Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153933 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michelle Valeria
" ABSTRAK
Pemberian stimulasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Pijat bayi telah umum diterapkan pada anak secara turun-temurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai pijat bayi dan hubungannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-24 bulan. Studi ini menggunakan desain penelitian cross sectional pada subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Pengumpulan data dilakukan di Kelurahan Kampung Melayu yang meliputi pengambilan data kuesioner pijat bayi, pengukuran berat badan dan panjang badan, serta pengisian kuesioner pra skrining perkembangan KPSP . Pada data pertumbuhan, dilakukan plotting ke kurva WHO. Dari sembilan puluh lima subjek penelitian, tidak ditemukan hubungan signifikan secara statistik antara pengetahuan RP=0,852 [95 CI 0,097-7,487], p=1,000 , sikap p=0,590 , dan perilaku RP=0,160 [95 CI 0,019-1,314], p=0,089 ibu mengenai pijat bayi dengan kurva pertumbuhan panjang badan terhadap usia WHO. Selain itu, tidak ditemukan pula hubungan yang secara statistik bernilai signifikan antara pengetahuan RP=1,352 [95 CI 0,255-7,164], p=0,661 , sikap RP=1,600 [95 CI 0,294-8,708], p=0,631 , dan perilaku RP=0,371 [95 CI 0,097-1,418], p=0,230 terhadap kurva pertumbuhan panjang badan terhadap berat badan WHO. Demikian pula, tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan RP=0,738 [95 CI 0,143-3,807], p=1,000 , sikap RP=1,670 [95 CI 0,369-7,547], p=0,679 , dan perilaku RP=1,497 [95 CI 0,571-3,923], p=0,567 ibu mengenai pijat bayi dengan tingkat perkembangan yang dinilai berdasarkan KPSP. Jumlah subjek penelitian yang memiliki tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang tinggi adalah sebanyak 86 90,5 , 87 91,6 , dan 58 65,2 , dengan hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-24 bulan yang tidak bermakna secara statistik.

ABSTRAK
Stimulation is given by parents to support their children rsquo s growth and development. Baby massage has been applied in common practice for generations. This research aims to discover mothers rsquo knowledge, attitude, and practice on baby massage and its rsquo association with the growth and development of 6 24 months old chlidren. This study adapted cross sectional study design on subjects that fulfilled the inclusion and exclusion criterias. Data collection, including filling in questionaires on baby massage, weight and height measurements, and KPSP, was done at Kelurahan Kampung Melayu. Growth measurment data were plotted on WHO growth charts. From ninety five subjects, there were no statistically significant association found between knowledge RP 0.852 95 CI 0.097 7.487 , p 1.000 , attitude p 0.590 , and practice RP 0.160 95 CI 0.019 1.314 , p 0.089 on baby massage with height for age WHO growth chart. There was also no statistically significant association found between knowledge RP 1.352 95 CI 0.255 7.164 , p 0.661 , attitude RP 1.600 95 CI 0.294 8.708 , p 0.631 , and practice RP 0.371 95 CI 0.097 1.418 , p 0.230 on baby massage with weight for height WHO growth chart. Lastly, we found no statistically significant association between knowledge RP 0.738 95 CI 0.143 3.807 , p 1.000 , attitude RP 1.670 95 CI 0.369 7.547 , p 0.679 , and practice RP 1.497 95 CI 0.571 3.923 , p 0.567 on baby massage with level of development, represented with KPSP data. Total subjects with high level of knowledge, attitude, and practice on baby massage are 86 90.5 , 87 91.6 , and 58 65.2 , with no statistically significant association between knowledge, attitude, and practice on baby massage with growth and development. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Djohan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Lima kota besar di Indonesia memiliki prevalensi bayi dengan gangguan tidur sebesar 44,2 dengan rerata umur dua belas bulan. Hal ini diakibatkan karena fase tidur yang tidak terpenuhi menurunkan kualitas dan kuantitas tidur. Buruknya kualitas dan kuantitas tidur dapat menyebabkan gangguan perilaku dan emosi dan terhambatnya perkembangan kognitif pada bayi. Memijat bayi diketahui dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur bayi. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai pijat bayi terhadap gangguan tidur bayi berumur 6 ndash; 24 bulan. