Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149089 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ricardi S. Adnan
Jakarta: UI-Press, 2015
330 RIC e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ricardi S. Adnan
Jakarta: UI-Press, 2015
330 RIC e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hatta, 1902-1980
Djakarta: Fasco, 1957
306.3 MOH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hatta, 1902-1980
Djakarta: Fasco, 1957
330.15 MOH e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hatta, 1902-1980
Jakarta: Inti Idaya Press, 1985
306.3 MOH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Robert
"Tesis ini adalah kajian tentang Dalihan na Tolu dan kegiatan ekonomi, yang mengambil studi kasus pada Orang Batak Toba di Porsea. Hal ini dilatarbelakangi oleh kuatnya sistem kekerabatan berdasarkan prinsip Dalihan na Tolu, yang unsur-unsurnya adalah dongan tutu, hula-hula, dan boru dalam melaksanakan upacara adat. Dalam melaksanakan upacara adat tersebut ketiga unsur menyatakan sebagai satu pelaksana adat (si sada ulaon). Pernyataan sebagai satu pelaksana adat mengakibatkan apabila pada upacara adat, salah satu di antara ketiga unsur tidak diikutsertakan maka upacara adat tidak dapat dilaksanakan. Apabila anggota dan masing-masing unsur tidak diikusertakan dalam upacara adat, hal itu dikategorikan pengucilan yang menyakitkan. Saling menghormati di antara Orang Batak Toba tidak saja hanya dalam percakapan ataupun sekedar istilah kekerabatan saja tetapi jugu dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Berangkat dan terintegrasinya Orang Batak Toba dalam melaksanaan sebuah upacara adat, penelitian ini mencoba melihat kekuatan dari semangat Dalihan na Tolu itu dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, permasalahan pokoknya adalah bagaimana peranan Dalihan na Tolu dalam kegiatan ekonomi Orang Batak Toba. Apakah memang kerja sama yang luar biasa kuatnya dalam pelaksanaan adat Orang Batak Toba juga berperan dalam kegiatan ekonomi. Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan itu.
Teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini adalah teori sistem kekerabatan yang diperkenalkan oleh Murdock dan teori struktur sosial yang diperkenalkan oleh Redcliffe-Brown. Penggunaan teori ini karena Dalihan na Tolu tidak terlepas dart sistem kekerabatan Orang Batak Toba, dan sebagai sebuah sistem kekerabatan, di sana terjadi hubungan-hubungan sosial. Hubungan sosial terwujud karena adanya struktur sosial. Teori struktur sosial inilah yang melihat hubungan-hubungan sosial yang ada dalam sistem kekerabatan tersebut.
Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa sistem kekerabatan yang merupakan bagian dari struktur sosial berpengaruh terhadap seluruh kehidupan masyarakat termasuk kegiatan ekonomi. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kekerabatan berdasarkan prinsip Dalihan na Tolu kurang terlihat peranannya dalam kegiatan ekonomi Orang Batak Toba di Kelurahan Pasar Porsea dan Patane III. Dalihan na Tolu yang dapat dikategorikan sebagai modal sosial yang menyemangati Orang Batak Toba untuk bekerja sama dalam pelaksanaan adat, yang menjadi salah satu faktor untuk membentuk perkumpulan klen tidak saja di Kecamatan Porsea juga di daerah-daerah lain tidak tercermin dalam kegiatan perekonomian.
Orang Batak Toba yang bermukim di Kecamatan Porsea berjalan sendiri-sendiri. Bentuk-bentuk jaringan ekonomi yang terbentuk pun hanya didasarkan kepada kepentingan ekonomi saja, walaupun aktor-aktor yang sating berhubungan dalam bidang ekonomi itu melahirkan istilah-istilah kekerabatan setelah merujuk pada unsur-unsur dalam unit Dalihan na Tolu masing-masing. Kendati peranan Dalihan na Tolu tidak tercermin dalam kegiatan ekonomi, para pelaku ekonomi tidak menafikan bahwa unsur-unsur dari Dalihan na Tolu dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh aktor. Akan tetapi pengalaman mereka mencatat bahwa melibatkan unsur-unsur Dalihan na Tolu dalam kegiatan ekonomi dapat merusak hubungan sosial mereka yang berkerabat. Sebab, ketersinggungan dalam kegiatan ekonomi dapat berakibat ketersinggungan dalam kehidupan sosial.
