Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214894 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Areska Ramadhan
"ABSTRAK
Studi literatur menemukan bahwa parameter gait telah stabil di umur 20 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi apakah ada hubungan antara panjang kaki dan panjang langkah pada orang dewasa muda. Desain potong-melintang digunakan untuk penelitian ini, dengan menggunakan data primer dari subyek di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia di usia 18-22. Subyek akan diminta untuk menandatangani informed consent, dan diukur berat badan, tinggi badan, panjang langkah, dan panjang tungkai. Semua data akan dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 23. Hasil analisis menemukan laki-laki memiliki ukuran panjang tungkai lebih panjang dari perempuan 89.42 4.42 cm, 85.14 3.40 cm; p 0,05 . Peneliti menemukan hubungan yang signifikan antara panjang langkah dan panjang kaki dalam kelompok laki-laki p 0,05, r = 0,142 . Peneliatan ini menemukan korelasi antara panjang langkah dan panjang tungkai pada laki-laki, namun tidak pada perempuan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil adalah kecepatan berjalan bebas di tanah dan obesitas.

ABSTRACT
Literature study found that the gait parameters are already stabilized in the age of 20. This study aims to see whether there is correlation between leg length and step length in young adult. Cross sectional study design is used in this study using primary data from subjects in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia in the age of 18 22. Subjects will be asked to sign the informed consent, then researcher will measure the weight, height, step length, and leg length. Data will be analyzed using SPSS version 23. Data obtained shows male have a higher leg length measurement than female 89.42 4.42 cm, 85.14 3.40 cm p 0.05 and male step length is not differ than female 62.31 6.90 cm, 61.79 6.43 cm p 0.05 . Researcher found a significant relationship between step length and leg length in male p 0.05, r 0.414 . In contrary, female shows no correlation between the two variables p 0.05, r 0.142 . Correlation between step length and leg length was found in male, however not in female. Factors that may contributed to the results could be due to free walking speed ground and overweight. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Fathia Herianti Suhermanto
"ABSTRACT
Studies have shown that weight affects the pressure placed on the tendons and muscles of the foot and legs affecting the stride lengths stance and swing cycle. With the rising body weight gain and implied health complications, the author wants to know whether body mass index (BMI) affect human activity especially walking. Cross-sectional method using primary data collection is conducted. The source of data in this study measures healthy pre-clinical students in Faculty of Medicine, University Indonesia. Once informed consent is signed, subjects weight and height will be measured, calculating BMI. Data is analysed using SPSS version 23 to analyze the correlation between step length and BMI. From a total of 53 subjects (26 male, 27 female) age group 18-22, subjects with normal BMI accounts for the highest percentage of the group in this study (60.4%). Overweight and obese patients contribute 30.2% and 3.8% respectively, and underweight 5.7%. Using the pearson correlation formula, there was no significant correlation between BMI and step length of male (0.778; p>0.05) and female (0.098; p>0.05). Based on pearson correlation formula, male calculations resulted with 0.778; p>0.05, and female with 0.098; p>0.05; therefore, there is no significant difference between the two variables.