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan 95 subjek yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi, serta dropout jika tidak mengisi kuesioner secara lengkap. Subjek berasal dari Kelurahan Kampung Melayu. Data penelitian berupa kuesioner tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai pijat bayi yang melewati uji validitas dan Brief Infant Sleeping Questionnaire. Hasil: Penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik adalah 86 subjek 90,5 , 87 subjek 91,6 , dan 58 subjek 65,2 . Selain itu, tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan adanya gangguan tidur pada bayi p = 0,135 , sikap dengan adanya gangguan tidur pada bayi p = 1,333 , dan perilaku dengan adanya gangguan tidur pada bayi p = 0,644 . Adanya gangguan tidur pada bayi dinilai dengan BISQ. Kesimpulan: Subjek penelitian yang memiliki tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik adalah 86 subjek 90,5 , 87 subjek 91,6 , dan 58 subjek 65,2 , dan hasil analisis statistik menunjukan tidak adanya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai pijat bayi terhadap gangguan tidur bayi berumur 6 ndash; 24 bulan. Kata kunci: 6 ndash; 24 bulan, Gangguan Tidur Bayi, Pengetahuan, Perilaku, Pijat Bayi, Sikap.
Introduction The prevalence of infant rsquo s sleeping disturbance around 12 months is 44.2 in Indonesia rsquo s five huge city. This high prevalence may be caused by incomplete sleeping pattern, thus lowering the quality and quantity of the sleep. This event will lead to behavior and emotional problem and hindrance of cognitive development. Giving massage to the baby is known to increase the quality. Aim The study was conducted to determine the relationship between mother rsquo s knowledge, attitude, and practice of baby massage with sleeping disturbance in 6 ndash 24 months infant. Method The study uses cross ndash sectional design with 95 subjects adjusted from inclusion, exclusion, and dropout criteria. The subject is located in Kelurahan Kampung Melayu. The data was obtained from mother rsquo s knowledge, attitude, and practice of baby massage questionnaire, which is already tested for validation, and Brief Infant Sleeping Questionnaire. Result The results showed that around 86 subjects 90.5 has good knowledge, 87 subjects 91.6 has good attitude, and 58 subjects 65.2 has good practice about baby massage. There is no statistical relation between knowledge with infant rsquo s sleep disturbance p 0.135 , attitude with infant rsquo s sleep disturbance p 1.333 , and practice with infant rsquo s sleep disturbance p 0.644 . Infant rsquo s sleep disturbance is evaluated through BISQ. Conclusion The subject that has good knowledge, attitude, and practice about baby massage is 86 subjects 90.5 , 87 subjects 91.6 , and 58 subjects 65.2 respectively, and the statistical analysis shows that there is no relationship between mother rsquo s knowledge, attitude, and practice of baby massage with sleeping disturbance in 6 ndash 24 months infantKeyword 6 ndash 24 months, Attitude, Baby Massage, Knowledge, Practice, Sleep Disturbance."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Phebe Anggita
"ABSTRAK
Keterampilan pijat telah diketahui sebelum berkembangnya dunia farmasi yakni sejak tahun 1800 SM. Pijat bayi kini mulai berkembang karena diketahui memiliki banyak efek positif diantaranya peningkatan kenaikan berat badan, menurunkan lama waktu perawatan bayi di rumah sakit, dan meningkatkan kelekatan antara bayi dan pemijat. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menganalisis hubungan faktor sosiodemografi terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai pijat bayi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah potong lintang cross sectional dengan data primer yang didapatkan dari kuesioner yang telah divalidasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 48 subjek 50,5 berusia lebih dari 30 tahun, 47 subjek 49,5 menamatkan bangku Sekolah Menengah Atas/Kejuruan SMA/SMK , 87 subjek 91,6 tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, sebanyak 65 subjek 68,4 memiliki penghasilan keluarga dibawah Rp3.100.000,00 setiap bulannya, 67 subjek 70,5 memiliki setidaknya dua orang anak, dan sebanyak 78 subjek 82,1 dalam penelitian ini merupakan orang tua bayi. Subjek dengan pengetahuan baik sebanyak 86 orang 90,5 dengan tingkat pengetahuan baik, 87 orang 91,6 dengan tingkat sikap baik, dan sebanyak 58 orang 65,2 dengan tingkat perilaku baik mengenai pijat bayi. Hasil uji hipotesis chi-square didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan p = 0,033 , relasi subjek dengan bayi p = 0,008 , dan usia terhadap sikap subjek p = 0,027 . Namun, untuk faktor sosiodemografi lain tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, tetapi juga faktor interaksi subjek dengan lingkungan.Kata kunci: pijat bayi, pengetahuan, sikap, perilaku, sosiodemografi

