Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177703 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rananda Anggakara Hendarmo
"ABSTRACT
Bullying is a major problem in world and in Indonesia. It is the cause of several mental health disorders and behavioral problems. The stress of bullying experience itself may spark adolescents to start smoking as a coping mechanism for their stress. This research aims to find whether there is association between smoking and bullying in adolescent subjects. This research is a part of the research titled Adolescent Mental Health, Well Being and Bullying Behavior . The research design is a cross sectional study. 96 subjects, divided into two groups of adolescents with bullying experience n 48 and adolescents without bullying experience n 48 , were involved in this study. Bullying experience was obtained from the questionnaire of traditional bullying developed by Nansel et al 2001. Questions regarding smoking is given through a questionnaire that was developed specifically for this study. Data analysis was done with SPSS 24 with statistical tests of significance through the McNemar test significance level of p 0,05 . Group of teenagers with harassment in this study is 29.17 as victims, 41.67 as perpetrators and 29.17 for victim perpetrators. The highest frequency of smoking is of adolescents with bullying experience, consuming less than 5 cigarettes per week 16.67 . The proportion of adolescent smokers who experience harassment is higher than the group of teenagers who did not experience harassment but do not differ significantly 18.75 vs.6,25 , p 0.064 . Adolescents who experience bullying have higher proportions of smoking. Therefore, teachers and parents should pay close attention if their children are experiencing bullying. Adolescents are also advised to regularly counseled about the dangers of smoking towards their health. Also, to develop a smoking cessation program in adolescents.

ABSTRAK
Perundungan adalah masalah besar di dunia dan di Indonesia. Perundungan adalah penyebab beberapa gangguan kesehatan mental dan masalah perilaku. Stres pengalaman perundungan itu sendiri dapat memicu remaja untuk mulai merokok sebagai mekanisme coping untuk stres mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mencari apakah ada hubungan antara merokok dan intimidasi dalam mata pelajaran remaja. Merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Adolescent Mental Health, Well Being and Bullying Behavior . Design penelitian adalah potong-lintang. Sembilan puluh enam subjek penelitian yang terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok remaja dengan pengalaman perundungan n=48 dan remaja tanpa pengalaman perundungan n=48 terlibat dalam penelitian ini. Pengalaman perundungan didapatkan dari kuesioner perundungan tradisional yang dikembangkan oleh Nansel, dkk tahun 2001. Pertanyaan terkait merokok diberikan melalui kuesioner yang dikembangkan khusus untuk penelitian ini. Analisa data dilakukan dengan SPSS versi 24 melalui uji statistik McNemar tingkat kemaknaan p=0.05 .Kelompok remaja dengan perundungan dalam penelitian ini adalah 29.17 sebagai korban, 41.67 sebagai pelaku dan 29.17 keduanya. Frekuensi merokok lebih banyak di kelompok remaja yang mengalami perundungan, kurang dari 5 rokok per minggu 16.67 . Proporsi perokok remaja yang mengalami perundungan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok remaja yang tidak mengalami perundungan tetapi tidak berbeda secara signifikan 18,75 vs.6,25 , p=0.064 .Remaja yang mengalami perundungan. mempunyai proporsi lebih tinggi untuk merokok. Oleh karena itu guru guru dan orang tua harus lebih berwaspada jika anaknya mengalami perundungan. Para remaja juga disarankan untuk diberi penyuluhan tentang bahayanya merokok kepada kesehatan dan untuk mengembangkan program penghentian merokok di remaja."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Prabowo Limawan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Perundungan merupakan masalah di seluruh dunia termasuk di
Indonesia. Kondisi ini memberikan dampak negatif dan sudah banyak dijelaskan
dalam berbagai riset di dunia. Namun, riset tentang perundungan di Indonesia
masih belum banyak dilakukan terutama pada remaja. Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian dengan rancang potong lintang. Remaja yang merupakan
subjek penelitian adalah siswa/i dari lima sekolah menengah pertama yang
berpartisipasi dalam riset ini untuk menjawab kuesioner perundungan traditional
yang disusun oleh Nansel dan kolega pada 2001 serta kuesioner demografi yang
khusus dibuat untuk penelitian ini. Data dianalisa menggunakan program SPSS
versi 20 untuk Windows melalui uji korelasi Spearman?s dan uji Chi-Kuadrat.
Hasil: Korban perundungan paling banyak terjadi pada murid berusia 13 tahun
(50.0%) dan kelas delapan (41.1%). Sementara korban perundungan terbanyak
berusia 13 tahun (55.6%) dan kelas tujuh dan delapan (44.4% masing-masing).
Korban sekaligus pelaku terbanyak berusia 13 dan 14 tahun (38.5% masingmasing)
dan berasal dari kelas delapan dan sembilan (46.2% masing-masing).
Tidak dijumpai adanya perbedaan jenis kelamin dalam angka kejadian
perundungan (50.9% perempuan vs. 49.1% laki-laki). Mengejek nama adalah
jenis perundungan yang paling sering terjadi baik pada kelompok korban, pelaku
maupun pada kelompok korban sekaligus pelaku (55.9% vs. 66.6% vs. 84.6%).
Terdapat korelasi lemah antara usia dengan korban perundungan (r = 0.4).
Kemudian, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara jenis kelamin di antara
remaja dengan dan tanpa perundungan. Kesimpulan: Sekolah menengah pertama
adalah masa penting untuk terjadinya perundungan oleh karena itu perlu
dirancang suatu program untuk mengendalikan kejadian perundungan di SMP
terutama pada anak yang berusia 13 tahun.

