Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87575 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Jilan Alya
"Pneumonia pneumokokus merupakan jenis community-acquired pneumonia yang merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Dalam penelitian ini, model matematis penyebaran Pneumonia pneumokokus dibangun dengan mempertimbangkan intervensi vaksinasi dan perawatan di rumah sakit. Model tersebut dibentuk dengan membagi populasi manusia berdasarkan status kesehatannya. Beberapa faktor dipertimbangkan dalam mengonstruksi model, seperti individu tanpa gejala, fase laten selama infeksi, dan intervensi vaksinasi dan perawatan di rumah sakit. Studi analitik dilakukan untuk menemukan dan menganalisis eksistensi dan stabilitas lokal dari titik-titik keseimbangan, menentukan bilangan reproduksi dasar (R0), dan menyelidiki jenis bifurkasi model. Ditemukan bahwa model yang dikonstruksi mengalami bifurkasi maju ketika R0=1. Hasil ini menunjukkan bahwa R0 perlu dikurangi sebesar mungkin dengan vaksinasi dan/atau perawatan di rumah sakit untuk menghindari terjadinya infeksi di masyarakat. Beberapa pendekatan numerik ditampilkan untuk melihat visualisasi hasil dari model. Hasil simulasi menunjukkan bahwa laju vaksinasi dan laju perawatan hanya memberikan efek yang sangat signifikan di awal dalam menurunkan nilai R0, tetapi tidak begitu signifikan saat nilai kedua laju yang diberikan sudah cukup besar. Didapatkan kesimpulan juga bahwa peningkatan laju vaksinasi lebih berhasil menekan angka manusia terinfeksi Pneumonia pneumokokus dibandingkan dengan peningkatan laju perawatan. Jenis vaksin yang digunakan dalam proses vaksinasi juga berpengaruh besar dalam menurunkan nilai R0.

Pneumococcal pneumonia is a type of community-acquired pneumonia which is an acute respiratory infection caused by Streptococcus pneumoniae bacteria. In this study, a mathematical model on the spread of Pneumococcal pneumonia is constructed by considering vaccination and hospital care interventions. The model is formed by dividing the human population based on their health status. We consider several things in the model’s construction, such as asymptomatic individuals, the latent phase during infection, and interventions of vaccination and hospitalization. Analytical studies are carried out to find and analyze the existence and local stability of the equilibrium points, determining the basic reproduction number (R0) and investigate the type of bifurcation of the model. We find that the model exhibits a forward bifurcation when R0=1. Several numerical experiments are shown to see the visualization of the model. The simulation results show that the rate of vaccination and the rate of hospitalization only have a very significant effect at the beginning in reducing the value of R0. It is also concluded that an increase in the rate of vaccination is more successful in reducing the number of individuals infected with Pneumococcal pneumonia compared to an increase in the rate of hospitalization.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Amanda
"ABSTRAK
Latar belakang: Streptococcus pneumoniae adalah etiologi yang paling sering ditemukan pada pneumonia komunitas. Studi di Semarang mendapatkan bahwa angka kejadian pneumonia pneumokokus adalah sebesar 13,5% dari seluruh kasus pneumonia komunitas. Beberapa faktor termasuk vaksinasi mempengaruhi kejadian pneumonia pneumokokus dan komplikasi penyakit pneumokokus invasif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan karakteristik pneumonia pneumokokus pada pasien pneumonia komunitas.
Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang yang dilakukan pada pasien pneumonia komunitas di rumah sakit umum pusat Persahabatan Jakarta pada bulan April-Oktober 2018. Diagnosis pneumonia komunitas ditegakkan apabila terdapat infiltrat baru pada foto toraks disertai dua dari lima gejala demam, sesak napas, batuk, batuk darah, atau nyeri dada yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari dua minggu. Pada tiap subjek penelitian akan dilakukan wawancara medis, pemeriksaan fisis, foto toraks, pemeriksaan laboratorium, dan biakan spesimen seperti sputum, darah, dan cairan pleura. Hasil biakan positif S. pneumoniae akan diperiksakan serotipe, uji kepekaan dan resistensi antibiotik.