ABSTRACT
Penelitian telah menunjukkan bahwa berat badan mempengaruhi tekanan ditempatkan pada tendon dan otot-otot kaki dan kaki mempengaruhi siklus sikap dan ayunan panjang langkah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuhi apakah apakah indeks massa tubuh (IMT) mempengaruhi aktivitas manusia terutama berjalan. Metode potong-melintang menggunakan pengumpulan data primer dilakukan. Sumber data dalam penelitian ini mengukur siswa pre-klinik yang sehat di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Setelah informed consent ditandatangani, berat badan dan tinggi badan subyek akan diukur untuk menghitung IMT. Data di mengolah dengan menggunakan SPSS versi 23 untuk menganalisis hubungan antara panjang langkah dan BMI. Dari total 53 subyek (26 laki-laki , 27 perempuan) di kelompok usia 18-22, subyek dengan IMT yang normal berkontribusi presentase tertinggi dari kelompok dalam penelitian ini (60,4%). Pasien kelebihan berat badan dan obesitas berkontribusi 30,2% dan 3,8%, dan berat badan di bawal normal 5,7%. Dari hasil rumus korelasi pearson, tidak ada korelasi yang signifikan antara BMI dan panjang langkah dari laki-laki (0,778; p>0,05) dan perempuan (0.098;p > 0,05). Berdasarkan rumus korelasi pearson, perhitungan laki-laki menghasilkan dengan 0,778 ; p > 0,05 , dan perempuan dengan 0.098 ; p > 0,05; Oleh karena itu, tidak ada perbedaan signifikan antara kedua variabel."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Christian
"Latar belakang: Dari beberapa penelitian sebelumnya, terdapat hubungan yang antara resiliensi dengan menurunnya frekuensi gejala depresi. Namun demikian, belum ada penelitian yang menguji hubungan antara resiliensi dan depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran, khususnya di Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara resiliensi dengan gejala depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tingkat tiga (3) di masa pandemi COVID-19.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang pada mahasiswa FKUI tingkat tiga dengan menggunakan kuesioner CD-RISC25 untuk mengukur resiliensi dan CESD-R untuk mengetahui gejala depresi. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan Uji Spearman.
Hasil: Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data resiliensi menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05) dengan rerata nilai resiliensi sebesar 69,39 ± 14,11. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data gejala depresi menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal (p<0,05) dengan nilai median 9 (0-68). Hubungan korelasi antara resiliensi dan gejala depresi didapatkan melalui Uji Spearman yang menunjukkan hasil signifikan (p<0,05) dan hasil korelasi negatif (r=-0,525).
Diskusi: Resiliensi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada umumnya, sementara gejala depresi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong rendah. Hal ini disebabkan korelasi negatif antara resiliensi dan gejala depresi dimana resiliensi dikaitkan dengan tipe kepribadian yang memiliki persepsi diri yang positif, optimisme yang tinggi, dan ketenangan diri sehingga menjadi faktor protektif dari gejala depresi.
Kesimpulan: Resiliensi memiliki korelasi negatif signifikan dengan gejala depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran tingkat tiga."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofie Annisa Damayanti
"Latar belakang: Keluhan-keluhan fisik atau somatik yang mengganggu, yang tidak dapat dijelaskan secara medis, sering terjadi di masyarakat, termasuk juga kelompok mahasiswa. Mahasiswa kedokteran memiliki prevalensi gangguan psikosomatis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan populasi umum atau kelompok mahasiswa pada bidang akademis lainnya. Masalah kesehatan jiwa yang bermanifestasi dalam keluhan fisik dapat mengganggu kualitas hidup seorang mahasiswa. Penelitian ini menilai korelasi antara resiliensi dan gejala somatisasi pada mahasiswa kedokteran.
Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah potong lintang. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tingkat 3. Resiliensi dan gejala somatisasi pada subjek penelitian didapatkan melalui pengisian kuesioner secara daring. Penilaian resiliensi dilakukan dengan kuesioner CD-RISC. Sedangkan, penilaian gejala somatisasi dilakukan dengan kuesioner SCL-90. Data resiliensi dan gejala somatisasi dianalisis korelasinya menggunakan Uji Spearman.
Hasil: 116 responden dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tingkat 3 telah mengisi kuesioner secara daring. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa sebaran data resiliensi normal (p>0,05). Skor rata-rata dari resiliensi responden adalah 69,39 ± 14,11. Sedangkan, skor median dari gejala somatisasi adalah 3,5 (0 – 48). Didapatkan sebaran data gejala somatisasi tidak normal (p<0,05) dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi signifikan negatif secara lemah antara resiliensi dan gejala somatisasi (p<0,05 dan r= -0,371).
Kesimpulan: Terdapat korelasi signifikan negatif secara lemah antara resiliensi dan gejala somatisasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tingkat 3. Semakin tinggi resiliensi, maka semakin rendah gejala somatisasi yang dialami.

