Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113454 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Tustiantina
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
907 PJKB 7:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
C. Dewi Hartati
"Tesis ini pada dasarnya mengkaji bagaimana perubahan identitas orang Tionghoa di Jakarta dilihat dari penggunaan nama marga. Dalam hal ini fokus penelitian penulis adalah penggunaan nama marga di kalangan masyarakat Tionghoa di Jakarta sebagai suatu identitas , perubahannya yang disebabkan oleh peraturan pemerintah, fungsinya bagi masyarakat Tionghoa dan jenis jenis identitas yang terdapat dalam masyarakat Tionghoa di Jakarta berdasarkan penggunaan nama marga.
Dalam mengkaji masalah ini penulis menggunakan teori interaksionis yang menitikberatkan pada pandangan bahwa manusia adalah produk dari proses interaksi sosial. Pemilihan pada teori ini adalah didasarkan pada asumsi bahwa dalam teori interaksionis ini terdapat simbol-simbol dalam identitas kesukubangsaan yang salah satu di antaranya adalah nama marga. Di dunia saat ini nama marga digunakan sebagai salah satu simbol dari identitas kesukubangsaan.
Pengkajian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode etnografi, yang memusatkan perhatian pada penggunaan nama marga di kalangan masyarakat Tionghoa sebagai suatu identitas. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam, dan penggunaan literatur yang relevan.
Hasil penelitian yang penulis lakukan pada orang Tionghoa di Jakarta dari berbagai macam marga memperlihatkan bahwa mereka tetap menggunakan nama marga sebagai suatu identitas karena nama marga merupakan warisan leluhur yang digunakan dalam lingkup terbatas dan juga dalam interaksinya dengan sesama orang Tionghoa meskipun pada masa Orde Baru penggunaan nama marga. dan juga nama Tionghoa dilarang oleh pemerintah. Dalam mempertahankan penggunaan nama marga Tionghoa, orang Tionghoa juga tidak menolak untuk mengubah nama Tionghoanya menjadi nama Indonesia karena peraturan pemerintah.
Dengan cara yang tidak berbenturan langsung dengan pemerintah ataupun dengan orang-orang non-Tionghoa, orang Tionghoa berupaya mempertahankan nama marga dengan melakukan. resistensi pasif. Yang dimaksud dengan resistensi pasif adalah suatu penolakan untuk menyerah pada lingkungan yang berubah, kekuasaan, pemaksaan atau kekerasan tanpa memperlihatkan perlawanan (secara lisan atau lainnya) terhadap orang yang melakukan pemaksaan tersebut atau lingkungan yang berubah. (Horace B & English, 1958 : 460). Orang Tionghoa menolak untuk menyerah pada suatu keadaan yang berubah dan juga berbagai peraturan yang bersifat diskriminatif yang diterapkan pemerintah kepada golongan ini. Mereka tetap berupaya untuk mempertahankan nama marga karena nama marga merupakan suatu warisan dari leluhur yang harus dipertahankan. Namun juga tidak memperlihatkan perlawanan baik secara lisan atau lainnya.
Dengan seperangkat pengetahuan atau set of knowledge yang dimiliki orang Tionghoa akan konsep datong yang berarti satu dunia atau universal harmony dan juga konsep chuantong yang berarti tradisi sangat membantu orang-orangTionghoa berkompromi dan menggunakan kebijaksanaan yang praktis dalam memecahkan kesulitan yang mereka hadapi. Hal ini juga merupakan strategi adaptasi yang dilakukan oleh orang Tionghoa untuk mempertahankan budayanya dalam hal ini nama marganya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Togar
Medan : Bina Media, 2006, 2006
306.092 NAI ct
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny Yudhi Septa Priana
"ABSTRAK
Tesis ini mencoba mendeskripsikan identitas masyarakat melalui pemilihan
bahasa dan sikap bahasa, sebuah studi etnografi komunikasi pada
masyarakat Padarincang kabupaten Serang Propinsi Banten. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi etnografi
komunikasi dengan menggunakan teori Akomodasi Komunikasi. Hasil
penelitian menyatakan bahwa terdapat pemilihan bahasa berupa campur
kode bahasa dan alih kode bahasa yang dilakukan oleh salah satu kelompok
masyarakat untuk berdaptasi dalam berinteraksi. Sikap bahasa akan muncul
jika satu kelompok masyarakat melakukan pemertahanan bahasa.