ABSTRACT
Massage has been known before pharmacies were developed since 1800 BC. Nowadays, infant massage has been well known because of its positive effects which are increasing weight on infant, decreasing time of treatment in hospital, and increasing attachment between infant and the massager. Therefore, this study is determined to analyze the association between sociodemographic factors and level of mother rsquo s knowledge, attitude, and practice regarding infant massage. This is a cross sectional study with primary data taken from validated questionnaire. This study shows that 48 subjects 50.5 aged 30 years old and above, 47 subjects 49.5 had finished their senior high school, 87 subjects 91.6 were housewife, 65 subjects 68.4 had family income below 3,100,000 rupiah each month, and 78 subjects 82.1 are parents from the infant. Moreover, 86 subjects 90.5 had good knowledge about infant massage, 87 subjects 91.6 had good attitude towards infant massage, and 58 subjects 65.2 had good practice regarding infant massage. Statistical analyze chi square shows significant relation between level of education to level of knowledge p 0.033 , relation with the infant p 0.008 , and age to level of attitude p 0.027 . However, there is no significant relation for the other sociodemographic factors. Level of mother rsquo s knowledge, attitude, and practice is not only affected by sociodemographic factors but also interaction factor between subject and environment.Keywords infant massage, knowledge, attitude, practice, sociodemographic"
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilliant Putri Kusuma Astuti
"MPASI merupakan sumber nutrisi utama bagi balita, khususnya bayi yang berusia 6-24 bulan. Pemberian MPASI yang tepat memiliki peran krusial dalam mempertahankan status nutrisi anak. Namun, masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang tata cara pemberian MPASI yang tepat. Pengetahuan ibu mengenai pemberian MPASI dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor sosiodemografi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan data sekunder dari penelitian utama berjudul ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86 subjek (64,7%) memiliki tingkat pengetahuan tentang MPASI yang baik, 71 subjek (53,4%) memiliki sikap pemberian MPASI yang positif, dan 68 subjek (51,1%) memiliki perilaku pemberian MPASI yang kurang baik. Karakteristik ibu berdasarkan sebaran sosiodemografi adalah sebagai berikut: 58 subjek (43,6%) berusia di atas 30 tahun; 81 subjek (60,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah; 117 subjek (88%) tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT); 88 subjek (66,2%) memiliki status ekonomi di atas garis kemiskinan; dan 99 subjek (73,4%) memiliki bentuk keluarga inti.
Dari uji hipotesis Chi-square, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang MPASI (p=0,02). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistika antara faktor sosiodemografi lainnya dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.

Complementary feeding is the main nutrients supply for kids, especially in children aged 6 to 24 months. Correct provision of complementary feeding has crucial role in maintaining child nutritional status. However, there are lots of mothers with inadequate knowledge about complementary feeding. Mother's knowledge regarding complementary feeding is affected by various factors, such as sosiodemographic factors. Therefore, this study was determined to analyze the association between sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
This study is a cross-sectional study, using primary data from questionnaire and secondary data from a primary research entitled ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
This study shows that 86 subjects (64,7%) had good knowledge about complementary feeding, 71 subjects (53,4%) had positive attitude regarding complementary feeding, and 68 subjects (51,1%) had mediocre behaviour regarding complementary feeding. Characteristics of subjects by sociodemographic factors were as follows: 58 subjects (43,6%) aged above 30 years old; 81 subjects (60,9%) had intermediate level of education; 117 subjects (88%) were housewifes; 88 subjects (66,2%) had economical status below poverty line; dan 99 subjetcs (73,4%) were classified as nuclear family.