Hasil: Dari 92 subjek penelitian didapatkan proporsi pneumonia pneumokokus sebesar 12%. Sebagian besar subjek pasien pneumonia pneumokokus berusia 19-64 tahun (72,7%), laki-laki (72,7%), memiliki komorbid paru (54,5%) dan ekstra paru (45,5%), malnutrisi (72,7%), tidak merokok saat ini (81,8%), dan tidak pernah divaksinasi pneumokokus (100%). Sesak napas, batuk, dan demam adalah gejala klinis yang sering ditemukan. Gambaran radiologis yang terbanyak ditemukan adalah infiltrat. Derajat penyakit pada kelompok ini adalah nilai CURB-65 ≤ 2 (100%). Pada penelitian ini didapatkan angka penyakit pneumokokus invasif sebesar 18,2%. Serotipe pada pasien pneumonia pneumokokus dengan penyakit pneumokokus invasif adalah 6A/6B dan 7F/7A, sedangkan pada pasien tanpa penyakit pneumokokus invasif adalah serotipe 3, 6A/6B, 4, 9V/9A, 15A/15F, dan 16F. Telah ditemukan beberapa serotipe pneumokokus yang resisten terhadap antibiotik seperti golongan penisilin, makrolid, tetrasiklin, kloramfenikol, dan klindamisin. Kesimpulan: Proporsi pneumonia pneumokokus pada pasien pneumonia komunitas dewasa di penelitian ini adalah sebesar 12% dan angka kekerapan penyakit pneumokokus invasif sebesar 18,2%. Beberapa karakteristik tampak dominan pada subjek pasien pneumonia pneumokokus, namun hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak bermakna.
"
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rindang Rizki Sisyara
"Angka kejadian pneumonia pada Balita tinggi dan terus meningkat. Oi Kota Depok angka pneumonia Balita tertinggi adalah di Puskesmas Pancoran Mas. Angka cakupan rumah sehat di Kecamatan Pancoran Mas masih sekitar 8] %, artinya sekitar 8000 rumah belum memenuhi keriteria rumah sehat.
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara ventilasi, penyinaran, keJembaban dan kepadatan penghuni sebagai faktor rumah sehat, dengan kejadian pneumonia pada Balita. Data dianalisis menggunakan uji chi square, menggunakan interval kepercayaan 95 %. Jumlah sampel sebanyak 7 J.
Hasil penelitian menunjukkan 3 dari 4 variabel lingkungan fisik rumah berhubungan dengan kejadian pneumonia Balita. Variabel yang berhubungan adalah penyinaran (p=O,OO I, OR=6,900), kelembaban (p=O,OO 1, OR= 8,095) dan kepadatan penghuni (p=O,OI6, OR=9,93I ). Ventilasi tidak berhubungan dengan kejadian pneumonia Balita. Variabel lain yang berhubungan dengan kejadian pneumonia Balita adalah AS! eksklusif (p=O,033, OR=2,940 BBLR (p=O,029, OR=3,294), imunisasi (p=O,028, OR=5,536), kebiasaan merokok penghuni rumah (p=0,004, OR=4,295), penggunaan obat oyamuk bakar (p=O,008, OR=4, J27), dan pendidikan !bu (p=O,042, OR= 4,074).
Disarankan kepada pemegang kebijakan agar meningkatkan efektifitas program pengendalian dan pencegahan lSPA, kepada petugas sanitasi agar lebih gencar melakukan penyuluhan mengenai pentingnya rumah sehat dan kaitannya dengan kesehatan. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dortua Lince Sidabalok
"Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada balita di seluruh dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Polusi udara dalam ruangan menjadi salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian pneumonia disamping faktor individu dan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PM2,5 dalam udara ruang rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian ini bersifat analitik observasional menggunakan desain studi kasus kontrol. Sampel penelitian sebanyak 78 balita dari wilayah kerja Puskesmas Citeureup yang terdiri dari 26 kasus dan 52 kontrol. Data penelitian dikumpulkan menggunakan alat mini particle counter dan kuesioner, serta dianalisis menggunakan chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi (OR=12,14; 95%CI: 1,33-110,29), status imunisasi (OR=5,51; 95%CI: 1,82-16,69), ASI eksklusif (OR=3,89; 95%CI: 1,27-11,88), luas ventilasi (OR= 4,09; 95%CI: 1,43-11,75), dan kebiasaan merokok dalam rumah (OR=4,09; 95%CI: 1,51-11,12) berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Konsentrasi PM2,5 dalam rumah berhubungan dengan pneumonia pada balita (aOR=4,092; 95%CI: 1,08-15,45) setelah dikontrol oleh status imunisasi, ASI eksklusif, luas ventilasi dan adanya orang yang merokok di dalam rumah.