pemertahanan bahasa dapat memperlihatkan kesetiaan bahasan dan
kebanggaan bahasa. Akomodasi yang muncul melalui interaksi antara
individu dalam masyarakat yang menggunakan dua bahasa yang berbeda
berupa divergensi dan kovergensi. Akomodasi merupakan strategi untuk
beradaptasi dan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Identitas diri dan
identitas kelompok dapat diungkapkan melalui pemilihan bahasa dan sikap
bahasa yang dilakukan ketika terjadi peristiwa komunikasi antara individu
dengan individu lain baik dalam kelompok masyarakat bahasanya maupun
yang berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda bahasa.

ABSTRACT
This thesis studies about description of social identity through language
selection and language attitude. A ethnografy study on social interaction at
Padarincang society. This research is qualitative research by ethnografy
study approach and communication ethnography by using accommodation
communication theory. The result of the research states that there is
language selection in the form of language code mixing and language code
switching which is done by one of the social group to adapt in interaction.
The language attitude will appear if one of the social group do language
resistance, the language resistance can show us the language loyalty and
language pride. Accommodation appears through interaction among
individuals in society using two different languages in the form of
divergence and convergence. Accommodation is the strategy to adapt and
for achievement of a certain aim. Self identity and group identity can be
represented through the language selection and the language attitude which
is done when the event of communication happens between individual and
the other individuals both their language social group and the group that
come from the social group that have different languages."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Zuli Firmanto
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas sikap bahasa masyarakat Kota Surabaya terhadap Bahasa Jawa dialek Surabaya dan Bahasa Jawa dialek Sala-Yogyakarta. Data yang digunakan merupakan ungkapan-ungkapan mengenai kepercayaan mereka terhadap Bahasa Jawa Dialek Surabaya dan Bahasa Jawa Dialek Sala-Yogyakarta. Data-data tersebut dikumpulkan melalui teknik kuesioner skala sikap, samaran terbanding, wawancara, dan pengamatan. Penelitian ini menggunakan teori sikap Rokeach (1972) yang melihat sikap sebagai tata kepercayaan tentang suatu obyek, yang relatif berlangsung lama, dan mempengaruhi seseorang untuk merespon dengan cara-cara tertentu. Hasil analisis sikap bahasa menunjukkan dua kepercayaan yang paling berpengaruh : (1) Bahasa Jawa dialek Surabaya kasar serta tidak formal, (2) Bahasa Jawa dialek Surabaya merupakan identitas dan bagian dari keragaman budaya bangsa yang harus dibanggakan serta dilestarikan

ABSTRACT
This thesis discusses about language attitude of Surabaya citizens toward Javanese dialects of Surabaya and of Sala-Yogyakarta. Data that is used is based on their expression of beliefs around Javanese dialect of both places. Moreover, data was collected by using attitudes scale questionnaire, matched guise technique, interview technique, and observation. This research was uses Rokeach‟s attitude theory (1972) that sees attitude as a relatively enduring organization of beliefs around an object predisposing someone to respond in some preferential manner. The analysis shows respondents belief that Javanese dialect of Surabaya is impolite and informal language, but also a part of citizens identity and national cultural diversity that must be acknowledge, preserved and be proud of."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Dwi Wardani
"Identitas bisa diproduksi melalui representasi yang merupakan sebuah sistem simbolik. Sementara itu, sebuah representasi memiliki karakteristik yang khas, yaitu menunjuk kepada sesuatu yang lain, yang bukan dirinya. Namun seringkali sebuah representasi justru beralih menjadi apa yang direpresentasikannya dan seolah-olah menjadi `realitas' yang baru. Melalui representasi tersebut, sebuah identitas baik yang lama ataupun baru bisa menjadi seolah-olah nyata, dan bukan sebuah rekaan.
