Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199745 dokumen yang sesuai dengan query
cover
El Alsha Andini
"Anemia merupakan masalah kesehatan besar, termasuk di Indonesia. Remaja putri berisiko lebih tinggi mengalami anemia. Karakteristik meal patterning menggambarkan konsumsi makanan yang dilakukan, sehingga dapat berhubungan dengan asupan nutrisi dan masalah kesehatan, termasuk anemia. Penelitian merupakan studi cross-sectional pada 335 remaja putri berumur 12-18 tahun yang bersekolah di Jawa Barat. Karakteristik meal patterning didapatkan dari hasil 24-hour recall yang diambil pada dua hari berbeda, yaitu hari kerja dan akhir pekan. Meal patterning terdiri dari frekuensi makan, jarak antar makan dan melewati waktu tiga makanan utama dengan satu kejadian makan didefinisikan sebagai konsumsi makanan ge;50 kcal dan terpisah ge; 15 menit diantaranya. Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin 4 kali p=0,043, AOR 2,4, 95 CI:1,03-5,84 pada hari kerja masing-masing memiliki kecenderungan mengalami anemia 2,7 dan 2,4 kali dibandingkan dengan remaja dengan frekuensi makan kurang dari itu.

Anemia is a major health problem, including in Indonesia. Adolescent girls have higher risk for being anemic. Meal patterning characteristics shows how meal consumed, thereby may associated with nutrition intake and health problem, including anemia. This was a cross sectional study among 335 adolescent girls aged 12 18 years old in West Java. Meal patterning characteristics is measured from 24 hour recall which taken repeated on two different days, weekday and weekend. Meal patterning consisted of meal frequency, meal spacing, and meal skipping in three main meal which one eating occasion defined by consumption of ge 50 kcaland sepearted ge 15 menit each. Anemia is condition of hemoglobin level 4 times on weekday have risk 2.7 and 2.4 times each rather than which ate less frequent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairun Nadiya
"Anemia merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi meningkat di Indonesia dan berisiko tinggi pada kelompok remaja putri salah satunya karena penurunan asupan makanan. Kualitas diet merupakan salah satu alat yang dapat menilai kecukupan asupan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas diet dengan kejadian anemia pada remaja putri. Studi cross-sectional dilakukan pada 335 remaja putri di Provinsi Jawa Barat. Data asupan makanan didapatkan dari 24-hour recall dua hari berbeda kemudian dinilai menggunakan Diet Quality Index for Adolescents DQI-A. Status anemia ditentukan dari data konsenterasi Hb kapiler diukur menggunakan HemoCue. Analisis bivariat dan multivariat regresi logistik dilakukan untuk menentukan hubungan kualitas diet dan anemia. Rerata skor DQI-A adalah 43,8 dari maksimal 100 dengan prevalensi kualitas diet berisiko buruk sebanyak 61,8. Median kadar Hb adalah 12,2 g/dL dengan prevalensi anemia sebesar 45,4. Tidak terdapat hubungan antara kualitas diet dengan anemia berdasarkan hasil analisis bivariat p=0,487 dan multivariat p=0,229 setelah disesuaikan dengan faktor perancu, yaitu usia, tingkat pendidikan, suku, frekuensi membaca koran, akses internet, dan penggunaan media sosial. Tidak adanya hubungan antara kualitas diet dan anemia mungkin terjadi karena kualitas diet hanya menggambarkan asupan makanan jangka pendek sedangkan kejadian anemia terjadi akibat kurangnya asupan makanan jangka panjang.