Pneumonia is the major causes of death due to infection in children under five around the world, especially in developing countries including Indonesia. Indoor air pollution is one of the risk factors that increased the incidence of pneumonia besides individual factors and infections. This study aimed to determine the relationship between indoor PM2,5 with the incidence of pneumonia in children under five. This was an analytic observational study with case control design. The sample study was 78 children under five selected from working area of Puskesmas Citeureup consisted of 26 cases and 52 controls. The data were collected by mini particle counter and a set of questionnaire, analyzed by chi square and multiple logistic regression. The results showed that nutritional status (OR=12.14; 95% CI: 1.33 to 110.29), immunization status (OR=5.51; 95% CI: 1.82 to 16.69), exclusive breastfeeding (OR=3.89; 95% CI: 1.27 to 11.88), ventilation (OR=4.09; 95% CI: 1.43 to 11.75), and smoking habits at home (OR=4.09; 95% CI: 1.51 to 11.12) associated with the incidence of pneumonia. Indoor PM2.5 were associated with pneumonia in children under five (aOR=4,092; 95%CI: 1.08 to 15.45) after being controlled by immunization status, exclusive breastfeeding, ventilation and smoking habits at home."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahmadani
"Pneumonia merupakan masalah kesehatan global yang menjadikan Indonesia salah satu negara dengan beban pneumonia tertinggi di dunia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan meningkat menjadi 2% dibandingkan sebelumnya. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat pneumonia adalah meningkatkan cakupan imunisasi pentavalen dan pemberian ASI ekslusif secara nasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan imunisasi pentavalen dan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian pneumonia pada batita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Desember 2021. Populasi penelitian adalah anak usia 9 – 36 bulan sebanyak 2.755 responden. Pengumpulan data menggunakan data sekunder SDKI tahun 2017. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 79.5% anak sudah diberikan imunisasi pentavalen dan sebanyak 52.3% anak diberikan ASI ekslusif. Hasil regresi logistik, terdapat hubungan yang signifikan antara imunisasi pentavalen dengan kejadian pneumonia pada balita (p-value=0.005). Variabel umur memiliki interaksi dengan imunisasi pentavalen terhadap pneumonia. Variabel status sosial ekonomi merupakan confounder antara hubungan imunisasi pentavalen dengan kejadian pneumonia. Diharapkan kepada pembuat kebijakan dapat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan pnuemonia dan kepada pemberi pelayanan untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat pentingnya imunisasi pentavalen dalam bentuk penyuluhan atau sosialiasai mengenai pencegahan pneumonia pada anak, serta melakukan sweeping atau kunjungan rumah untuk meningkatkan cakupan imunisasi pentavalen.

Pneumonia is a global health issue, with Indonesia having one of the highest pneumonia burdens in the world. According to Riskesdas data, the prevalence of pneumonia based on health worker diagnoses increased by 2% in 2018 compared to the previous year. Increased coverage of pentavalent immunization and national exclusive breastfeeding are two of the government's efforts to reduce morbidity and mortality due to pneumonia. The goal of this study was to see if there was a link between pentavalent immunization and exclusive breastfeeding and the risk of pneumonia in toddlers. A cross-sectional design was used in this study. This study was carried out between September and December of 2021. respondents. Secondary data from the 2017 IDHS were used for data collection. According to the findings, 79.5 percent of children had received pentavalent immunization, and 52.3 percent of children were exclusively breastfed. According to the findings of logistic regression, there was a significant link between pentavalent immunization and the incidence of pneumonia in children under the age of five. The age variable interacts with pentavalent pneumonia immunization. The socioeconomic status variable is a confounder in the association between pentavalent immunization and pneumonia incidence. It is hoped that policymakers will be able to monitor and evaluate the implementation of pneumonia prevention and control, and that service providers will be able to increase public awareness of the importance of pentavalent immunization in the form of counseling or socialization regarding the prevention of pneumonia in children, as well as conduct sweeping or home visits to increase coverage of pentavalent immunization."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iris Rengganis
