95% CI: 0.24-2.59; p 0.070). Pregnant women are suggested to maintain a normal weight to prevent the occurrence of preeclampsia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Natalia Martina Duwiri
"Latar Belakang: Hal dasar dalam penentuan rencana perawatan ortodonti ialah melihat posisi dan inklinasi dari gigi insisif rahang atas dan rahang bawah, akan tetapi penempatan posisi dan inklinasi gigi insisif yang sesuai dengan kriteria parameter sefalometri normal tidak menjamin bahwa jaringan lunak di atasnya akan menghasilkan tampilan wajah yang harmonis. Hal ini disebabkan karena adanya variasi jaringan lunak antar etnis atau ras.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara inklinasi gigi insisif dan posisi bibir berdasarkan analisis sefalometri pada pasien ras Deutro-Melayu di klinik ortodonti RSKGM FKG.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian analitik restropektif cross sectional pada 64 radiograf sefalometri pasien di klinik ortodonti RSKGM FKG UI. Uji korelasi Spearman dilakukan antara nilai parameter inklinasi gigi insisif (UI-Mx, IMPA, Interincisal Angle) dengan nilai parameter posisi bibir berdasarkan E-line.
Hasil: Terdapat korelasi signifikan positif yang lemah antara UI-Mx dan posisi biibr bawah (r=0,294*). Terdapat korelasi signifikan negatif yang lemah antara Interincisal Angle dan posisi bibir bawah (r=-0,323*). Namun tidak terdapat korelasi antara UI-Mx, IMPA dan Interincisal Angle dengan bibir atas, serta IMPA dengan bibir bawah.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara inklinasi gigi insisif (UI-Mx, IMPA, Interincisal Angle) dan posisi bibir berdasarkan E-line.

Background: The basic thing in an orthodontic treatment plan is to look at the position and inclination of the maxillary and mandibular incisors, but the placement and inclination of the incisors according to the criteria for normal cephalometric parameters does not guarantee that the overlying soft tissues will produce a harmonious facial appearance. This is due to soft tissue variations between ethnicities.
Objective: To determine the relationship between incisor teeth and lip position based on cephalometric analysis in Deutro-Malay patients at the orthodontic clinic of RSKGM FKG.
Method: This study is a quantitative study using a cross-sectional retrospective analytic research method on 64 patients with cephalometric radiographs at the orthodontic clinic of RSKGM FKG UI. Spearman correlation test was performed between the incisor inclination parameter values ​​(UI-Mx, IMPA, Interincisal Angle) and the lip position parameter values ​​based on the E-line.
Results: The correlation test showed that there was weak positive significant between UI-Mx and lower lip position (r=0.294*). There was a weak negative significant correlation between Interincisal Angle and lower lip position (r=-0.323*). However, there was no correlation between UI-Mx, IMPA and Interincisal Angle with the upper lip, and IMPA with the lower lip.
Conclusion: There is no relationship between incisor inclination (UI-Mx, IMPA, Interincisal Angle) and lip position based on E-line.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Fatrani Rufaidah
"Latar belakang: Pada pertengahan tahun 2021, Indonesia mengalami lonjakan kasus COVID-19 dengan infeksi berat yang berdampak pada peningkatan jumlah kematian. Hipertensi diketahui menjadi salah satu penyakit penyerta yang paling banyak dimiliki oleh pasien COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh hipertensi secara independen terhadap mortalitas COVID-19 di RSUD Pasar Minggu periode tahun 2021.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan data yang digunakan berasal dari rekam medis pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19. Sampel terpilih dengan metode simple random sampling dan analisis yang digunakan adalah analisis survival Kaplan-meier dan analisis multivariat Cox proportional-hazards regression.
Hasil: Hasil yang didapatkan yaitu probabilitas kumulatif survival pasien dengan hipertensi lebih rendah dibandingkan dengan pasien tanpa hipertensi (50,6% dengan 62,7%, log-rank test=0,007). Selain itu, hipertensi secara independen meningkatkan risiko mortalitas pada pasien COVID-19 yang dirawat inap di RSUD Pasar Minggu periode tahun 2021 (aHR=1,721; 95% CI 1,109-2,677; p-value 0,015).
Kesimpulan: Dengan demikian, seiring dengan perjalanan waktu pandemi COVID-19 ini diharapkan rumah sakit dapat tetap melakukan pemantauan yang lebih ketat terhadap pasien dengan komorbiditas terutama hipertensi sehingga dapat terus menurunkan angka kematian akibat COVID-19.

