Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128968 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudo Asmoro
"Unit geomorfologi merupakan faktor yang menentukan bentukan permukaan bumi yang berpengaruh terhadap tutupan lahan di atasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tutupan lahan yang terdapat di setiap unit geomorfologi yang ada di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur menggunakan analisis yang berbasis Sistem Informasi Geografis. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode tumpang susun peta berdasarkan variabel ketinggian, lereng, bentuk medan, jenis batuan, struktur geologi, bentukan asal, pola aliran sungai yang mengacu kepada sistem klasifikasi ITC.
Dari hasil penampalan peta peta tersebut kemudian ditampalkan dengan peta tutupan lahan untuk melihat tutupan lahan yang ada di setiap. Unit geomorfologi yang terdapat pada kawasan TNMB adalah : unit geomorfologi vulkanik, unit geomorfologi struktural, unit geomorfologi fluvial, unit geomorfologi karst, dan unit geomorfologi marin. Sedangkan tutupan lahan yang terdapat pada kawasan TNMB adalah hutan primer, hutan sekunder, hutan mangrove, semak/belukar, perkebunan, pertanian lahan kering. sawah, tanah permukiman, rawa, dan padang rumput.

Geomorphological units are factors that determine the formation of the earth 39 s surface which affect of the land cover above its. The purpose of this study is to determine land cover at each geomorphological unit rsquo s in the Meru Betiri National Park East Java based on spatial analysis using Geographic Information System. The problems are solved by using overlaying methods based on variables such as altitude, slope, terrain shape, rock types, geological structure, formation the rock origin, the river pattern and refers to the ITC classification system.
From the results overlay map is then overlaying map with land cover map to seethe existing land cover on each unit of geomorphology. Geomorphological units contained in the Meru Betiri National Park are Volcanic units of geomorphology, Structural unit of geomorphology, Fluvial unit of geomorphology, units of Limestones unit of geomorphology, and Marine units of geomorphology. While land cover found in the Meru Betiri National Park is primary forest, secondary forest, mangrove forest, shrub scrub, plantation, dry land farming fields, opened land, settlements, swamps, and grasslands.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S70097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari
"Studi ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 untuk mengetahui sebaran terbaru Rafflesia zolingeriana dan struktur populasinya di Taman Nasional Meru Betiri. R. zolingeriana yang ditemukan sebanyak 19 populasi yang terdiri atas 26 koloni dan 152 individu. Populasi R. zolingeriana dominan ditemukan di lereng bukit, jauh dari pantai. Beberapa populasi berada di dekat pemukiman (kantong) dan di zona hutan dekat zona rehabilitasi. Dari 19 populasi yang telah diamati, sembilan merupakn distribusi baru yang belum pernah didokumentasikan dan satu di antaranya berada di luar kawasan TNMB. Populasi tersebut terdiri atas bunga mekar (7,89%), kuncup hidu (63,16%) dan kuncup mati (28,95%). Kuncup hidup dengan diameter 0,1-5 cm mendominasi populasi (50%), sedangkan kuncup yang siap mekar (diameter lebih dari 15 cm) hanya 0,42%. Tingkat keberhasilan kuncup untuk mekar diperkirakan rendah, sehingga kebelanjutan populasi R.zolingeriana terancam dan perlu dilestarikan, beik secara in situ maupun ex situ disampaikan dalam makalah ini."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 17:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari
"ABSTRAK
Studi ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 untuk mengetahui sebaran terbaru Rafflesia zollingeriana dan struktur populasinya di Taman Nasional Meru Betiri. R. zollingeriana yang ditemukan sebanyak 19 populasi yang terdiri atas 26 koloni 152 individu. populasi R.zollingeriana dominan ditemukan di lereng bukit, jauh dari pantai. beberapa populasi berbeda di dekat pemukinan (kantong) dan di zona hutan dikat zona rehabilitasi. dari 19 populasi yang telah diamati, sembilan merupakan distribusi baru yang belum pernah didokumentasikan dan satu antaranya berada di luar kawasan TNMB . populasi tersebut terdiri atas bunga mekar ( 7,89%), kuncup hidup (63,16%) dan kuncup mati ( 28,95%). kuncup hidup dengan diameter 0,1-5 cm mendominasi populasi (50%), sedangkan kuncup yang siap mekar (diameter lebih dari 15 cm) hanya 0,42%. tingkat keberhasilan kuncup untuk mekar diperkirakan rendah, sehingga keberlanjutan populasi R. zollingeriana terancam dan perlu dilstarikan, baik secara in situ maupun ex situ. saran konservasi, baik secara in situ maupun ex situ disampaikan dalam makalah ini. "
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Rini Wardani
"Penelitian ini membahas tentang perilaku adaptasikomunitas lokal di 3 desa penyangga kawasan Taman Nasional Meru Betiri setelah kegiatan DA REDD+ yang difokuskan pada dampak perilaku adaptif dan aksi adaptasi. Pendekatan penelitian mempergunakan kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa adanya intervensi sosial pada Desa Curahnongko dan Andongrejo melalui program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh LSM lokal mampu meningkatkan perilaku adaptif dan aksi adaptasi komunitas lokal dalam upaya konservasi karbon hutan. Berbeda dengan Desa Wonoasri yang tidak mendapat intervensi sosial dari LSM lokal yang kegiatan pemberdayaan masyarakatnya tidak berjalan optimal.

