Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89558 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umi Sumbulah, 1971-
"On religious tolerance between Christian and Muslim in Ranurejo Village, Kabupaten Situbondo, Indonesia."
Malang: UIN-Maliki Press, 2015
201.5 UMI f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes K. Susanta
"Tulisan ini memperlihatkan bahwa kekerasan bernuansa agama merupakan kenyataan yang mewarnai sejarah umat manusia. Kekerasan antaragama menjadi fenomena biasa yang kerap dijumpai dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, tulisan ini akan meneliti faktor penyebab kekerasan antaragama di Indonesia, khususnya relasi antara umat Islam dan Kristen. Tulisan ini juga akan memeperlihatkan tugas gereja dalam mencegah kekerasan antaragama dengan mengedepankan sekaligus menerapkan keramahtamahan (hospitalitas). Hal tersebut bukan berarti bahwa gereja merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kekerasan yang terjadi tetapi gereja adalah bagian sekaligus saksi dari sejarah kekerasan yang telah terjadi."
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2015
SODE 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
959.803 LIL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini membahas mengenai peran nasionalisme dan keadilan sosial di Indonesia dalam menghadapi eksploitasi di sector ekonomi. Makalah ini berkosentrasi membahas cara meningkatkan peranan masyarakat untuk kerjasaa dan menciptakan keadilan sosial."
630 WKUPJ 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zainuddin, 1962-
Malang: UIN-Maliki Press, 2013
201.559 8 ZAI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Ratna Dewi
"Penelitian yang berlangsung di Jakarta ini ingin melihat faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang individu memutuskan kawin antar agama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Sampel dalam penelitian ini adalah dua orang beragama Islam, laki - laki dan perempuan. Serta dua orang beragama Kristen, laki - laki dan perempuan. Keempat informan ini berasal dari kalangan mengengah keatas dan tinggal di daerah perkotaan. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa informan memperoleh sosialisasi primer akan nilai-nilai kegamaan yang kuat dari agen sosialisasinya yakni keluarga. Meskipun nilai - nilai agama yang mereka dapatkan pada tahap sosialisasi primer dilihat lebih banyak pada penanaman ketaatan beragama dengan menjalankan ibadah kegamaan seperti shalat, mengaji atau pergi ke Gereja. Sedangkan sosialisasi mengenai pelarangan perkawinan antar agama itu sendiri relatif lemah. Sosialisasi sekunder yang dialami pada tahap selanjutnya oleh para informan juga terlihat lebih mempengaruhi permisivitas informan dan persepsi informan dalam memandang perkawinan antar agama. Hal ini menunjukkan bahwa melemahnya fungsi keluarga dalam mempengaruhi seorang individu. Faktor lain yang juga mempengaruhi keputusan untuk kawin antar agama ialah diperolehnya dukungan/restu orangtua (keluarga), usia, kesempatan melaksanakan tata cara dan pencatatan perkawinan secara legal, kesamaan status sosial ekonomi dan pendidikan, serta faktor cinta yang dimiliki terhadap pasangan. Temuan lain yang diperoleh dalam penelitian ini adalah perkawinan antar agama sebenarnya rentan konflik khususnya dimasa-masa mendatang. Konflik yang berpotensi besar menjadi masalah adalah perihal pendidikan agama anak dan keinginan dalam diri pribadi yang tersembunyi akan kesamaan nilai - nilai agama dalam suatu keluarga.