Introduction: In Mid-2021, Indonesia encountered a surge of severe cases of COVID-19 resulting in an increased number of death. Hypertension is well-known as one of the most common comorbidities in COVID-19 patients. This study aims to examine the impact of hypertension independently on COVID-19 mortality at Pasar Minggu Hospital in 2021.
Method: This study used a retrospective cohort design from the medical records of confirmed cases of COVID-19. The sample was selected using simple random sampling, analyzed using Kaplan-meier survival analysis and cox proportional-hazards regression analysis.
Results: The result of this study found that the cumulative probability survival of COVID-19 patient’s with hypertension was lower than without hypertension (50.6% vs 62.7%, log-rank test=0.007). In addition, hypertension independently increased the risk of mortality in COVID-19 patients hospitalized at Pasar Minggu Hospital throughout 2021 (aHR = 1.721; 95% CI 1,109-2,677; p-value 0,015).
Conclusion: Thus, along with the passage of time for the COVID-19 pandemic, we hoped that health-care provider would continue to treat patients with hypertension and other comorbidities firmly in order to reduce the COVID-19 mortality rate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiyar Annerangi
"Ansietas dan depresi antenatal merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sering kali luput dari perhatian. Penelitan ini dilakukan karena mengingat dampak yang ditimbulkan oleh ansietas dan depresi antenatal baik bagi ibu maupun janinnya dan belum adanya penelitian mengenai prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yang dilakukan pada bulan Maret-April 2013.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi ansietas antenatal sebesar 56,5% dan prevalensi depresi antenatal sebesar 14,8%. Yang menjadi faktor risiko terhadap ansietas antenatal yaitu memilki ≥2 keluhan selama masa kehamilannya. Sedangkan yang menjadi faktor risiko terhadap depresi antenatal adalah primigravida dan ansietas antenatal. Yang merupakan faktor protektif terhadap depresi antenatal adalah jumlah anak ≥1 dan dukungan sosial rendah namun hanya berlaku dalam studi ini.
Kesimpulannya, prevalensi ansietas dan depresi antenatal adalah tinggi dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan menganai dampak, faktor risiko dan upaya pencegahannya.

Antenatal anxiety and depression is one of public health problems that we do not often realize. That has impact on fetus and maternal. Research on prevalence and determine of antenatal anxiety and depression has not been done in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013.
The purpose of this research is to know prevalence and determine of antenatal anxiety and depression in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013. The research design used was cross-sectional from March-April 2013.
The research shows prevalence of antenatal anxiety is 56,5% whereas prevalence of antenatal depression is 14,8%. Risk factor of antenatal anxiety is ≥2 complain in pregnancy period. Whereas risk factor of antenatal depression is primigravid and antenatal anxiety. Protector factor of antenatal depression is number of children live ≥1 child and lower social support but it just for this study.
In conclusion, prevalence antenatal anxiety and depression is higher and have several risk factor. Because of that so given education about impact, risk factor and prevention of antenatal anxiety and depression.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindy Fairiska
"Rebranding adalah aktivitas di institusi yang mempunyai tujuan untuk melakukan transformasi kedudukan brand dibenak pemilik kepentingan dan menjadikan label serta personalitas pembeda dengan institusi lainnya. Upaya rebranding yang dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempunyai tujuan untuk memperbaharui posisi brand dibenak masyarakat melalui perubahan pada nama, logo, posisi brand, meningkatkan kesan yang positif melalui program yang dibuat serta peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pelayanan dan tingkat keparahan penyakit sebelum dan sesudah dilakukannya rebranding ‘Rumah Sehat Untuk Jakarta’ di RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Minggu pada bulan Mei 2024. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan studi perbandingan antara dua waktu, sebelum dan sesudah rebranding ‘Rumah Sehat Untuk Jakarta’ dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan kualitas pelayanan yang terlihat signifikan perubahannya pada dimensi bukti fisik (tangible) dan tidak terdapat program promotif dan preventif yang khusus dibuat sesudah adanya rebranding. Namun, promosi kesehatan pada media sosial terjadi perbaikan, baik dari segi visual maupun konten, serta peningkatan intensitas penggunaan media sosial tersebut. Tingkat keparahan penyakit belum bisa diukur perbedaannya karena waktu penelitian yang masih sedikit sesudah rebranding dilakukan. Kesimpulannya, rebranding ‘Rumah Sehat Untuk Jakarta’ memiliki tujuan yang baik, dengan perubahan paling signifikan terlihat pada logo, sarana prasarana, surat menyurat, dan seragam petugas. Dampak rebranding terhadap tingkat keparahan penyakit belum bisa dinilai secara komprehensif dalam jangka pendek dan memerlukan analisis jangka panjang. Saran peneliti diharapkan Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan keberlanjutan untuk rebranding ‘Rumah Sehat Untuk Jakarta’ dengan menginisiasi program promotif dan preventif. Selain itu, RSUD Pasar Minggu diharapkan terus berkomitmen melaksanakan makna dari ‘Rumah Sehat Untuk Jakarta’ dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Rebranding is an activity in a company or institution that has the aim of transforming the the brand’s position in the minds of the stakeholders and differentiating its label and personality from other institutions. The rebranding efforts carried out by the Regional General Hospitals (RSUD) and Regional Special Hospitals (RSKD) owned by the Provincial Government of DKI Jakarta aim to renewing brand’s position in the public’s mind through changes in name, logo, brand position, increasing positive impressions through various programs, and improving healthcare service facilities. This study aims to compare the services and severity level of illness before and after rebranding of ‘Rumah Sehat Untuk Jakarta’ at RSUD Pasar Minggu. This research was conducted at RSUD Pasar Minggu in May 2024. This research used a descriptive qualitative approach by conducting a comparative study between two period, before and after rebranding 'Rumah Sehat Untuk Jakarta’, through in-depth interviews with selected informants. The results of the research showed that the comparison of service quality shows significant changes in the dimension of physical evidence (tangible) and there are no specific promotive and preventive programs created after the rebranding. However, health promotion on social media has improved both in terms of visuals and content, as well as increased intensity of social media usage. The difference in the severity level of illness cannot be measured due to the short research period. In conclusion, the rebranding ‘Rumah Sehat Untuk Jakarta’ has a positive purpose, with the most significant changes observed in the logo, infrastructure, correspondence and staff uniforms. The impact of rebranding on severity level of illness cannot be assessed comprehensively in the short term and requires long-term analysis. Researchers suggest that the DKI Jakarta Health Office should continue the rebranding efforts of 'Rumah Sehat Untuk Jakarta' by initiating promotive and preventive programs. Furthermore, RSUD Pasar Minggu is expected to continue committing to the essence of 'Rumah Sehat Untuk Jakarta' in providing patient services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sefanya Pricilla Kardia
"Subjective well-being individu dapat dipengaruhi dengan berbagai aspek dalam kehidupan. Pada kalangan dewasa muda, subjective well-being umumnya berkaitan dengan tugas eksplorasi yang sedang dilakukan, seperti membentuk identitas dan menjalin hubungan dekat dengan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu dapat melakukan celebrity worship. Di Indonesia, celebrity worship seringkali ditemukan pada penggemar K-POP dan dapat memberikan dampak positif maupun negatif, termasuk pada subjective well-being. Peneliti ingin mempelajari hubungan antara celebrity worship dan subjective well-being pada kalangan penggemar K-POP serta menggali perbedaan jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan Celebrity Attitude Scale (CAS) (McCutcheon, Lange, & Houran, 2002) adaptasi dari Faizah (2022). The PERMA-Profiler (Butler & Kern, 2016) adaptasi dari Elfida, dkk. (2021) dan menyertakan sebanyak 237 partisipan laki-laki dan perempuan penggemar K-POP berusia 18-25 tahun (M= 21.57, SD=1.64). Hasil analisis data menggunakan korelasi Spearman’s Rho menunjukkan adanya korelasi positif dan signifikan antara celebrity worship dan subjective well-being dengan kekuatan korelasi yang lemah. Selain itu, melalui analisis Mann-Whitney U ditemukan bahwa tidak ada perbedaan pada celebrity worship dan subjective well-being jika ditinjau dari jenis kelamin.