This research is to describe the local adaption behavior in 3 villages buffering in Meru Betiri National Park following the DA REDD+ implementation which is concern on adaptive behavior impact and adaptation action. This research uses a qualitative approach with descriptive type. The result shows the effectiveness of social intervention by local NGO in Curahnongko and Andongrejo through the community development program can empower the adaptive behavior and local adaptation action to the forest carbon conservation. Different with Wonoasri which has no social intervention through the community development program from the local NGO not optimal implemented.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazla Iasha Fitri
"Pertumbuhan penduduk mengarah pada ketersediaan lahan permukiman. Tekanan populasi ini menyebabkan ketidakseimbangan dengan kemampuan lahan permukiman di Kota Samarinda. Prediksi pemodelan spasial diperlukan sebagai langkah untuk mencegah perubahan tutupan lahan yang berlebihan di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi daya dukung permukiman dan pemodelan spasial tutupan lahan yang terjadi di Kota Samarinda pada tahun 2006, 2014, dan 2020. Metode Pengolahan data menggunakan Cellular Automata Markov Chain (CAMC) dan Indeks Daya Dukung Lahan Permukiman. Selanjutnya Indeks Daya Dukung Lahan Permukiman digunakan untuk memprediksi kemampuan lahan permukiman. Hasil CAMC menunjukkan adanya ekspansi tutupan lahan permukiman yang dipengaruhi oleh driving factor diantaranya jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari point of Interest (fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan), lereng, dan wilayah ketinggian. Hasil daya dukung lahan permukiman dipengaruhi oleh jumlah penduduk, standar luas kebutuhan ruang, dan luas lahan permukiman di Kota Samarinda. Perhitungan daya dukung lahan permukiman tahun 2034 di Kota Samarinda mendapatkan hasil nilai indeks daya dukung lahan permukiman sebesar 4,6 m²/kapita. Arti dari 4,6 m²/kapita bahwa daya dukung lahan permukiman masih mampu menampung penduduk untuk bermukim 4 kali dari jumlah penduduk yang ada pada tahun 2034 karena memiliki luas yang lebih untuk menampung penduduk yang ada.

Population growth leads to the availability of residential areas, this population pressure causes an imbalance with the ability of residential areas in Samarinda City. Spatial modeling predictions are needed as a prevention step to prevent excessive land cover changes in the future. This research aims to predict residential area carrying capacity and spatial modeling of land cover that occurred in Samarinda City in 2006, 2014, and 2020. The data processing method uses the Cellular Automata Markov Chain (CAMC) and the Capability Index of the residential area. Then the residential area Capacity Index is used to predict the ability of a residential area. The Cellular Automata Markov Chain (CAMC)  results show that there is an expansion of residential area land cover which affected by driving factors that consist of distance from the nearby road, distance from the river, distance from the point of interest (health facility and education facility), slope, and elevation. The residential area land carrying capacity results affected by population density, standard needed land area, and residential area extent in Samarinda City. The calculation of residential area land carrying capacity in 2034 Samarinda City results in the index value of the carrying capacity residential area 4.6 m²/capita. The meaning of 4.6 m²/capita is that the carrying capacity of residential area is still able to accommodate residents to live 4 times the total population in 2034 because it has more area to accommodate the existing population."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1997
S33642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S33567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafia Zahra
"Vachellia nilotica diintroduksi ke Taman Nasional Baluran (TNB) sejak tahun 1969 sebagai sekat bakar antara savana dan hutan tropis. Namun, tanaman tersebut tumbuh secara tidak terkendali dan menjadi tumbuhan invasif. Pengendalian secara mekanik dan kimia telah digunakan tapi belum berhasil menyelesaikan masalah tersebut. Solusi alternatif seperti penggunaan serangga sebagai agen pengendali hayati perlu diterapkan. Nilai Potensial serangga (NP) ditentukan oleh Indeks Nilai Penting (INP), dan hubungan filogeni serangga Indonesia dan Afrika. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014 dengan 150 sampel V. nilotica menggunakan purposive sampling method dan line transect, sedangkan serangga dikumpulkan menggunakan metode beating tray. Terdapat 50 jenis serangga ditemukan pada V. nilotica. Lima jenis serangga dengan nilai NP yang tinggi dipilih. Jenis tersebut dikelompokan kedalam suku Geometridae (NP = 2.594 dan 2.004), Pyralididae (NP = 2.391), Aphididae (NP = 2.042), dan Membracidae (NP = 2.004). Geometridae dan Pyralididae adalah serangga yang paling direkomendasikan karena spesifisitas dan dominansinya. Penelitian lebih lanjut dianjurkan untuk melihat aktivitas serangga potensi sebagai pengendali hayati.

