Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagong Suyanto
Surabaya: Airlangga University Press, 2002
362.76 BAG k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Sage Publications, 2001
616.858 36 MED
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hoboken, NJ: John Wiley and Sons, 2012
362.76 HAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Maisura
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan anger style yang dimiliki remaja yang pernah mengalami child abuse. Anger style adalah cara seseorang mengkomunikasikan kemarahan yang ia miliki pada orang lain. Pembentukan anger style dipengaruhi oleh pengalaman, situasi dan lingkungan remaja. Anger style remaja juga dipengaruhi dari observasi dan hasil belajar yang terus-menerus dari pola asuh orangtua. Remaja yang pernah mengalami child abuse akan mempelajari tingkah laku pelaku abuse yang menggunakan kekerasan sebagai solusi permasalahan. Hal ini mengarah pada akibat negatif yaitu remaja yang pernah mengalami child abuse cenderung mengembangkan anger style yang merugikan dirinya dan lingkungan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa partisipan yang diwawancarai memiliki anger style yang berpotensi merugikan dirinya dan lingkungan dengan variasinya masing-masing.

This research focusing about anger style in adolescence who had experiencing child abuse. Anger style is a way people communicate their anger to others. The shaping of anger style was influenced by adolescence experience, situation and environment. Anger style in adolescence was also influenced by observation and the continuation of learning form parenting style. Adolescence who had experiencing child abuse tend to learn the behavior of perpetrator who used violence to solve problems. This will lead to negative impact such as adolescence who have experienced child abuse tend to develop anger style that can damage them and people around them. This research is qualitative research with descriptive design. The result of research showed that participants who had been interviewed had developing anger style that can potentially damage him or herself and society.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
362.76 RIZ a
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Tsabitah
"Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyatakan tahun 2013 Indonesia dalam keadaan darurat kekerasan pada anak. Dari 3.023 laporan pelanggaran hak anak yang diterima oleh Komnas PA pada tahun 2013, 1.620 di antaranya merupakan kasus kekerasan. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan karakteristik pada masing-masing jenis kekerasan pada anak (fisik, psikis, seksual, dan penelantaran) di Indonesia berdasarkan sosiodemografi korban (usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi), hubungan korban dengan pelaku, dan wilayah terjadinya kekerasan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data kekerasan pada anak yang telah dikumpulkan oleh Komnas PA selama tahun 2013.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik pada masing-masing jenis kekerasan yang diteliti (kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran). Kekerasan fisik didominasi oleh anak laki-laki usia 13-17 tahun dengan status sosial ekonomi menengah dan dilakukan oleh orang tua kandung. Sementara kekerasan psikis lebih banyak dialami oleh anak perempuan usia 13-17 tahun dengan status sosial ekonomi menengah dan dilakukan oleh orang lain. Kekerasan seksual didominasi oleh anak perempuan usia 13-17 tahun dengan status sosial ekonomi bawah dan dilakukan oleh orang lain.
Penelantaran anak lebih banyak terjadi pada anak laki-laki usia di bawah 5 tahun dengan status sosial ekonomi bawah dan dilakukan oleh orang tua kandung. Anak laki-laki memiliki risiko jauh lebih besar mengalami kekerasan fisik dibandingkan anak perempuan (OR=15). Selain itu, anak-anak dari keluarga dengan sosial ekonomi bawah dan menengah memiliki risiko jauh lebih besar mengalami kekerasan seksual dibandingkan anak-anak dari keluarga dengan sosial ekonomi atas (OR=15 dan 6,5). Anak-anak kelompok usia 6-12 tahun memiliki risiko lebih besar mengalami penelantaran dibandingkan anak-anak dengan usia yang lebih tua (13-17 tahun) (OR=6).