Introduction: Disturbing physical or somatic complaints, which cannot be explained medically, often occur in the community, including college students. Medical students have a higher prevalence of psychosomatic disorders when compared to the general population or college students in other academic fields. Mental health problems that manifest in physical complaints can interfere with the quality of life of a student. This study assesses the correlation between resilience and somatic symptoms in medical students.
Methods: The design used in this study is cross-sectional. The research subjects are third level students of the Faculty of Medicine University of Indonesia. Resilience and somatic symptoms in the research subjects were obtained through filling out online questionnaires. Resilience assessment was carried out using the CD-RISC questionnaire. Meanwhile, the assessment of somatic symptoms was carried out using the SCL-90 questionnaire. Data on resilience and somatization symptoms were analyzed for correlation using Spearman's test.
Results: 116 respondents from third level of students of the Faculty of Medicine University of Indonesia have filled out online questionnaires. With the Kolmogorov-Smirnov test, it is known that the distribution of resilience data is normal (p>0.05). The average score of the respondents' resilience is 69.39 ± 14.11. Meanwhile, the median score of somatic symptoms is 3.5 (0 – 48). The data distribution of somatic symptoms is not normal (p<0.05) using the Kolmogorov-Smirnov test. The Spearman correlation test showed a weakly significant negative correlation between resilience and somatization symptoms (p<0.05 and r= -0.371).
Conclusion: There is a weakly significant negative correlation between resilience and somatic symptoms in third level students of the Faculty of Medicine University of Indonesia. The higher the resilience, the lower the somatic symptoms experienced.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakina Oktavianti
"Latar belakang: Angka sensitivitas interpersonal lebih tinggi terjadi pada mahasiswa kedokteran dibandingkan dengan mahasiswa pada umumnya, kejadian mental distress di mahasiswa kedokteran sangat tinggi, terlebih pada mahasiswa kedokteran tingkat 3. Sementara itu, resiliensi merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi antara resiliensi dan sensitivitas interpersonal pada mahasiswa kedokteran.
Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah potong lintang. Subjek merupakan 116 mahasiswa FKUI tingkat 3. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah SCL-90 bagian sensitivitas interpersonal dan CD-RISC 25 untuk menilai tingkat sensitivitas interpersonal dan resiliensi. Data resiliensi dan sensitivitas interpersonal dianalisis korelasinya dengan Uji Spearman.
Hasil: Mayoritas dari subjek yaitu sebanyak 83 mahasiswa (71,6%) merupakan mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Sebaran dari usia subjek berkisar antara 18 hingga 22 tahun dengan median 21 tahun. Sebagian besar subjek, yaitu sebanyak 90 mahasiswa (77,6%) berasal dari daerah Jabodetabek. Latar belakang sosioekonomi dari subjek dinilai berdasarkan pendidikan terakhir Ayah serta pendapatan bulanan, yang mana sebagian besar pendidikan terakhir Ayah dari subjek yaitu S1/D4 sebanyak 49 mahasiswa (42,2%) lalu pendapatan bulanan sebagian besar berkisar >Rp15.000.000,00 sebanyak 80 mahasiswa (69,0%). Sebagian besar subjek yaitu 107 mahasiswa (92,2%) saat ini tinggal bersama dengan orang tua atau wali serta mayoritas dari subjek memeluk agama Islam, yaitu 78 mahasiswa (67,2%). Rerata nilai resiliensi subjek adalah 69,39 ± 14,11, median dari nilai sensitivitas interpersonal adalah 8 dengan nilai minimal 0 dan maksimal 32. Hasil dari uji Spearman terhadap resiliensi dan sensitivitas interpersonal menunjukkan bahwa hasil signifikan (p<0,05) serta terdapat korelasi negatif yang sedang antara resiliensi dengan sensitivitas interpersonal (r = -0,462).
Kesimpulan: Resiliensi dan sensitivitas interpersonal memiliki korelasi yang sedang dan negatif, yaitu apabila resiliensi semakin tinggi maka sensitivitas interpersonal semakin rendah.