Anemia, a global health problem, have an increasing prevalence in Indonesia and a higher risk among adolescent girls, causes including lack of nutritional intake. Diet quality can be used to assess the adequacy of nutritional intake. The aim of this study is to know the association between diet quality and anemia among adolescent girls. A cross sectional survey was conducted involving 335 adolescent girls living in West Java Province. Dietary intake data was collected using 2 day nonconsecutive 24 hour recall and scored for Diet Quality Index for Adolescents DQI A. Anemia status was determined by capillary hemoglobin concentration measured using HemoCue device. Bivariate and multivariate logistic regression were applied to determine the association between diet quality and anemia. The mean score for DQI A is 43.8 of 100 with 61.8 subjects are at risk of poor diet quality. The median Hb level is 12.2 g dL with 45.4 were anemic. The main results showed no significant association between diet quality and anemia based on bivariate p 0.487 and multivariate analysis p 0.229 after adjusting for confounders, such as age, level of education, ethnicity, frequency of reading newspaper, access to internet, and use of social media. It is possible that no association were found because diet quality only reflects short term nutritional intake while anemia happened due to long term nutritional deficiency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainanur Aurora Setianingsih
"Masalah malnutrisi pada remaja merupakan salah satu kesehatan global utama yang dapat menyebabkan mortalitas, morbiditas, dan gangguan perkembangan. Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak-anak di Indonesia dengan prevalensi 11,1 anak berusia 13-15 tahun dan 9,4 anak berusia 15-18 tahun. Kebutuhan energi remaja perempuan berbeda dengan laki-laki sebagai persiapan kehamilan. Salah satu cara untuk mencapai kebutuhan gizi optimal dengan menerapkan prinsip keragaman makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross-sectional menggunakan data sekunder 24-h recall pada 335 remaja perempuan berusia 12-18 tahun di provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi status gizi pada remaja perempuan adalah 17 gizi lebih dan 3,6 gizi kurang. Prevalensi keragaman makanan rendah atau 5 kelompok makanan adalah 42,7. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi p=0.825.
Hasil analisis multivariat dengan penyesuaian variabel perancu mendapatkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi dengan OR1.112 95 IK 0.619-1.997. Tidak didapatkannya hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan.

Malnutrition in adolescent is one of the global health problem that could cause mortality, morbidity, and development problem. Thinness is one of the childhood health problem in Indonesia. Prevalence of thinness in Indonesia among 13 15 years old was 11,1 , while 15 18 years old was 9,4. Demand of nutritional requirement and energy for adolescent girls are more higher as preparation for pregnancy. Balance nutrition could be optimize through implement dietary diversity.
Aim of this study to seek association between dietary diversity and nutritional status among adolescent girls in West Java Province. A cross sectional study using secondary data from 24 h recall was performed on 335 adolescent girls aged 12 18 years old in West Java Province.
The result showed prevalence of nutritional status among adolescent girls in West Java were 17 overweight, 3,6 thinness. Prevalence of low dietary diversity or 5 food category was 42,7. Through bivariate analysis, no association between dietary diversity and nutritional status p 0.825.
Multivariate analysis with adjustment for confounding variable showed no association beteween dietary diversity and nutritional status with AOR 1.112 95 CI 0.619 1.997. It is concluded that there is no association between dietary diversity and nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Ayu Ningrum
"Anemia merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia, dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia pada anak usia sekolah 37%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP N 1 Gatak, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain study cross sectional.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa prevalensi anemia pada siswi putri di SMP N 1 Gatak sebesar 32%. Berdasarkan uji statistik didapatkan ratarata kadar Hb 12,8 g/dl, pengukuran Hb menggunakan alat Hemocue kit. Pengetahuan anemia adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian anemia setelah dikontrol oleh variabel pendidikan ibu, variabel pekerjaan ibu, variabel pantangan terhadap makanan dan variabel pengetahuan TTD.