ABSTRACT
Background: Bullying happens all over the world including Indonesia. This
condition cause negative effects that has been mentioned in several studies all
around the world. However, there are not sufficient researches on bullying in
Indonesia, especially among adolescents. Methods: This research was a cross
sectional study. The research subjects are students from five participating junior
high schools in Jakarta, which they were given to answer the traditional bullying
questionnaire by Nansel and colleagues in 2001 and demography questionnaire
made for this study. Data is being analyzed using SPSS version 20 for Windows
with Spearman?s correlation and Chi-Square. Result: Most victim of bullying
were 13 years old (50%) and grade eight (41.1%). Majority of perpetrator of
bullying were 13 years old (55.6%) and grade seven and eight (44.4%
respectively). Furthermore, for both victim and perpetrator of bullying, majority
came from age 13 and 14 years old (38.5% respectively) and grade eight and nine
(46.2% respectively). There were no dominant gender involved in bullying
(50.9% female and 49.1% male). Calling names was the major type of bullying
among all bullying group (victim, perpetrator, both) (55.9% vs. 66.6% vs. 84.6%).
There was weak correlation between age and victimization (r = 0.4). Moreover,
there was no significant gender difference among adolescents with or without
bullying. Conclusion: Junior high school is the critical age for bullying behavior
to occur, so it is important to design a program to control bullying in junior high
school, especially students aging 13 years old.;"
2016
S70406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Jonatan
"Latar Belakang Pemenuhan nutrisi pada remaja sangat krusial. Gizi yang seimbang mampu memelihara tumbuh dan berkembang secara optimal serta index masa tubuh yang normal. Kesadaran akan diet sehat saat usia muda akan membangun kebiasaan baik yang dapat merubah gaya hidup hingga dewasa nanti.
Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang melalui pemberian kuesioner kepada murid di beberapa sekolah di Jakarta. Kuesioner diambil dari Survey Global Kesehatan Berbasis Sekolah tahun 2015. Ditujukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan persepsi remaja Jakarta terhadap diet sehat. Seluruh data terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS.
Hasil Dari 390 responden, 79.3% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang diet sehat. 47.9% dari responden dengan pengetahuan baik memiliki BMI normal, 37.9% underweight, dan sisanya overweight. Persepsi tentang membawa makanan ke sekolah, membeli jajanan dari pedagang pinggir jalan, dan konsumsi buah dan sayuran memiliki hubungan statistic (p=<0.05).
Kesimpulan Tingkat pengetahuan remaja tentang diet sehat adalah baik (73.9%). Sebagian besar remaja memiliki persepsi yang baik tentang diet sehat, dilihat melalui perilaku makan. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan BMI (p=0.0016) dan persepsi dan BMI (p=<0.05). Tingkat pengetahuan dan persepsi mungkin dipengaruhi oleh factor-faktor demografis, lingkungan, dan kebiasaan.