Introduction: Number of interpersonal sensitivity in medical students is higher than common university students, mental distress occurrence is more common in medical students, especially in third-year medical students. Meanwhile, resilience is a factor that can affect mental health. This study was conducted to assess the correlation between resilience and interpersonal sensitivity among medical students.
Method: The design used in this study is cross-sectional. Subjects are 116 third-year students of FMUI. This study used interpersonal sensitivity section of SCL-90 and CD-RISC 25 questionnaire to evaluate interpersonal sensitivity and resilience. Resilience and interpersonal sensitivity data were analyzed for their correlation by Spearman’s test.
Result: The majority of the subjects are women (71,6%) with total 83 students. The age ranges from 18-22 years old with a median 21 years old. Most of the subjects, with total 90 students (77,6%) are from Jabodetabek. Meanwhile the socio-economic background of the subjects is based on their Father’s last education and income per month, with the majority is a bachelor’s degree/diploma (42,2%) with total 49 students and above >Rp15.000.000,00 (69,0%) with total 80 students. Most of the subjects (92,2%) are living with their parents or guardians and majority of the subjects are Muslim (67,2%). The mean of the subjects’ resilience is 69,39 ± 14,11, and the median of the subjects’ interpersonal sensitivity is 8 with minimum score 0 and maximum score 31. Based on Spearman’s test, resilience and interpersonal sensitivity are significantly correlated (p<0,05) and they are correlated moderately and negatively (r = -0,462).
Conclusion: Resilience and interpersonal sensitivity are correlated moderately and negatively (p<0,05) and (r<0). Therefore, the higher resilience score, the lower interpersonal sensitivity score.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kilian, Edwin
"Studi cross-sectional ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku terhadap ketidakjujuran akademis mahasiswa preklinik di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Studi dilakukan dengan cara melakukan distribusi kuisioner yang berisikan enam ilustrasi kasus yang berkaitan dengan pengetahuan dan perilaku mahasiswa terhadap tindakan ketidakjujuran akademis yang sering terjadi di lingkungan pendidikan, serta dua belas faktor yang mungkin dapat mempengaruhi tindakan tersebut.
Kuisioner didistribusikan kepada mahasiswa preklinik tingkat tiga pada waktu dan tempat yang sama. Hanya 178 dari 180 lembar kuisioner yang memenuhi keseluruhan kriteria. Sebagian besar responden berusia sekitar 20 hingga 21 tahun dengan proporsi mahasiswa dan mahasiswi yang lebih kurang sebanding.
Studi ini mendapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa preklinik di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia menunjukkan tingkat pengetahuan dan perilaku yang baik terhadap kejujuran akademik. Selain itu, tingkat pengetahuan mengenai plagiarisme ternyata berkaitan dengan tingkat perilaku mahasiswa terhadap hal tersebut dan faktor yang secara bermakna mempengaruhi perilaku baik terhadap plagiarisme adalah tingginya penggunaan media elektronik saat mengerjakan tugas.

This cross-sectional study was conducted in order to investigate the knowledge and attitude towards academic dishonesty of preclinical students in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Study was done by distributing the questionnaires, which consist of six illustration cases related to knowledge and attitude of university students towards academic dishonesty that commonly occur in academic circles, including twelve factors that might contribute to the action.
Questionnaires were distributed to third-year preclinical students at the same time and location. Only 178 out of 180 fulfilled the whole criteria. Most respondents were aged between 20 to 21 years old with their gender proportion was comparably similar between male and female students.
