Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136231 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Rosa Delima
"Dental caries is a multifactorial disease that can affect all levels of society. There are several factors that take part ini caries initiation. Caries risk factors in children are related to age, gender, use of bottles, tooth brushing frequency, the role of the mother, and parental education. The purpose of this studywas to find out factors related to the cause of early childhood caries experienced by preschool children at PAUD Kenanga 17 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, North Jakarta. An observational analytical methods with cross sectional approach was used in this study. Subject in this study consisted of 20 children as a total sample of the population. Data collection was carried out using questionnaires and def-t index was employed for dental examination. Data processing and statistical analysis using chi-square test were applied with a significance value of p <0.05. The results showed significant correlation between age (p value 0.001) and gander (p value 0.047) andearly childhood caries.however, no correlation was observed betwen the use of bottle (p value = 0.909), frequency of tooth brushing (p value 1.00), role of mother (p value 1.00), and i parental education (p value = 0.798) and early childhood caries."
Jakarta: Universitas Yarsi, 2015
362 STK 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Rahardjo
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
PGB 0583
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurjani
"ABSTRAK
Cheilitis angularis adalah peradangan pada satu atau kedua sudut mulut yang berupa maserasi, fisur dan eritema yang erosi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya cheilitis angularis antara lain berkurangnya dimensi vertikal, defisiensi nutrisi dan "superimpose" dari mikroorganisme yaitu Candida albican, Staphylococcus dan Streptococcus. Pengamatan pendahuluan yang dilakukan pada anak-anak SD kecamatan Pacet kabupaten Cianjur temyata ditemukan banyak penderita cheilitis angularis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya mikroorganisme pada cheilitis angularis anak-anak didaerah ini dan mikroba mana yang lebih banyak ditemukan. Subyek dipilih dari muridmurid SD dikecamatan Pacet kabupaten Cianjur. Dari 315 orang murid, ditemukan 85 orang (24,21%) yang menderita cheilitis angularis. Hasil yang diperoleh dari 79 sampel yang dapat dianalisa secara mikrobiologis terlihat pria lebih banyak dari wanita, makin meningkat umur anak terlihat penurunan jumlah penderita cheilitis angularis, ditemukan mikroorganisme dengan urutan terbanyak stafilokokus 48 (60,75%), streptokokus 42 (53,16%) dan candida 23 (29,75%), makin parah cheilitis angularis makin banyak dapat diidentifikasi kombinasi mikroorganisme. Kesimpulan yang diperoleh, bukan saja golongan jamur berperan pada cheilitis angularis, tetapi kuman golongan kokus lebih banyak ditemukan dibanding jamur. Oleh sebab itu dalam pemberian terapi diperlukan kombinasi anti jamur dan antibiotik secara topikal.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinati Adrin
"ABSTRAK
The aim of this study was to determine the difference of oral hygiene and teeth caries in children with asthma bronchiale, age 3-6 years with several levels of frequency of asthma attack. Fifty children with asthma bronchiale were chosen from Pulmonology Clinic University of Indonesia RSCM. This study used Green and Vermillion to asses the oral hygiene and def-t index for measured caries. The frequency of asthma attack was the amount of attack of children using drugs per year. The sample was divided into 3 groups. The first group consists of children with asthma 2-6 attacks per year. Second group with 7-12 attacks per year and the third group more than 12 times per year. One way ANOVA test showed that the oral hygiene and def-t had significant differences between the three groups (p<0.001). Tukey test showed that oral hygiene had significant differences between the group I-II and I-III (p<0.001). In Tukey test for def-t showed there was a significant difference between the group I-II, I-III, II-III respectively (p<0.001). There was a strong correlation between oral hygiene and frequency of asthma attack (r=0.68), def-t and frequency of asthma attacks (r=0.75), and oral hygiene and caries (r=0.85)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Audiawati
"Cases of oral candidiasis are commonly found, both in healthy individuals and immunecompromise patients, however publications of Candida carrier in the oral cavity of healthy population and risk factors for colonization in Indonesia are hardly available. Objective : This study was aimed to analyze the type and number of Candida colonies and identify risk factors in the oral cavity of apparenthly health FKG UI students. Material and methods : the specimens were taken from 195 subjects with oral rinse technique for identification using culture medium CHROMagar® and Sabaraoud dextrose agar. Results and discussion : Candida species were found in the 107 subjects oral cavity (54.87%), being Candida albicans was is the predominant species (52.33%). Some 88 subjects (82.24%) was dominant in the number of colonies <400 CFU/ml, while the rest had colony of >400 CFU/ml (17.76%). Candida colony grew dominantly in single colony (90.65%), and the others showed multi-species colonies (9.34%). Risk factors identified included age; gender; hormonal; blood type O; denture; orthodontic appliances; unstimulated salivary flow; pH of saliva; smoking, alcohol and oral cleaning habit; and oral health status. By using a statistical Pearson chi-square test, no significant relationship was found between risk factors and number of Candida colonies in the oral cavity p<0.05. Conclusion : there was no one single risk factor for Candida colonization, but combination of various risk factors for demographis, local and systemic was observed."