Hal lain yang mengakibatkan para pelaku ekonomi lebih memilih orang luar untuk bekerja dalam usaha ekonominya adalah karena anggota kerabat tersebut relatif lebih sulit diajak bekerja sama. Ada anggapan bekerja ditempat kerabat justru memperkaya pemilik usaha saja. Sementara dari pihak yang mau diajak untuk bekerja itu lebih memilih bekerja di tempat lain. Sebab dengan demikian, mereka lebih babas untuk bekerja.
Dengan hasil penelitian yang demikian, Dalihan na Tolu yang dapat mengikat Orang Batak Toba di mana pun berada hanya efektif di kegiatan adat saja, sementara dalam kegiatan ekonomi, dengan aturan-aturan yang ada di dalamnya tidak efektif untuk membangun sebuah kekuatan ekonomi di kalangan Orang Batak Toba di Kecamatan Porsea."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medina Putri Ramadha
"ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji tentang model bisnis sharing economy dalam layanan GO-FOOD. Layanan tersebut telah mengemas praktik jual beli makanan dengan cara yang modern, yaitu menggunakan sistem jasa pesan antar melalui aplikasi. Aktivitas yang terjadi dalam layanan GO-FOOD melibatkan lebih dari dua pelaku ekonomi di dalamnya, yaitu adanya peran driver sebagai perantara dari merchant (penjual) dan customer (pembeli). Skripsi ini menyajikan pentingnya hubungan sosial antara merchant dan driver sebagai pihak ketiga dalam membangun trust pada aktivitas ekonomi tersebut. Dengan menggunakan pendekatan etnografi, tulisan ini mengulas interaksi antar kedua pihak dalam menyikapi dinamika layanan GO-FOOD. Aktivitas ekonomi GO-FOOD yang terjadi dalam realitas hubungan sosial antara driver dan merchant menunjukkan bahwa terdapat pertimbangan aspek non-ekonomi dalam menentukan tindakan ekonominya. Fenomena tersebut telah didefenisikan oleh Granovetter (1985) dengan istilah social embeddedness, bahwa suatu tindakan ekonomi melekat dengan hubungan sosial yang terjadi antar pelaku ekonomi.

ABSTRACT
This study examines sharing economy business model in GO-FOOD service. The service has transformed the process of buying and selling food into a modern way by ordering and delivering via application. Transactions that have emerged in GO-FOOD require more than two economic actors, the role of drivers as intermediaries from merchant to customer. This study presents the importance of social relations between merchant and driver as third party in building trust in this economic activity. By using an ethnographic approach, this study analyzes the interactions between them in responding the dynamic changes on GO-FOOD service. Economic activities that occurred in the reality of social relation between driver and merchant, shows that there are some considerations of non-economic aspects in determining their economic actions. This phenomenon has been defined by Granovetter (1985) as social embeddedness, an economic action which is attached to the social relationship that occured between the economic actors."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsa Meilivia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konstruksi identitas individu melalui presentasi diri dalam unggahan tren self-reward menggunakan luxury fashion goods di media sosial, serta mengungkap pemaknaan dari self-reward tersebut. Studi-studi terdahulu mengenai fenomena ini terbagi menjadi dua, yaitu presentasi diri melalui praktik self-reward, dan konstruksi identitas melalui konsumsi luxury fashion goods. Namun, hingga kini belum banyak studi yang melihat perpaduan antara kedua aspek ini, yaitu pemaknaan terhadap self-reward dan kaitannya dengan konstruksi identitas melalui praktik self-reward menggunakan luxury fashion goods, khususnya dalam konteks di media sosial. Peneliti berargumen bahwa presentasi diri yang ditampilkan dalam unggahan self-reward menggunakan luxury fashion goods di media sosial merupakan perilaku konsumsi mencolok yang berpengaruh terhadap konstruksi identitas individu. Dengan menggunakan teori presentasi diri yang disampaikan oleh Erving Goffman dan konsep conspicuous consumption oleh Veblen sebagai alat analisis, hasil temuan penelitian ini menyatakan bahwa self-reward menggunakan luxury fashion goods merupakan justifikasi gaya hidup hedonic yang berkontribusi pada pembentukan identitas individu. Kegemaran mengkonsumsi produk tersier seperti luxury fashion, membuat setiap pembeliannya dimaknai sebagai wujud apresiasi dan mencintai diri sendiri. Dengan mengunggah hadiah yang memiliki keterbatasan jumlah, harga yang tinggi, dan nilai materialisme seperti luxury fashion, mampu membentuk identitas diri pada pengguna, seperti elegan, pekerja keras, mampu, independen, hingga stand-out. Namun, keterbatasan atribut komunikasi secara digital dapat pula membentuk identitas yang tidak diharapkan, seperti sombong dan pamer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi digital pada individu yang mengunggah self-reward menggunakan luxury fashion goods di Instagram dan TikTok.