This study revealed that most of preclinical students in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia presented good level of comprehension and attitude. Moreover, level of knowledge was related with level of attitude towards the particular condition and a factor that could significantly influence the good attitude.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Paramadhina
"Latar belakang: Ujian lisan pada kedokteran merupakan ujian dimana satu atau lebih penguji memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta ujian secara lisan. Ujian lisan dapat menguji kesiapan mental peserta ujian, investigasi serta manajemen pasien. Suatu penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki (Indeks Prestasi Kumulatif) IPK tinggi memiliki kemampuan komunikasi yang rendah dan sebaliknya. Sedangkan salah satu keterampilan yang dinilai penting pada ujian lisan adalah keterampilan dari komunikasi mahasiswa. Di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), terdapat modul pre-internship dimana peserta didik diharapkan bertemu dengan kasus yang akan ditemukan ketika nantinya menjadi seorang dokter. Salah satu evaluasi yang dilakukan pada modul ini adalah ujian lisan. Ujian lisan diharapkan dapat melihat kesiapan mahasiswa. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat apakah terdapat korelasi antara IPK profesi dokter dengan nilai sumatif ujian lisan Orientasi Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Modul Pre-Internship mahasiswa klinik FKUI
Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang (cross-sectional) dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling (n = 179). Data yang dianalisis merupakan data sekunder yang didapatkan dari Departemen IKK FKUI. Data disajikan dalam bentuk data numerik dan dianalisis dengan menggunakan uji Spearman
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi signifikan (p = 0.003) dengan sifat yang lemah (r = 0.223) antara IPK profesi dokter dengan nilai sumatif ujian lisan mahasiswa.
Kesimpulan: Terdapat korelasi yang bermakna antara IPK profesi dokter dengan nilai sumatif ujian lisan orientasi IKK Modul Pre-Internship mahasiswa klinik FKUI tahun ajaran 2020–2021. Penelitian ini membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mungkin berpengaruh saat ujian lisan.

Introduction: An oral exam in medicine is an exam in which one or more examiners give several questions to the students orally. Oral exams can test the student’s mental readiness, investigation, and patient management. A study shows that people who have a GPA have low communication skills and vice versa. Meanwhile, one of the skills that is considered important in the oral exam is the student's communication skills. At the Faculty of Medicine, University of Indonesia (FMUI), there is a pre-internship module where students are expected to meet cases that will be found when they become a doctor. One of the evaluations carried out in this module is an oral exam. Oral exams are expected to see the readiness of students. Therefore, this study aims to see if there is a correlation between the GPA of professional doctors and the scores of the Community Medicine Orientation in Pre-Internship Module for FMUI’s clinical students.
Method: This study is a cross-sectional study with total sampling technique (n = 179). The data analyzed is secondary data obtained from the Community Medicine Department of FMUI. Data is presented in the form of numerical data and analyzed using Spearman's test
Result: This study shows that there is a significant correlation (p = 0.003) with a weak trait (r = 0.223) between the GPA of the medical profession and the summative score of the students' oral exams.
Conclusion: There is a significant correlation between the GPA of the medical profession and the summative score of oral exam in orientation of community medicine for the Pre-Internship Module of FMUI’s clinical students for the 2020-2021 academic year. This study requires further research on the factors that may affect the oral exam.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Diah Rachmawati
"ABSTRACT
Kupu-kupu termasuk serangga yang memanfaatkan nektar pada bunga sebagai sumber pakannya. Kupu ndash;kupu mengisap nektar dari bunga menggunakan probosis. Panjang probosis kupu ndash;kupu berhubungan dengan jenis bunga penghasil nektar yang dapat dikunjunginya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara panjang probosis kupu-kupu famili Pieridae dengan panjang tabung bunga penghasil nektar di Kampus UI Depok. Pengamatan kupu-kupu dan bunga yang dikunjungi dilakukan di sembilan lokasi dari bulan Maret hingga Mei 2018. Penelitian diawali dengan pendataan jenis kupu-kupu dan bunga yang dikunjunginya dengan metode purposive sampling, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampel jenis kupu-kupu dan bunga untuk diukur panjang probosis dan panjang tabungnya, masing-masing sebanyak tiga kali pengulangan. Kupu-kupu famili Pieridae yang berhasil ditemukan sebanyak sembilan jenis. Rata-rata panjang probosis kupu-kupu famili Pieridae berkisar 9-15,9 mm, dengan rata-rata panjang tabung bunga yang dikunjunginya berkisar 4,3-16,4 mm. Uji korelasi Spearman terhadap data panjang probosis kupu-kupu dan panjang tabung bunga, menghasilkan nilai r = 0,88, dengan nilai signifikasi sebesar p = 0,02, yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung bunga. Hasil tersebut mengindikasikan kupu-kupu Pieridae cenderung mengunjungi bunga penghasil nektar yang memiliki panjang tabung bunga tidak lebih dari panjang probosisnya.