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Meilani
"ABSTRAK
Nama : Dwi MeilaniProgram Studi : Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul Tesis : Analisis Perilaku Penolakan Vaksinasi Pada KomunitasAnti Vaksin di Media Sosial Facebook di Indonesia Tahun2016xvi 132 halaman, 6 tabel, 10 gambar, 4 lampiranMenurunnya cakupan vaksinasi di Indonesia diantaranya disebabkan oleh adanyakelompok yang menolak vaksinasi Kemkes, 2014 . Belum banyak penellitiantentang penolakan vaksin pada komunitas media sosial, karenanya penelitian inidilakukan pada dua komunitas anti vaksin di facebook group. Dengan tujuanmengetahui faktor determinan perilaku penolakan vaksin untuk dapat dijadikandasar merumuskan strategi program yang efektif. Penelitian menggunakanmetode kualitatif dan teori Health Belief Model. Hasil penelitian menemukandeterminan sosio demography yang membentuk persepsi informan terhadapvaksin dan risiko penyakit serta faktor penghambat dan faktor pencetus yangmendorong perilaku penolakan vaksin. Peneliti menyarankan kepada KementerianKesehatan untuk meningkatkan kampanye vaksinasi melalui media termasukmedia sosial, melakukan riset berkelanjutan untuk pengembangan vaksin, bagitenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkaitvaksin dan teknik komunikasi efektif.Kata Kunci : Perilaku, Penolakan Vaksin, Health Belief Model, Anti Vaksin,Media Sosial

ABSTRACT
Name Dwi MeilaniStudy Program Public Health ScienceTitle Vaccination Refusal Behavior Analysis On Anti VaccinesCommunities on Social Media Facebook In Indonesia 2016xvi 132 pages, 6 tables, 10 pictures, 4 attachmentsOne of the causes of declining vaccination coverage in Indonesia is the group thatrefused immunization MoH, 2014 . Not many studies on vaccine refusal onsocial media community that has been done, so this study was conducted on twoanti vaccine communities on facebook group. With the aim of knowing thedeterminant factor rejection behavior of vaccines, that can be used as a basis toformulate an effective program strategies. Research using qualitative methodsand theoretical Health Belief Model. The results of the study found, thedeterminants of socio demography that shape perceptions of informants to thevaccine and the risk of disease and inhibiting factors and precipitating factors thatdrive behavior vaccine refusal. Researchers suggested to the Ministry of Health toincrease the vaccination campaign through the media, including social media,conduct ongoing research on vaccine development, for health personnel toimprove their knowledge and skills related to vaccines and effectivecommunication techniques.Keywords Behavior, Vaccine Refusal, Health Belief Model, Anti vaccine.Social Media"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Adam Nur Fajari
"Imunisasi PCV sebagai pencegahan pneumonia merupakan salah satu imunisasi dasar di Indonesia yang dicanangkan pada September 2022. Cakupan imunisasi PCV pada saat pelaksanaan uji coba mencapai angka 80%. Pada Desember 2022 di Kelurahan Mekarjaya Kota Depok cakupan imunisasi PCV1 baru mencapai angka 3,69%. Hal ini menunjukkan cakupan imunisasi PCV di Kelurahan Mekarjaya Kota Depok masih sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi PCV di Kelurahan Mekarjaya Kota Depok Tahun 2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan data primer yang dikumpulkan dari 102 responden ibu yang memiliki anak baduta. Pada penelitian ini ditemukan bahwa 62,7% ibu sudah melakukan pemberian imunisasi PCV pada anaknya yang baduta. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi PCV adalah pendidkan ayah, sikap ibu, pengetahuan ibu, kemudahan akses informasi, serta dukungan kader dan petugas kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian informasi tentang imunisasi PCV dengan cakupan wilayah dan sasaran yang lebih luas. Informasi juga bisa disebarkan menggunakan media lain selain melalui kegiatan penyuluhan.