Desain-desain Dagadu berusaha memperkuat citra-citra tertentu yang positif mengenai kota Yogya, terutama sebagai kota wisata melalui visualisasi dan konotasi positif dengan memadukan berbagai ikon, gambar serta kata-kata. Konotasi-konotasi tersebut hadir sedemikian rupa sehingga nampak natural dan seolah-olah tak terbantahkan. Identitas kota Yogya antara lain sebagai kota wisata, kota pelajar, bahkan kota plesetan dikonstruksi melalui representasi yang diatur sedemikian rupa untuk menimbulkan makna seperti yang diinginkan Dagadu.
Produk budaya populer seperti kaos Dagadu Djogdja berperan sebagai alat ideologis karena produk kaos tersebut bisa sdibaca sebagai sebuah konsep yang nyata dan diterima sebagai fakta secara bulat oleh mereka yang merasa menjadi bagian dari sistem makna yang dibangun oleh produsen kaos Dagadu tersebut. Di batik representasi mengenai kota Yogya yang diciptakan oleh Dagadu terdapat sebuah kepentingan demi berputarnya roda ekonomi dan budaya yang akan menghasilkan keuntungan bagi Dagadu. Dengan makin kokohnya citra positif mengenai kota Yogya yang nyaman dan istimewa sebagai kota wisata, identitas kota Yogya sebagai kota wisata akan semakin mantap. Seiring dengan makin menariknya citra kota Yogya sebagai kota wisata, diharapkan akan semakin banyak wisatawan yang datang mengunjungi Yogya. Dengan demikian, semakin besar pula peluang Dagadu untuk memasarkan kaosnya sebagai cinderamata.
Dengan memakai pendekatan desain moderen dan populer, kaos-kaos Dagadu yang kebanyakan berupa plesetan clan bersifat menyindir atau menertawakan berbagai hal menjadi tidak menyakitkan bagi yang merasa tersindir, bahkan mungkin saja bisa tertawa bersama Dagadu. Hal tersebut pada akhirnya menguntungkan Dagadu karena dengan `diplomasi tawa' semacam itu `perdamaian' akan terjaga dan roda ekonomi dan budaya akan tetap berputar bagi Dagadu khususnya. Resistensi yang menjadi sifat dasar plesetan dan kaos oblong telah terkomodifikasi dalam kepentingan ideologi kapitalisme yang senantiasa mementingkan profit dan pasar.
Dalam menjaga mottonya yang berbunyi `smart, smile and Djokdja' Dagadu memiliki batasan-batasan dalam meloloskan sebuah desain untuk naik cetak atau tidak. Batasan-batasan tersebut mengakibatkan munculnya kesan elit dalam desain kaos Dagadu yang menjadi bagian dari identitasnya. Maka, tindakan membeli kaos Dagadu bisa dibaca sebagai wujud politik identitas atau usaha untuk membedakan diri dari orang atau kelompok lain.

Identity can be produced through representation which is a symbolic system. A specific characteristic of representation is its nature to always refer to something other than itself. Nevertheless, a representation may transform into what it represents and becomes a new `reality'. Through a representation, an identity, whether it is an already existing one or a new one, can be presented as if it is a fact, and not created.
Dagadu's designs try to establish certain positive images about Yogya, especially the image of a well known tourist destination through visualization and positive connotations which come as the result of combining various icons, graphics, and words. Those connotations present themselves in such a way so that they seem or feel so natural, as if irrefutable. Identities of Yogya as a tourist destination, a student town, and even as town of `plesetan', among others, are constructed through representations which are arranged in such a way to imply meanings desirable to Dagadu.
A product of popular culture like a Dagadu T-shirt can enact as an ideological tool because the product may be read by those who voluntarily become a part of the system of meanings built by Dagadu as a real concept, and that it is accepted as a fact. Behind every representation created by Dagadu lies Dagadu's interest to keep the economic and cultural wheels rolling, as it will produce profit for Dagadu. The more the positive image of Yogya as a pleasant and extraordinary tourist destination is imposed, the more people believe in its strong identity. As Yogya's image as a tourist destination gains more popularity, more tourists will visit it. Thus, Dagadu has an even bigger chance to sell its products.