ABSTRACT
Butterflies are insects that utilize nectar from flowers as a source of feed. Butterflies are sucking nectar from flowers using proboscis.The length of the butterfly proboscis is related to the type of nectar producing flowers that can be visited. The objective of this research is to know the correlation between proboscis length of the butterfly family Pieridae with the tube length of the nectar producing flower at UI Depok Campus. Observations of butterflies and flowers visited were conducted in nine locations from March to May 2018. The research begins with the data collection of butterflies and flowers visited by purposive sampling method, then continued by taking samples of butterflies and flowers to measure the length of proboscis and tube length, each of them with three repetitions. Butterflies of family Pieridae that was found during research are nine types. The average proboscis length of the butterfly family Pieridae ranges from 9 to 15.9 mm, with the average of tube length of flowers range from 4.3 to 16.4 mm. Spearman correlation test against data of the length of proboscis of butterfly and the length of the flower tube generate r 0.88, with a significance value of p 0.02, so there was a correlation between the length of the butterfly probes and the length of the flower tube. These results indicate Pieridae butterflies tend to visit nectar producing flowers that have a tube length of flowers no longer than the length of the proboscis."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Adriana Lutfiani
"ABSTRACT
Kupu-kupu berperan sebagai polinator bagi tumbuhan. Kupu-kupu juga membutuhkan tumbuhan sebagai tempat peletakan telur dan sumber pakannya. Hubungan mutualisme tersebut diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya evolusi mutualistik antara panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung bunga yang secara spesifik dikunjunginya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara panjang probosis kupu-kupu famili Nymphalidae dengan panjang tabung bunga penghasil nektar di Kampus Universitas Indonesia, Depok. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2018 di sembilan lokasi penelitian di Universitas Indonesia, Depok. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang probosis kupu-kupu famili Nymphalidae yang ditemukan berkisar 5,3 mdash;17,0 mm, sedangkan rata-rata panjang tabung bunga yang dikunjunginya berkisar 2,7 mdash;20,0 mm. Asystasia gangetica merupakan merupakan spesies tumbuhan yang paling disukai kupu-kupu famili Nymphalidae karena memiliki karakteristik sindroma bunga yang disukai kupu-kupu dan ketersediannya melimpah. Kupu-kupu Nymphalidae cenderung mengunjungi tabung bunga yang lebih pendek daripada probosisnya. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan angka koefisien korelasi sebesar 0,25 dengan P = 0,32. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi panjang probosis kupu-kupu famili Nymphalidae dengan panjang tabung bunga penghasil nektar di Kawasan Universitas Indonesia, Depok. Tidak adanya korelasi antara panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung bunga penghasil nektarnya disebabkan karena perilaku kupu-kupu yang adaptif ketika ukuran panjang probosis dan tabung bunga berbeda.