Background Proper nutrition intake during adolescence is crucial. Balanced diet could ensure ideal growth and development along with normal BMI. Awareness refinement toward a healthy diet during adolescence could build better habits and consequently, positive lifestyle changes.
Method This research is done by cross-sectional method through questionnaire distribution to selected schools in Jakarta. Questionnaire is adapted from Global School-based Student Health Survey 2015. It aims to assess knowledge level and perception toward healthy diet among adolescents and its relation to BMI. All the data collected is being analysed using SPSS.
Result From a total of 390 respondents, 79.3% respondents have overall good knowledge about healthy diet. From respondents who have good knowledge, 49.7% of respondents obtain normal BMI, 37.9% are underweight, and the remaining fall into the overweight category. Perceptions about bringing lunch to school, buying food from street vendors, and consumption of food and vegetables are statically relevant in explaining BMI (p=<0.05).
Conclusion Adolescence’ knowledge level about healthy diet is generally well perceived. Majority of the respondents have a good perception about a healthy diet that is being analysed through eating behaviour. There are statistically positive relations between knowledge and BMI (p=0.016), and perception and BMI (p=<0.05). Knowledge level and perception are influenced by several factors (demographic, media, environment, etc).
"
2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lerivia Maharani
"ABSTRAK
Pada remaja, Psychotic-like experience memiliki asosiasi dengan internalizing
problems. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Psychotic-like
experience dengan internalizing problems. Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan alat ukur Strength and Difficulties Questionnaire
(SDQ) untuk mengukur internalizing problems. Psychotic-like Experiences (PLE)
digunakan untuk mengukur kecenderungan psikotik. Partisipan penelitian ini
adalah remaja berusia 11-16 tahun yang tinggal di daerah rural di Karawang, Jawa
Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara Psychotic-like experience dengan internalizing problems.
Sebanyak 7% partisipan (n= 270) memiliki Psychotic-like experience. Penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui faktor yang berkontribusi terhadap
Psychotic-like experience.

ABSTRACT
Psychotic-like experiences have been found to have association with
internalizing problems among adolescents. This research aim to investigate the
correlation between psychotic-like experiences with internalizing problems.
The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) was used to examine
internalizing problems. Psychotic-like Experiences (PLE) was used to examine
psychotic tendencies. A total 270 adolescents (aged between 11-16 years old)
who lives in rural area in Karawang participated in this research. In our study,
7% participants reported having more than two symptoms of PLE. The result
showed that there is no significant correlation between psychotic-like
experiences with internalizing problems. Further investigation are needed to
examine which factor that give contribution to PLE.
"
2016
S63089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Maharani Pramudya
"Pola asupan makanan yang tidak seimbang banyak dijalani kaum remaja saat ini. Hal tersebut menyebabkan ancaman status gizi berlebih semakin mengintai para remaja. Status gizi remaja dapat tercermin melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun. Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang analitik. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta terhadap 75 mahasiswa kedokteran, laki-laki (n=31) dan perempuan (n=44), tingkat 1 tahun 2012 yang diminta untuk menjawab wawancara mengenai asupan hariannya memakai kuisioner Food Frequency Questionnaires (FFQ) semikuantitatif dan menjalani pemeriksaan fisik, berupa tinggi dan berat badan.
Dari penelitian ini, hasilnya, yakni sebaran subjek berdasarkan asupan energi , yaitu kurang (24%), cukup (30,7%), lebih (45,3%). Untuk asupan karbohidrat ialah kurang (10,7%), cukup (77,3%), dan lebih (12%). Sementara itu, asupan lemak yang kurang ada 24%, cukup sebanyak 44%, dan lebih sebesar 32%. Terakhir, sebaran subjek berdasarkan asupan protein, yakni kurang (1,3%) dan cukup (98,7%). Tidak ada responden yang asupan proteinnya lebih. Distribusi subjek berdasarkan IMT, yaitu pada laki-laki 9,7% kurang, 61,3% normal, dan 29% lebih sedangkan pada perempuan 90,9% normal dan 9,1% lebih. Kesimpulan pada penelitian ini ialah tidak terdapat adanya hubungan (p>0,05) antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun.