PCV immunization as a prevention of pneumonia is one of the basic immunizations in Indonesia which was launched in September 2022. PCV immunization coverage at the time of the trial reached 80%. In December 2022, in Mekarjaya Village Depok City, PCV1 immunization coverage had only reached 3.69%. This shows that the coverage of PCV immunization in Mekarjaya Village Depok City is still very low. This study aims to determine the factors associated with the behavior of giving PCV immunization in the Mekarjaya Village Depok City in 2023. The method used in this research is a quantitative method with a cross-sectional approach using primary data collected from 102 mother respondents who have an infant under two years old. In this study it was found that 62.7% of mothers had given PCV immunization to their children under two years old. Factors related to giving PCV immunization were father's education, mother's attitude, mother's knowledge, ease of access to information, and support from cadres and health workers. Therefore it is necessary to provide information about PCV immunization with a wider coverage area and targets. Information can also be disseminated using media other than through outreach activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khariri
"Pandemi COVID-19 telah menimbulkan tantangan global dalam menghadapi penyebaran virus SARS-CoV-2. Vaksinasi menjadi strategi efektif dalam mengurangi penyebaran virus dan dampak COVID-19 pada kesehatan masyarakat. Platform vaksin yang banyak diberikan di Indonesia antara lain platform virus utuh dan vektor virus. Penelitian ini bertujuan menganalisis imunitas humoral pasca vaksinasi COVID-19 platform virus utuh dan vektor virus pada orang dewasa. Desain penelitian ini adalah longitudinal dengan pengambilan sampel secara berkala sebanyak 6 kali sebelum dan setelah vaksinasi. Penelitian dilakukan pada tahun 2021 sampai 2023 di Kota Bogor dan Kabupaten Sleman. Jumlah subjek yang terlibat sebanyak 150 orang pada setiap kelompok. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengambilan sampel serum. Serum diperiksa untuk binding antibody menggunakan CMIA, antibodi netralisasi menggunakan SvNT, subkelas IgG menggunakan ELISA, dan mediator imunitas seluler menggunakan multipleks ELISA. Dari hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel TP1 didapatkan sebanyak 42% subjek vaksin virus utuh dan 81% subjek vaksin vektor virus positif antibodi SARS-CoV-2. Di antara subjek yang positif mempunyai riwayat gejala sesak napas (100%), demam (89%) dan pilek (82%). Subjek vaksin vektor virus mempunyai tren respons antibodi lebih tinggi dibanding virus utuh. Proporsi subjek positif pada pengukuran antibodi netralisasi selalu lebih tinggi dibanding binding antibody. Berdasarkan imunosenescence, secara umum tidak berbeda bermakna di antara kelompok usia tersebut. Faktor yang secara signifikan memengaruhi respons imun dalam adalah platform vaksin. Respons antibodi tidak berbeda bermakna pada subjek yang mendapatkan vaksin 2 dan 3 dosis, baik pada hasil pengukuran TP1 positif maupun negatif. Pemberian dosis 3 heterolog menimbulkan respons antibodi yang lebih tinggi dibandingkan dengan homolog. Analisis statistik pada kedua kelompok penerima vaksin menunjukkan tidak berbeda bermakna pada semua subkelas IgG. Kadar IFN gamma, IL-2, IL-6, IL-10 dan TNF alpha pada virus utuh lebih rendah dibandingkan vektor virus Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua platform vaksin mampu menginduksi respons antibodi yang signifikan. Namun, terdapat perbedaan dalam pola dan durasi respons imun antara kedua jenis vaksin.

The COVID-19 pandemic has become a global challenge with the spread of SARS-CoV-2. Vaccination is an effective strategy to reduce the spread of the virus and the impact of COVID-19 on public health. The research aims to analyse humoral immunity following vaccination with COVID-19 viral platforms and viral vectors in adults. The study design is longitudinal, with samples taken periodically up to 6 times before and after vaccination. The study will be conducted between 2021 and 2023 in Bogor City and Sleman District. The number of subjects involved is 150 people in each group. Data will be collected through interviews and serum sampling. Serum was tested for antibody binding using CMIA, antibody neutralisation using SvNT, subclass IgG using ELISA, and cellular immunity mediators using ELISA multiplex. Laboratory testing of the TP1 sample showed that 42% of the whole inactivated vaccine subjects and 81% of the viral vector subjects were positive for SARS-CoV-2 antibodies. Those who were positive had a history of shortness of breath (100%), fever (89%) and colds (82%). The proportion of positive subjects in the neutralised antibody measurement is always higher than the antibody binding. Based on immunosenescence, there is generally no difference in significance between these age groups. The factor that significantly affects the immune response within the vaccine is the vaccine platform. The antibody response was not significantly different in subjects who received 2 and 3 doses of the vaccine, both in positive and negative TP1 measurements. The administration of 3 heterologous doses results in a higher antibody response compared to homologous doses. Statistical analysis in both groups showed no significant difference in all IgG subclasses. IFN gamma, IL-2, IL-6, IL-10 and TNF-alpha levels were lower in the whole inactivated vaccine than in in the viral vector. However, there are differences in the pattern and duration of immune responses between the two vaccines."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>