Jakarta: Universitas Yarsi, 2015
362 STK 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sarworini Bagio Budiardjo
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
PGB 0577
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa
"Latar Belakang: Prakiraan usia memiliki peran yang sangat penting dalam dunia hukum dan forensik terkait permasalahan kasus eksploitasi anak di bawah umur di Indonesia. Prakiraan usia menggunakan gambaran radiologis tulang vertebra servikalis pada sefalometri dengan menilai prakiraan usia skeletal telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu, namun belum pernah dilakukan pada populasi di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui kesesuaian prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis subjek penelitian. Metode: Pengukuran parameter dilakukan pada sampel data sekunder gambaran radiografis sefalometri dan panoramik pada dua kelompok sampel, yaitu sebanyak 100 orang dengan rentang usia 9-18 tahun dan kelompok kedua sebanyak 10 orang dengan rentang usia 9-11 tahun, dimulai dengan rumus prakiraan usia skeletal vertebra servikalis yang dihasilkan melalui regresi linier berganda pada kelompok pertama (n=100 orang). Selanjutnya dilakukan uji perbedaan one-way ANOVA dan uji kesesuaian Bland Altman terhadap prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis serta pengujian selisih prakiraan usia pada kelompok kedua(n=10 orang) Hasil: Uji One-way ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik antar semua pengukuran usia (p<0.05), sedangkan hasil uji Bland Altman menunjukkan selisih rerata antara prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia kronologis sebesar 0,0000 ± 1,34 tahun, lebih kecil jika dibandingkan dengan selisih rerata antara prakiraan usia gigi dan usia kronologis sebesar 0,0937 ± 1,37 tahun pada kelompok pertama. Hasil uji t tidak berpasangan pada nilai selisih rata-rata vertebra servikalis sebesar 1,04 tahun dan usia gigi pada 2,52 tahun. Kesimpulan: Prakiraan usia skeletal vertebra servikalis menunjukkan kesesuaian yang lebih baik terhadap usia kronologis dibandingkan usia gigi terhadap usia kronologis.

Background: Age estimation plays important role in law enforcement and forensics related to the under age / children exploitation issue in Indonesia. Age estimation using radiographs of cervical vertebrae in cephalometry by estimating its skeletal age had been carried out in several previous studies, but has never been done in populations in Indonesia. Objective: To study the agreement of cervical vertebrae skeletal age estimation and dental age with the chronological age of the research subject. Methods: Measurement of parameters was performed on secondary data samples of cephalometric and panoramic radiographs consist of two groups. The first group were 100 people with 9-18 year old range and the second group were 10 people with 9-11 year old range. Starting from the skeletal age estimation of cervical vertebrae was generated using multiple linear regression analysis (n=100 people). Furthermore, a one-way ANOVA and Bland Altman's agreement test were conducted to the cervical vertebrae skeletal age estimation, dental age, and chronological age. Independent t test was conducted to test the delta of the second group (n= 10 people) Results: One-way ANOVA test showed no significant differences statistically among all age estimations (p <0.05), while the Bland Altman test showed mean difference of 0.0000 ± 1.34 years between the skeletal age estimation of cervical vertebrae and chronological age, which is lower compared to the mean difference between the dental age estimation and chronological age 0.0937 ± 1.37 years from the first group. Followed with independent t test from the delta of skeletal-chronological was 1,04 years and dental-chronological was 2,52 years. Conclusion: The skeletal age estimation of cervical vertebrae shows better agreement with chronological age compared to dental age with chronological age."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widurini Djohari
"BASTRAK
Kerusakan gigi molar satu rahang atas frekuensinya Cukup tinggi dan sering disertai kelainan pulpa. Perawatan saluran akar pada gigi ini memerlukan keterampilan yang ditunjang oleh pengetahuan anatomi dan morfologi a.l. panjang gigi, bentuk penampang saluran akar, jumlah akar, jumlah saluran akar, dan letak orifis. Dalam perawatannya sering dijumpai kesulitan menentukan letak apeks, karena pedoman ukuran yang ada berdasarkan ukuran gigi orang Amerika atau Eropa. Belum ada pedoman yang berdasarkan ukuran gigi orang Indonesia.
Dari sampel 50 gigi molar satu atas yang dicabut dari klinik gigi di Jakarta, diukur panjang gigi dari masing-masing apeks akar Palatal, Mesio Bukal, Disto Pukal ke bidang oklusal dengan mikrometer. Dihitung jumlah akar, jumlah saluran akar, dan dicatat bentuk penampang saluran akar 5 mm dari apeks, dan konfigurasi letak oriifis.