Subjective well-being is found to be associated with various aspects in an individual's life. Among young adults, subjective well-being is linked with how well their exploration task is going, such as forming identity dan close relationships with others. As a way to fulfill these needs, young adults tend to do celebrity worship. In Indonesia, celebrity worship is very common among K-POP fans and is found to have positive and negative impacts, including on subjective well-being. This study aimed to find out the relationship between celebrity worship and subjective well-being among K-POP fans and also see if there are any differences based on gender. Using the Celebrity Attitude Scale (CAS) (McCutcheon, Lange, & Houran, 2002) adapted by Faizah (2022) and The PERMA-Profiler (Butler & Kern, 2016) adapted by Elfida, et al. (2021), this study included 237 participants who are male and female K-POP fans at the age of 18-25 (M= 21.57, SD=1.64). Pre-Spearman’s Rho analysis showed a positive and significant correlation between celebrity worship and subjective well-being with a weak relationship. This study also found that there are no significant differences on celebrity worship and subjective well-being based on gender using Mann Whitney U."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astefany Welda
"Sejak operasionalnya sampai akhir tahun 2016, IGD RSUD Pasar Minggu mengalami peningkatan jumlah kunjungan pasien yang cukup signifikan, yaitu sebesar 5,3 kali lebih besar. Dari data kunjungan didapatkan bahwa perbandingan pasien dan perawat belum ideal, sehingga adanya keluhan beban kerja tinggi dan kurangnya jumlah perawat. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung beban kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat IGD RSUD Pasar Minggu Jakarta dengan menggunakan time motion study yang kemudian dilakukan perhitungan kebutuhan jumlah perawat IGD dengan menggunakan metode Work Indicator Staffing Need WISN . Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan observasi terhadap perawat mahir didapatkan kebutuhan perawat yaitu 31 orang.

Since its operation until the end of 2016, Pasar Minggu Hospital has experienced a significant increase in the number of patient visits, which is 5.3 times greater. From the data, it was found that the comparison of patients and nurses was not ideal, so there were high workload complaints and lack of nurses. This study aims to calculate the workload of nurses at the Emergency Department IGD of Pasar Minggu Hospital by using time motion study which then calculated the need for the number of nurses using Work Indicator Staffing Need WISN method. By using qualitative research method with observation approach to the advanced nurse, the result of nurse needs are 31 people."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangrio Nurjaya
"Penggunaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional sangat berkembang pesat sejak diberlakukan pada tahun 2015 oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan. Namun, terdapat masalah yang timbul dalam implementasinya. Salah satu diantaranya adalah tidak sesuainya klaim yang dibayarkan BPJS Kesehatan dengan tagihan dari perawatan pasien. Untuk itu, rumah sakit terus mengembangkan layanan untuk menutupi defisit klaim yang terjadi salah satunya adalah pemberian layanan naik kelas bagi pasien BPJS Kesehatan. Peneliti mencoba melihat faktor apasaja yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih layanan naik kelas di RSUD Pasar Minggu pada Tahun 2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan dari seluruh pasien BPJS Kesehatan bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang mengakses fasilitas rawat inap di RSUD Pasar Minggu. Pasien BPJS Kesehatan PBI dikeluarkan dalam penelitian ini karena kepesertaan tersebut tidak memberikan hak kepada peserta untuk pindah ke prawatan yang lebih tinggi. Peneliti mendapati hasil bahwa faktor hak kelas, usia, jenis kelamin, dan diagnosa isolasi pasien berpengaruh terhadap keputusan naik kelas pasien BPJS Kesehatan. Semua faktor tersebut memiliki pengaruh yang positif. Sedangkan faktor kekritisan pasien tidak berpengaruh terhadap keputusan naik kelas.

The use of the National Health Insurance System has grown rapidly since it was enacted in 2015 by the Health Insurance Administration Agency (BPJS). However, there are problems that arise in its implementation. One of them is the incompatibility of claims paid by BPJS Kesehatan with bills from patient care. For this reason, hospitals continue to develop services to cover claims deficits that occur, one of which is the provision of upgrade services for BPJS Health patients. The researcher tries to see what factors influence a person's decision to choose an upgrade service at Pasar Minggu Hospital in 2019. The data used in this study are from all BPJS Health patients who are not Contribution Assistance Recipients (PBI) who access inpatient facilities at Pasar Minggu Hospital. . BPJS Kesehatan PBI patients were excluded in this study because the membership did not entitle the participants to move to a higher level of care. The researchers found that the class rights, age, gender, and diagnosis of patient isolation had an effect on the decision to upgrade to BPJS Kesehatan patients. All of these factors have a positive influence. While the patient's criticality factor does not affect the decision to go to class."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>