Through Chi-Square test: there was significant association between mother's education and the knowlegde about complementary feeding (p=0,02). On the other hand, there were no significant association between any other sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Luthfi Prasetyo
"[Demam merupakan suatu reaksi fisiologis yang menandakan gejala penyakit yang sering dikeluhkan orangtua atas kondisi anaknya. Peningkatan suhu anak seringkali menyebabkan rasa gelisah tidak tenang pada orang tua sehingga memicu orang tua untuk memberikan antipiretik yang tidak sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang pemberian antipiretik pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang menggunakan data primer berupa pengisian kuesioner dan data sekunder dari penelitian utama berjudul ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children?.
Hasil penelitian adalah 76,8% tergolong ke tingkat pengetahuan cukup, 70,5% tergolong ke dalam sikap yang buruk/tidak sesuai, dan 96,8% tergolong ke dalam perilaku yang baik/sesuai. Dari uji hipotesis Chi-Square, diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna (p<0.05) antara tingkat pendidikan (p= 0,043) dan status ekonomi (p=0,016) dengan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian antipiretik. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia, pekerjaan ibu, bentuk keluarga dengan tingkat pengetahuan ibu. Tidak terdapat hubungan bermakna pula antara usia, pekerjaan ibu, tingkat pendidikan, status ekonomi, bentuk keluarga dengan sikap dan perilaku ibu tentang pemberian antipiretik (p>0.05).;Fever is a physiological sign of disease that is often complained by parents when it happens to their children. This elevation of body temperature causes parents to worry, leading them to give their children unsuitable antipyretics. This research aims to seek for the relation between sociodemographic factors with mothers‟ knowledge, attitude and behavior regarding administration of antipyretics in children. Thisis a cross-sectional research that uses primary data taken from questionnaire filling and secondary data from the main research titled ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.? The result shows that 76,8% of subjects is categorized average in terms of knowledge, 70.5% of subjects is categorized poor in terms of attitude, and 96,8% of subjects is categorized as good in terms of behavior. Chi-square test results in p<0,05 for the relation between mothers‟ knowledge with education (p = 0,043) and economic status (p = 0,016), which means there is a statistically relevant relation between mothers‟ knowledge and the two variables. The test also results in p>0,05 for the analysis of the relation between age, occupation and family structure with mothers‟ knowledge; as well as the relation between age, occupation, education, economic status and family structure with mothers‟ attitude and behavior regarding antipyretic administration. This result means that there is no statistically relevant relation between the respective variables with mothers‟ knowledge, attitude, and behavior., Fever is a physiological sign of disease that is often complained by parents when it happens to their children. This elevation of body temperature causes parents to worry, leading them to give their children unsuitable antipyretics. This research aims to seek for the relation between sociodemographic factors with mothers‟ knowledge, attitude and behavior regarding administration of antipyretics in children. Thisis a cross-sectional research that uses primary data taken from questionnaire filling and secondary data from the main research titled “Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.” The result shows that 76,8% of subjects is categorized average in terms of knowledge, 70.5% of subjects is categorized poor in terms of attitude, and 96,8% of subjects is categorized as good in terms of behavior. Chi-square test results in p<0,05 for the relation between mothers‟ knowledge with education (p = 0,043) and economic status (p = 0,016), which means there is a statistically relevant relation between mothers‟ knowledge and the two variables. The test also results in p>0,05 for the analysis of the relation between age, occupation and family structure with mothers‟ knowledge; as well as the relation between age, occupation, education, economic status and family structure with mothers‟ attitude and behavior regarding antipyretic administration. This result means that there is no statistically relevant relation between the respective variables with mothers‟ knowledge, attitude, and behavior.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Iskandar
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan faktor-faktor lain terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Alai Ilir Kabupaten Tebo Propinsi Jambi tahun 2011. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional, ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 144 responden yaitu ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan. Hasil penelitian mendapatkan sebesar 13,9 % ibu yang memberikan ASI eksklusif, ibu berpengetahuan baik cenderung memberikan ASI eksklusif sebanyak 4,9 kali dibandingkan dengan yang berpengetahuan rendah. Saran, untuk Dinas kesehatan Kabupaten Tebo Diharapkan ada suatu kebijakan khusus disertai alokasi anggaran dan pendampingan pelaksanaan ASI eksklusif.