Vachellia nilotica was introduced to Baluran National Park (BNP) since 1969 as firebreaks between savana and tropical forest . However, this plant grows out of control and becomes invasive. Mechanical and chemical control have been used but have not managed to resolve the problem. Alternative solution such as using insect as biocontrol agent should be applied. Potential Value of insects (PV) is determined by the importance value index (IVI), and insect phylogeny relations between Indonesia and Africa insects. The study was conducted in March 2014, with 150 V. nilotica using purposive sampling method and line transects, while insects collected using beating tray method. There are 50 species of insects found on V. nilotica. Five species whose NP is high are choosen. These species grouped into Family Geometridae (PV= 2.594 and 2.004), Pyralididae (PV = 2.391), Aphididae (PV = 2.042), and Membracidae (PV = 2.004). Geometridae and Pyralididae are the most recommended insect because of their specificity and dominance. Further research need to be conducted to see the activity of insect as biocontrol.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Wulandari
"ABSTRACT
Jalak putih Acridotheres melanopterus merupakan burung endemik yang tersebar di daerah Jawa, Bali dan Lombok. Karena maraknya kasus perdagangan burung kicau, saat ini Jalak Putih telah termasuk dalam kategori Critically Endangered menurut IUCN. Pada habitatnya khususnya di daerah savana Bekol, Jalak Putih menempati relung tetentu. Selain Jalak Putih, teramati burung lain yang menempati habitat yang sama. Burung-burung yang menempati suatu habitat yang sama tentunya berbagi relung sebagai salah satu cara untuk menghindari kompetisi antar jenis. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembagian relung antara Jalak putih dan jenis burung lainnya. Penelitian ini dilaksanakan di 6 area yang ditentukan pada daerah di sekitar savana Bekol, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur, pada 16 April hingga 23 Mei 2018. Penelitian dilakukan menggunakan metode jelajah bebas dengan mengunjungi tempat dan waktu yang berbeda setiap harinya. Penggunaan habitat Jalak Putih paling besar yaitu di pohon Pilang Acacia leucopholea sebanyak 27 kali perjumpaan dan Rusa Timor Cervus Timorensis sebanyak 10 kali perjumpaan. Teramati ada dua jenis burung yang kemungkinan berbagi relung dengan Jalak Putih yaitu Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus dengan tingkat tumpang tindih relung 0,93 dan Kerak Kerbau Acridotheres javanicus dengan tingkat tumpang tindih relung 0,70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua spesies terbukti memiliki nilai tumpang tindih relung yang cukup besar yang kemungkinan disebabkan oleh kesamaan sumber pakan atau adanya interaksi interspesifik, diantara lain yaitu kompetisi atau simbiosis yang terjadi diantara burung tersebut. Jalak putih berbagi sumber daya dengan cara pengambilan pakan yaitu dengan cara probing dan penggunaan sumber daya di waktu dan tempat yang berbeda.