National Commission for Child Protection (NCCP) stated that in 2013 Indonesia was in the emergency state of child abuse. 1.620 out of 3.023 reports received by NCCP in 2013 about child's right violation are cases of child abuse. This research aims to study the characteristic distinction in each type of child abuses (physically, psychologically, sexually, and negligence) in Indonesia, based on victim's sociodemographic background (age, gender, education and socioeconomic status), the relation between a victim and a suspect, and the location child abuse take place. This research used a cross sectional method, using NCCP data on child abuse in 2013.
The result of this research shows that there are differences in characteristic of each type of child abuse (physically, psychologically, sexually, and negligence). Physical abuses are happened the most to boys from a family with middle socioeconomic status, 13-17 years old, and committed by their own parents.Meanwhile, psychological abuses are happened the most to girls from a family with middle socioeconomic status, 13-17 years old, and committed by strangers. Sexual abuses are happened the most to girls from a family with low socioeconomic status, 13-17 years old, and committed by strangers.
Child neglects are happened the most to boys from a family with low socioeconomic status, under 5 years old, and committed by their own parents. Boys have a higher risk to experience physical abuses than girls (OR=15). Furthermore, children from a family with low socioeconomic status have a higher risk to experience sexual abuses than children from a family with high socioeconomic status (OR=15 and 6.5). Six to twelve years old children has a higher risk to experience child neglect compared to children in older age (13-17 years old (OR= 6).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adang Kurniawan
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas bagaimana kekerasan struktural terhadap anak dengan HIV/AIDS dapat terbentuk. Kekerasan struktural tersebut terbentuk melibatkan konstruksi sosial, moral panic, stigma dan diskriminasi terhadap anak dengan HIV/AIDS. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara terhadap anak dampingan LAP dan keluarganya yang kemudian dikaji dengan kriminologi konstitutif. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa subyek mendapatkan diskriminasi akibat stigma dan konstruksi negatif terkait pengetahuan yang sebenarnya salah mengenai penularan virus HIV. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlunya untuk melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi terhadap HIV/AIDS untuk menghancurkan kekerasan struktural yang terjadi pada anak dengan HIV/AIDS.

ABSTRACT
This thesis discuss about how structural violence against child living with HIV AIDS can be formed. Structural violence can be formed involving social construction, moral panic, stigma, and discrimination against suffering HIV AIDS children. This research being done with method of interview to the accompanied by LAP children and their family, then reviewed with constitutive criminology. The output of this research is that the subject gets discrimination by the results of negative construction and stigma related to the knowledge that is actually wrong about the infection of HIV. The result of this research shows that the importance of deconstruction and reconstruction against HIV AIDS to destruct structural violence happened to child living with HIV AIDS."
2017
S70183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1999
362.73 INS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Azhara Ardonis
"Kasus kekerasan terhadap anak di Korea Selatan dari tahun ke tahun semakin meningkat dan tentu saja berdampak terhadap tumbuh kembang mereka. Kekerasan terhadap anak juga menjadi sebuah masalah sosial yang harus diperhatikan, sehingga drama Bulgeun Dal Pureun Hae (BDPH) mengangkat tentang hal ini. Oleh sebab itu, penelitian ini membahas dampak kekerasan terhadap kondisi psikologis salah satu tokoh dalam drama BPDH, Lee Eun-ho, dengan tingkatan psyche dari teori psikoanalisis Carl Jung.
Penelitian ini ditulis dengan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini adalah personal unconscious Eun-ho berasal dari pengalamannya sebagai korban kekerasan sewaktu kecil yang telah ditekan, dilupakan, dan dipersepsikan, lalu menimbulkan dampak psikologis berupa trauma. Sedangkan collective unconscious yang berasal dari orang-orang di sekitar Eun-ho adalah pemikiran bahwa anak-anak harus disayangi dan dilindungi dari hal-hal jahat dan orang-orang yang menyakiti mereka harus dilenyapkan.
Ia mengikuti pemikiran ini karena kecenderungan untuk melakukan tindak kriminal adalah sebuah akibat dari kekerasan yang ia alami sewaktu kecil. Dengan kata lain, kekerasan terhadap anak memang dapat memberikan dampak terhadap baik aspek psikologis maupun dalam aspek perkembangan perilaku anak. Namun, collective unconscious lingkungan tempatnya tinggal lebih dominan dalam menimbulkan dampak terhadap seorang anak korban kekerasan sehingga perubahan perilaku anak terlihat lebih jelas.