Applying modern design and popular design approach, Dagadu T-shirts, most of which contains `plesetan' which basically mock at many things, become less irritating for those who regard themselves to be the object of mockery. They may even laugh with Dagadu. This of course benefits Dagadu because laughter has been proven to be a good ambassador in negotiating ?peace? in order to keep the economic and cultural wheels rolling, especially for the sake of Dagadu. Resistance which has been the main characteristic of ?plesetan? and T-shirt is now commodified by capitalism whose interest is to always put profits and market at top priorities.
To sustain its motto of ?smart, smile and Djogdja?, Dagadu has been determined to make its designs meet certain criteria before they can be executed or produced. Those criteria cause an elitist impression on Dagadu T-shirts. This elitist impression is attached as a part of its identity. Therefore, an act of buying a Dagadu T-shirt can be interpreted as a materialization of an identity politics or an attempt to distinguish oneself from others.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Adam Maulana
"Pengakuan batik Indonesia sebagai warisan nonbendawi oleh UNESCO pada 2009, memunculkan beragam motif lokal di Indonesia. Batik dengan motif Gajah Oling dari Kabupaten Banyuwangi adalah salah satunya. Motif ini merupakan motif batik tertua dan terkenal di Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motif batik Gajah Oling sebagai identitas kebudayaan di tengah masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Motif batik Gajah Oling menjadi identitas kebudayaan Kabupaten Banyuwangi dilihat berdasarkan Teori Kearifan Lokal (Meliono, 2011), Teori Ekonomi Ganda (Itagaki, 1968), dan Teori Transmisi kebudayaan (Tilaar, 1999). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan korpus data berupa motif batik Gajah Oling yang dapat ditemui di berbagai sektor kehidupan masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Hasil penelitian menunjukkan motif batik Gajah Oling merupakan salah satu identitas kebudayaan kabupaten Banyuwangi karena eksistensi motif ini sudah menyatu dengan kearifan lokal masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Motif batik Gajah Oling ini juga mampu menghasilkan profit ekonomi bagi masyarakat maupun pemerintah daerah. Motif ini juga tidak bersifat eksklusif. Penggunaan motif batik Gajah Oling tidak ada batasan kalangan, promosi produk dengan unsur motif batik Gajah Oling juga sudah mencapai nasional dan internasional. Pengaplikasian motif batik Gajah Oling dalam elemen kemasyarakatan didukung dengan hasil transmisi kebudayaan yang berawal dari motif kain dan berkembang ke berbagai produk kreatif lainnya sehingga mempertegas argumen penelitian ini bahwa batik tersebut adalah bagian dari penanda identitas masyarakat Kabupaten Banyuwangi.

The recognition of Indonesian batik as an intangible heritage by UNESCO in 2009 gave rise to various local motifs in Indonesia. Batik with the Gajah Oling motif from Banyuwangi District is one of them. This motif is the oldest and most famous batik motif in Banyuwangi District. This research aims to analyze the Gajah Oling batik motif as a cultural identity among the people of Banyuwangi District. The Gajah Oling batik motif has become the cultural identity of Banyuwangi District based on the Local Wisdom Theory (Meliono, 2011), Dual Economic Theory (Itagaki, 1968), and Cultural Transmission Theory (Tilaar, 1999). This research uses a qualitative descriptive method, with a corpus of data in the form of Gajah Oling batik motifs which can be found in various sectors of Banyuwangi District community life. The research results show that the Gajah Oling batik motif is one of the cultural identities of Banyuwangi District because the existence of this motif is integrated with the local wisdom of the people of Banyuwangi District. The Gajah Oling batik motif is also able to generate economic profits for the community and local government. This motif is also not exclusive. The use of the Gajah Oling batik motif has no boundaries, promotion of products with elements of the Gajah Oling batik motif has also reached national and international levels. The application of the Gajah Oling batik motif in social elements is supported by the results of cultural transmission which started from cloth motifs and developed into various other creative products, thus reinforcing the argument of this research that batik is part of the identity marker of the people of Banyuwangi District."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mina Elfira