The objective of this reseach was assess the relationship between knowledge, mothers attitudes, and other factors on Practic of exclusive breastfeeding mothers of baby aged 6-12 month. A cross sectional design was used in this research, that was done from November to Desember 2011. A total sample of 144 respondents who were having mothers babies 6-12 months were selected. The research found out that 13,9 % of exclusive breastfeeding, there was a relationship between knowledge and practice of exclusive breastfeeding where as mothers had better knowledge of likely and practice of exclusive breastfeeding 4,9 times higher that of the who had than mothers lower knowledge of exclusive breastfeeding, it was recomanded that Dictrict of Tebo Health office develop a clear policy to support exclusive breastfeeding ad allocate specific budget to develop such program. Advice for the District Tebo hoped there was a spesific policy with budget allocation and implementation of exclusive breastfeeding assistance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Maulana Ismawan
"Latar Belakang : Masalah penyakit gigi dan mulut masih belum mendapatkan perhatian
walaupun kesehatan gigi dan mulut mempengaruhi kesehatan tubuh
secara umum. Masalah penyakit gigi dan mulut yang utama secara
global adalah karies dan periodontitis. Namun masalah kesehatan gigi
dan mulut yang sering terjadi pada anak adalah Early Childhood Caries
(ECC). Prevalensi ECC masih sangat tinggi terutama di negara
berkembang. Terutama pada Indonesia dimana prevalensi ECC
mencapai 81,5%. Untuk menurunkan dan mencegah ECC bisa dilakukan
dengan memberi edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada anak dengan
harapan anak tersebut akan merubah perilaku nya menjadi yang lebih
sehat. Kandidat terbaik untuk memberi edukasi tersebut adalah ibu
karena ibu merupakan pengasuh utama pada anak dan anak memandang
ibu sebagai panutan. Namun untuk memberi edukasi kesehatan gigi dan
mulut yang efektif ibu perlu memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik
yang baik mengenai kesehatan gigi dan mulut. Sedangkan pengetahuan,
sikap, dan praktik ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor sosiodemografi.
Oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan faktor sosiodemografi terhadap pengetahuan, sikap, dan
praktik mengenai kesehatan gigi dan mulut anak di Jakarta Selatan.
Metode : Penelitian cross-sectional dilakukan kepada ibu yang memiliki anak TK
di area Jakarta Selatan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah convenience sampling, dengan cara menyebarkan kuesioner dari
grup Whatssapp tiap TK. Pengambilan data dilakukan pada November 2020. Pengambilan data menggunakan kuesioner untuk mencatat faktor
sosiodemografi dan pengetahuan, sikap, dan praktik responden. Hasil
utama dari kuesioner ini adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan,
sikap, dan praktik ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut anak.
Kemudian skor pengetahuan, sikap, dan praktik diklasifikasikan menjadi
respons baik atau buruk berdasarkan median skor responden. Kemudian
Uji Chi-Square dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor
sosiodemografi terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik. Dilanjuti
dengan Uji Spearman untuk menguji korelasi antara pengetahuan, sikap,
dan praktik.