Cases of child abuse in South Korea are increasing from year to year and of course have an impact on their growth and development. Child abuse is also a social problem that must be considered, so the drama Bulgeun Dal Pureun Hae (BDPH) wanted to raise this issue. Therefore, this study discusses the impact of child abuse on the psychological condition of one of the characters in the BPDH drama, Lee Eun-ho, with the psyche level in Carl Jungs psychoanalytic theory.
This paper is written with qualitative method in analytical descriptive technique. The results of this study is Eun-hos personal unconscious is taken from his experience as a child abuse victim that is repressed, forgotten, and perceived, then raises as a psychological impact called trauma. While the collective unconscious from the people around Eun-ho is that children must be loved and protected from evil things and the people who hurt them must be eliminated.
He followed this idea because the tendency to commit a crime is a result of the abuse he experienced as a child. In other words, child abuse can indeed give impacts in psychological aspects and childrens behavioral development. However, the collective unconscious from their environment is more dominant in leaving an impact on children who were abused so their change of behavior can be seen more clearly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Octa Amalia
"Kekerasan terhadap anak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berpengaruh pada kesehatan dan kesejahteraan anak di sepanjang hidupnya. Berdasarkan Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) pada tahun 2022, lebih dari separuh kasus kekerasan terjadi pada anak dan 34,27% pada anak berusia 13-17 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berkontribusi pada kejadian kekerasan terhadap anak usia 13-17 tahun di Indonesia. Penelitian menggunakan kerangka model sosio-ekologi yang menganalisis faktor individu (jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan), interpersonal (status domisili, status orang tua kandung, pengalaman menyaksikan kekerasan, dan status pernikahan), dan komunitas (tempat tinggal) terhadap kekerasan anak berusia 13-17 tahun. Penelitian ini menggunakan data Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) di Indonesia tahun 2021 dengan studi cross sectional dan sampel sebanyak 4.903 anak berusia 13-17 tahun, yang dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari anak-anak usia 13-17 tahun mengalami kekerasan, dengan tingkat prevalensi sebesar 46,2% (95% CI: 43,6%-48,8%). Kekerasan ini terjadi pada anak perempuan sebanyak 50,6% dan anak laki-laki sebanyak 42,1%. Bentuk kekerasan tersebut meliputi kekerasan fisik (13,8%), kekerasan emosional (41,6%), dan kekerasan seksual (6,9%). Faktor yang berhubungan dengan kekerasan terhadap anak adalah status pekerjaan anak (OR: 1,852; 95% CI: 1,478-2,320), status domisili (OR: 1,253; 95% CI: 1,018-1,541), dan pengalaman anak menyaksikan kekerasan (OR: 6,784; 95% CI: 5,778-7,966) yang merupakan faktor paling dominan. Anak yang berpengalaman menyaksikan kekerasan berisiko hampir 7 kali untuk mengalami kekerasan dibanding yang tidak memiliki pengalaman, setelah dikontrol oleh status pekerjaan dan status domisili. Diperlukan peningkatan kesadaran, penguatan intervensi, dan deteksi dini dalam pencegahan kekerasan terhadap anak.

Violence against children is a public health concern that has long-term impacts on their health and well-being. In 2022, the Online System for the Protection of Women and Children (SIMFONI PPA) reported that more than half of the violence cases involved children, with 34.27% of these cases affecting children aged 13-17 years. This study aims to identify the factors contributing to violence against children aged 13-17 years. Using a socio-ecological model framework, it analyzes individual factors (sex, education level, and employment status), interpersonal factors (living arrangement, biological parents' status, witnessing violence, and marital status), and community factors (place of residence), related to child abuse among 13-17 years olds. The study used data from the National Survey on Children and Adolescent’ Life Experience (SNPHAR) conducted in Indonesia in 2021. It employed a cross-sectional design, which involved a sample of 4,903 children aged 13-17 years, and conducted data analysis using logistic regression. The research findings indicate that nearly half of children aged 13-17 experience violence, with a prevalence rate of 46.2% (95% CI: 43,6%-48,8%). This violence occurs in 50,6% of girls and 42,1% of boys. The forms of violence include physical violence (13.8%), emotional violence (41.6%), and sexual violence (6.9%). The factors associated with violence against children include the child's employment status (OR: 1.852; 95% CI: 1.478-2.320), living arrangement (OR: 1.253; 95% CI: 1.018-1.541), and witnessing violence (OR: 6.784; 95% CI: 5.778-7.966), with witnessing violence being the most dominant factor. Children who have witnessed violence are at nearly 7 times higher risk of experiencing violence compared to those without such experiences, after controlling for employment status and living arrangement. There is need for increased awareness, strengthened interventions, and early detection in the prevention of violence against children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>