This research that take place in Jakarta, wishes to see factors influencing an individual to engage in an inter-religious marriage. The method employed in this research is qualitative, with in-depth interview as its data-gathering technique. The samples in this research took by purposive sampling technique and are two persons whose religion is Islam, male and female. Two other person whose religion is Christian, male and female. Ali of these informant come from the upper middle strata and live in the urban area. Based on the acquired data, it is discovered that the individuals in the research had gained primary socialization on strong religious values from its socialization agent, which is the family. Although the religious values that they gained on the primary socialization phase is perceived as leaning more towards the implantation of religious piety by executing religious deeds such as shalat, reading the Quran or going to church. Whereas the socialization on the forbiddances of inter-religion manage is relatively weak. The secondary socialization experienced by the informants on the next phase is also seen to further influence the permissive nature of the informant and the informant’s perception in viewing inter-religion marriage. It shows that the family is no longer considered as an institution which has strong influence to the individual, especially for socialization. Next, the other factors considered having influence on the informant’s decision to perform inter-religion marriage is the gaining of the family’s support/blessing, age, the knowledge on the procedures of performing a marriage based on religious laws and State laws in order for it to be recorded legally, the similarity of social economic and education status and the factor of one’s love towards spouse. This research also discover that inter-religious manage actually susceptible of marriage conflicts, especially in the next future of marriage living. Possible conflicts that may arise interrelated with children religious education and the mdividual hidden needs for the same religious values in the family."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S6999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deedat, Ahmed
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar , 1999
297.2 DEE ct
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Widyawati
"Aspek-aspek klimatologis di daerah perkotaan cenderung memiliki pola yang berbeda dengan pola yang terjadi bukan di daerah perkotaan. Aspek klimatologis yang terutama banyak dibicarakan adalah suhu. Di daerah perkotaan, ada kecenderungan kelebihan panas yang tidak merata dan disebut sebagai Kutub Panas Kota (Urban Heat Island).
Penelitian tentang kutub panas kota telah dilakukan oleh banyak ahli di negara-negara sub-tropis. Namun belum banyak penelitian sejenis yang dilakukan di negara tropis. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan kajian tentang kutub panas yang terjadi di kota Surabaya pada akhir tahun 1996. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan yang sederhana tentang pengaruh penggunaan tanah mikro terhadap fluktuasi suhu harian dan kutub panas kota.
Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Puncak suhu di Surabaya umumnya terjadi antara pukul 10.00-12.00;
2. Perbedaan suhu maksimum dan minimum yang besar terjadi pada daerah dengan tutupan pepohonan yang jarang atau bahkan tidak ada. Jenis tutupan lahan permukaan tanah, yakni tutupan lahan kedap air dan rerumputan, tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap fluktuasi suhu harian;
3. Kutub panas kota terjadi pada daerah dengan kerapatan bangunan yang tinggi dan tidak memiliki banyak pohon; Badan air menunjukkan kemampuannya dalam meredam panas. Pada lokasi pengamatan yang berada di sekitar badan air, fluktuasi suhu harian tidak tajam.

Urban area has different climatological aspects pattern than in rural area. Climatologial aspect which were mostly discussed is temperature. In urban area, some places tend to be over heat and produce urban heat island.
Most urban heat island studies take place in sub-tropical region. It is very difficult to find temprature studies in the tropical region. This study analysing urban heat island in Surabaya at the end of 1996. With this study, we have data of urban temperature and the influence of land use to the temperature.
The conclusion of the study are as follows:
1. Most area has its maximum temperatur at 10.00-12.00 P.M.;
2. The largest different between the maximum and the minimum temperature were at locations with minimum trees. The land coverage, grass or pavement area, does not give important influence to the temperature fluctuation;
3. Urban heat island tend to occur in areas with dense high rise building, and less or without trees.
Water bodies give big influence to stabilizing the temperature. Locations which are close to water bodies, are more stabilize than locations which are far from it."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Simon Petrus Sumargo
"Tesis ini membahas hubungan Islam-Kristen dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam kehidupan sehari-hari hubungan Islam-Kristen dimediasi oleh praktek kultural yang mengikat sebagai sedulur (saudara). Praktek kultural mempertemukan umat Islam-Kristen tanpa membedakan identitas agama sehingga membentuk integrasi kultural. Tetapi dengan menguatnya pengaruh agama beberapa praktek kultural bergeser menjadi praktek agama sehingga praktek sosial hanya melibatkan salah satu anggota komunitas agama. Gejala ini disebut paralelisme, yang dapat berkembang menjadi eksklusivisme.
Secara individual agen berusaha mengatasi tantangan paralelisme dengan mengusahakan integrasi sosial, yaitu relasi saling kehadiran (co-presence) dan face-to-face. Tetapi pengaruhnya seringkali dirasa tidak cukup kuat karena belum sampai pada integrasi sistemik, yaitu hubungan timbal balik yang melibatkan kelompok. Tantangan hubungan Islam dan Kristen di masa depan semakin besar dengan kecenderungan semakin menguatnya identitas agama seiring dengan melemahnya identitas kultural jika tidak ditemukan sarana-sarana baru perjumpaan.

This thesis discusses the relationship Islam-Christian which is approached by qualitative descriptive-analytical design. At day-to-day life the relationship Islam-Christian is mediated by cultural practices which bond them as “sedulur” (“siblings”). Cultural practices make Islam-Christian meet together without separating religious identity so that it build cultural integration. However by increasing religious influences some of those cultural practices have been moved to become religion practices so that social practices involve only of those religious comunity members. The phenomena are called parallelism, which can be developed to exclusivism.
Individually the agents have made effort to overcome these parallelism challenges by perseverance in keep-trying social integration, i.e. by practicing a co-presence and a face-to-face interaction. However, its influence is not strong enough because it has not achieved integration system, that is a mutual relationship which involves groups. The challenge of the relationship Islam-Christian in the future will be getting bigger which involves a tendency of increasing religion identity align with decreasing cultural identiy if new ways of active interaction can not be found.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T32943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goddard, Hugh
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013
261.2 HUG s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>