Hasil : Dari 554 ibu, hanya 6% yang mengetahui dosis fluoride untuk anak
berusia 3 tahun. Terdapat 39,7% ibu yang tidak mengetahui pentingnya
fluoride untuk mencegah penyakit gigi dan mulut. Hanya 20,2% ibu
yang datang ke dokter gigi untuk kunjungan rutin. Dari hasil Uji Chi
Square didapatkan bahwa terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) antara
antara usia dengan praktik, tingkat pendidikan dengan sikap dan praktik,
usia ibu saat kelahiran anak pertama dengan sikap, status kerja dengan
sikap, dan asuransi kesehatan dengan pengetahuan dan praktik. Hasil Uji
Spearman menunjukan terdapat perbedaan bermakna antara
pengetahuan, sikap, dan praktik.
Kesimpulan : Sebagian besar ibu masih memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik yang
buruk mengenai kesehatan gigi dan mulut anak. Dari hasil ini didapatkan
bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik saling mempengaruhi secara
signifikan. Beberapa faktor sosiodemografi yang memiliki perbedaan
terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik ibu adalah tingkat pendidikan,
usia ibu saat kelahiran anak pertama, dan asuransi kesehatan

Background : Oral health problems are still not getting enough attention even though
oral health is related to general health. The main oral disease worldwide
are caries and periodontitis. But the most frequent oral disease that can
occur in children is Early Childhood Caries (ECC). The prevalence of
ECC in most developing countries is still high. Particularly in Indonesia
where the prevalence of ECC is 81,5%. The way to decrease and prevent
ECC is to give dental health education to children with hope that they
will change their behavior into a healthier one. The best candidate to give
education to children are mothers because they are the main care givers
to their Childs and most children see’s their mother as a role model. To
give an effective dental health education, the mothers have to have a
good knowledge, attitude, and practice toward oral health. Meanwhile,
knowledge, attitude, and practice are influenced by sociodemographic
factors. So, this study is to assess the relationship between mother’s
sociodemographic factors and knowledge, attitude, and practice toward
preschool children’s oral health in Jakarta Selatan.
Methods : This cross-sectional study was conducted toward mothers that have
children in preschool around Jakarta Selatan. The sampling technique
that was used in this study was convenience sampling, with spreading
questionnaire in every preschool’s WhatsApp group. Data collection
were conducted in November 2020. Then, data were collected using
questionnaire to report mother’s sociodemographic factors and knowledge, attitude, and practice toward child’s oral health. Each
knowledge, attitude, and practice’s score were classified into a poor or
good response based on the respondent’s median score. Chi-square
analysis was used to assess the relationship between sociodemographic
factors and knowledge, attitude, and practice. Also, Spearman analysis
was used to assess the relationship between knowledge, attitude, and
practice.
Results : Among 554 mothers, only 6% knows the dose of fluoride for children
aged 3 years old. There are 39,7% mothers who didn’t know the
important role of fluoride to prevent oral disease. Only 20,2% mothers
went to see a dentist for routine checkup. From the Chi-Square analysis
it was reported that there is a significant difference between age and
practice, level of education and attitude and practice, age of mother at
birth of the first children and attitude, mother’s employment status and
attitude, and health insurance and knowledge and practice. From
Spearman analysis was reported there is a significance difference
between knowledge, attitude, and practice.
Conclusion : Most mothers still have poor knowledge, attitude, and practice toward
child’s oral health. This study shows that knowledge, attitude, and
practice are significantly correlated. Sociodemographic factors that has
a relation with knowledge, attitude, and practice are level of education,
age of mother at birth of the first children, and health insurance
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armitha Putri
"Latar Belakang: Permasalahan gizi pada anak di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif akan menjadi lebih rentan mengalami masalah kesehatan di masa depan dan dapat berakibat fatal pada kesehatan. Oleh karena itu penelitian ini membahas tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan neurologis anak usia 6-24 bulan.
Tujuan: Mengidentifikasi peran ASI eksklusif dan susu kombinasi (ASI dan susu formula) untuk memprediksi keterlambatan perkembangan neurologis anak usia 6-24 bulan.