Anemia is the most prevalent nutritional problem in the world, and affects more than 600 million people. The prevalence of anemia in school-age children 37%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls at SMP N 1 Gatak, District Gatak, Sukoharjo regency, Central Java Province. This research is quantitative by using a cross-sectional study design.
Results of this study declare that the prevalence of anemia in young girls at SMP N 1 Gatak is 32%. Based on statistical tests obtained an average hemoglobin level of 12.8 g / dl, HemoCue Hb measurements using the tool kit. Knowledge anemia is the most dominant variables associated with the incidence of anemia after controlled by variable maternal education, maternal employment variables, variables and variable food dietary restrictions against and TTD knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Awaliya Fitri
"Anemia merupakan kondisi konsentrasi hemoglobin (hb) darah lebih rendah dari
normal, dan telah memengaruhi berbagai populasi termasuk remaja putri. Remaja putri
usia 10-14 tahun memiliki risiko tinggi untuk mengalami anemia yang dapat
memengaruhi perkembangan kognitif dan motorik seperti gangguan kapasitas fisik dan
kinerja dalam belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi anemia
dan faktor-faktor yang berhubungan berdasarkan status menstruasi, perilaku konsumsi
makanan hewani, perilaku konsumsi makanan berlemak, status gizi, perilaku konsumsi
tablet tambah darah, status pendidikan, status pekerjaan ayah, dan daerah tempat tinggal
pada remaja putri usia 10-14 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-14 tahun di Indonesia
sebesar 25,4%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian anemia pada penelitian ini
adalah status menstruasi (p value= 0,035) dan konsumsi makanan hewani (p value=
0,002). Perlu adanya program edukasi dan konseling remaja putri mengenai kesehatan
seperti gizi seimbang dan anemia agar remaja putri lebih sadar akan kesehatannya.

Anemia is a condition of hemoglobin (hb) concentration lower than normal, and
has affected various populations including adolescent girls. Adolescent girls ages 10-14
years have a high risk for anemia which can affect cognitive and motoric development
such as impaired physical capacity and work performance. This study aims to determine
the prevalence of anemia and related factors based on menstrual status, consumption of
animal foods behavior, consumption of fatty food behavior, nutritional status, iron
supplements consumption behavior, education status, father's employment status, and
area of residence in adolescents girls ages 10-14 years in Indonesia. This study uses
secondary data obtained from Riskesdas 2018 with a cross sectional study design. The
results of the study stated that the prevalence of anemia in adolescent girls ages 10-14
years in Indonesia was 25.4%. Variables that have a significant relationship with the
incidence of anemia in this study are menstrual status (p value = 0.035) and consumption
of animal foods (p value = 0.002). It needs educational programs and counseling on health
for adolescent girls such as balanced nutrition and anemia, so they can aware for their
health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Farhanah
"Anemia merupakan salah satu penyebab dari sebagian permasalahan gizi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 11,7% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 22,7% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1113 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 28,4%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia (p=0,030). Namun,tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi TTD, daerah tempat tinggal, paparan asap rokok, status pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pendidikan remaja, dan jumlah anggota keluarga.

Anemia is one of causes the nutrition problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. According data of Riskesdas, the prevalence of anemia on adolescent girl in Indonesia was 11,7% in 2007 dan increased to 22,7% in 2013. This study aims to determine the factors associated to anemia on adolescent girl in Indonesia. This study using cross sectional study design based on data of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018. The sample in this study, were all adolescent girls aged 15-18 years there are 1113 respondents. The result of this study showed the prevalence of anemia in adolescent girls aged 15-18 years in Indonesia was 28,4%. The statistical test result show a significant relationship between nutritional status with anemia (p= 0,030). However, there was no significat relationship between iron supplement consumption, area of residence, exposure of cigarette smoke, father’s employment status, mothers education, adolescent education dan number of family members.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Anugraheni
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia, yaitu 22 pada perempuan tidak hamil. Anemia merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu yang tersering di Indonesia. Dalam rangka membantu upaya pencegahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada remaja perempuan di Depok. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian analitik menggunakan studi cross-sectional menggunakan data sekunder pemeriksaan kesehatan pada 2112 mahasiswa baru perempuan Universitas X tahun ajaran 2015/2016 di Depok.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada remaja perempuan di Depok adalah 10,8 9,4 -12,1. Melalui analisis bivariat, didapatkan asal daerah p=0,038 dan dismenorrhea p=0,001 berhubungan dengan anemia. Pada analisis multivariat, didapatkan variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan anemia adalah dismenorrhea OR, 0,617; IK 95 , 0,467-0,815; p:0,001 , dengan hubungan terbalik bahwa kejadian anemia 1,6 kali lebih banyak pada remaja perempuan yang tidak dismennorhea.