ABSTRACT
Black Winged Myna Acridotheres melanopterus is one of endemic species which distribute at Java, Bali and Lombok. Black Winged Myna is one of endangered species and categorized to Critically Endangered according to IUCN because of song bird trade crisis. Black Winged Myna lived at their habitat especially at Bekol savannah at their certain niche. Birds that lived at same habitats, usually part their niche to avoid competition among species. Therefore this study supposed to knows about niche partitioning and niche overlap between Black Winged Myna and another bird species. This study was conducted at six area which is determined before at Bekol savannah, Baluran National Park, East Java. Study held from April 16th to May 23rd 2018. Method that use for observation and study is encounter survey, we visited different area and different time for each day. Black Winged Myna rsquo s habitat use mostly found at Pilang tree Acacia leucopholea with 27 encounter and Deer Cervus Timorensis with 10 encounter. We found two bird species which is mostly found at same habitat or interact each other, probably part their niche at their habitats with Black Winged Myna. The bird species is Black Drongo Dicrurus macrocercus with 0,93 niche overlap. and Javan Myna Acridotheres javanicus with 0,70 niche overlap. The result represent that those two species have high niche overlap value. That can be happens probably because of same food resource or any interspecific interaction, which is competition or symbiosis among those bird. Black Winged Myna share their resource with difference their way to take the food, which is probing and difference their foraging time and place. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Thiger Sanjaya
"ABSTRAK
Jalak putih memiliki tiga subspesies yaitu Acridotheres melanopterus tertius yang terdapat di Bali, Acridotheres melanopterus tricolor di daerah Jawa Timur dan Acridotheres melanopterus melanopterus di daerah Jawa Barat dan Madura. Taman Nasional Baluran memiliki spesies Jalak putih yang termasuk dalam subspesies Acridotheres melanopterus tricolor. Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature IUCN status dari Jalak putih adalah Critically Endangered. Langkah yang dapat dilakukan untuk mendukung pelestariannya adalah melalui strategi konservasi secara in-situ yang diawali dengan penelitian lapangan. Perlu dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui perilaku harian dari Jalak putih yang diamati langsung di habitat aslinya, mengetahui pembagian persentase perilaku berdasarkan waktu, dan mengetahui hubungan antara persentase perilaku dengan struktur habitat. Pengambilan data berupa data perilaku Jalak putih dan data struktur habitat. Perilaku Jalak putih yang diambil berupa perilaku makan, bersuara, bertengger, berpindah, menelisik, dan terbang. Data perilaku Jalak putih diambil dengan menggunakan metode scan sampling dan ad-libitum sampling. Data struktur habitat yang diambil berupa tutupan kanopi, tumbuhan bawah kanopi, DBH, dan ketinggian pohon. Perilaku Jalak putih berdasarkan struktur habitat dianalisis menggunakan korelasi Spearman melalui aplikasi SPSS 16.0 untuk melihat hubungan setiap perilaku Jalak putih dengan struktur habitat. Jalak putih aktif di pagi hari dan sore hari. Persentase perilaku terbesar Jalak putih adalah persentase makan sebesar 27. Perilaku bertengger memiliki hubungan yang signifikan dengan tutupan kanopi dengan nilai korelasi sebesar 0,311. Perilaku menelisik memiliki hubungan yang signifikan dengan ukuran DBH dan ketinggian pohon dengan nilai korelasi sebesar 0,313 dan 0,333. Perilaku makan memiliki hubungan yang signifikan dengan tumbuhan bawah kanopi, tutupan kanopi, DBH dan ketinggian pohon dengan nilai korelasi sebesar -0,396, -0,352, -0,339 dan -0,334. Perilaku Jalak putih dapat dipengaruhi oleh keberadaan ungulata dan vegetasi.

ABSTRACT
Black winged Myna has three subspecies Acridotheres melanopterus tertius found in Bali, Acridotheres melanopterus tricolor in East Java and Acridotheres melanopterus melanopterus in West Java and Madura. Subspecies Acridotheres melanopterus tricolor can be found in Baluran National Park. Based on data from the International Union for Conservation of Nature IUCN the status of Black winged Myna is Critically Endangered. One of the step that can be taken such as through in situ conservation strategy that will be supported by the data from field research. The research aim to find out the daily behavior of the Black winged Myna that directly observed in their natural habitat, by examining the percentage distribution of time based behavior, and the relationship between the percentage of behavior and the habitat structure. Collected data is comprised of behavioral activities and habitat structure of Black winged Myna. Behavioral data is consist of feeding behavior, vocal, perching, moving, preening, and flying. Behavioral data collected using scan sampling method and ad libitum sampling. Structural data habitat consist of canopy coverage, vegetation under canopy, DBH, and tree rsquo s height. Black winged Myna behavior based on habitat structure analyzed using Spearman correlation with SPSS 16.0 application to determine the correlation between each behavior with the habitat structure. Black winged Myna active in the morning and evening. The most dominant behavioral data percentage is feeding percentage, with value of 27. Perching behavior has a significant relationship with a canopy cover with a correlation value of 0.311. Preening behavior has a significant relationship with DBH size and tree height with a correlation value of 0.313 and 0.333. Feeding behavior has a significant relationship with under canopy vegetation, canopy cover, DBH and tree height with a correlation value of 0.396, 0.352, 0.339 and 0.334. Black winged Myna behavior can be influenced by the existence of ungulate and vegetation."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>