This study aims to explain the construction of individual identity through selfpresentation in uploading self-reward trends using luxury fashion goods on social media, as well as uncovering the meaning of self-reward. Previous studies on this phenomenon are divided into two, namely self-presentation through self-reward practices, and identity construction through the consumption of luxury fashion goods. However, until now not many studies have looked at the combination of these two aspects, namely the meaning of self-reward and its relation to identity construction through self-reward practices using luxury fashion goods, especially in the context of social media. Researchers argue that self-presentation shown in self-reward uploads using luxury fashion goods on social media is conspicuous consumption behavior that influences the construction of individual identities. By using the self-presentation theory presented by Erving Goffman and the concept of conspicuous consumption by Veblen as analytical tools, the findings of this study suggest that self-reward using luxury fashion goods is a justification for a hedonic lifestyle that contributes to the formation of individual identity. The penchant for consuming tertiary products, such as luxury fashion, interprets every purchase as a form of appreciation and self-love. Uploading gifts that have limited quantities, high prices, and materialistic values, such as luxury fashion, can form self-identities in users, such as elegant, hardworking, capable, and independent, to stand out. However, with limited digital communication can also form unexpected identities, such as being arrogant and showing off. This study uses a qualitative method with in-depth interview techniques and digital observation of individuals who upload self-rewards using luxury fashion goods on Instagram and TikTok."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yundanita Prilliana Fitrizky
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara status kepegawaian dan job
embeddedness pada karyawan PT X. Responden penelitan ini adalah 176 karyawan
yang terdiri dari 89 karyawan tetap dan 87 karyawan kontrak dengan lama kerja di
perusahaan terkait minimal enam bulan. Metode yang digunakan adalah non -random
sampling, job embeddedness diukur dengan Kuesioner Job Embeddedness (Mitchel et
al., 2001). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan linksorganization
antara karyawan tetap dan karyawan kontrak (t= 3,727, p < 0.05); tidak
terdapat perbedaan fit-organization antara karyawan tetap dan karyawan kontrak (t= -
0,096, p > 0.05); dan tidak ada perbedaan sacrifice-organization antara karyawan tetap
dan karyawan kontrak (t= 0,626, p > 0.05). Artinya, status kepegawaian dapat
menjelaskan links-organization tetapi tidak dapat menjelaskan fit- organization dan
sacrifice- organization.

Abstract
This study aims examine the differences of job embeddedness between permanent
worker and contract worker. Subjects are 176 employees of a service and logisctic
company, consisting of 89 permanent employees and that of contract 87, with minimun
six-month employment history. The method uses in this study is non-random sampling,
job embeddedness measured using Job Embeddedness Questionnaire (Mitchel et al.,
2001). Results indicate differences in links-organization is found between permanent
and contract employees (t= 3,727, p < 0.05); no differences in fit- organization between
permanent and contract employees (t= -0,096, p < 0.05); differences in sacrifice ?
organization between permanent and contract employees (t= 0,626, p > 0.05). That is,
work status can explain links-organization, but cannot explain fit-organization and
sacrifice-organization."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Suliyanti
"Indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumahtangga bersifat relatif. Dalam tugas akhir ini telah ditemukan bahwa tingkat kemampuan sosial ekonomi rumahtangga di DKI Jakarta yang heterogen dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok/cluster yang relatif homogen. Metode yang digunakan adalah Analisis Cluster. Dengan Analisis Cluster pengelompokan terhadap obyek/individu akan menghasilkan variabilitas yang rendah untuk obyek-obyek yang berkumpul dalam satu cluster, dan variabilitas yang tinggi untuk obyekobyek dari cluster yang berbeda. Data yang digunakan adalah data SUSENAS tahun 1993 untuk propinsi DKI Jakarta dengan besar sampel 3058 rumahtangga. Dengan metode Partisi K-Mean, 3058 rumahtangga yang diukuroleh 21 variabel dapat dikelompokw ke dalam 7 cluster, dan komposisi ke-tujuh cluster tersebut kemudian dirangkum dalam 3 kelompok sosial ekonomi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>