Anemia is one of the health problem with high prevalence in Indonesia. It accounts for 22 proportion in non pregnant women. Anemia is one of the most common indirect cause of maternal death in Indonesia. In order to assist prevention efforts, this study aimed to determine the factors associated with anemia in adolescent girls in Depok. A cross sectional study using secondary data from medical checkup results was performed on 2112 female freshman of University X academic year 2015 2016 in Depok.
The results showed that the prevalence of anemia among adolescent girls in Depok was 10.8 9.4 12.1. Through the bivariate analysis, it was found that the freshman's hometown p 0.038 and dysmenorrhea p 0.001 were associated with anemia. On multivariate analysis, it was found that dysmenorrhea was associated with anemia OR, 0.617 CI 95, from 0.467 to 0.815 p 0.001, with an inverse association that the incidence of anemia 1,6 times greater among gilrs without dysmenorrhea.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Kamayanti Latifa
"Remaja puteri adalah salah satu kelompok yang rentan mengalami anemia defisiensi zat besi. Pada tahun 2012, diketahui prevalensi anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang sebesar 46,62%. Status gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status kesehatannya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian anemia pada remaja puteri berhubungan dengan status gizi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja puteri di lima SLTA Kabupaten Karawang. Studi ini menggunakan data sekunder dari Survey Anemia pada Remaja Puteri oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang dilakukan pada Tahun 2013. Desain studi yang digunakan adalah studi cross sectional analytic. Jumlah sampel pada studi ini adalah 881 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan status gizi dengan anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang tahun 2013 memiliki nilai prevalence ratio sebesar 1,31 (95% CI : 1,18 - 1,46), artinya remaja puteri yang memiliki status gizi kurus memiliki risiko 1,31 kali lebih besar menderita anemia dibandingkan yang memiliki status gizi normal atau status gizi kurus meningkatkan risiko sebanyak 31% untuk menderita anemia pada remaja puteri dibandingkan status gizi normal.

Adolescent girls are one of the groups that are susceptible to iron deficiency anemia. In Karawang district, in 2012 known prevalence of anemia among adolescent girls was 46.62%. Nutritional status affects the person's health status. Several previous studies indicate that the incidence of anemia in adolescent girls associated with nutritional status. This study aims to determine relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in five senior high schools of Karawang district in 2013. The study used secondary data from the Survey Anemia in Adolescent Girls by Karawang District Health Office conducted in year 2013. Study design used was a cross sectional analytic study. The number of samples in this study was 881 people. The analysis showed that the relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in Karawang district in 2013 had a prevalence ratio of 1,31 (95% CI: 1,18 - 1,46), meaning adolescent girls who have underweight nutritional status were 1,31 times more likely to have anemia than with a normal nutritional status. In other words, nutritional status of underweight increased the risk by 31% for adolescent girls suffer from anemia than normal nutritional status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirania Alita Paramayra Firmanauda
"Anemia adalah suatu kondisi ketika konsentrasi hemoglobin dalam darah berada di bawah titik batas normal, dan rentan dialami oleh remaja putri karena rematri sedang dalam proses pertumbuhan yang pesat. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa kejadian anemia di Indonesia termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat tingkat sedang (26,8%) sementara kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri sangatlah rendah (1,4%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi konsumsi TTD dan anemia serta faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi TTD dan anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun di Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun di Nusa Tenggara Timur sebesar 13,9%. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada konsumsi TTD berdasarkan usia (p value = 0,000), tingkat pendidikan (p value = 0,030), dan tempat tinggal (p value = 0,000). Sementara itu, variabel yang berhubungan dengan anemia pada penelitian ini adalah konsumsi TTD (p value = 0,030). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan pemantauan konsumsi TTD, pengecekan kadar Hb, dan edukasi gizi pada remaja putri untuk dioptimalkan.