Metode: Penelitian kasus kontrol pada anak usia 6-24 bulan di Poli Neurologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM (RSUPN Cipto Mangunkusumo) Jakarta dan Klinik Anakku Pondok Pinang Center Jakarta Selatan, dari Maret 2021 sampai Mei 2021. Data dikumpulkan dari wawancara orang tua dan pengamatan dengan subjek. Data yang diperoleh diolah dengan SPSS Statictics for Windows.
Hasil: Jumlah subjek pada studi ini adalah 140 anak, dengan 70 anak mendapatkan ASI eksklusif dan 70 anak lainnya mendapatkan ASI non-eksklusif (ASI dan Formula). Keterlambatan perkembangan neurologis pada ASI eksklusif lebih rendah dibandingkan ASI dan formula. Pada uji multivariat, variabel yang signifikan adalah usia awal bermain gadget (p = 0,002; OR= 3,035; IK 95%= 1,497-6,156).
Kesimpulan: ASI eksklusif menyebabkan keterlambatan neurologis lebih rendah dibandingkan dengan non-eksklusif. Salah satu keterlambatan neurologis yaitu keterlambatan bicara dapat dipicu oleh usia awal anak bermain gadget

Background: Sustainable Development Goals (SDGs) are the government's commitment in the national long-term plan in Indonesia related to child development. Child nutrition problems in Indonesia tend to increase every year. Children who do not get exclusive breast milk will be more susceptible to health problems in the future and can be fatal for child’s health. Therefore, this study discusses about the relationship between exclusive breastfeeding and neurological development of children 6-24 months.
Objective: Identify the role of exclusive breastfeeding and combination milk (breast milk and formula) in predicting delay in neurological development of children 6-24 months.
Method: A case-control study for children 6-24 months in Poli Neurologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM (RSUPN Cipto Mangunkusumo) Jakarta dan Klinik Anakku Pondok Pinang Center Jakarta Selatan, from March 2021 to May 2021. The data was collected from parental interviews and observations with the subject. The data obtained is processed with SPSS Statistics for Windows.
Results: The total number of subjects in these research was 140 children, 70 children consuming exclusive breastfeeding and 70 children consuming non-exclusive breastfeeding (Breastmilk and Formula). Delay in neurological development in exclusive breastfeeding is lower than breast milk and formula. In the multivariate analysis, the significant variables are the early age of children playing gadgets (p = 0.001; OR = 3.140; IK = 1.603-6.883).
Conclusion: Exclusive breastfeeding causes less neurological delays compared to non-exclusive. One of the neurological delays is speech delay, which can be trigger by the early age of children playing gadgets.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ismail Sampurna Putra
"Malnutrisi merupakan masalah besar yang harus dievaluasi lebih lanjut. Tingginya angka malnutrisi di Indonesia mengindikasikan bahwa Pengetahuan, Sikap dan Perilaku/PSP (Knowledge, Attitude and Practice) Ibu terhadap pertumbuhan bayi masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi korelasi antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ibu terhadap bayi nya yang berumur 6-8 bulan, serta meningkatkan kualitas hidup bayi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya, yang berjudul "Korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur" oleh Ernawati et al. PSP ibu diperoleh dari sebaran kuesioner dengan menggunakan linkert scale dan status gizi (Tinggi/Umur, Berat/Umur dan Berati/Tinggi) didapatkan dengan dilakukan pengukuran menggunakan alat. Subjek total yang berpartisipasi pada penilitian ini sebanyak 56 bayi. Jumlah bayi laki-laki lebih banyak (63.6%), daibandingkan dengan perempuan (36.4%). Median umur bayi adalah 6.84, yang tertua 8.84 dan termuda 6.08. Dihasilkan data bahwa kebanyakan ibu memiliki skor yang kurang untuk pengetahuan (47.3%) dan perilaku (45.5%). Tetapi, kebanyakan skor sedang untuk sikap (54.5%). Hanya korelasi antara Z-score Tinggi/Umur dengan Perilaku yang menunjukan hasil signifikan dengan korelasi positif (p<0.005; r = 0.261). Hal ini didasarkan bahwa perilaku merupakan bentuk tindakan langsung terhadap pengetahuan dan sikap, yang sangat berdampak baik terhadap pertumbuhan bayi. Penelitian ini menunjukan bahwa pengertian ibu terhadap asuhan bayi pada komunitas target masih rendah. Oleh karena itu, edukasi lebih lanjut dibutuh demi meningkatkan kualitas hidup bayi.