Dari hasil pengukuran diperoleh panjang gigi rata-rata dari apeks akar palatal 19,47 mm, dari apeks akar mesio bukal 19,14 mm dari apeks akar disto bukal 18,41 mm. Dari hasil pengamatan, semua gigi mempunyai tiga akar, dan diperoleh lebih banyak gigi dengan tiga saluran akar (98 %). Dari gambaran konfigurasi letak orifis diperoleh bentuk "7" (60 %),lebih banyak dibanding bentuk "Y" (16 %) dan bentuk "T" (18 7.). Dari pengamatan bentuk penampang saluran akar, terbanyak diperoleh bentuk bulat pada akar disto bukal (82 7.), dan bentuk Blips pada akar palatal (36 %). Selain itu diperoleh pula bentuk ginjal pada akar disto bukal (4%), dan bentuk pipih pada akar mesio bukal (14 %).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Ruslita
"Adanya korelasi yang erat antara kista folikuler (kista dentigerous) dengan ameloblastoma telah diamati oleh para ahli, walaupun terdapat perbedaan yang cukup besar baik sifat maupun perawatan dari kedua kasus tersebut. Dalam hal ini ameloblastoma dimungkinkan terlihat dalam dinding kista dentigerous yang terlebih dulu ada, sebagai bagian dari kemungkinan proses terbentuknya ameloblastoma. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kemungkinan kista dentigerous berdegenerasi menjadi ameloblastoma yang ditinjau berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologis, serta dipelajari kecenderungan-kecenderungannya.
Sasaran penelitian adalah semua penderita kista dentigerous dan ameloblastoma pada poli bedah mulut RSCM & RSU Tangerang, yang diambil dari catatan medik penderita dari Januari '90 - Desember '91. Dengan demikian diharapkan hasil yang bermanfaat berguna sebagai informasi bila mungkin untuk deteksi dini pada kasus-kasus yang diduga ameloblastoma berasal dari kista dentigerous, sehingga perawatan seoptimal mungkin disertai tindak lanjut pasca bedah dapat dilakukan.
Hasil penelitian meliputi dari 46 kasus yang diteliti- diperoleh (17%) kasus ameloblastoma yang berdegenerasi dari kista dentigerous yang seluruhnya terdapat pada pria (100%) dengan rata-rata pada umur dewasa muda (27 tahun). Lokasi terbanyak pada rahang bawah (75%) dengan lesi ukuran 9.1-10 cm (50%). Kekambuhan sebesar 25% dengan waktu kekambuhan kurang dari 1 tahun."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haru Setyo Anggani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ukuran Dento Kranio-Fasial Jurusan Vertikal pada populasi mahasiswa FKG-UI yang memiliki wajah selaras; proporsional, tidak ada disharmoni fasial, belum pernah dirawat ortodonsi serta mempunyai hubungan gigi geligi yang baik. Selain itu juga untuk mengetahui, apakah ada perbedaan ukuran tersebut di antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya diharapkan dapat dikembangkan pada populasi yang lebih luas sehingga akhirnya diperoleh norma-norma ukuran sefalometri komponen Dento Kranio-Fasial Jurusan vertikal yang sesuai dengan morfologi kranio-fasial berbagai populasi di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sefalometri. Pada gambar hasil penjiplakan pada sefalogram, diukur 12 komponen Dento Kranio-Fasial Jurusan vertikal yang kemudian dihitung nilai-nilai Mean, Range dan Standard Deviasinya. Kedua belas komponen Dento Kranio-Fasial tersebut adalah: Tinggi wajah total anterior, Tinggi wajah anterior atas, Tinggi wajah anterior bawah, Tinggi ramus naandibula, Tinggi wajah total posterior, Tinggi wajah posterior atas, Tinggi wajah posterior bawah, Tinggi dentoalveolar anterior atas, Tinggi dentoalveolar anterior bawah, Tinggi dentoalveolar posterior atas, Tinggx, dentoalveolar posterior bawah dan sudut antara bidang Mandibula dan garis SN.
Di antara laki-laki dan perempuan, ternyata terdapat perbedaan bermakna pada ukuranukuran Tinggi wajah total anterior, Tinggi wajah anterior atas dan Tinggi wajah total posterior. Diduga hal ini karena adanya dimorfisme seksual dalam ukuran. Sedangkan perbedaan bermakna ukuran Tinggi wajah posterior atas. dan Tinggi dentoalveolar posterior bawah kemungkinan lebih merupakan akibat tidak langsung adanya dimorfisme seksual dalam hal pola bentuk kranio-fasial. Secara garis besar, bila dibandingkan dengan norma-norma ras Kaukasoid, terlihat bahwa sampel penelitian ini lebih retruded. Hal tersebut terlihat pada isyarat-isyarat kecenderungan pola pertumbuhan yang lebih ke arah vertikal, tinggi dentoalveolar anterior atas dan bawah yang sedikit lebih panjang dan besarnya sudut SN-Hp."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>