Anemia is a condition in which the haemoglobin (Hb) concentration in the blood is lower than normal cut-off values, which young women are prone to experience it because they are experiencing a process of rapid growth. The results of Riskesdas 2018 show that the incidence of anemia in Indonesia is a moderate public health problem (26.8%), while the compliance with iron supplement consumption in adolescent girls is very low (1,4%). The purpose of this study was to determine the prevalence of iron supplement consumption and anemia, and the factors associated with iron supplement consumption and anemia in young women aged 10-18 years in East Nusa Tenggara. This study used secondary data from the Riskesdas 2018 with a cross-sectional study design. The results of this study indicate that the prevalence of anemia in young women aged 10-18 years in East Nusa Tenggara is 13,9%. The results of the statistical tests showed that there were significant differences in the consumption of iron tablets by age (p value = 0,000), level of education (p value = 0,000), and place of residence (p value = 0,000). Meanwhile, the variable associated with anemia in this study was the consumption of iron tablets. From the study result, the writer suggests to optimizes iron supplement consumption monitoring, Hb levels checking, and nutrition education for adolescent girls."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanny Yusnita
"Prevalensi status gizi kurus dan gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut umur adalah 11,1 dan 10,8 . Sedangkan prevalensi anemia pada perempuan usia 15 tahun sebesar 22,7 Riskesdas, 2013 . Hasil screening kesehatan pada pelajar puteri di SMP 9 Kota Cimahi oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi Jawa Barat pada bulan Februari 2017 diketahui 68 pelajar puteri anemia. Hasil Survei Diet Total tahun 2014, rata-rata kecukupan energi dan protein pada kelompok umur 13-18 tahun di Jawa Barat masih < 100 AKG yaitu hanya sebesar 74,1 da 83,5 AKG. Sedangkan aktivitas fisik, 26,1 melakukan kurang melakukan aktivitas. Status gizi kurus dan gemuk, anemia serta kebiasaan melakukan aktivitas fisik pada remaja masih menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makan dan aktivitas fisik dengan status gizi dan anemia pada pelajar puteri di SMP 9 Kota Cimahi tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 219 pelajar puteri kelas 7. Hasil penelitian ini adalah asupan energi dan protein yang rendah dan sangat aktif melakukan aktivitas fisik menyebabkan terjadinya anemia. P=0,047 CI: 0,995-1,571.

The prevalence of the underweight and overweight among adolescent girls 13 15 years old is 11,1 dan 10,8 Basic Health Research, 2013 . . The health screening test that conducted by DHO Cimahi in February 2017 shown that the prevalent of anemia among adolescent girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City was 68 . Survey of Total Dietary which conducted in 2014, reported intake of energy and protein among adolescent girls 13 18 years old in West Jawa relatively less than the recommended dietary intake energy only reached 74,1 RDA and protein reached 83,5 RDA . Furthermore, the habitual of physical activity among adolescent was 26,1 less active. Nutritional status both underweight and overweight as well as anemia and less to do the physical activity are identified as health problem that need attention. The objective of this study is to determine the association between dietary intake and physical activity with the nutritional status and anemia among adolescent girls grade 7 in SM 9 Cimahi City in 2017. Design of the study is cross sectional with total sample 219 adolescents girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City. Result of the study are the energy and protein intake less than the RDA meanwhile the respondent is very active in do the physical activity and this is a risk for respondent to became anemia. A adolescent with less intake of protein and very active in did excersice will pontentially 1,250 higher to become anemia P 0,047 CI 0,995 1,571.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>