Malnutrition is a huge problem that has to be further evaluated. High level of malnutrition in Indonesia may indicate that the maternal Knowledge, Attitude and Practice (KAP) is still low. This research aims to evaluate the correlation between maternal KAP to nutritional status indicator of 6-8 month infant and elevate the quality of an infant’s life. The study design used for this research is cross sectional study as a secondary research part of Medical Research Unit FMUI entitled “Korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur” by Ernawati et al. The score of maternal KAP were obtained by questionnaires using Linkert-scale given to the mother and the nutritional status (Height/Age, Weight/Age and Height/Weight) was evaluated using measuring equipment. Results of the normality test of the subject using Kolmogorov-smirnov shows p value <0.001. Total subjects participated in this study were 56 infants Male babies participating are higher (63.6%), compared to female (36.4%). The median age of the respondents is 6.84, with the oldest and the youngest are 8.84 moths and 6.08 months respectively. Most of the mothers have poor knowledge (47.3%) and practice (45.5%). However, mothers have more moderate score on attitude (54.5%). The only result that has a significant with a positive correlation was between Height/Age Z-Score and Practice (p<0.005; r = 0.261). Since maternal practice is a direct application of knowledge and attitude, hence it is necessary for baby’s growth. This study showed that understanding the infant care among mothers in the target community is still low. Thus, further education to the mothers is essential to improve infants’ quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahya Rahmadiyah
"ABSTRAK
Balita merupakan kelompok resiko yang mudah terkena masalah kesehatan diantaranya masalah
pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian nutrisi pada balita usia 6-24 bulan yang sesuai dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian nutrisi pada balita usia 6-24 bulan
meliputi pemberian ASI dan MPASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pemberian MP ASI dan karakteristik keluarga dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (6-24
bulan) di Kelurahan Curug kecamatan Cimanggis, Depok. Penelitian ini menggunakan deskriptif
korelasional, pendekatan cross sectional dengan 1 02 sam pel keluarga dengan balita usia 6-24
bulan yang diambil secara proportional cluster sampling. Uji Chi Square ditemukan tidak ada
hubungan pemberian MP ASI dengan pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dikarenakan faktor
langsung yang mempengaruhi pe1iumbuhan dan perkembangan balita adalah nutrisi dimana balita
usia 6-24 bulan masih diberikan ASI. Hasil penelitian didapatkan Iebih banyak Ibu yang
memberikan MP ASI yang sesuai dengan pedoman pemberian MP ASI memiliki balita dengan
pertumbuhan baik dan perkembangan yang sesuai. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan tumbuh kembang balita melalui
peningkatan promosi kesehatan tentang pentingnya MP ASI sesuai pedoman dan melanjutkan
menyusui pada balita usia 6-24 bulan

ABSTRACT
Toddler is a group in human development that are at problems including the risk of problems of
growth and development. Nutrition in toddlers aged 6-24 months that are required way to enhance
the growth and development of nutrition in toddlers including breast feeding and solid foods. The
aim of study was to determine the relationships between family characteristics and the provision of
complementary feeding with the growth and development of children (6-24 months) in Curug
Cimanggis subdistrict, Depok. This study used a descriptive correlational, cross-sectional
approach with a sample of 102 children aged 6-24 months taken by proportional cluster sampling.
Chi Square test found no association between the provision of complementary feeding and growth
and development. This was because the factors that directly influence the growth and development
of toddlers is where the nutrition of children aged 6-24 months are still breastfed. But with a good
financial arrangement and being able to modify the food, the family may have children with good
growth. The results of this study are expected to provide input in improving health care toddler
growth and development through the improvement of health promotion of the importance of
appropriate complementary feeding guidelines and continue breastfeeding in infants aged 6-24
months."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>