Unbalance pattern of food intake become trend for many young people at this time. This causes overweight and obesity risk threaten the teens. Adolescent nutritonal status can be defined by Body Mass Index (BMI) measurement. The purpose of this study is to determine the relationship between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old. Study used cross-sectional analytical study design. Data collection was conducted in Jakarta on 75 first grade medical students, boys (n=31) and girls (n=41), in 2012 who were asked to answer the interview about her daily intake using Food Frequency Questionnaires (FFQ) semiquantitative and underwent a physical examination, such as height and weight.
The results from this study were the respondent distributions of energy intake were less (24%), adequate (30,7%), over normal (45,3%). For carbohydrate intake were less (10,7%), adequate (77,3%), and over normal (12%). Meanwhile, there were 24% respondents with less intake of fat, 44% adequate. and 32% over normal. Last, the distributions of protein intake were less (1,3%) and adequate (98,7%). No respondent with over normal protein intake. Subject distributions of BMI, were in boys 9,7% less, 61,3% normal, and 29% over normal while in girls, 90,9% normal and 9,1% over normal. The conclusion of this study is there is no relationship (p>0,05) between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Tri Puspita
"Peringatan Bergambar (Pictorial Health Warning) pada kemasan rokok bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya rokok dan mencegah inisiasi merokok pada remaja. Namun, penelitian mengenai efek peringatan bergambar terhadap remaja di Indonesia masih minim. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara kesan menakutkan pada peringatan kesehatan dengan intensi tidak merokok di kalangan remaja di Kota Jakarta dan Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan responden remaja usia 15-18 tahun (n=313). Analisis menggunakan model linear mixed effect dengan variabel dependen intensi tidak merokok dan kesan menakutkan, paparan iklan rokok, jenis kelamin, pendidikan sebagai variabel independen. Hasil dari penelitian ini ditemukan hubungan yang positif dan signifikan antara kesan menakutkan dengan intensi tidak merokok (β= 0,44, SE= 0,01, p<0.001) setelah dikontrol karakteristik personal. Penelitian merekomendasikan peringatan kesehatan dengan gambar yang menyeramkan dapat mencegah inisiasi merokok pada remaja.

Background: Pictorial Health Warning on cigarette packs aims to increase public awareness the harm of tobacco product and discourage smoking initiation in adolescents. Nevertheless, the research on PHW effects among adolescent in Indonesia is not quite lot. Objective: This research aimed to analyze the relation between fear appeal on cigarette packs and not smoking intention among adolescent in Jakarta and Bogor Method:The study use linear mixed effects method and not smoking intention as dependent variable and tobacco advertising exposure, gender, education as independent variable. Results: The study found a positive relationship and statisticaly significant between fear appeal and not smoking intention ((β= 0,44, SE= 0,01, p<0.001) afterbeing controlled by personal characterized. The recommendation is health warning with frightening picture may discourage adolescent from smoking initiation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utari Melinda Yanzami
"Remaja merupakan kelompok umur yang berisiko mengalami berbagai permasalahan kesehatan salah satunya adalah risiko bunuh diri. Menjadi korban bullying merupakan salah satu penyebab remaja melakukan risiko bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan korban bullying dengan risiko bunuh diri pada remaja di Pancoran Mas Depok. Penelitian ini melibatkan 220 siswa dengan tingkat pendidikan SMP, SMA dan SMK. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil uji one way anova p value = 0,000 artinya ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara korban bullying dengan risiko bunuh diri pada remaja. Pelaksanaan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi korban bullying dan risiko bunuh diri pada remaja di sekolah.
Adolescents are an age group that is at risk of experiencing various health problems. As victims of bullying is one of the causes of adolescents to commit suicide risk. This study aims to improve the relationship between victims of bullying and the risk of suicide in adolescents in Pancoran Mas Depok. This study involved 220 students with junior high school, senior high school, and vocational education levels. This research uses descriptive correlative cross-sectional study. Based on analyzed by one-way anova test p value = 0,000 it means there is significant relationship between victims of bullying with the risk of suicide in adolescents. Implementation of Healthy Life Skills Education (PKHS) is needed as an effort to reduce bullying victims and suicide risk in adolescents in schools."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Pelangi
"Penelitian ini membahas salah satu masalah kesehatan mental di kalangan remaja yaitu fenomena bullying. Fenomena ini diteliti untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku menghadapi bullying di kalangan remaja Depok. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini melakukan pengambilan data secara cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket pada seluruh siswa kelas X dan XI SMA 1 Muhammadiyah Pancoran Mas Depok dengan jumlah 71 responden berdasarkan metoda total sampling.
Berdasarkan hasil analisis univariat, 63,4% remaja berperilaku tepat dalam menghadapi bullying dan 36,6% remaja lainnya berperilaku tidak tepat. Selain itu, faktor yang berhubungan dengan perilaku menghadapi bullying adalah jenis kelamin (p=0,037), pengetahuan (p=0,046), dan peraturan di teman kelompok (p=0,044). Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku menghadapi bullying adalah jenis kelamin (OR=3,495). Hasil ini menunjukkan perlunya penanganan khusus dalam penuntasan masalah bullying berdasarkan perbedaan karakteristik jenis kelamin.