"Para perempuan Minangkabau yang merantau ke luar Indonesia biasanya berupaya untuk membuat identitas mereka fleksibel agar supaya mereka dapat memaksimalkan hak-hak yang diberikan oleh ‘rumah kedua/negara kedua” mereka. Di sisi yang lain, mereka juga, dengan tingkatan yang bervariasi, menjaga eksistensi mereka sebagai anggota Rumah Gadang mereka, baik melalui pengiriman sumbangan pemikiran, maupun keuangan. Kedua bentuk kontribusi tersebut memiliki dua keuntungan, yaitu untuk membantu keluarga di kampung, dan juga untuk mendapatkan power sosial. Dengan melakukan “pembayaran kembali”, baik secara moral maupun finansial, kepada kampung halaman, mereka telah memenuhi kewajibankewajiban mereka sebagai perantau sebagaimana yang diharapkan oleh aturan-aturan Adat. Tindakan-tindakan tersebut juga dapat menjaga hak-hak para perempuan perantau ini di kampung halaman, terutama terkait properti dan status sosial."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
PGB-Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Fitriadi Herman
"ABSTRAK
Tesis ini membahas pengaruh rasa saling percaya antar anggota (Trust),
kepemimpinan dalam komunitas (community leadership), keterikatan antar anggota
(member connectedness), komitmen anggota (member commitment), dan
dukungan manajemen (management support) terhadap efektifitas community of
practice (community of practice effectiveness) untuk efektifitas pemecahan
masalah (problem solving effectiveness) di PLN Unit Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang (PLN Disjaya). Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan melalui
survey kuesioner untuk uji hipotesis terhadap anggota community of practice yang
ada di PLN Disjaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam komunitas, rasa
keterikatan anggota, dan dukungan manajemen memainkan peranan penting dalam
efektifitas community of practice yang juga berperan dalam menentukan efektifitas
pemecahan masalah. Namun, tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan
dari rasa saling percaya anggota dan komitmen komunitas terhadap efektifitas
community of practice dan efektifitas pemecahan masalah. Penelitian ini dapat
menjadi masukan dalam mempertimbangkan cara pengukuran dampak COP
terhadap kinerja perusahaan.

ABSTRACT
This study analyze the effect of trust, community leadership, member
connectedness, member commitment, and management support on community of
practice effectiveness for problem solving effectiveness in PLN Jakarta Raya and
Tangerang Distribution Unit (PLN Disjaya). The study employs quantitative
method and questionnaire survey of community of practice member in PLN Disjaya
in order to conduct hypotheses testing.
The results show that community leadership, member connectedness, and
management support have significant effect on community of practice effectiveness,
which in turn affect problem solving effectiveness. However, this study cannot
found the effect of trust and member commitment on community of practice
effectiveness for problem solving effectiveness. This study suggest insights in
measuring the impact of community of practice on organizational performance."
2016
T46266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surjadi
"Studi ini membahas artikulasi identitas-identitas kultural di Provinsi Riau yang muncul sebagai tanggapan atas kepengaturan desentralisasi. Riau yang merupakan salah satu provinsi berpendapatan per kapita terbesar, adalah salah satu kisah sukses desentralisasi pascaSoeharto. Provinsi ini juga menjadi tempat tinggal bagi kelompok warga Melayu yang terbesar di Indonesia. Namun mereka bukanlah penduduk mayoritas di Provinsi Riau. Artikulasi identitas kultural didalami menggunakan kerangka pemikiran Stuart Hall, sedangkan kepengaturan governmentality dianalisis dengan kerangka konseptual Michel Foucault. Terjadi kontestasi antar berbagai identitas kultural yang diwarnai dengan relasi kekuasaan yang rumit antara aktor-aktor di Jakarta dan Riau.

This study discusses various articulations of cultural identities in Riau Province, which arise as responses to the governmentality of decentralization. Riau as one of the provinces with the largest income per capita, is a success story of post Soeharto decentralization. The province is also home to the largest Malay group in Indonesia. However, they are not the majority population in Riau. Articulation of cultural identity is explored from the perspective of Stuart Hall, while governmentality is analised using Michel Foucault rsquo s conceptual framework. There are contestations among diverse cultural identities colored by complex power relations between actors in Jakarta and Riau.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2247
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>