ABSTRACT
The role of butterflies in the ecosystem is as a pollinator of plants. Butterflies also need plants as a place to lay eggs and feed sources. The relationship of mutualism is considered to be one of the causes of mutualistic evolution between the length of the butterfly proboscis and the length of the specially visited flower tube. The aim of the research is to know the correlation between proboscis length of Nymphalidae and length of the tube of nectar producing flower at Universitas Indonesia, Depok. The research was conducted from April to May 2018 in nine sites at Universitas Indonesia, Depok. Data were analyzed using the Spearman correlation test. The results showed that the proboscis length of Nymphalidae ranged from 5.3 to 17.0 mm, while the average length of the visited flower tube ranged from 2.7 to 20.0 mm. Asystasia gangetica is the most preferred plant of the Nymphalidae butterfly because it has characteristics that correspond to the butterfly flower syndrome and its abundant availability. Nymphalidae tends to visit a shorter flower tube than their proboscis. The results showed that the correlation coefficient was 0.25 with P 0.32. In conclusion, there is no correlation between the proboscis length of Nymphalidae and the length of the nectar producing flower tubes in the Universitas Indonesia, Depok. The absence of a correlation between the proboscis length of Nymphalidae and the length of the nectar producing flower tube is due to the adaptive butterfly behavior when the length of the proboscis and the flower tube are different."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha
"Latar belakang: Penggunaan internet meningkat terutama dengan adanya pandemik COVID-19 yang terjadi, hal ini berkontribusi terhadap kejadian adiksi internet. Usia remaja dan dewasa muda, sepertinya usia seorang mahasiswa, merupakan populasi paling rentan terhadap penggunaan internet dan adiksi internet. Adiksi internet sering juga dihubungkan dengan beberapa aspek psikologis, salah satunya yang akan dibahas pada penelitian ini, merupakan kualitas tidur. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan metode analitik observasional. Data penelitian didapat dengan menyebarkan kuesioner daring menggunakan Google Forms, berisi lembar informed consent, kuesioner data demografik, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI). Kuesioner disebarkan melalui sosial media kepada populasi target. Kemudian data yang didapat dilakukan uji statistik menggunakan program SPSS, untuk menemukan hubungan antara masalah adiksi internet dan gangguan tidur. Hasil: Dari 282 responden penelitian yang merupakan mahasiswa FKUI tahap akademik, ditemukan prevalensi adiksi internet yaitu 23,40% (n=66), dan prevalensi gangguan tidur yaitu 45,39% (n=128). Hubungan dari variabel adiksi internet dan gangguan tidur diuji menggunakan uji Kai-Kuadrat dan ditemukan hubungan signifikan (Nilai p 0,000 (<0,05)). Dari 66 populasi adiksi internet, 46 juga mengalami gangguan tidur. Selain itu, dilakukan juga uji korelasi antara faktor demografik dan pola penggunaan internet terhadap gangguan tidur, menggunakan uji Spearman. Hasil uji korelasi tidak ditemukan hubungan signifikan (Nilai p<0,05). Mahasiswa FKUI cenderung menggunakan internet untuk media sosial (63,48%) dibandingkan dengan pembelajaran (20,92%). Kesimpulan: Ditemukan hubungan bermakna antara adiksi internet dan gangguan tidur pada mahasiswa
Background: Internet usage has increased during the ongoing COVID-19 pandemic, this has contributed to the incidence of internet addiction. Adolescents and young adults are the population most vulnerable population to internet use and internet addiction. Several psychological aspects are often related to internet addiction, one of which will be discussed in this study is sleep quality. Methods: The study that was conducted is a observational analysis cross-sectional design. The data in this research was obtained by distributing an online questionnaire using Google Forms, containing an informed consent sheet, a demographic data questionnaire, the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and the Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI). The questionnaire was distributed via social media to the target population. Then the data obtained were statistically tested using the SPSS program, to find the relationship between internet addiction problems and sleep disorders. Results: In a total of 282 respondents from Pre-Clinical students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia, it was found that the prevalence of internet addiction was 23.40% (n=66), and the prevalence of sleep disorders was 45.39% (n=128). The relationship between internet addiction and sleep disorders was tested using the Chi-Square test and a significant relationship was found (p-value 0.000 (<0.05)). Of the 66 respondents with internet addiction, 46 also experience sleep disorders. In addition, a correlation test was also conducted between demographic factors and internet usage patterns on sleep disorders, using the Spearman test. Correlation test found no significant relationship (p-value <0.05). FKUI students use the internet for social media (63.48%) compared to learning (20.92%). Conclusion: There is significant relationship between internet addiction and sleep disorders among university students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>