This study addresses one of the mental health problems among teenager is the phenomenon of bullying. This phenomenon is examined to look at the factors that influence behavior of facing bullying among teenagers Depok. By using a quantitative approach, this study perform taking cross-sectional data. Data collected through questionnaires to all students of class X and XI SMA Muhammadiyah 1 Pancoran Mas, Depok with number of 71 respondents based on total sampling methods.
Based on the results of univariate analysis, 63,4% of teenagers behave appropriately in the face of bullying and 36,6% other teenagers behave inappropriately. In addition, factors related to facing bullying behavior is gender (p=0,037), knowledge (p=0,046) and the regulations in friends group (p=0,044). While the factors that influence the facing bullying based on gender differences in characteristics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risza Farah Ramadhina
"Kejadian bullying di Indonesia sudah menjadi fenomena yang sangat umum terutama di kalangan remaja. Remaja yang menjadi korban bullying menggunakan berbagai jenis strategi koping dalam menghadapi stres yang dirasakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan strategi koping pada remaja korban bullying di SMPN 2 Depok. Penelitian kuantitatif dengan jenis deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 125 siswa, yang didapatkan melalui screening bullying, dengan teknik total sampling. Hasil analisis penelitian dengan menggunakan uji kai kuadrat menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat stres dengan strategi koping p value: 0.013 . Penelitian ini merekomendasikan pada institusi pendidikan, institusi kesehatan, dan orang tua untuk lebih memperhatikan kejadian bullying di usia remaja.

The occurrence of bullying in Indonesia has become a very common phenomenon, mainly among adolescence. Adolescence who become victims of bullying apply different types of coping strategies on dealing with perceived stress. This research aimed to determine the relationship between stress level and coping strategy in adolescence victims of bullying in SMPN 2 Depok. This quantitative research with descriptive correlation is used with cross sectional approach involve 125 students, that obtained through screening bullying, with total sampling as a technique. The result from chi square test as research analysis showed that there is a positive relationship between stress level and coping strategy p value 0.013 . This research is recommended to educational institution, health institutions, and parents to pay more attention to the occurrence of bullying in adolescence."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaisha Hasnah Ibrahim
"Obesitas merupakan masalah kesehatan yang terus mengalami peningkatan baik secara global maupun di Indonesia. Obesitas pada remaja didiagnosis dengan mengkategorikan indeks massa tubuh (IMT) menggunakan grafik CDC. Obesitas pada remaja dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang, seperti munculnya timbulnya resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular di usia dini. Salah satu etiologi obesitas ialah asupan energi berlebih, yang berasal dari asupan kalori dari sumber makronutrien dalam jumlah yang tidak normal (lebih tinggi dari anjuran asupan gizi yang ada). Penelitian ini menganalisis hubungan asupan energi total dan jenis asupan makronutrien dengan derajat obesitas yang dikategorikan berdasarkan rerata IMT sampel. Subjek terdiri dari 69 remaja usia 14-18 tahun yang bersekolah di SMA di DKI Jakarta. Studi ini menggunakan desain potong lintang dengan menganalisis data sekunder yang didapat dari penelitian sebelumnya. Pada hasil ditemukan bahwa total asupan kalori tidak berhubungan dengan dengan derajat obesitas (p = 0,135) dan asupan makronutrien tidak memiliki hubungan signifikan dengan derajat obesitas (p > 0,05).

Obesity is a disease with increasing prevalence globally and within Indonesia. Obesity in adolescent is diagnosed using body mass index (BMI) percentile in growth chart arranged by CDC. Childhood obesity could lead to long term concequences such as insulin resistance and cardiovascular diseases at earlier age. One of the primary cause for obesity is excess energy intake in accordance to its energy requirement affected by total energy expenditure. Energy intake would be defined by total caloric intake and its variety of macronutrient composition. This research is conducted to determine the correlation between total caloric intake and macronutrient intake status with degree of obesity categorized by the mean of samples BMI. Subjects included 69 adolescents aged 14-18 who were studying in Senior High School in Jakarta during data collection. This research is a cross-sectional study using secondary data collected from a prior research. With comparative approach, the results show that total caloric intake does not corellate with degree of obesity (p = 0,135) and macronutrient composition has no significant corellation with degree of obesity (p > 0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>